Anda di halaman 1dari 12

RESUME ILMU DASAR KEPERAWATAN II

TM KE-3

Metabolisme Zat-Zat Xenobiotik

Oleh :

Nama : Elsa Widia Anggraini

NIM : 132011133096

Kelas : A2

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2021
1. Bahan-bahan beracun bagi kesehatan (Mutagenesis, Carcinogenesis, Teratogenesis
and Reproductive effects)

Efek yang tidak dapat dipulihkan dari racun, meliputi :

 Karsinogen : menyebabkan kanker. Karsinogenik (carcinogenic) adalah sifat


bahan penyebab sel kanker, yakni sel liar yang dapat merusak jaringan tubuh.
Bahan kimia dapat berpengaruh langsung (karsinogen) atau memerlukan aktivasi
terlebih dahulu (ko-karsinogen) untuk menimbulkan neoplasia. Bahan kimia ini
dapat berupa bahan alami (aflatoksin, fumonisin, mikotoksin, peptisida alami)
atau bahan sintetik/semisintetik yang merupakan bahan antara (vinilklorida).
Benzo(a)piren berasal dari pembakaran tak sempurna pada mesin mobil atau
mesin lainnya. Berbagai zat karsinogenik lainnya antara lain nikel (kanker paru),
arsen (kanker kulit), aflatoksin (kanker hati), vinilklorida (angiosarkoma atau
karsinoma hepatoseluler, tumor otak atau paru) (Sjamsuhidajat, Karnadihardja &
Rudiman, 2010).

Karsinogen yang berasal dari makanan yaitu benzo(a)piren yakni hidrokarbon


aromatic polisiklik (PAH) yang banyak dijumpai di dalam makanan yang dibakar
menggunakan arang. Karsinogen lain yang berasal dari makanan adalah akrilamid
dan senyawa N-nitroso (ikan asin, ikan asap) (Sjamsuhidajat, Karnadihardja &
Rudiman, 2010).

 Mutagen : menyebabkan kerusakan kromosom. mutagenik (mutagenic) adalah


sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromo-som yang berarti dapat
merubah genetika. Mutagen adalah zat yang mengubah informasi genetik suatu
organisme, biasanya dengan mengubah DNA. Mutagen biasanya juga karsinogen
karena mutasi sering menyebabkan kanker. Contoh mutagen termasuk etidium
bromida, formaldehid, dioksan, dan nikotin.

 Reproductive hazard : kerusakan system reproduksi

 Teratogen : menyebabkan cacat. Teratogenik (teratogenic) adalah sifat bahan


yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio. . Teratogen
umum meliputi etanol, senyawa merkuri, senyawa timbal, fenol, karbon disulfida,
toluena dan xilena.
2. Pembentukan radikal bebas, Jenis-jenis radikal bebas

a. Definisi Radikal Bebas

 Dihasilkan dalam metabolisme yang normal

 Partikel berenergi tinggi dalam jumlah kecil

 Melalui aksi monooksigenase yang berfungsi ganda, oleh berbagai enzim


oksidatif seperti xanthine oxidase

 Atau melalui autooksidasi dengan mediator bahan logam berat atau quinines

 Dalam konsentrasi tinggi radikal bebas dan bahan sejenisnya berbahaya bagi
mahluk hidup dan merusak semua bagian pokok sel

Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun
molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Radikal bebas
juga suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau
lebih elektron bebas.

b. Pembentukan Radikal Bebas

1. Pemecahan satu molekul normal secara homolitik menjadi dua, jarang terjadi
pada sistem biologi karena memerlukan tenaga yang tinggi dari sinar ultraviolet,
panas, dan radiasi ion

2. Kehilangan satu elektron dari molekul normal

3. Penambahan elektron pada molekul normal

c. Sumber Radikal Bebas

 Sumber endogen

1. Autooksidasi : produk dari proses metabolisme aerobik . Berasal dari


katekolamin, hemoglobin, mioglobin, sitokrom C yang tereduksi, dan thiol.

2. Oksidasi enzimatik : beberapa jenis sistem enzim mampu menghasilkan radikal


bebas dalam jumlah yang cukup bermakna. Contohnya yaitu xanthine oxidase,
Lipoxygenase, dan aldehyde oxidase.
3. Respiratory burst : yaitu proses dimana sel fagositik menggunakan oksigen
dalam jumlah yang besar selama fagositosis. Paparan terhadap bakteri yang
diselimuti imunoglobulin, kompleks imun, komplemen 5a, atau leukotrien dapat
mengaktifkan enzim NADPHoxidase. Aktifasi tersebut mengawali respiratory
burst pada membran sel untuk memproduksi superoksida.

 Sumber Eksogen

1. Obat-obatan : contohnya antibiotic kelompok quinoid, obat kanker (bleomycin,


anthracyclines, dan methotrexate, yang memiliki aktifitas pro-oksidan),
fenilbutason, beberapa asam mefenamat, dan komponen aminosalisilat.

2. Radiasi : kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Contohnya


radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan radiasi partikel (partikel
elektron, photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan radikal primer.

3. Asap rokok : tiap hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam jumlah yang
sangat besar, meliputi aldehida, epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang
mungkin cukup berumur panjang dan bertahan hingga menyebabkan kerusakan
alveoli. Bahan lain seperti nitrit oksida, radikal peroksil, dan radikal yang
mengandung karbon ada dalam fase gas. Juga mengandung radikal lain yang
relatif stabil dalam fase tar. Perdarahan kecil berulang merupakan penyebab yang
sangat mungkin dari desposisi besi dalam jaringan paru perokok.

3. Logam-logam berbahaya dan chelating agent

a. Toksisitas Arsen (As)

Bentuk dari Arsen yang menyebabkan toksik adalah garam (As2O3), asam arsenat
(H4AsO4), dan Oksida (A2O5). Gejala apabila keracunan Arsen :

Akut : Bila termakan sedikit (gejala tidak jelas) dan bila termakan banyak (kematian).
Bau nafas khas seperti bawang bau bawang putih Kematian terjadi karena kolapsnya
sistem peredaran darah.

Kronis : Kelemahan, kelelahan, kurang nafsu makan, berat badan menurun, iritabilitas
warna kulit coklat gelap, kuku menebal, ada garis putih didaerah persambungan kuku
gangguan saraf perifer, saraf kaki lebih parah daripada tangan, kelumpuhan terjadi ulser
dalam saluran cerna timbul kanker paru, kanker limfa dan kanker kulit.

b. Toksisitas Timbal (Pb)

Sumber keracunan Timbal berasal dari produksi baterai, solder, kabel listrik, palapis
PVC (pipa), campuran bahan bakar minyak, dan produksi cat)

 Mekanisme toksisitas Pb :

Sistem Organ Mekanisme Efek

Sistem hemopoietik menghambat pembentukan anemia


Hb

Sistem saraf pusat dan tepi ensepalopaty dan neuropaty tidak terkoordinasi

Sistem ginjal fibrosis dan nefropaty glukosuria, fosfaturia,


aminoasiduria

Sistem gastro-intestinal iritasi kolik, konstipasi

Sistem kardiovaskuler permiabilitas kapiler perdarahan dalam


meningkat

Sistem reproduksi degenerasi kematian janin, hipospermi,


terato-spermi

Sistem endokrin degenerasi fungsi tyroid dan adrenal


terganggu

 Gejala toksisitas Pb :

Pada anak : Nafsu makan menurun, sakit perut, muntah-muntah, lemah, bergerak kaku,
sempoyongan, sulit bicara, terbata-bata, ensepalopaty (degenerasi otak), dan koma.

Pada orang dewasa : Sakit perut, mual, diare, neuropaty saraf perifer, lemah otot, tangan
dan kaki, sakit kepala, anemia, hiper-iritasi, dan depresi.

c. Toksisitas Merkuri (Hg)


 Bentuk inoganik : murni (cair dalam suhu kamar)
 Sifat : korosif,
 Bentuk organic : Pestisida, fungisida, methyl merkuri, pengawet, kosmetik
 Sifat : Diabsorpsi dalam usus menembus sawar darah otak dan plasenta
teratogenik dan gangguan saraf
 Keracunan merkuri dapat menyebabkan minamata disease congenital. Gejalanya
yaitu serebralpasy, gangguan saraf, dan pertumbuhan terlambat.
 Merkuri berbahaya karena mudah larut dalam lemak dan air, dapat menembus
membrane sel saraf pusat, dan mudah teroksidasi sehingga bersifat korosif dan
merusak ginjal.
 Gejala klinis keracunan merkuri antara lain : gangguan saraf sensorik, gangguan
saraf motoric (lemah, tremor mental, sakit kepala, hipersalivasi).

d. Toksisitas Kadmium (Cd)

 Mekanisme toksisitas : Diabsorpsi dalam saluran pencernaan kemudian


terakumulasi dalam ginjal, lalu membentuk ikatan protein sebagai metalothionein
dan berikatan dengan sistem enzim dalam gugus: Karboksil histidil hidroksil
fosfatil sehingga kerja enzim terhambat.

 Gejala : akut (emfisema paru-mati), kronis (nefrotoksisitas, proteinuria,


glikosuria, aminoasiduria).

 Keracunan Kadmium dapat menyebabkan Itai-itai disease.

1) Korban merasa sakit pada tulang: daerah pinggul dan iga


2) Gejala mirip :rheumatik, neuralgia, neuritis
3) Rasa sakit pada pinggul: pinggul diangkat seperti bebek
4) Terjadi pada wanita umur 40 – 50 tahun
5) Penyakit terus berlanjut sampai 10 tahun
6) Terjadi patah tulang pada beberapa lokasi

e. Toksisitas Besi (Fe)


Fe merupakan unsur esensial mikro enzim dan pembentuk Hb. Toksisitas sering
terjadi pada anak-anak. Toksisitas dapat menyebabkan gangguan mental serius, tetapi
jarang menyebabkan kematian. Kejadian keracunan tersebut biasanya disebabkan karena
diberikan pada anak dalam bentuk vitamin/obat dan anak makan sembarangan
dilingkungan sekitar.

Mekanisme toksisitas Fe ;

1) Absorpsi dan sekaligus ekskresi Fe dalam usus halus


2) Fe diabsorpsi dalam bentuk feritin, bentuk feri mudah diabsorpsi daripada bentuk
fero
3) dalam darah bentuk Fe-trivalen ditransfer ke hati dan limpa
4) dalam organ tersebut disimpan dalam bentuk feritin dan hemosiderin
5) Toksisitas terjadi bila Fe terakumulasi berlebihan
Gejala klinis (ada 5 fase) :

1) Fase 1. Terjadi 2 jam setelah makan makanan tercemar Fe Sakit perut, diare,
muntah berwarna kecoklatan, perdarahan saluran cerna menyebabkan shock
2) Fase 2. Pasien terlihat membaik bila tidak akan berlanjut ke
3) Fase 3. terjadi 8-16 jam setelah fase 1 Terjadi shock, asidosis, hipoglikemik,
sianosis dan demam
4) Fase 4. terjadi 2-4 hari setelah makan makanan tercemar Terjadi kerusakan hati,
reaksi langsung dari Fe pada mitokondria dalam sel hati menyebabkan nekrosis
5) Fase 5. Teradi 2-4 minggu setelah makian makanan tercemar Terjadi obstruksi
saluran cerna, stenosis piloris dan fibrosis lambung

4. Jalur metabolisme dan biotransformasi zat xenobitik

Biotransformasi belangsung dalam dua tahap, yaitu reaksi fase I dan fase II.
Rekasi-reaksi pada fase I biasanya mengubah molekul xenobiotika menjadi metabolit
yang lebih polar dengan menambahkan atau memfungsikan suatu kelompok fungsional (-
OH, -NH2, -SH, - COOH), melibatkan reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisis. Pada fase
II ini xenobiotik yang telah siap atau termetabolisme melalui fase I akan terkopel
(membentuk konjugat) atau melalui proses sintesis dengan senyawa endogen tubuh,
seperti: Konjugasi dengan asam glukuronida asam amino, asam sulfat, metilasi, alkilasi,
dan pembentukan asam merkaptofurat.
 Reaksi Fase I

1) Reaksi Oksidasi

Reaksi oksidasi mempunyai peranan penting pada biotransformasi,


khususnya reaksi-reaksi yang melibatkan sistem enzim oksidase, monooksigenase
dan dioksigenase. Oksidasi pada sitokrom P-450 sangat memegang peranan penting
dalam biotransformasi xenobiotika. Sitokrom P-450 adalah hemoprotein dengan
suatu ciri khas puncak absorpsi dari bentuk terreduksi CO-kompleknya pada panjang
gelombang 450 nm. Enzim sitokrom P-450 terletak dalam retikulum endoplasmik
dari beberapa jaringan.

Substrat xenobiotika bereaksi dengan bentuk teroksidasi CYP-450Fe3+


membentuk komplek enzim-subtrat. Sitokrom P-450 reduktase mendapatkan satu
elektron dari NADPH, yang akan mereduksi komplek dari CYP-450Fe3+—
xenobiotika. Bentuk reduksi dari komplek CYP-450Fe2+—xenobiotika bereaksi
dengan molekul oksigen dan kemudian mendapatkan elektron yang ke dua dari
NADPH, yang diperoleh dari flavoprotein reduktase yang sama, membentuk spesies
oksigen teraktivasi. Langkah terakhir satu atom oksigen terlepas sebagai H2O dan
atom oksigen yang lain ditransfer ke dalam substrat dan bentuk teroksidasi CYP-
450-Fe3+ terregenerasi.

2) Reaksi Reduksi

Gugus karbonil melalui alkoholdehidrogenase atau citoplasmik aldo-


ketoreduktase direduksi menjadi alkohol. Pemutusan ikatan azo menjadi amin
primer melalui pembentukan hidrazo melibatkan banyak enzim-enzim, diantaranya:
NAD PH-C YP-45 0 - reduktase. Reduktif dehalogenasi sangat beperan penting
dalam detoksifikasi dari senyawasenyawa alifatis halogen (Cl, Br dan I), seperti:
senyawa karbon tetraklorida atau halotan.

3) Biohidrolisis

Ester atau amida dihidrolisis oleh enzim yang sama, namun pemutusan ester
jauh lebih cepat dari pada amida. Enzim-einzim ini berada di intradan juga
ekstraselular, baik dalam keadaan terikat dengan mikrosomal maupun terlarut.
Enzim hidrolitik terdapat juga di saluran pencernaan. Enzim-enzim ini akan
menghidrolisis metabolit fase II (bentuk konjugat menjadi bentuk bebasnya).
Selanjutnya bentuk bebas ini dapat kembali terabsorpsi menuju sistem peredaran
darah. Proses ini dikenal dengan siklus entero-hepatik.

 Reaksi Fase II

1) Glukoronidasi

Glukuronidasi adalah jenis konjugasi yang paling umum dan penting.


Glukuronidasi dari gugus alkohol atau fenol adalah reaksi konjugasi yang paling
sering pada reaksi fase II, disamping itu juga asam-asam karboksilat, senyawa
sulfidril dan senyawa amin.

2) Konjugasi Sulfat

Reaksi ini dikatalisis oleh sulfotranferase, yang diketemukan dalam fraksi


sitosolik jaringan hati, ginjal dan usus. Koenzimnya adalah PAPS (3’-
fosfoadenosin-5’-fosfosulfat). Konjugasi ini adalah untuk gugus fungsional: fenol,
alkohol alifatik dan amin aromatik. Konjugasi sulfat biasanya sebagian besar
terhadap senyawa-senyawa endogen dan relatif jarang dengan xenobiotika.

3) Konjugasi dengan Asam Amino (Glisin)

Konjugasi ini dikatalisis oleh konjugat asam amino dan koenzim-A. Asam
karboksilat, asam arilasetat dan asam akrilat yang mengalami substitusi aril dapat
membentuk konjugat dengan asam amino, terutama glisin.

4) Ikatan dengan turunan asam merkaptofurat (konjugasi glutation)

Glutation dapat berkonjugasi dengan epoksid yang terbentuk akibat oksidasi


dari halogen aromatik. Epoksida ini bersifat sangat elektrofilik yang sangat reaktif.
Metabolit ini dapat bereaksi dengan unsur-unsur sel dan menyebabkan kematian sel
atau pembentukan tumor. Konjugasi glutation akan berikatan dengan metabolit
elektrofilik, dengan demikian akan mencegah metabolit ini berikatan dengan sel.
Dengan demikian konjugasi glutation sangat berperanan penting dalam pencegahan
tembentukan tumor (sel kanker). Selain itu glutation dapat berkonjugasi dengan
senyawa alifatik tak jenuh dan menggantikan gugus nitro dalam suatu senyawa
kimia.
5) Asetilasi

Asetilasi merupakan fransfer gugus asetil ke amin aromatik primer, hidrazin,


hidrazid, sulfoamid dan gugus amin alifatik primer tertentu.

6) Metilasi

Reaksi ini dikatalisis oleh metiltransferase. Koenzimnya adalah SAM (S-


adenosinmetionin). Contoh N-metilasi (noradrenalin, nicotinamid, metadon)
(Manahan, 2003).

5. Pertolongan pertama pada keracunan (keracunan makanan dan keracunan bahan


kimia)

Penanganan Keracunan

Prinsipnya :

1) Hentikan kontak racun

2) Racun kontak (asam/basa kuat), cuci dengan air bersih

3) Racun gas, dengan diberi udara segar (oksigen)

4) Racun lambung, tergantung kejadian

5) Apabila belum terabsorbsi, diberi obat emetika (apomorfin)

6) Bila tidak berhasil, cegah absorbs racun dengan memberikan (susu+kaolin) atau
adsorben (norit+activated carcoal).

7) Apabila telah terabsorbsi, maka diberi :

 (Atropin sulfat) insektisida organofosfat dan carbamat


 (Dimercaprol/BAL) arsen, merkuri, timah hitam, chromate
 (Penicilinamin) cuprum dan merkuri
 (Naloxon) morfin
 (Antivenin) bisa ular
Stanley M. Zildo 'First Aid, Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan
Darurat'
1. Kurangi kadar racun yang masih ada di dalam lambung dengan memberi korban
minum air putih atau susu sesegera mungkin. Jangan beri jus buah atau asam cuka
untuk menetralkan racun

2. Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban untuk muntah


dengan wajah menghadap ke bawah dan kepala menunduk lebih rendah dari badannya
agar tak tersedak.

3. Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi perut korban bila ia dalam
keadaan pingsan. Jangan berusaha memuntahkannya jika tidak tahu racun apa yang
ditelan.

4. Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan kimia seperti pembersih
toilet, cairan antikarat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin, minyak tanah, tiner serta
pemantik api. Zat asam akan menyebabkan kerusakan lebih parah pada lambung atau
esofagus jika dimuntahkan. Sedangkan BBM yang dimuntahkan dapat masuk ke paru-
paru dan menyebabkan pneumonia.

DAFTAR PUSTAKA
Suhadi. (2012). Mengawal Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Kawasan Sekaran untuk
Masa Depan yang Lebih Baik. Indonesian Journal of Conservation, 92.

Shobrina, O. 2017. http://repository.unimus.ac.id

Rahayu, M., & Solihat, M. F. (2018). Toksikologi Klinik. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan .

Anda mungkin juga menyukai