Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia.

Semua individu mengikuti pola perkembangan dengan pasti dan dapat

diramalkan. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling

berkaitan dan tidak dapat diulang kembali.1 Hal - hal yang terjadi di masa awal

perkembangan individu akan memberikan pengaruh terhadap tahap tahap

selanjutnya. Salah satu tahap yang akan dilalui oleh individu tersebut adalah

masa lanjut usia atau lansia.2

Bahaya psikologis pada lansia dianggap memiliki dampak lebih besar

dibandingkan dengan usia muda, akibatnya penyesuaian pribadi dan sosial

pada lansia jauh lebih sulit. Jadi interaksi sosial memainkan peranan yang

sangat penting pada kehidupan lansia. Kondisi kesepian dan terisolasi secara

sosial akan menjadi faktor yang beresiko bagi kesehatan. Interaksi berasal dari

kata inter dan action,interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling

mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi

adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling pengaruh

mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan.3

Islam menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya diciptakan Tuhan

Yang Maha Esa untuk saling tolong menolong, bantu membantu tanpa
1
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan , (Jakarta :Erlangga, 2002), hlm. 380.
2
Ibid.,, hlm.381
3
Bimo walgito, psikologi sosial suatu pengantar,(Yogyakarta, 2003) h.65

1
2

memperdulikan perbedaan yang ada seperti: agama, suku, ras, dan status

kebudayaan. Hal ini dijelaskan dalam Q.S At-Taubah ayat 16

         
          
    

Artinya : Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah
belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di
antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain
Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Berdasarkan ayat di atas menjelaskan melalui Al-Quran kita dapat lebih

mengenal orang-orang yang akan menjadi teman setia dengan melihat

perkataan, perbuatan dan sikap prilakunya, sebab ini akan membawa pengaruh

dalam interaksi

Sehubungan dengan itu, Soerjono Soekanto mengemukakan konsep

interaksi sosial sebagai berikut:

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial


karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan
menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan
hidup semacam itu apabila orang-orang perorangan atau kelompok-
kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk
mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian,
dan lain sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial
merupakan dasar proses sosial, yang menunjuk pada hubungan –
hubungan sosial yang dinamis.4

Ada banyak defenisi tentang interaksi sosial, Bonner misalnya dalam

Abu Ahmadi mendefenisikan interaksi sosial sebagai suatu hubungan antar

dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,

mengubah,atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.5


4
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010),
h. 54
5
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial. (Jakarta :Rineka Cipta, 2002), h.54
3

Berdasarkn penjelasan di atas interaksi sosial merupakan hubungan

timbal balik antar dua orang atau lebih, dan masing-masing orang terlibat di

dalamnya memainkan peran secara aktif.

Setiap orang dalam berinteraksi tentunya tidak semua dapat

melakukanya dengan baik, menurut Gillin dan Gillin dalam Soejono

Soekanto ada dua bentuk interaksi sosial yaitu interaksi sosial asosiatif dan

interaksi sosial disosiatif. Interaksi sosial asosiatif merupakan bentuk interaksi

sosial yang menghasilkan kerja sama. Ada beberapa bentuk interaksi sosial

asosiatif antara lain kerja sama, akomodasi, dan asimilasi sedangkan interaksi

sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan suatu

perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif, antara lain

persaingan (competition), kontravensi (contravention) dan pertentangan atau

konflik.6

Berdasarkan yang di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial

disosiatif ini termasuk kedalam bidang muamalah karna menyangkut tentang

pembinaan keserasian,keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dan

kehidupannya. Oleh sebab itu maka perlu lah diberikan pelayanan dalam

bimbingan dan konseling islam sehingga memiliki keharmonisan dalam

kehidupan beragama, baik itu melalui layanan bimbingan pembelajaran/

pengajian agama, layanan konseling agama perorangan / individual, layanan

konseling agama kelompok dan layanan bimbingan kelompok

Menurut Yahya Jaya bimbingan dan konseling Islam adalah pelayanan

bantuan yang diberikan oleh konselor agama kepada manusia yang


6
Soerjono Soekanto, op.cit., h. 65
4

mengalami masalah dalam hidup keberagamannya seoptimal mungkin, baik

secara individu atau kelompok, agar menjadi manusia mandiri dan dewasa

dalam beragama. Dalam bimbingan aqidah, ibadah,akhlak dan muamalah

melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan

dan ketaqwaan yang terdapat dalam al-quran dan hadits,

Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling Islam dapat

diartikan sebagai usaha pemberi bantuan kepada seseorang atau kelompok

yang mengalami kesulitan dan masalah, baik lahiriyah maupun batiniyah,

yang menyangkit kehidupannya, terutama dalam hidup keberagaman di masa

kini dan masa akan datang, agar menjadi manusia mandiri dan dewasa dalam

hidup di bidang bimbingan aqidah, ibadah, akhlak, dan muamalah melalui

berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung.

Berdasarkan nilai-nilai iman dan taqwa. Bantuan tersebut adalah berupa

pertolongan di bidang mental-spritual (agama) agar orang atau kelompok yang

bersangkutan mampu mengatasi masalah, dan kesulitan serta mampu

mengembangkan dimensi dan potensi keberagaman itu. Dengan kemampuan

yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan di atas dapat penulis simpulkan bahwa interaksi sosial

lansia yang selalu baik seharusnya saling menghargai satu sama lain, saling

tolong-menolong, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain apalagi lansia

yang tinggal di panti bahwa di panti itu dia mempunyai teman-teman dan

keluarga yang baru.


5

Setiap orang dalam berinteraksi tentunya tidak semuanya dapat

melakukan interaksi dengan baik.

Menurut Dwi Narwoko terdapat 2 bentuk interaksi sosial yaitu:

interaksi sosial asosiatif dan interaksi sosial disosiatif.7

Interaksi sosial Asosiatif merupakan proses interaksi pranata sosial

yang arahnya terbentuknya persatuan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial

seperti: kerja sama, akomodasi, asimilasi.

Interaksi sosial Disosiatif merupakan proses sosial yang mengarah

pada konflik atau dapat merenggangkan solidaritas kelompok. Proses interaksi

sosial disosiatif terdiri dari 3 bentuk, yaitu persaingan, kontravensi, dan

konflik.

Interaksi sosial pada lansia di Panti Sosial Tresna Werda kasih sayang

Ibu Batusangkar. Lanjut usia adalah pria dan wanita yang telah mencapai usia

60-70 tahun. Menurut undang-undang RI nomor 13 tahun 1998 pasal 1 angka

2 tentang kesejahteraan lanjut usia. Lanjut usia adalah seseorang yang telah

mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.8 Seseorang yang telah mencapai

tahap lanjut usia ditandai dengan adanya penurunan dan perubahan baik dari

aspek biologi,sosial, dan ekonomi.

Organisasi kesehatan dunia World Healt Organization (WHO)

menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu usia pertengahan (middle age) adalah

7
Dwi Narwoko et al, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta :Kencana, 2010)
h.57
8
Pasal 1 angka 2 uu nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
6

45-59 tahun. Lanjut usia (elderly) adalah 60-74 tahun. Lanjut usia tua (old)

adalah 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. 9

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa lansia adalah

seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita . yang masih

beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari

nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi

dirinya.

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Kasih Sayang Ibu Batusangkar

adalah Instusi yang memberikan pelayanan dan perawatan jasmani, rohani,

sosial dan perlindungan untuk memenuhi kebutuhan lansia agar memiliki

kehidupan yang layak. Kegiatan rutin yang dilakukan lansia selain pemenuhan

kebutuhan makan juga kegiatan kerajinan tangan, bimbingan mental agama

dan pelaksanaan fisik seperti senam lansia.10

Lansia yang tinggal di panti ini berasal dari daerah dan latar belakang

yang berbeda, untuk itu mereka berupaya untuk menyesuaikan diri dan

lingkungan yang ditempatinya tersebut. Lansia perlu berinteraksi atau berbaur

dengan lansia yang lainya seperti saling tolong-menolong , saling bertegur

sapa, saling menghormati dan saling menghargai agar dapat membina dan

menjalin hubungan yang baik dengan lansia yang lain di panti tersebut.

PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar telah melaksanakan layanan

mediasi, namun kenyataannya setelah dilakukan layanan mediasi masih

9
Herri zan p, pengantar psikologi dalam keperawatan,Jakarta: kencana, 2010)
10
Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar
7

ditemukan konflik antara sesama binaan di PSTW Kasih Sayang Ibu

Batusangkar.

Pada tahun 2014 ada 36 lansia yang telah melakukan layanan mediasi.

dari 36 lansia tersebut 30 lansia dapat disatukan, 6 lansia yang tidak dapat

disatukan, tahun 2015 ada 24 lansia yang telah melakukan layanan mediasi,

dari 24 lansia tersebut 7 lansia yang dapat disatukan, 17 lansia yang tidak

dapat disatukan, tahun 2016 ada 20 lansia yang telah melakukan layanan

mediasi dari 20 lansia tersebut 15 orang yang dapat disatukan, 5 lansia yang

tidak dapat disatukan, pada tahun 2017 sampai 29 juni selama penulis

melakukan penelitian di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar 4 lansia yang

telah melakukan layanan mediasi namun layanan mediasi yang dilaksanakan

berhasil.11

Layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan

konselor terhadap dua pihak (atau lebih) yang sedang dalam keadaan saling

tidak menemukan kecocokan. Ketidakcocokan itu menjadikan mereka saling

berhadapan, saling bertentangan, saling bermusuhan. Pihak-pihak yang

berhadapan itu jauh dari rasa damai, bahkan berkehendak untuk saling

menghancurkn. Keadaan yang demikian itu akan merugikan kedua pihak (atau

lebih). Dengan layanan mediasi konselor berusaha mengantarai atau

membangun hubungan diantara mereka, sehingga mereka menghentikan dan

terhindari dari pertentangan lebih lanjut yang merugikan semua pihak.12

Dengan teknik dan proses yang sesuai dengan kajian konseling. Tujuan
11
Data PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar, 10 oktober 2017
12
Prayitno, Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung Konseling, (Padang :UNP, 2012),
h.233
8

layanan mediasi yaitu agar tercapai kondisi hubungan yang positif dan

kondusif diantara klien atau pihak-pihak yang bertikai atau bermusuhan.13

Pertama, konselor memanggil salah satu lansia (UB) yang sedang

bermasalah dengan temannya (NZ), kemudian konselor melakukan konseling

individual dengan pihak pertama (pihak yang melapor). Kedua, konselor

memanggil pihak kedua, karena konselor tidak menerima pengaduan dari satu

pihak. Ketiga, konselor melakukan konseling individual dengan pihak kedua.

Keempat, konselor mempertemukan UB dengan NZ tersebut untuk melakukan

layanan mediasi dalam mengentaskan masalah interaksi sosial lansia. Kelima,

mengakhiri mediasi dengan kesimpulan dari lansia UB dengan lansia NZ yang

sedang bermasalah.

Teknik yang digunakan konselor pada saat melakukan layanan mediasi

yaitu pemberian nasehat kepada lansia UB dengan lansia NZ agar bisa saling

memahami antara satu dengan yang lainnya dan memberikan informasi

mengenai kewajiban masing-masing lansia, karena permasalahan yang terjadi

dalam lansia disebabkan oleh lansia UB dengan lansia NZ yang saling iri satu

sama lain.14

Untuk memperkuat hasil observasi di PSTW Kasih Sayang Ibu

Batusangkar, penulis melakukan wawancara dengan seorang konselor yang

ada di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar yaitu Bapak Eko Saputra

mengatakan:

13
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Ed.
Revisi 5, (Jakarta :Rajawali Pers, 2003), h.186
14
Observasi langsung,10 oktober 2017 di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar
9

Ketika konselor melakukan layanan mediasi antara pihak


pertama (lansia UB) dengan pihak kedua (lansia NZ), konselor tidak
langsung menyatukan kedua belah pihak (lansia UB dengan NZ).
Konselor akan melakukan konseling individual dengan UB (pihak yang
melapor). Setelah mengetahui permasalahan dari lansia UB, konselor
memanggil lansia NZ.Setelah lansia NZ datang, maka konselor juga
melakukan konseling individual dengan pihak kedua. Apabila konselor
sudah mengetahui inti permasalahan dari lansia UB dengan lansia NZ
atau sudah selesai melakukan konseling individual, barulah konselor
melakukan layanan mediasi.Ketika melakukan layanan mediasi
konselor menanyakan lagi permasalahan kepada lansia UB dengan
lansia NZ, kemudian memberikan nasehat kepada keduanya dan
menekankan kepada lansia UB dengan lansia NZ tentang bentuk-bentuk
interaksi yaitu kerja sama, saling menghargai satu sama lain,saling jujur
dan saling hormat menghormati. Dalam melakukan layanan mediasi
konselor tidak memiliki buku khusus tentang pelaksanaan layanan
mediasi namun konselor hanya menggunakan pedoman buku teknis
yaitu al-quran, karena didalam al-quran banyak menjelaskan bagaimana
menciptakan interaksi yang baik dan membuat hidup sehari-hari
menjadi tenang dan damai.15

Berdasarkan wawancara di atas bahwa di PSTW Kasih Sayang Ibu

Batusangkar konselor tidak memiliki buku pedoman khususnya tentang

pelaksanaan layanan mediasi, konselor hanya menggunakan pedoman teknis

yaitu Al-Quran dalam melakukan layanan mediasi antara lansia UB dengan

lansia NZ yang sedang bermasalah, agar terentasnya masalah lansia UB

dengan lansia NZ tersebut. Tujuan konselor melakukan layanan mediasi antara

lansia UB dengan lansia NZ yaitu agar lansia UB dengan lansia NZ yang

tadinya tidak bertegur sapa dapat disatukan kembali. Teknik yang digunakan

konselor dalam pelaksanaan layanan mediasi yaitu memberikan informasi

kepada lansia UB dengan lansia NZ tentang bersikap dan prilaku sesama

lansia, serta memberikan nasehat kepada mereka agar dapat saling menghargai

satu sama lain.


15
Eko Saputra, konselor di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar wawancara langsung
12 oktober 2017
10

pelaksanaan layanan mediasi dalam mengentaskan masalah interaksi

sosial lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar,

namun masih ada lansia yang tidak dapat disatukan

Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik ingin meneliti lebih

mendalam tentang “ Pelaksanaan Layanan Mediasi Dalam Mengentaskan

Masalah Interaksi Sosial Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih

Sayang Ibu Batusangkar”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan masalah

Bagaimana layanan mediasi dalam mengentaskan masalah interaksi

sosial lansia di panti Sosial Tresna Werdha kasih sayang Ibu Batusangkar.

2. Batasan masalah

Berdasarkan permasalahan diatas penulis lebih terarah dan fokus

yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan yang dilakukan konselor dalam memberikan layanan

mediasi untuk mengentaskan masalah interaksi sosial lansia di Panti

PSTW KSI Batusangkar.

b. Pelaksanaan yang dilakukan konselor dalam memberikan layanan

mediasi untuk mengentaskan masalah interaksi sosial lansia di Panti

PSTW KSI Batusangkar.

c. Evaluasi dan tindak lanjut yang dilakukan konselor dalam

memberikan layanan mediasi untuk mengentaskan masalah interaksi

sosial lansia di Panti PSTW KSI Batusangkar.


11

C. Tujuan dan kegunaan penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui perencanaan yang dilakukan konselor dalam

memberikan layanan mediasi untuk memperbaiki sikap dalam interaksi

sosial lansia di Panti PSTW KSI Batusangkar.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan yang dilakukan konselor dalam

memberikan layanan mediasi untuk memperbaiki sikap dalam

interaksi sosial lansia di Panti PSTW KSI Batusangkar

c. Untuk mengetahui evaluasi dan tindak lanjut yang dilakukan konselor

dalam memperbaiki sikap dalam interaksi sosial lansia di Panti PSTW

KSI Batusangkar

2. Keguunaan penelitian

a. Untuk memenuhi salah satu syarat guna untuk memperoleh gelar S.Sos

(Sarjana Sosial ) di Fakultas Dakwah “IAIN IB Padang “.

b. Untuk menambah wawasan penulis khususnya yang berkenaan dengan

interaksi sosial.

c. Sebagai sumber pikiran dan bahan informasi bagi pihak yang

membutuhkan.

d. Sebagai pegangan bagi para peneliti dalam mengadakan penelitian

yang berhubungan dengan interaksi sosial.

D. Penjelasan judul
12

Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami kata-kata yang

digunakan peneliti dalam penelitian ini, maka peneliti merasa perlu untuk

menjelaskan judul yang terdapat dalam skripsi ini

Layanan mediasi : Layanan konseling yang dilaksanakan konselor

terhadap dua pihak (atau lebih) yang sedang dalam

keadaan saling tidak menemukan kecocokan.

Ketidakcocokan itu menjadikan mereka saling

berhadapan, saling bertentangan saling bermusuhan.16

Interaksi sosial : Suatu hubungan antara 2 individu atau lebih, di mana

kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah,

atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau

sebaliknya”.17 Adapun maksud dari penulis adalah

interaksi sosial yang menimbulkan perpecahan dan

salah paham yang terjadi antara sesama lansia yang ada

di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar

Lansia : Lanjut usia menurut badan kesehatan dunia (WHO)

menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan

proses manua yang berlangsung secara nyata dan

seseorang yang telah lanjut usia . kelompok penduduk

yang berusia 60 tahun keatas. Pada lanjut usia akan

terjadi perubahan yang bersifat natural, seperti

16
Prayitno, Loc.Cit.
17
Abu ahmadi, Psikologi sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),h. 54.
13

perubahan pada fungsi panca indera, fungsi fisik dan

lain-lain. Lanjut usia yang berada di panti sosial.

Jadi yang penulis maksud dari judul penelitian ini adalah Pelaksanaan

Layanan Mediasi Dalam Mengentaskan Masalah Interaksi Sosial Lansia Di

Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar.

E. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan akan penulis bagi kedalam tiga bagian yaitu

bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian penutup yang akan dibagi kedalam

beberapa bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan

masalah batasan masalah , penjelasan judul, tujuan dan

kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika

penulisan

BAB II : Landasan teori, pengertian interaksi sosial dalam perspektif

Islam, bentuk-bentuk interaksi sosial, faktor-faktor yang

mempengaruhi interaksi sosial pada lansia

BAB III : Merupakan metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian

kualitatif,observasi, wawancara dan teknik pengumpulan data

dan lokasi penelitian

BAB IV : Hasil penelitian yang menjelaskan tentang peran layanan

mediasi dalam memperbaiki interaksi sosial dengan lansia

lainya
14

BAB V : Merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran, dan

setelah itu juga ada daftar pustaka dan lampiran- lampiran yang

terkait dengan skripsi ini.

Anda mungkin juga menyukai