Anda di halaman 1dari 12

UPAYA KASASI TERHADAP PUTUSAN BEBAS

DALAM PERKARA PIDANA

Pini Alvionita
vini.a.sanjaya@facebook.com
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
This Research was to identiy the ratiodecidendi behind the sentence of verdict in appeal
against a non-guilty verdict and the implication of a legal appeal against a non-guilty verdict in a
criminal case. It was a judicial normative research adopting juridical, historical, conceptual
approach and cases. The legal resource were primary ones and secondary ones through
bibliographical data collection. The collected data were analyzed descriptively and concluded
deductively. Reffering to the results of analysis and discussions, it was concluded that : (1) the
ratiodecidendi of an appeal by a general prosecutor was based on philosophy (fairness), juridical
(certainty) and sociology (benefit). Among the aforementioned 3 basis, the juridical one was the
most prominent, and (2) an appeal by a general prosecutor was not acceptable against all non-
guilty verdicts, saved to impure acquittals.
Keywords: Appeal, Non-guilty Verdicts

Kitab Undang-undang Hukum Acara biasa menangguhkan eksekusi terkecuali


Pidana adalah undang-undang yang apabila terhadap suatu putusan
diharapkan dapat memberikan kepastian bagi dikabulkannya tuntutan, sedangkan upaya
kelancaran proses peradilan. Tulisan dalam hukum luar biasa tidak menangguhkan
KUHAP memuat ketentuan yang menjadi eksekusi.
pedoman dalam menegakan hukum sejak Pada hukum acara pidana, banding
proses penyelidikan sampai dengan proses merupakan salah satu upaya hukum biasa
peradilan. Patut disadari bahwa sebagai yang dapat diminta oleh salah satu atau
kumpulan peraturan hukum buatan manusia, kedua belah pihak yaitu terdakwa atau
sudah barang tentu KUHAP memiliki penuntut umum terhadap suatu putusan
kelemahan, dan masih terdapat beberapa Pengadilan Negeri. Para pihak mengajukan
rumusan pasal-pasal yang belum jelas. Salah banding apabila tidak merasa puas dengan
satu pasal yang menurut penulis masih harus putusan Pengadilan Negeri, dapat
dikaji serta dianalisis kembali tersebut, mengajukan memori banding kepada
adalah pasal yang mengatur tentang upaya Pengadilan Tinggi melalui Pengadilan Negeri
hukum kasasi kepada Mahkamah Agung di mana putusan tersebut dibuat. Dengan
terhadap putusan bebas pada pengadilan diajukannya banding maka pelaksanaan
negeri. putusan Pengadilan Negeri belum dapat
Secara umum upaya hukum adalah dilaksanakan, karena putusan Pengadilan
suatu cara yang diberikan oleh undang- Negeri tersebut belum dapat dikatakan
undang kepada seseorang ataupun badan sebagai putusan yang memiliki kekuatan
hukum untuk dalam hal tertentu melawan hukum yang tetap sehingga belum dapat
putusan hakim. Dalam teori dan praktek dieksekusi.
hukum dikenal ada 2 (dua) macam upaya Selain upaya hukum banding, Kasasi
hukum yaitu, upaya hukum biasa dan upaya merupakan salah satu upaya hukum biasa
hukum luar biasa. Perbedaan yang ada antara yang dapat diminta oleh salah satu atau
keduanya adalah bahwa pada upaya hukum kedua belah pihak (terdakwa atau penuntut

13
14 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 8, Agustus 2016 hlm 13-24 ISSN: 2302-2019

umum) terhadap suatu putusan Pengadilan pada Surat Keputusan Menteri Kehakiman
Tinggi. Terdakwa atau penuntut umum dapat No. M. 14-PW.07.03 Tahun 1983 butir 19
mengajukan kasasi bila masih merasa belum yang menyatakan, “Terhadap putusan bebas
puas dengan isi putusan Pengadilan Tinggi tidak dapat dimintakan banding tetapi
kepada Mahkamah Agung. Kasasi berasal berdasarkan situasi dan kondisi, demi hukum,
dari perkataan “casser” yang berarti keadilan dan kebenaran, terhadap putusan
memecahkan atau membatalkan, sehingga bebas dapat dinyatakan kasasi, hal ini akan
bila suatu permohonan kasasi terhadap didasarkan pada yurisprudensiDalam
putusan pengadilan di bawahnya diterima perkembangannya Pasal 244 KUHAP
oleh Mahkamah Agung, maka berarti putusan tersebut mengalami perubahan, dengan
tersebut dibatalkan oleh Mahkamah Agung dikeluarkannya Putusan Mahkamah
karena dianggap mengandung kesalahan Konstitusi Nomor: 114/PUU-X/2012 yang
dalam penerapan hukumnya. mengabulkan permohonan Pemohon
Pasal 244 KUHAP menyatakan terhadap frase “kecuali terhadap putusan
“Terhadap putusan perkara pidana yang bebas”. Dalam amar putusannya, Hakim
diberikan pada tingkat terakhir oleh Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa
pengadilan lain selain daripada Mahkamah frase tersebut tidak lagi mempunyai kekuatan
Agung, terdakwa atau penuntut umum dapat hukum mengikat. Penulis ingin mengkaji
mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi lebih dalam tentang ratio decidendi
kepada Mahkamah Agung, kecuali terhadap Mahkamah Agung dalam
putusan bebas”. Jika membaca uraian pasal mempertimbangkan putusan pengadilan
tersebut maka jelas larangan terhadap jaksa negeri sebagai pengadilan pada tingkat
sebagai penuntut umum untuk mengajukan pertama yang telah memberikan putusan
kasasi terhadap putusan bebas (vrijspraak), bebas pada perkara pidana. Berdasarkan hal
karena terdapat kata “kecuali” yang artinya tersebut maka yang menjadi permasalahan
mengkhususkan terhadap putusan bebas. dalam penelitian ini adalah : (1) Apa ratio
Berdasarkan uraian di atas, dalam pasal decidendi dibalik vonis hukum kasasi
ini telah memberikan muatan yang jelas terhadap putusan bebas? (2) Bagaimanakah
terhadap larangan mengajukan upaya hukum implikasi upaya hukum kasasi terhadap
kasasi oleh penuntut umum. Namun dalam putusan bebas dalam perkara pidana?
praktek pelaksanaan perkara pidana, kasasi
masih dapat diajukan terhadap putusan bebas METODE
yang didasarkan pada Surat Keputusan Penelitian ini adalah yuridis normatif,
Menteri Kehakiman No. M. 14-PW.07.03 dengan menggunakan pendekatan undang-
Tahun 1983 Tentang Tambahan Pedoman
undang, historis, konseptual, dan kasus. Jenis
Pelaksanaan KUHAP. Menurut penulis, Surat dan sumber bahan hukum berasal dari bahan
Keputusan Menteri Kehakiman tersebut hukum primer dan bahan hukum sekunder.
justru mengaburkan Pasal 244 KUHAP yang Teknik dalam melakukan pengumpulan
seharusnya sudah jelas merumuskan larangan bahan hukum studi kepustakaan. Teknik
kasasi terhadap putusan bebas. analisis bahan hukum dengan menggunakan
Berdasarkan hal tersebut, dari metode analisis deskriptif dengan dan
penafsiran awal tadi maka Jaksa dalam disimpulkan secara deduktif.
menyusun memori kasasi akan lebih
menekankan pada pasal 244 KUHAP yang
menilai bahwa putusan bebas pada tingkat
Pengadilan Negeri adalah putusan bebas
tidak murni, dengan menghubungkannya
Pini Alvionita, Upaya Kasasi Terhadap Putusan Bebas Dalam Perkara Pidana………………………………………15

HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan distinction (pembedaan)


seperti itu untuk melumpuhkan kekuatan
Ratio Decidendi Vonis Kasasi Terhadap
mengikat dari preseden (Barda Nawawi
Putusan Bebas Dalam Perkara Pidana
Arief, 1998 : 24).
Hakim yang merupakan wakil tuhan di
Menurut RE. Baringbang (2001 : 31)
muka bumi, yang di tangannyalah terletak
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan
nasib seseorang yang diduga telah melakukan
negara yang merdeka untuk
kejahatan. Putusan yang dijatuhkan atas
menyelenggarakan peradilan guna
seorang terdakwa tidak hanya didasarkan
menegakkan hukum dan keadilan
kepada pertimbangan yuridis semata, namun
berdasarkan Pancasila, demi
bersandar pula kepada hal-hal yang bersifat
terselenggaranya Negara Hukum Republik
non-yuridis, Sekalipun dalam memutus
Indonesia. Penyelenggaraan kekuasaan
perkara seorang hakim merupakan corong
kehakiman diserahkan kepada badan-badan
bagi undang-undang (la bouche de la loi/ la
peradilan dan ditetapkan dengan Undang-
bouche de droit atau Spreekhuis van de
undang, dengan tugas pokok untuk
wet).(H. Bagir Manan, 2005 : 10)
menerima, memeriksa, dan mengadili serta
Pertimbangan hakim tidak terlepas pula
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan
dari independensi lembaga peradilan, yang
kepadanya. Penjelasan setiap perkara yang
meletakkan hakim sebagai penggerak
diajukan kepada badan-badan peradilan
tegaknya undang-undang. Pelaksanaan
mengandung pengertian di dalamnya
hukum, penegakan rule of law, merupakan
penyelesaian masalah yang bersangkutan
syarat mutlak bagi berdirinya sebuah
dengan yurisdiksi voluntair.
bangunan demokrasi. Terdapat 6 (enam)
Berbagai persoalan yang membelit
syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya
kekuasaan kehakiman menjadi salah satu
pemerintah yang demokratis di bawah rule of
agenda penting reformasi. Sehingga pada
law, yaitu perlindungan konstitusional,
perubahan UUD 1945, Pasal-pasal yang
peradilan atau badan-badan kehakiman yang
mengatur tentang kekuasaan kehakiman
bebas dan tidak memihak, Pemilihan Umum
mengalami perubahan yang cukup signifikan.
yang bebas, kebebasan menyatakan pendapat,
Berkaitan dengan kekuasaan kehakiman,
kebebasan berserikat/berorganisasi dan
paling tidak terdapat 4 (empat) perubahan
beroposisi, pendidikan kewarganegaraan.
penting dalam Undang Undang Dasar (UUD)
Di Inggris kekuatan mengikat dari
1945 Pasca Amandemen(Sirajuddin, 2007 :
hukum preseden ini terletak pada bagian
11):
putusan yang disebut ratio decidendi, yaitu
1. Jaminan kekuasaan kehakiman yang
semua bagian putusan atau pertimbangan
merdeka ditegaskan dalam pasal-pasal
hukum yang menjadi dasar dari putusan
UUD 1945, yang sebelumnya hanya
dalam kasus konkret. Hal-hal lain yang
disebutkan dalam penjelasan UUD 1945;
berupa penyebutan fakta-fakta yang tidak ada
2. MA dan badan kehakiman yang lain tidak
relevansinya secara langsung dengan
lagi menjadi satu-satunya pelaku
perkaranya, yang disebut obiter dicta tidak
kekuasaan kehakiman karena ada
mempunyai kekuatan mengikat dalam
mahkamah konstitusi yang berkedudukan
prakteknya sistem preseden itu tidak seketat
setingkat dengan MA dan berfungsi
yang dibayangkan, sebab hakim dapat
sebagai pelaku kekuasaan kehakiman.
menghindari kekuatan mengikat dari ratio
Pengawasan internal yang dilakukan oleh
decidendi itu apabila ia dapat menunjukkan
Mahkamah Agung dan Mahkamah
bahwa perkara yang sedang dihadapi itu ada
Konstitusi tidak kalah penting untuk
perbedaan dengan perkara yang diputus
diperkuat pada masa yang akan datang
terdahulu. Hakim atau advokat dapat
16 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 8, Agustus 2016 hlm 13-24 ISSN: 2302-2019

adalah terwujudnya keterbukaan di pengawasan dan pembinaan tertinggi


pengadilan dan hak masyarakat untuk terhadap proses penyelenggaraan peradilan di
memperoleh informasi yang dikelola oleh semua tingkat dan lingkungan badan
pengadilan. peradilan. Kedua, pengawasan terhadap
3. Adanya lembaga baru yang bersifat tingkah laku dan perbuatan para hakim yang
mandiri dalam struktur kekuasaan terkait dengan kode etik kehakiman. Ketiga,
kehakiman yaitu Komisi Yudisial (KY) meminta keterangan mengenai teknis
yang berwenang mengusulkan pelaksanaan jalannya proses peradilan.
pengangkatan hakim agung dan Keempat, mempunyai wewenang untuk
mempunyai wewenang lain dalam rangka memberikan petunjuk, teguran dan
menjaga dan menegakkan kehormatan, peringatan yang diperlukan guna tercapainya
keluhuran martabat serta perilaku hakim. tujuan peradilan yang berwibawa.
4. Adanya kewenangan kehakiman dalam Penataan badan negara yang akan
hal ini Mahkamah Konstitusi untuk menjamin kebebasan tersebut, menurut
melakukan Judicial Review UU terhadap Montesquieu dilakukan dengan cara
UUD 1945, memutus sengketa pemisahan badan negara ke dalam tiga
kewenangan lembaga negara yang cabang kekuasaan yaitu eksekutif, legislatif
kewenangannya diberikan oleh UUD, dan yudikatif. Tanpa pemisahan itu, maka
memutus pembubaran Parpol, memutus tidak akan ada kebebasan atau independensi.
sengketa tentang hasil pemilu. Di kemukakan oleh Montesquieu (1949:151)
Mahkamah Agung yang peradilan tentang doktrin pemisahan kekuasaan
tertinggi dari semua lingkungan peradilan (separation of power), bahwa: “When the
lainnya seperti Peradilan Umum, Agama, legislative and executive powers are united in
militer dan Tata Usaha Negara maupun the same person, or in the same body of
peradilan lainnya. Mahkamah Agung adalah magistrates, there can be no liberty; because
lembaga peradilan yang mempunyai apprehensions may arise; lest the same
kedudukan terlepas dan terpisah dari monarch or senate should enact tyranical
pengaruh kekuasaan negara lainnya. Fungsi laws, to execute than in a tyranical manner.
utama dari MA sebagai sebuah lembaga Again, there is no liberty, if the judiciary
peradilan adalah mewujudkan tujuan hakiki power be not separated from the legislative
dari kekuasaan kehakiman yang merdeka dan and executive. Were it joined with the
mandiri yaitu mewujudkan kedaulatan legislative, the live and liberty of the subject
rakyat, interpreter of the constitution, would be exposed to arbitrary control; for
menegakkan keadilan, kebenaran dan the judge would be then the legislator. Were
kepastian hukum, menjalankan fungsi check it joined to executive power, the judge might
and balance guna menegakkan prinsip- behave with violence and oppression. There
prinsip negara hukum guna mewujudkan would be an end of everything, were to some
masyarakat adil dan makmur. Fungsi Judicial man, or the somebody, weather of the
yang menyelenggarakan peradilan dengan nobbles or of the people, to the exercise those
melaksanakan dan menerapkan hukum secara three powers, that of enacting laws, that of
tepat dan adil. Fungsi Review (toetsingsrecht) executing the public resolution and of trying
adalah hak untuk menguji secara materiil the causes of individuals”. Dengan
berbagai peraturan perundang-undangan di pemisahan kekuasaan tersebut dapat
bawah konstitusi dengan mekanisme menjauhkan lembaga peradilan dari pengaruh
prosedural dan diatur berdasarkan undang- politik ataupun kekuasaan eksekutif.
undang serta tidak menyulitkan. Fungsi
Supervisi (pengawasan) pertama,
Pini Alvionita, Upaya Kasasi Terhadap Putusan Bebas Dalam Perkara Pidana………………………………………17

Berdasarkan uraian di atas, dapat fair seperti apa yang telah di kemukakan oleh
peradilan yang berwibawa dilaksanakan oleh John Rawls dalam konsepnya.
berdasarkan hal-hal pokok yaitu : Menempatkan keadilan dalam origin position
1. adanya suatu peradilan (tribunal) yang menjadikannya sebagai tolak ukur dalam
ditetapkan oleh suatu perundang- bagi hakim, menurut penulis dapat
undangan; menghasilkan putusan yang di dalamnya
2. peradilan itu harus independen, tidak “bersemayang” ruh dari keadilan.
memihak (impartial) dan competent; dan Pandangan John Rawls terhadap
3. peradilan diselenggarakan secara jujur konsep “origin position” terdapat prinsip-
(fair trial) dan pemeriksaan secara terbuka prinsip keadilan yang utama, di antaranya
(public hearing). prinsip persamaan, yaitu setiap orang sama
Dengan demikian menurut hemat atas kebebasan yang bersifat universal, hakiki
penulis sekalipun pengaruh, independensi dan kompatibel dan ketidaksamaan atas
hakim menjadi hal yang paling utama dalam kebutuhan sosial, ekonomi pada diri masing-
menjatuhkan putusan. masing individu. Prinsip pertama yang
Tugas utama hakim adalah untuk dinyatakan sebagai prinsip kebebasan yang
memberi keputusan, bukan menghadiahkan sama (equal liberty principle), seperti
keadilan berdasarkan persekongkolan. kebebasan beragama (freedom of religion),
Namun kenyataannya banyak keputusan kemerdekaan berpolitik (political of liberty),
pengadilan mencerminkan kontaminasi kebebasan berpendapat dan mengemukakan
keadilan tidak sehat. Sehingga bentuk ekpresi (freedom of speech and expression),
pengendalian sosial secara otomatis akan sedangkan prinsip kedua dinyatakan sebagai
muncul. Tindakan individu maupun massa prinsip perbedaan (difference principle),
yang dari perspektif yuridis dapat yang menghipotesakan pada prinsip
digolongkan sebagai tindakan main hakim persamaan kesempatan (equal oppotunity
sendiri (eigentricht), pada hakikatnya principle). John Rawls (2001 : 236)
merupakan wujud pengendalian diri oleh menegaskan pandangannya terhadap keadilan
masyarakat. Karena sudah semakin tampak bahwa program penegakan keadilan yang
benar oleh mata hati masyarakat bahwa equal berdimensi kerakyatan haruslah
justice under law masih merupakan lips memperhatikan dua prinsip keadilan, yaitu,
service atau hanya bahan retorika belaka para pertama, memberi hak dan kesempatan yang
petinggi hukum. Kondisi keterpurukan sama atas kebebasan dasar yang paling luas
hukum di Indonesia saat ini, hanya mungkin seluas kebebasan yang sama bagi setiap
diatasi jika para penegak hukum lebih banyak orang. Kedua, mampu mengatur kembali
bertanya kepada hati nuraninya, daripada kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi
perutnya, sehingga dapat disebut adil oleh sehingga dapat memberi keuntungan yang
masyarakat. maka para penegak hukum harus bersifat timbal balik.
mampu mengimplementasikan melalui Konsep keadilan lain juga datang dari
putusan hukum di pengadilan ( Zaiduddin pemikiran Hans Kelsen, yang dalam bukunya
Ali, 2006 : 22). general theory of law and state,
Keadilan bukan merupakan bagian dari berpandangan bahwa hukum sebagai tatanan
hukum, namun menjadi tujuan dari hukum sosial yang dapat dinyatakan adil apabila
itu sendiri. Sebagai suatu tujuan hakim dapat mengatur perbuatan manusia dengan
adalah yang memutus setiap ketentuan cara yang memuaskan sehingga dapat
berdasarkan peraturan undang-undang. menemukan kebahagiaan di dalamnya (Hans
Putusan hakim seyogyanya bersifat adil, atau Kelsen, 2011: 7).
dengan kata lain merupakan putusan yang
18 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 8, Agustus 2016 hlm 13-24 ISSN: 2302-2019

Hans Kelsen (2011: 7) mengemukakan kepentingan. Penyelesaian atas konflik


keadilan sebagai pertimbangan nilai yang kepentingan tersebut dapat dicapai melalui
bersifat subjektif. Walaupun suatu tatanan suatu tatanan yang memuaskan salah satu
yang adil yang beranggapan bahwa suatu kepentingan dengan mengorbankan
tatanan bukan kebahagiaan setiap kepentingan yang lain atau dengan
perorangan, melainkan kebahagiaan sebesar- berusaha mencapai suatu kompromi
besarnya bagi sebanyak mungkin individu menuju suatu perdamaian bagi semua
dalam arti kelompok, yakni terpenuhinya kepentingan.
kebutuhan-kebutuhan tertentu, yang oleh 2. Konsep keadilan dan legalitas
penguasa atau pembuat hukum, dianggap Untuk menegakkan di atas dasar suatu
sebagai kebutuhan-kebutuhan yang patut yang kokoh dari suatu tatanan sosial
dipenuhi, seperti kebutuhan sandang, pangan tertentu, menurut Hans Kelsen pengertian
dan papan. Tetapi kebutuhan-kebutuhan “Keadilan” bermaknakan legalitas. Suatu
manusia yang manakah yang patut peraturan umum adalah “adil” jika ia
diutamakan. Hal ini dapat dijawab dengan benar-benar diterapkan, sementara itu
menggunakan pengetahuan rasional, yang suatu peraturan umum adalah “tidak adil”
merupakan sebuah pertimbangan nilai, jika diterapkan pada suatu kasus dan tidak
ditentukan oleh faktor-faktor emosional dan diterapkan pada kasus lain yang serupa.
oleh sebab itu bersifat subjektif. Namun dalam hal ini prinsip legalitas
Hans Kelsen (2011:7) adalah filsuf mempunyai kelemahan yang salah satu di
yang beraliran positivisme mengakui juga antaranya menyatakan bahwa asas legalitas
bahwa keadilan mutlak berasal dari alam, hanya dapat bermakna jika ditopang oleh
yakni lahir dari hakikat suatu benda atau undang-undang yang baik (good penal laws),
hakikat manusia, dari penalaran manusia atau yang merupakan perwujudan rasio manusia,
kehendak Tuhan. Pemikiran tersebut rasa keadilan, kehendak umum, kepentingan
diesensikan sebagai doktrin yang disebut umum, serta kedaulatan rakyat sebaliknya
hukum alam. Doktrin hukum alam asas legalitas tidak akan bermakna apapun
beranggapan bahwa ada suatu keteraturan jika ditopang oleh undang-undang pidana
hubungan-hubungan manusia yang berbeda yang tidak baik (bad penal laws), apabila
dari hukum positif, yang lebih tinggi dan merupakan perwujudan kehendak dan
sepenuhnya sahih dan adil, karena berasal perintah penguasa serta perwujudan
dari alam, dari penalaran manusia atau kepentingan politik untuk melindungi dan
kehendak Tuhan(Hans Kelsen 2011 : 7) . mempertahankan kekuasaannya(Deni Setyo
Pemikiran tentang konsep keadilan, Hans Bagus Yuherawan, 2014 : 90). Oleh karena
Kelsen mengakui juga kebenaran dari hukum itu menurut pemahaman penulis untuk
alam. Sehingga pemikirannya terhadap tercapainya keadilan yang dilandasi oleh
konsep keadilan menimbulkan dualisme prinsip legalitas maka dibutuhkan peraturan
antara hukum positif dan hukum alam. undang-undang yang semata-mata didasari
Dua hal lain tentang konsep keadilan atas kehendak umum, dan bukan didasarkan
yang di kemukakan oleh Hans Kelsen ((Hans pada kepentingan segelintir orang saja.
Kelsen 2011:16) yaitu: Seperti yang telah diuraikan
1. Keadilan yang bersumber dari cita-cita sebelumnya, bahwa penulis sependapat
irasional dengan konsep John Rawls yang
Keadilan dirasionalkan melalui menempatkan keadilan pada tempat yang
pengetahuan yang dapat berwujud suatu semestinya. Artinya bahwa tujuan utama dari
kepentingan-kepentingan yang pada keadilan adalah persamaan, persamaan yang
akhirnya menimbulkan suatu konflik dimaksudkan yaitu kesetaraan dalam hal
Pini Alvionita, Upaya Kasasi Terhadap Putusan Bebas Dalam Perkara Pidana………………………………………19

mempertimbangkan hal-hal yang ada menjadi bertolak belakang, terkadang asas


sebelum menjatuhkan putusan. Keadilan doelmatigheid selalu didahulukan.
merupakan unsur filosofis yang terkandung Pembukaan UUD 1945 pada paragraf
dalam setiap putusan hakim. Putusan hakim keempat menyebutkan, bahwa tujuan hukum
secara filosofis harus mencerminkan keadilan Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
yang merupakan unsur di luar hukum (non- Indonesia dan seluruh tumpah darah
yuridis). Indonesia dan untuk memajukan
Hukum sebagai suatu rumusan kesejahteraan umum, mencerdaskan
pengetahuan yang secara sosiologis telah kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan
ditetapkan sebagai aturan yang mengatur ketertiban dunia yang berdasarkan
perhutanan manusia. Sebagaimana layaknya perdamaian abadi dan keadilan sosial.
suatu ilmu pengetahuan, jika dalam Soedjno Dirjosisworo mengatakan bahwa
pandangan positivisme hukum adalah tujuan hukum yang sebenar-benarnya adalah
perintah penguasa, maka dalam pandangan menghendaki kerukunan, dan perdamaian
utility hukum hadir sebagai pengatur tatanan dalam pergaulan hidup bersama. Hukum itu
hidup bermasyarakat. Hukum itu adalah mengisi kehidupan yang jujur dan damai
untuk ditaati, dan tujuan penetapan hukum dalam seluruh lapisan masyarakat (Ishaq,
adalah untuk bersinergi dengan keadilan, 2008 : 9). Hukum itu ada untuk manusia,
sehingga melahirkan hukum yang berjiwa sehingga masyarakat mengharapkan
keadilan serta bermanfaat. kemanfaatan dan pelaksanaan atau
Adanya perhatian manusia terhadap penegakan hukum. Jangan sampai terjadi
kemanfaatan hukum adalah karena semua dalam pelaksanaan atau penegakan hukum
orang mengharapkan adanya manfaat dalam ini timbul keresahan di dalam masyarakat
pelaksanaan tegaknya hukum. Dalam (Ahmad Rifai, 2010 : 131).
menjaga tegaknya hukum, perlu untuk Berdasarkan uraian di atas, dapat
dihindari agar jangan sampai pelaksanaannya disimpulkan bahwa kemanfaatan hukum
justru menimbulkan keresahan dalam sebagai pertimbangan sosiologis yang
kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena digunakan oleh hakim dalam menyelesaikan
pembicaraan tentang hukum justru cenderung perkara pidana. kemanfaatan hukum
hanya melihat pada peraturan perundang- seyogyanya tercermin dalam putusan hakim
undangan, yang mana aturan tersebut adalah sebagai suatu nilai dasar hukum. Nilai
buatan legislator yang belum mendapat kemanfaatan ditujukan untuk kesejahteraan
jaminan atas kesempurnaannya serta tidak dan kebahagiaan masyarakat, dengan kata
aspiratif dengan kehidupan sosial lain hukum tidak hanya sekedar mengatur
masyarakat. tatanan hidup bermasyarakat.
Kemanfaatan dalam pandangan hukum Pertimbangan hakim yang pula
administrasi negara pada dasarnya dihadirkan dalam persidangan adalah barang-
merupakan sandaran dari asas doelmatigheid barang bukti. KUHAP tidak menyebutkan
yaitu salah satu asas yang selalu menjadi secara eksplisit atau jelas tentang apa yang
perhatian dalam pembuatan peraturan dimaksud dengan barang bukti. Namun
ataupun putusan hakim, bahkan dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP disebutkan
doelmatigheid merupakan asas yang sangat mengenai apa-apa saja yang dapat disita,
prioritas rechtmatigheid (kepastian). Oleh yaitu:
karena itu pula dalam berbagai kondisi ketika a. benda atau tagihan tersangka atau
asas rechtmatigheid dan asas doelmatigheid terdakwa yang seluruh atau sebagian
ada kalanya tidak sejalan dan tak jarang diduga diperoleh dari tindakan pidana atau
sebagai hasil dari tindak pidana;
20 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 8, Agustus 2016 hlm 13-24 ISSN: 2302-2019

b. benda yang telah dipergunakan secara metode a contrario, dengan menafsirkan


langsung untuk melakukan tindak pidana undang-undang yang didasarkan pada
atau untuk mempersiapkannya; perlawanan pengertian antara soal yang
c. benda yang digunakan untuk menghalang- dihadapi dan soal yang diatur dalam suatu
halangi penyelidikan tindak pidana; undang-undang. Namun menurut penulis hal
d. benda yang khusus dibuat atau tersebut semestinya tidak dilakukan karena
diperuntukkan melakukan tindak pidana; penafsiran yang semacam ini hanya
e. benda lain yang mempunyai hubungan dilakukan secara sepihak.
langsung dengan tindak pidana yang Lahirnya upaya hukum kasasi terhadap
dilakukan. putusan bebas diawali ketika Mahkamah
Barang-barang atau benda-benda yang Agung mengabulkan pemeriksaan kasasi
disebutkan dalam pasal di atas, dapat terhadap putusan bebas terdakwa Natalegawa
digolongkan sebagai barang bukti yang yang diajukan jaksa, melalui Putusan
digunakan dalam mendukung atau Mahkamah Agung Reg. No. 275/K/Pid/1983.
merupakan sarana pelaku untuk melakukan Pertimbangan atau alasan hukum (legal
tindak pidana. Penilaian hakim didasarkan reasoning) yang digunakan Mahkamah
pada barang bukti yang diajukan di Agung untuk menerima upaya kasasi
persidangan. terhadap putusan bebas, yaitu:
Fakta-fakta persidangan tersebut 1. asas ius contra legem; dan
bersesuaian antara lokasi (locus), waktu 2. konsepsi putusan bebas yang dibedakan
(tempus) kejadian, dan cara (modus operandi) atas bebas murni (vrijspraak) dan bebas
tentang bagaimana tindak pidana dilakukan, tidak murni (verkapte vrijspraak).
serta melihat apakah ada akibat yang Asas ius contra legem menyatakan
ditimbulkan dari tindak pidana yang bahwa wewenang seorang hakim untuk
dilakukan oleh terdakwa. Pertimbangan yang menyimpangi ketentuan-ketentuan hukum
ada dalam putusan hakim harus memiliki tertulis yang telah ada yang telah usang
aspek teoritik, doktrin, yurisprudensi, dan ketinggalan zaman sehingga tidak lagi
posisi kasus yang ditangani. Setelah mampu memenuhi rasa keadilan
memasukan unsur-unsur tersebut, yang masyarakat(K.Wantjik Saleh, 1981 : 24).
selanjutnya dilakukan adalah manasuka Asas ini merupakan dasar bahwa dengan
pertimbangkan hal-hal yang meringankan wewenang yang di miliki oleh hakim untuk
dan memberatkan. melakukan penemuan hukum jika suatu
peraturan dianggap telah usang atau
Implikasi Hukum Upaya Kasasi Terhadap ketinggalan zaman. Dalam pendapatnya, Van
Putusan Bebas Dalam Perkara Pidana Eikema Hommes (Marwan Mas, 2014 : 160)
Sebelumnya terhadap putusan bebas menyatakan bahwa penemuan hukum
oleh pengadilan tingkat pertama tidak dapat lazimnya diartikan sebagai proses
diajukan upaya hukum untuk diuji kembali pembentukan hukum oleh hakim atau
pada tahapan peradilan yang ada di atasnya. petugas-petugas hukum lainnya yang diberi
KUHAP telah mengaturnya dengan jelas tugas melaksanakan hukum terhadap
dalam Pasal 64 dan Pasal 244. Jika membaca peristiwa-peristiwa konkret. Ini merupakan
redaksi pasal tersebut tidak lagi memerlukan proses konkretisasi dan individualisasi
penafsiran, karena ketika membaca kata-kata peraturan hukum yang bersifat umum dengan
yang ada di dalamnya secara keseluruhan mengingat peristiwa konkret.
sudah sangat dimengerti. Penafsiran lain Jika yurisprudensi tersebut di atas
terhadap pasal tersebut dapat dilakukan didasarkan pada prinsip contra legem, maka
apabila dianalisis dengan menggunakan menurut penulis sesungguhnya merupakan
Pini Alvionita, Upaya Kasasi Terhadap Putusan Bebas Dalam Perkara Pidana………………………………………21

hal yang keliru. KUHAP yang merupakan lembaga negara yang mempunyai tugas
undang-undang tentang hukum acara pidana untuk merumuskan serta membentuk undang-
dalam sejarahnya diterbitkan (diundangkan) undang (legislator). Undang-undang yang
Pada tahun 1981. Sampai saat ini undang- dalam arti formalnya adalah keputusan
undang tersebut belum mencapai seabad penguasa yang dilihat dari bentuk dan cara
dalam masa berlakunya. Yurisprudensi yang terjadinya sehingga disebut undang-undang.
digunakan sebagai dasar untuk menerima Oleh karena itu undang-undang dalam arti
permohonan kasasi jaksa penuntut umum formal tidak lain merupakan ketetapan
terhadap putusan bebas tersebut dikeluarkan penguasa (negara) yang memperoleh sebutan
pada tahun 1983. Secara logis tidaklah undang-undang karena cara
mungkin peraturan yang notabene baru pembentukannya. Sedangkan dalam arti
berumur lebih kurang dua tahun telah materiil, yaitu keputusan atau ketetapan
dianggap sebagai peraturan yang usang, penguasa, yang dilihat dari isinya dinamai
sehingga hakim dapat menggantinya dengan undang-undang dan memiliki kekuatan untuk
mengeluarkan putusan yang mengubah mengikat setiap orang secara umum yaitu
kepastian upaya hukum kasasi terhadap warga negara atau yang bukan warga negara.
putusan bebas. Kebiasaan merupakan sumber hukum
Apabila penulis merujuk pada urutan selanjutnya yang berada kedua setelah
sumber hukum pada negara yang menganut undang-undang. Kebiasaan yang dijadikan
sistem hukum Eropa Kontinental (civil law sebagai sumber hukum adalah perbuatan-
system) yang dapat dilihat sebagai berikut : perbuatan yang dilakukan secara berulang-
1) Undang-undang (statute) ulang dan hal tersebut mendapatkan
2) Kebiasaan (custom) pengakuan secara umum dari seluruh
3) Putusan hakim (jurisprudentie) masyarakat, dan anggapan bahwa apabila
4) Trakta (treaty) kebiasaan tersebut dilanggar maka akan
5) Pendapat sarjana hukum (doktrin) dikenakan sanksi. Kebiasaan yang telah
Sumber hukum di atas tidak hanya diuraikan menjadi norma hukum tersebut bagi negara-
demikian, namun diuraikan berdasarkan negara yang menganut common law system
urutannya. Dalam sistem civil law undang- merupakan sumber hukum yang tidak
undang ditempatkan pada urutan pertama tertulis. Namun bagi negara yang menganut
sumber hukum, hal ini dapat diketahui bahwa civil law system, kebiasaan yang merupakan
negara yang menganut civil law system hukum tidak tertulis juga diakui sebagai
berprinsip bahwa untuk memecahkan setiap sumber hukum. Indonesia sebagai negara
permasalahan hukum terlebih dahulu yang majemuk di mana terdapat beragam
merujuk pada undang-undang. Selanjutnya suku dan adat serta mempunyai kebiasaan-
apabila permasalahan hukum yang dihadapi kebiasaan sebagai norma tidak tertulis, yang
tersebut belum diatur dalam undang-undang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat,
maka kemudian dapat dirujuk pada sumber menempatkan kebiasaan pada urutan yang
hukum yang selanjutnya. kedua sebagai sumber hukum setelah
Undang-undang adalah hukum tertutlis undang-undang. Dalam menentukan
(lex scripta) sebagai lawan dari hukum yang kebiasaan sebagai sumber hukum formil,
tidak tertulis. hukum yang tertulis sama ditentukan melalui putusan hakim
sekali tidak dilihat dari wujudnya yang ditulis (yurisprudensi) yang selanjutnya akan
(arti harfiah). Namun yang dimaksudkan menjadi rujukan bagi hakim lainnya dalam
dengan istilah tertulis dirumuskan secara menangani perkara yang sama.
tertulis oleh pembentukan hukum khusus Yurisprudensi sebagai sumber hukum
(speciali rechtsvormende organen), yaitu formal setelah kebiasaan, harus dibedakan
22 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 8, Agustus 2016 hlm 13-24 ISSN: 2302-2019

dengan kata jurisprudence dalam bahasa negara dengan negara, orang/badan hukum di
Inggris. Kata yurisprudensi berasal dari negara lain.
bahasa latin jurisprudentia yang berarti Sumber hukum yang terakhir adalah
pengetahuan hukum. Dalam bahasa Belanda pendapat para sarjana atau biasa disebut
adalah jurisprundentie, sedangkan dalam sebagai doktrin. Doktrin merupakan hasil
bahasa Prancis adalah jurisprudence, Makna pemikiran dari para ahli-ahli hukum tentang
yang hendak di tunjuk kurang lebih sepadan, teori-teori yang dijadikan acuan bagi hakim
yaitu hukum peradilan. Sementara itu kata, untuk mengambil keputusan. Dalam
jurisprudence dalam bahasa Inggris mengeluarkan penetapan tentang apa yang
bermakna teori ilmu hukum, yang lazim akan menjadi putusannya, hakim sering
disebut general theory of law (algemene mengutip pendapat seseorang sarjana hukum
rechtler). Sedangkan untuk menunjuk mengenai kasus yang harus diselesaikannya.
pengertian hukum peradilan dalam bahasa Dan jika pendapat ahli hukum tersebut
inggris digunakan istilah case law atau judge menentukan bagaimana seharusnya, maka
law-made law (Abdul Rahmad Budiono, pendapat tersebut menjadi dasar putusan
2005: 30). hakim. Doktrin sarjana hukum mempunyai
Soedikno Mertokusumo (1988 : 92) hubungan erat dengan yurisprudensi hakim,
menyatakan bahwa yurisprudensi merupakan karena doktrin selalu dicantumkan untuk
pelaksanaan hukum dalam hal konkret terjadi memperkuat pertimbangan hakim dalam
tuntutan hak yang dijalankan oleh suatu yurisprudensi.
badan yang berdiri sendiri dan diadakan oleh Penggunaan yurisprudensi sebagai
negara serta bebas dari pengaruh apa dan dasar pembenar agar majelis hakim dapat
siapa pun dengan cara memberikan putusan menerima perkara yaitu upaya hukum kasasi
yang bersifat mengikat dan berwibawa. jaksa penuntut umum merupakan
Dengan demikian yurisprudensi juga pengingkaran terhadap ketentuan undang-
memiliki kedudukan yang sama dan bersifat undang (Pasal 64 dan Pasal 244 KUHAP),
mengikat terhadap perkara yang sebelumnya seharusnya hakim dalam menerima
tidak diatur dalam undang-undang, namun permohonan kasasi oleh jaksa penuntut
jika undang-undang telah mengaturnya umum harus mempertimbangkannya dari sisi
secara jelas maka yurisprudensi tidak dapat undang-undang, bukan melakukan penafsiran
dijadikan sebagai dasar oleh hakim untuk terhadap ketentuan yang telah dengan jelas
memberikan putusan. mengaturnya. Terlebih lagi setelah
Sumber hukum setelah yurisprudensi dikeluarkannya Putusan Mahkamah
yaitu traktat (treaty) yaitu perjanjian antar Konstitusi Nomor : 114/PUU-X/2012 yang
negara/perjanjian internasional/perjanjian mengabulkan permohonan pemohon terhadap
yang dilakukan oleh dua negara atau lebih. pengujian Pasal 244 KUHAP yaitu
Pihak-pihak yang bersangkutan dengan menyatakan bahwa frase “kecuali terhadap
perjanjian yang mereka adakan itu tunduk putusan bebas”, yang berakibat bagi semua
serta mengikat dirinya. Hal tersebut di putusan bebas yang dapat diajukan kasasi
dasarkan pada asas pacta sun servada yang oleh jaksa penuntut umum. Menurut penulis
berarti bahwa perjanjian mengikat pihak- hal tersebut tidak dapat memberikan
pihak yang mengadakan atau setiap kepastian serta tidak memberikan keadilan
perjanjian harus ditaati dan ditepati oleh terhadap penyelesaian perkara pidana. Jika
kedua belah pihak. Sumber hukum ini dahulu kasasi yang dilakukan terhadap
digunakan dalam hukum perdata, baik yang putusan bebas tidak murni, maka pada saat
dilaksanakan oleh orang-perorangan/badan ini hal tersebut berlaku bagi semua putusan
hukum, orang/badan hukum dan negara, atau bebas.
Pini Alvionita, Upaya Kasasi Terhadap Putusan Bebas Dalam Perkara Pidana………………………………………23

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI berkepastian, serta bermanfaat. Kedua, Tidak


semua putusan bebas dapat diajukan upaya
Kesimpulan
hukum kasasi, oleh karenanya sebelum
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
pengajukan upaya hukum tersebut, jaksa
selanjutnya dapat disimpulkan : Pertama,
penuntut umum benar-benar yakin bahwa
bahwa ratio decidendi upaya kasasi terhadap
putusan tersebut mengandung unsur-unsur
putusan bebas yang diajukan oleh jaksa
sehingga dapat dikategorikan sebagai putusan
penuntut umum yaitu didasarkan pada
bebas tidak murni. Atas dasar itulah jaksa
pertimbangan filosofi yang merupakan nilai
benar-benar harus melakukan telaah yang
keadilan berdasarkan kepada konsepsi
mendalam untuk menguji sehingga yakin
persamaan (fairness), yuridis yaitu
bahwa putusan tersebut seharusnya bukan
memberikan kepastian hukum yang
adalah putusan bebas.
didasarkan peraturan perundang-undangan,
sosiologis yaitu memberikan kemanfaatan
bagi kehidupan masyarakat. Namun yang UCAPAN TERIMA KASIH
paling berpengaruh terhadap putusan hakim Penulis mengucapkan terima kasih
adalah pertimbangan yuridis, karena dalam sebesar-besarnya kepada bapak Jubair dan
memberikan putusan hakim tetap harus bapak Lembang Palipadang atas
berlandaskan kepada undang-undang (hukum bimbingannya dalam membantu penulis
yang tertulis). Kedua, bahwa upaya kasasi dalam memberikan saran serta petunjuk
yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum berharga dalam proses penyelesaian karya
tidak dapat diajukan untuk semua putusan tulis ilmiah ini. Semoga bantuan yang
bebas, hanya terbatas kepada putusan bebas diberikan kedua pembimbing penulis dalam
tidak murni, yaitu manakala terjadi karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat
kekeliruan pengadilan tingkat pertama dalam bagi perkembangan serta sumbangsih dalam
memberikan pertimbangan hukum sehingga memajukan ilmu pengetahuan pada
terdakwa diputus bebas. Oleh karena itu umumnya, dan ilmu pengetahuan hukum
putusan tidak bebas murni secara tidak pada khususnya.
langsung belum mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat (inkracht van gewijsde). DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaiduddin. 2006. Filsafat Hukum.
Rekomendasi Jakarta : Sinar Grafika.
Berdasarkan uraian pada kesimpulan Arief, Barda Nawawi. 1998. Perbandingan
tersebut di atas, olehnya rekomendasi yang Hukum Pidana, Edisi 1, Cet. 3, Jakarta:
dapat penulis sampaikan yaitu : Pertama, RajaGrafindo Persada.
Dalam menjatuhkan putusan pidana hakim Baringbang, RE. 2001. Catur Wangsa Yang
harus lebih mempertimbangkan segala aspek. Bebas Kolusi Simpul Mewujudkan
Mulai dari aspek filosofis yaitu dengan Supremasi Hukum. Jakarta: Pusat
mempertimbangkan tata nilai yang dianut Kajian Reformasi.
oleh masyarakat. Aspek yuridis yang Budiono, Abdul Rahmad. 2005. Pengantar
didasarkan kepada peraturan perundang- Ilmu Hukum, Malang: Bayumedia
undangan yang berlaku. Serta aspek Ishaq, 2008. Dasar-Dasar Ilmu Hukum.
sosiologis yaitu dengan mempertimbangkan Jakarta: Sinar Grafika
situasi sosial masyarakat, terkait dengan Kelsen, Hans. 2011. General Theory of Law
dampak sosial yang diakibatkan sesudah and State. diterjemahkan oleh Rasisul
putusan tersebut dilaksanakan. Ketiga aspek Muttaqien. Bandung: Nusa Media
tersebut perlu dipertimbangkan agar dapat
menghasilkan putusan yang berkeadilan,
24 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 8, Agustus 2016 hlm 13-24 ISSN: 2302-2019

Manan, H. Bagir. 2005. Sistem Peradilan Negara (Terjemahan). Yogyakarta:


Berwibawa (Suatu Pencarian). Jakarta: Pustaka Pelajar
Mahkamah Agung RI. Rifai, Ahmad. 2010. Penemuan Hukum oleh
Mas, Marwan. 2014. Pengantar Ilmu Hukum. Hakim Dalam Presfektif Hukum
Bogor: Ghalia Indonesia Progresif. Jakarta: Sinar Grafika.
Mertokusumo, Sudikno. 1988, Mengenal Saleh, K.Wantjik. 1981. Hukum Acara
Hukum: Suatu Pengantar, Ed. Ke-3, Perdata. Jakarta: Ghalia Indonesia
Yogyakarta: Liberty Sirajuddin, 2007. Profesi Hakim Dalam
Montesquieu, 1949. The Spirit of the Law, Pusaran Krisis, Edisi Juli-Desember
translated by Thomas Nugent. New 2007.
York: Hafner Press. Yuherawan, Deni Setyo Bagus. 2014.
Rawls, John. 2001. Teori keadilan: Dasar Dekonstruksi Asas Legalitas Hukum
Dasar Filsafat Politik untuk Pidana: Sejarah Asas Legalitas Dan
Mewujudkan Kesejahteraan dalam Gagasan Pembaharuan Filosofis
Hukum Pidana. Malang: Setara Press

Anda mungkin juga menyukai