Anda di halaman 1dari 36

Manajamen Konstruksi Program Studi Teknik Sipil

2021 Fakultas Teknik Universitas Udayana

ORGANISASI DAN STAKEHOLDER


PROYEK KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

ORGANISASI
PROYEK
KONSTRUKSI
ORGANISASI
Kegiatan dari beberapa individu dengan pengaturan kegiatan dibawah satu
koordinasi guna mempersatukan dan mengatur sumber-sumber daya yang
memiliki tugas masing-masing, dan saling berhubungan satu sama lain guna
mencapai satu tujuan
Semakin banyak individu atau
kelompok yang terlibat, maka makin
kompleks organisasi yang terbentuk.

Organisasi proyek adalah sarana dalam pencapaian tujuan


dengan mengatur dan mengorganisasi sumber daya, tenaga
kerja, material, peralatan dan modal secara efektif dan
efisien
KEUNTUNGAN PENGORGANISASIAN

Keuntungan dari adanya Organisasi dalam suatu proyek adalah:


1. Pekerjaan dapat dilaksanakan secara matang.
2. Pekerjaan yang tumpang tindih dapat dihindari dengan dilaksanakannya
pembagian tugas serta tanggung jawab sesuai keahlian.
3. Meningkatkan pendayagunaan dana, fasilitas, serta kemampuan yang
tersedia secara maksimal.
TAHAPAN PENGORGANISASIAN

1) Melakukan Identifikasi dan Kasifikasi Pekerjaan


2) Mengelompokkan Pekerjaan
3) Menyiapkan Pihak yang Menangani Pekerjaan
4) Mengetahui Wewenang dan Tanggung Jawab
5) Menyusun Mekanisme Koordinasi
BAGAN ORGANISASI
Bentuk organisasi akan terlihat dalam struktur organisasi. Secara fisik struktur organisasi
dapat dinyatakan dalam bentuk gambaran grafik (bagan) yang memperlihatkan
hubungan unit-unit organisasi dan garis wewenang yang ada

1) Bagan organisasi dapat memperlihatkan karakteristik utama dari


organisasi yang bersangkutan.
2) Bagan organisasi dapat memperlihatkan gambaran pekerjaan dan
hubungan-hubungan yang ada dalam organisasi.
3) Bagan organisasi dapat digunakan untuk merumuskan rencana kerja
yang ideal.
BENTUK ORGANISASI PROYEK SECARA UMUM
MENURUT PMBOK

Organisasi Fungsional
(Functional Organization) Organisasi Proyek Murni
1
(Projectized Organization)
2
3
Organisasi Matrik
(Matrix Organization)
1. Organisasi Fungsional (Functional Organization)

Organisasi fungsional merupakan organisasi klasik yang setiap staf/tenaga kerjanya memiliki satu
atasan. Anggota staf dikelompokkan dalam spesialisasi, seperti bagian produksi, pemasaran,
teknik, akunting, dan setiap staf memiliki wewenang dan tanggung jawab yang jelas.

Kemudahan pengawasan karena setiap


anggota/staf hanya melapor ke satu pimpinan.
Organisasi jenis ini juga memudahkan dalam
pengendalian kinerja staf.
2. Organisasi Proyek Murni (Projectized Organization)

Pada bentuk organisasi ini, terdapat beberapa manajer proyek yang membawahi staf-staf dan
merupakan satu koordinasi. Sebagian besar sumber daya organisasi terserap pada pekerjaan
proyek dan manajer proyek memiliki kekuasan penuh dalam pengambilan keputusan.

Project Manager adalah koordinator yang


memiliki otoritas dan kebebasan tinggi dalam
mengelola pekerjaannya.
Semua anggota tim proyek secara langsung
bertanggungjawab terhadap manajer proyek.
3. Organisasi Matrik (Matrix Organization)

Organisasi matrik merupakan bentukan baru dari organisasi fungsional dan organisasi
proyek. Organisasi matriks dapat diklasifikasikan sebagai matrik lemah (Weak Matrix),
matrik seimbang (Balanced Matrix), dan matrik kuat (Strong Matrix) yang tergantung
pada tingkat relatif kekuasaan dan pengaruh antara manajer fungsional dan proyek.

Keunggulan organisasi ini adalah terletak pada fleksibilitas dan


kemampuannya dalam memperhatikan masalah-masalah yang
khusus maupun persoalan teknis.

Organisasi matriks menghasilkan wewenang ganda yaitu Wewenang


Horizontal dan Wewenang Fungsional, dimana Wewenang Horizontal
diterima manager proyek sedangkan Wewenang Fungsionalnya yaitu
sesuai dengan keahliannya.
a. Matrik Lemah (Weak Matrix)
b. Matrik Seimbang (Balanced Matrix)
c. Matrik Kuat (Strong Matrix)
Karakteristik Organisasi Proyek Menurut PMBOK
BENTUK ORGANISASI PROYEK BERDASARKAN
HUBUNGAN KONTRAK & FUNGSIONAL

1 Organisasi Tradisional

2 Organisasi Swakelola (Owner-Builder)

Organisasi Manajemen Konstruksi


3 (Professional Construction Management)

4 Organisasi Turnkey

Organisasi yang Memisahkan Tahap Perencanaan


5 Desain dan Tahap Pelaksanaan Konstruksi.
1. Organisasi Tradisional

Organisasi tradisional banyak/biasa digunakan pada proyek konstruksi dengan kondisi


biasa/umum. Pada organisasi tradisional, dikenal adanya kontraktor utama. Pekerjaan
konstruksi yang tidak dikerjakan kontraktor utama disubkontrakkan kepada sub-kontraktor atau
kontraktor spesialis, dengan alasan bahwa sub-kontraktor dapat melakukan pekerjaan spesialis
tersebut dengan lebih cepat, biaya yang lebih murah dan mutu yang lebih baik.
2. Organisasi Swakelola (Owner-Builder)

Ide pembentukan organisasi semacam ini didasarkan pada organisasi terpadu (Integration of
Organisation). Untuk proyek-proyek pemerintah bentuk organisasi swakelola hanya dilakukan
untuk proyek kecil atau proyek darurat (misalnya proyek penanggulangan bencana alam).
3. Organisasi Manajemen Konstruksi
(Professional Construction Management)
Perkembangan proyek konstruksi dengan dana yang semakin besar menyebabkan kegiatan
didalam proyek menjadi semakin banyak. Hal ini mengakibatkan pihak-pihak yang terlibat di
dalam proyek menjadi semakin banyak pula.
4. Organisasi Turnkey

Pada proyek-proyek tertentu pemilik proyek memiliki keterbatasan kemampuan teknis dan
biaya untuk merealisasikan suatu proyek, dan untuk mengatasi masalah tersebut pemilik
proyek menyerahkan tanggung jawab desain dan pelaksanaan konstruksi (termasuk
pembiayaan) pada suatu organisasi (investor, kontraktor).
5. Organisasi yang Memisahkan Tahap Perencanaan Desain
dan Tahap Pelaksanaan Konstruksi.

Pada bentuk organisasi ini, pihak yang bertanggung jawab terhadap perencana
berbeda dengan pihak yang bertanggung jawab terhadap pengawasan.
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

STAKEHOLDER
PROYEK
KONSTRUKSI
HUBUNGAN KERJA DALAM PROYEK KONSTRUKSI
STAKEHOLDERS
Orang-orang atau instansi yang terlibat
dalam proyek konstruksi disebut dengan
Pemangku Kepentingan Proyek atau Stake
Holders Proyek.

Pemangku Kepentingan ini adalah para


individu dan organisasi yang secara aktif
terlibat di dalam proyek atau terkena dampak
dari pelaksanaan atau hasil proyek. Stake
holders bisa berpengaruh positif maupun
negatif terhadap proyek.
Gambar Hubungan
di antara Stake Holders
Ketika terlibat pada suatu proyek, pemangku
Kepentingan konstruksi memiliki tanggung jawab
dan wewenang beragam yang dapat mengubah
siklus hidup proyek.
TUGAS STAKEHOLDERS
PADA TIAP TAHAP

Future

Dalam hubungannya dengan tahapan atau siklus


proyek, para pemangku kepentingan dapat
digambarkan dalam matriks berikut sesuai dengan
tugas masing-masing.
HUBUNGAN KERJA
EVOLUSI
Jasa Ahli Konstruksi
Pada masa-masa awal, pemilik atau pemberi
tugas menyampaikan keinginan untuk
membangun suatu proyek kepada kontraktor
sebagai pemberi jasa yang bertugas
mewujudkan gagasarr pemilik.

Jasa Konsultan Perencana


Konsultan Perencana diharapkan
menghasilkan perencanaan rancangan
bangunan dan estimasi biaya yang akurat dan
tepercaya.
HUBUNGAN KERJA
EVOLUSI
Jasa Konsultan Pengawas
Tugas Konsultan Pengawas yang terutama
adalah mengawasi pelaksanaan kegiatan atau
pekerjaan konstruksi dari segi kualitas,
kuantitas, serta laju pencapaian volume.

Jasa Konsultan Manajemen


Konstruksi
Konsultan Manajemen Konstruksi adalah lembaga
yang memberikan jasa untuk bertanggung jawab atas
pengelolaan proses konstruksi secara keseluruhannya
sejak dari tahap penyusunan TOR Perencanaan hingga
selesainya tahap pemeliharaan.
HUBUNGAN KERJA
EVOLUSI
5

Jasa Konsultan Value Engineering (VE)


Tujuan Value Engineering adalah mengurangi biaya proyek
dengan cara meninjau pembiayaan-pembiayaan yang tidak
dibutuhkan berkaitan dengan masalah teknis yang teramati pada
tahap pelaksanaan termasuk persiapannya tanpa mengurangi
mutu, keandalan, serta fungsi proyek itu sendiri.
MANAJEMEN
STAKEHOLDER PROYEK
Manajemen stakeholder proyek adalah
mengelola semua orang yang terlibat dan
berpengaruh serta dipengaruhi oleh
proyek

TUJUAN
Agar dapat mengelola
keterlibatan stakeholder yang diperlukan
oleh proyek dalam rangka mencapai
tujuan proyek.
Manajemen stakeholder proyek berdasarkan standar
PMBOK 5th Edition terdiri atas empat proses.

2
Manajemen stakeholder proyek berdasarkan standar
PMBOK 5th Edition terdiri atas empat proses.

4
IDENTIFIKASI STAKEHOLDER
Merupakan proses yang menentukan lingkup atau jumlah dan rincian
serta atribut stakeholder yang harus dikelola dalam
manajemen stakeholder proyek.

MERENCANAKAN MANAJEMEN
STAKEHOLDER
Manajemen stakeholder direncanakan dengan memperhatikan gap antara
hasil analisis penilaian kondisi stakeholder saat ini dengan yang seharusnya
untuk tujuan project success.

MENGELOLA KETERLIBATAN
STAKEHOLDER
Merupakan proses bekerja sama dan berkomunikasi
dengan stakeholder dimana harus sesuai dengan strategi
pengelolaan stakeholder berdasarkan hasil perencanaan
manajemen stakeholder.

PENGENDALIAN KETERLIBATAN
STAKEHOLDERS
Merupakan proses yang memantau dan mengidentifikasi adanya masalah
dalam menjalankan strategi manajemen stakeholder dan melakukan
penyesuaian strategi manajemen stakeholder yang lebih tepat.
KOMPONEN STAKEHOLDER
Stakeholder Internal, publik yang berada di
lingkup perusahaan/organisasi :

● Perusahaan Induk/Prinsipal
● Anak Perusahaan/Perusahaan Cabang
● Para Investor
● Pemegang Saham
● Dewan Direksi/Komisaris
● Karyawan Perusahaan yang sudah ada
● Serikat Pekerja
● Anggota Organisasi (keluarga dari
karyawan & calon karyawan perusahaan)
Stakeholder Eksternal, publik yang berada di
luar lingkup perusahaan/organisasi :

● Pelanggan/Konsumen
● Media Masa
● Supplier (mitra usaha/pemasok jasa)
● Para Distributor
● Pemerintah
● Masyarakat Umum
● Komunitas (masyarakat sekitar perusahaan)
● Pesaing/Kompetitor

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik.
KEGAGALAN MENGELOLA

Kegagalan dalam mengelola stakeholder proyek dapat menyebabkan beberapa dampak


yang buruk terhadap kinerja proyek seperti :

• Keterlambatan akibat lamanya keputusan diambil atau


tidak disetujuinya langkah percepatan yang diperlukan.
• Peningkatan biaya akibat hambatan stakeholder
terhadap approval langkah untuk mengatasi risiko proyek.
• Hal-hal yang tidak diharapkan akibat tingginya konflik
yang tidak teratasi.
• Dampak negatif lainnya seperti penghentian proyek
akibat konflik yang sudah terlalu tinggi.
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

THANK
YOU.

Anda mungkin juga menyukai