Anda di halaman 1dari 24

Perkembangan Peserta Didik

MAKALAH

PERKEMBANGAN KONSEP DIRI


Dosen Pengampu :
Faisal S.Pd., M.Pd

Oleh :

Kelompok 6:

Lusi Mardiah 4151121035


Laras Wati 4152121025
Nur Setiana 4152121033
Kiki Santoso 4153121032

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017

1
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Perkembangan Konsep Diri” ini tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini.Terutama kepada dosen
pambimbing mata kuliah ini yakni Bapak Faisal S.Pd., M.Pd yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.Penulis berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembacanya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 08 Oktober 2017


Penulis

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................1
1.3 Tujuan............................................................................2
BAB IIPEMBAHASAN.............................................................................3
2.1 Defenisi Konsep Diri.....................................................3
2.2 Dimensi Konsep Diri.....................................................4
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri..............8
2.4 Perkembangan Konsep Diri Remaja..............................11
2.5 Karakteristik Konsep Diri Remaja (SMP-SMA)...........13
2.6 Konsep Diri dan Perilaku...............................................17
2.7 Konsep Diri dan Prestasi Belajar...................................18
BAB IIIPENUTUP.....................................................................................20
3.1 Kesimpulan....................................................................20
3.2 Saran..............................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep
diri.Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia.Konsep diri merupakan sifat yang unik
pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari
makhluk hidup lainnya.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan
untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan
dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu
pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.Perasaan individu bahwa ia
tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak
bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki.
Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki
mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit
untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting untuk seorang perawat
memahami konsep diri.Memahami diri sendiri terlebih dahulu baru bisa
memahami klien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Defenisi Konsep Diri ?
2. Apa pengertian Dimensi Konsep Diri ?
3. Bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ?
4. Bagaimana Perkembangan Konsep Diri Remaja ?
5. Bagaimana Karakteristik Konsep Diri Remaja (SMP-SMA) ?
6. Bagaimana Konsep Diri dan Perilaku ?
7. Bagaimana Konsep Diri dan Prestasi Belajar ?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Defenisi Konsep Diri
2. Mengetahui Dimensi Konsep Diri
3. Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
4. Mengetahui Perkembangan Konsep Diri Remaja
5. Mengetahui Karakteristik Konsep Diri Remaja (SMP-SMA)
6. Mengetahui Konsep Diri dan Perilaku
7. Mengetahui Konsep Diri dan Prestasi Belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Defenisi Konsep Diri


Menurut para ahli :
 Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai
“suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“.
 Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi
bidang tertentu dari konsep diri.
 Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan
gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri,
perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.
 Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater,
1984), mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks
diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap,
perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu
tersebut.
 Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh
pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya,
motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya,
kegagalannya, dan sebagainya.
 Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara
seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran,
kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan
orang lain.

3
2.2. Dimensi Konsep Diri
Para ahli Psikologi juga berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi
konsep diri. Namun secara umum, sejumlah ahli menyebutkan 3 dimensi konsep
diri, meskipun dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda. Paul J. Centi
menyebutkan ketiga dimensi konsep diri dengan istilah : dimensi gambaran diri
(self-image), dimensi penilaian diri (self-evaluation), dan dimensi cita-cita diri
(self-ideal).
Sedangkan Calhoun dan Acocella (Syarif, 2015 : 121) menyebutkan 3
dimensi utama dari konsep diri, yaitu : dimensi pengetahuan, dimensi
pengharapan, dan dimensi penilaian.
1. Pengetahuan
Dimensi pertama pada konsep ini adalah apa yang kita ketahui tentang diri
sendiri atau penjelasan mengenai gambaran diri sendiri. Gambaran diri tersebut
pada gilirannya akan membetuk citra diri. Gambaran diri tersebut merupakan
kesimpulan dari : pandangan kita dalam berbagai peran yang kita pegang, seperti
sebagai orang tua, suami atau istri, karyawan, pelajar ; pandangan kita tentang
watak kepribadian yang kita rasakan yang ada pada diri kita ; dan berbagai diri
kita ; dan berbagai karakteristik yang kita lihat melekat pada diri kita sendiri.

2. Harapan
Dimensi kedua dari konsep diri adalah harapan atau diri yang dicita-citakan.
Cita-cita diri terdiri atas aspirasi, harapan, keinginan bagi diri kita, atau menjadi
manusia seperti apa yang kita inginkan. Harapan atau cita-cita diri akan
membangkitkan kekuatan yang mendorong kita menuju masa depan dan akan
memadukan aktivitas kita dalam perjalanan hidup kita.

3. Penilaian
Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri.
Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita
sebagai pribadi.

4
Joyce (2004 : 125) menyebutkan bahwa konsep diri terbentuk dari
gambaran diri (self image) yang pembentuknya melalui proses bertanya pada diri
sendiri,
 “Siapakah saya ?”
 “Apa peran saya dalam kehidupan ?”
 “Bagaimana nilai-nilai yang saya anut ?”
 “Baik atau buruk ?”
 “Ingin jadi seperti apa saya kelak ?”
Jawaban atas pertanyaan tersebut akan membentuk dari konsep diri yang
kemudian membentuk penghayatan terhadap nilai diri. Proses bertanya pada diri
sendiri tersebut merupakan proses untuk mengenal diri kita. Bila kita telah
menemukan konsep diri kita dan mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan
konsep diri yang kita miliki.
Pada diri seseorang konsep diri berkaitan dengan pandangannya terhadap :
 Keadaan fisik (seperti bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, kondisi
sehat dan sakit).
 Aspek psikis (meliputi pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki).
 Aspek sosial (meliputi bagaimana perasaan individu dalam lingkup
perannya di lingkungan, penilaian terhadap peran, dan kemampuan
sosialisasi).
 Aspek moral (bagaimana memandang baik dan buruk, apa yang boleh
dan tidak boleh, nilai-nilai agama, peraturan atau nilai-nilai masyarakat).
 Mengenali kemampuan yang dimiliki, kelebihan dan kekurangan.
 Tujuan dan rencana hidup, serta harapan-harapan pribadi.
 Aspek seksual (meliputi identitas seksual, jenis kelamin, orientasi
seksual)

Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi


perkembangan konsep diri.Faktor-faktor tersebut terdiri dari teori perkembangan,
Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception
(persepsi diri sendiri).

5
a) Teori Perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap
sejak lahir sampai mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain.
Dalam melakukan kegiatan memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan
dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa,
pengalaman atau pengenalan tubuh, nama pangilan, pengalaman budaya dan
hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai pada diri
sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang
nyata.

b) Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)


Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang
lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan
diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat
dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat
dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup,
pengaruh budaya dan sosialisasi.

c) Self Perception (persepsi diri sendiri)


Persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaianya, serta persepsi
individu terhadap pengalamanya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk
melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif.Sehingga konsep merupakan
aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu.Individu dengan konsep diri
yang positif dapat berfungsi lebihefektif yang dapat dilihat dari kemampuan
interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan.Sedangkan
konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang
terganggu.

Menurut Stuart dan Sundeen Penilaian tentang konsep diri dapat di lihat
berdasarkan rentang rentang respon konsep diri yaitu:

6
Rentang Konsep Diri
Ketiga dimensi konsep diri sebagaimana diuraikan di atas bukanlah
sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan yang saling berhubungan
dan saling tergantung satu sama yang lain. Tingkat harga diri kit dipengaruhi oleh
gambaran diri : apakah diri kita sebagaimana kita lihat dan cita-cita diri : diri
macam apa yang kita inginkan. Semakin lebar jurang antara gambaran diri dan
cita-cita diri, semakin rendah harga diri. Sebaliknya, ada kesesuaian antara
gambaran diri dan cita-cita diri, tetapi jangan sama, bila terdapat kesamaan, maka
orang yang bersangkutan akan mencapai tahap kepenuhan. Seseorang yang
merasa sudah tercapai cita-cita dirinya, tidak terdorong untuk meningkatkan diri
dan meraih prestasi yang lebih tinggi. Sebaliknya, apabila terdapat jurang yang
terlalu lebar antara gambaran diri dan cita-cita diri, maka orang yang
bersangkutan akan menderita “penyakit” menolak diri (self rejection), yang sering
terjadi pada orang yang kurang sehat secara psikologis dan tidak mampu
menyesuaikan diri.
Konsep diri kita memang tidak pernah terumuskan secara jelas dan stabil,
pemahaman diri selalu berubah-ubah, mengikuti perubahan pengalaman yang
terjadi hampir setiap saat. Seorang siswa yang memiliki harga diri tinggi tiba-tiba
dapat berubah menjadi rendah diri ketika gagal ujian dalam suatu mata pelajaran
penting. Sebaliknya ada siswa yang kurang berprestasi dalam studi dihinggapi
raasa rendah diri, tiba-tiba merasa memiliki harga diri tinggi ketika ia berhasil
memenangkan suatu lomba seni atau olah raga.

7
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku
individu, yaitu individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang
dimiliknya. Banyak kondisi dalam kehidupan remaja turut membentuk pola
kepribadian malalui pengaruhnya pada konsep diri seperti perubahan fisik, dan
psikologi pada masa remaja. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri
remaja, yaitu (Syarif, 2015 : 126) :
1. Usia Kematangan. Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan
seperti orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang
menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.
2. Penampilan Diri. Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa
rendah diri meskipun perbedaan yang menambah daya tarik fisik.
3. Nama dan Julukan. Remaja peka dan merasa malu bila teman
sekelompoknya menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama
julukan yang bernada cemoohan.
4. Hubungan Keluarga. Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat
dengan seseorang anggota keluarga akan mengidentifikasi diri dengan orang
lain dan angin mengembangkan pola kepribadian yang sama.
5. Teman-teman Sebaya. Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian
remaja dalam dua cara, yaitu konsep diri remaja merupakan cerminan dari
anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya, dan ia berada dalam
tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh
kelompok.
6. Kreativitas. Remaja yang semasa kanak-kanak di dorong agar kreatif dalam
bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan
individualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep
dirinya.
7. Cita-cita. Bila remaja mempunyai cita-cita yang realistik tentang
kemampuannya akan lebih banyak mengalami keberhasilan. Ini akan
menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar yang
memberikan konsep diri yang lebih baik.

8
Burns (dalam Nuryoto, 1993 ; 54) menyebutkan bahwa secara garis besar
ada lima faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri, yaitu :
1. Citra fisik, merupakan evaluasi terhadap diri secara fisik.
2. Bahasa, yaitu kemampuan melakukan konseptualisasi dan verbalisasi .
3. Umpan balik dari lingkungan
4. Identifikasi dengan model dan peran jenis yang tepat.
5. Pola asuh orang tua.

Sedangkan Hurlock yang mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi perkembangan konsep diri di antaranya adalah :
 Fisik
 Pakaian nama dan nama panggilan
 Intelegensi
 Tingkat aspirasi
 Emosi
 Budaya
 Sekolah dan perguruan tinggi
 Status sosial ekonomi, dan keluarga.

Menurut Lerner dan Spanier (dalam Nuryoto, 1993 : 58), perkembangan


seseorang selain ditentukan oleh kondisi dirinya, juga dikaitkan dengan kehidupan
kelompok dalma lingkungan masyarakat pada setiap tahap perkembangan yang
dilaluinya.
Menurut Phomi Otari (2013 : 24) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor-
faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu sebagai berikut.
1. Usia. Adanya perbedaan usia menetukan perbedaan bagaimana konsep diri
akan dibentuk. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pengalaman
yang diperoleh seseorang sehingga akan semakin mempengaruhi luasnya
wawasan kognitif. Selanjutnya akan menentukan bagaimana persepsi
seseorang terhadap pengalamannya dan akhirnya turut juga berpengaruh
dalam mempersepsi dirinya.

9
2. Peran seksual adalah pengetahuan individu sendiri apakah ia termasuk laki-
laki ataukah perempuan. Peran seksual akan mempengaruhi perkembangan
konsep diri individu. Itu berarti, peran seksual yang diterapkan pada seorang
anak lambat-laun akan membentuk konsep diri anak. Misalnya, seorang
anak perempuan tunggal yang mempunyai saudara laki-laki, dapat
dimungkinkan bahwa lambat laut akan berperilaku seperti layaknya laki-
laki, bahkan konsep dirinya juga dibangun dalam kerangka konsep laki-laki.

3. Keadaan fisik merupakan faktor yang dominan bagi seseorang, khususnya


bagi seorang wanita. Ini disebabkan keadaan fisik memegang peranan
penting dalam pembentukan konsep diri. Gambaran fisik dipahami melalui
pengalaman langsung dan persepsinya mengenal tubuhnya sendiri. Adanya
ketidaksempurnaan tubuh seseorang, akan mempengaruhi konsep diri secara
tidak langsung. Dengan kata lain, proses evaluasi tentang tubuhnya
didasarkan pada norma sosial dan umpan balik dari orang lain. Penilaian
yang positif terhadap keadaan fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun
dari orang lain sangat membantu perkembangan konsep diri yang positif.

4. Sikap-sikap orang di lingkungan sekitarnya. Roger (1961) menyatakan


bahwa perkembangan konsep diri ditentukan oleh interaksi yang terbentuj
antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Ini berhubungaan dengan
feed back atau umpan balik yang diberikan oleh orang-orang disekitarnyaa
terhadap perilaku individu tersebut. Umpan balik yang diberikan orang
dilingkungannya akan mempengaruhi konsep diri individu. Jika umpan
balik yang diberikan orang-orang di lingkungannya menunjukkan
penerimaan maka individu merasa diterima dan akan membantu
perkembangan konsep diri ke arah positif. Tetapi jika umpan balik yang
diberikan oleh orang-orang dilingkungannya menunjukkan penolakan,
individu akan merasa terabaikan, terasing, merasa rendah diri, dan akan
membentuk konsep diri yang negatif.

10
5. Figur-figur bermakna. Banyak figur yang bermakna bagi individu yang
pada intinya memberi pengaruh pada dirinya, baik melalui umpan balik
ataupun melalui perilaku yang kemudian diinternalisasikannya. Figur-figur
tersebut memberi pengaruh yang sangat terasa dalam pembentukan dan
perkembangan konsep diri. Figur bermakna biasanya orang yang
mempunyai arti khusus bagi individu meliputi orang tua, anggota keluarga,
guru, teman, pacar, dan tokoh idola.

2.4. Perkembangan Konsep Diri Remaja


Konsep diri bukanlah suatu yang dibawa sejak lahir.Kita tidak dilahirkan
dengan konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak memiliki konsep
diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak memiliki penghargaan
bagi kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian apa pun terhadap diri kita sendiri.

Perkembangan konsep diri merupakan proses yang terus berlanjut sepanjang


kehidupan manusia ( Hendriati Agustiani, 2006: 143-144). Setelah lahir, konsep
diri mulai berkembang secara bertahap hingga akhirnya seorang bayi akan
membentuk pandangan yang masih kebur tentang dirinya sebagai seorang
individu. Kemudian dengan bertambahnya usia dari masa kanak-kanak hingga
remaja, konsep diri individu lebih banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
diperoleh dari interaksi dengan orang lain. Nilai-nilai dan sikap-sikap yang
merupakan bagian dari konsep diri pada akhir masa remaja cenderung menetap
dan bersifat permanen hingga semakin sulit berubah.

Dengan demikian, konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang


berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa. Lingkungan pengalaman,
dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pembentukan konsep diri seseorang. Sikap dan respon orangtua serta lingkungan
akan menjadi bahan informasi bagi anak-anak untuk menilai siapa dirinya. Anak-
anak yang tumbuh dan disebsarkan dalam pola asuh yang keliru atau negative,
seperti perilaku orangtua yang suka memukul, mengabaikan, kurang memberikan
kasih saying, melecehkan, menghina, tidak berlaku adil, dan seterusnya, ditambah

11
dengan lingkungan yang kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri
yang negative.

Hal ini adalah karena anak cenderung menilai dirinya berdasarkan apa yang
ia alami dan dapatkan dari lingkungannya. Sebaliknya, jika lingkungan
memberikan sikap yang baik dan positif, maka ank akan merasa dirinya berharga,
sehingga perkembangan konsep diri anakpun menjadi positif.

Tanda-tanda remaja yang memiliki konsep diri yang positif adalah:


1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai
rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi
masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap
masalah pasti ada jalan keluarnya.
2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong,
mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia
tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan
serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka
terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain
meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat.
5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk
mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan
mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di
lingkungannya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hurlock (1978:l59-60), bahwa konsep diri


sifatnya hirarkis dan terbentuk melalui tiga jenjang, yaitu sebagai berikut :

a. Konsep Diri Primer


b. Konsep Diri Sekunder
c. Konsep Diri Ideal

12
2.5. Karakteristik Konsep Diri Remaja (SMP-SMA)
Kita tidak dilahirkan dengan konsep diri tertentu.Bahkan ketika kita lahir,
kita tidak memiliki konsep diri, tidak mengetahui tentang diri, dan tidak memiliki
pengharapan bagi diri kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian apapun terhadap
diri sendiri. Dengan demikian konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang
berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa.
Seiring dengan pertumbuhan dan perubahan fisik, kognitif, dan kemampuan
sosial, anak usia sekolah dasar juga mengalami perubahan pandangan terhadap
dirinya sendiri. Pada awal-awal sekolah dasar, terjadi penurunan dalam konsep
diri anak-anak.Sekolah dasar banyak memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk membandingkan dirinya dengan teman-temannya, sehingga penilaian
dirinya secara gradual menjadi lebih realistis. Menurut Santrock (dalam Gufron,
2011 : 15) perubahan-perubahan dalam konsep diri anak selama tahun-tahun
sekolah dasar dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga karakteristik konsep diri,
yaitu (1) karakteristik internal, (2) karakteristik aspek-aspek sosial, dan (3)
karakteristik perbandingan sosial.
1. Karakteristik Internal. 
Anak usia sekolah dasar lebih memahami dirinya melalui karakteristik
internal daripada melalui karakteristik eksternal. Penelitian F. Abound dan
S. Skeryy (1983), menemukan bahwasanya anak-anak kelas dua jauh lebih
cenderung menyebutkan karakteristik psikologis (seperti preferensi atau
sifat-sifat kepribadian) dalam pendefinisian diri mereka dan kurang
cenderung menyebutkan karakteristik fisik (seperti warna mata atau
pemilikan).

2. Karakteristik Aspek-aspek Sosial.  


Selama tahun-tahun sekolah dasar, aspek-aspek sosial dari pemahaman diri
anak-anak juga meningkat.Dalam suatu investigasi, anak-anak sekolah dasar
sering kali menjadikan kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam
deskripsi diri mereka.

13
3. Karakteristik Perbandingan Sosial.
Pemahaman diri anak-anak usia sekolah dasar juga mengacu pada
perbandingan sosial (social comparison). Pada tahap ini, anak-anak
cenderung membedakan diri mereka dari orang lain secara komparatif
daripada secara absolut. Pergeseran perkembangan ini menyebabkan suatu
kecenderungan yang meningkat untuk membentuk perbedaan-perbedaan
seseorang dari orang lain sebagai seorang individu.

Ketika ank-anak memasuki usa remaja, onsep diri mereka mengalami


perkembangan yang sangat kompleks dan melibatkan sejumlah aspek dalam diri
mereka. Santrock (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik penting
perkembangan konsep pada masa remaja, yaitu :

Abstract and idealistic.Pada masa remaja, anak-anak lebih mungkin


membuat gambar tentang diri mereka dengan kata-kata yang abstract dan
idealistic. Gambaran tentang konsep diri mereka dengan kata-kata yang abstract,
misalnya dapat dilihat dari pernyataan remaja usia 14 tahun mengenai
dirinya :”Saya eorang manusia. Saya tidak dapat memutuskan sesuatu.Saya tidak
tahu siapa diri saya.” Sedangkan deskripsi idealistic dari konsep diri remaja dapat
dilihat dari pernyataan :” saya orang yang sensitive, yang sangat peduli dengan
perasaan orang lain. Saya rasa, saya cukup cantik”. Meskipun tidak semua remaja
menggambarkan diri mereka dengan cara yang idealis, namun sebagian besar
remaja membedakan antara diri mereka yang sebenarnya dengan diri yang
diidamkan.

Differenciated.Konsep diri remaja bisa menjadi semakin


terdiferensiasi.Dibandingkan dengan anak yang lebih muda, remaja lebih mungkin
untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan konteks atau situasi yang
semakinterdiferensiasi.Misalnya, remaja berusaha menggambarkan dirinya
menggunakan sejumlah karakteristik dalam hubungan dengan keluarganya, atau
dalam hubungan dengan teman sebayanya, dan bahkan dalam hubungan yang
romantic dengan lawan jenisnya. Singkatnya, dibandingkan dengan anak-anak,

14
remaja lebih mungkin memaham bahwa dirinya memiliki diri-diri yang berbeda-
beda ( differentiated selves), sesuai dengan pearan atau konteks tertentu.

Contradictions Within the Self. Dalam sebuah penelitian, susan hailer


(1987) meminta siswa kelas tujuh, Sembilan, dan sebelas untuk mendeskripsikan
diri mereka. Harter akhirnya menemukan bahwa terdapat sejumlah istilah yang
mentradiktif yang digunakan remaja dalam mendeskripsikan dirinya (seperti jelek
dan menarik, peduli dan tak peduli, dll) meningkatkan secara dramatis antara
kelas tujuh dan kelas Sembilan.Gambaran diri yang kontradiktif ini berkurang
jumlahnya pada siswa kelas tujuh.

The Fluctiating Self.Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada


gilirannya memunculkan fluktuasi diri dalam berbagai situasi dan lintas waktu
yang tidak mengejutkan. Diri remaja akan terus memiliki ciri ketidakstabilan
hingga masa di mana remaja berhasil membentuk teori mengenai dirinya yang
lebih utuh, dan biasanya tidak terjadi hingga masa remaja akhir, bahkan hingga
masa dewasa awal.

Real and Ideal, True and False Selves.Munculnya kemampuan remaja


untuk mengkonstruksikan diri ideal mereka di samping diri yang sebenarnya.
Kemampuan untuk menyadari adanya perbedaan antara diri yang nyata (real self)
dengan diri yang ideal (ideal self) menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
kognitif mereka. Tetapi, Carl Rogers yakin bahwa adanya perbedaan yang terlalu
jauh antara diri yang nyata dengan diri idela menunjukkan ketidakmampuan
remaja untuk menyesuaikan diri. Penelitian yang dilakukan Strachen dan Jones
(1982) menunjukkan bahwa pada pertengahan masa remaja terjadi diskrepansi
yang lebih besar antara diri yang nyata dengan diri ideal dibadingkan dengan pada
wal dan akhir masa remaja.
Pertanyaan lain tentang konsep diri remaja adalah dapatkan remaja
membedakan antara diri mereka yang benar (true self) dan yang palsu (false self)?
Sebuah hasil penelitian menunjukkan jawaban bahwa remaja dapat
membedakannya. Remaja cenderung menunjukkan diri yang palsu ketika berada
dilingkungan teman-teman sekelasnya. Namun, ketika berada bersama teman-

15
teman dekatnya, kecil kemungkinan remaja menunjukkkan dirinya yang palsu.
Dirinya yang palsu ditunjukkan oleh remaja adalah untuk membuat orang lain
mengaguminya, untuk mencoba perilaku atau peran baru yang disebkan adanya
peaksaan dari orang lain untuk berperilaku palsu, karena orang lain tersebut tidak
memahami diri remaja yang sebenarnya.

Social Comparison.Remaja lebih sering menggunakan social comparison


(perbandingan social) untuk mengevaluasi diri mereka sendiri.Namun, kesediaan
remaja untuk mengevaluasi diri mereka cenderung menurun pada masa remaja
karena menerut mereka perbandingan social itu tidaklah diinginkan Namun,
kesediaan remaja untuk mengevaluasi diri mereka cenderung menurun pada masa
remaja karena menerut mereka perbandingan social itu tidaklah diinginkan.

Self-Conscious. Karakteristik lain dari konsep diri remaja adalah bahwa


remaja lebih sadar akan dirinya (self-conscious) dibandingkan dengan anak-anak
dan lebih memikirkan tentang pemahaman diri mereka. Remaja jadi lebih
instropektif, yang mana hal in merupakan bagian dari kesadaran diri mereka dan
bagian dari eksplorasi diri.Namun instropeksi tidak selalu terjadi ketika remaja
berada dalam keadaan isolasi social.Remaja kadang-kadang meminta dukungan
dan penjelasan dari teman-temannya, memperoleh opini teman-temannya
mengenai definisi dari yang baru muncul.Remaja lebih sadar akan dirinya
dibandingkan dengan anak-anak dan lebih memikirkan tentang pemahaman diri
mereka.

Self-protective.Remaja juga memiliki mekanisme untuk melindungi dan


mengembagkan dirinya.Dalam upaya melindungo dirinya, remaja cendrung
menolak adanya karakteristik negatif dalam diri mereka.

Unconscious.Konsep diri remaja melibatkan adanya pengenalan bahwa


komponen yang tidak disadari termasuk dalam dirinya, sama seperti komponen
yang disadari. Pengenalan seperti ini tidak muncul hingga masa remaja akhir.
Artinya, remaja yang lebih tua, yakin akan adanya aspek-aspek tertentu dari

16
pengalaman mental dari mereka yang berada di luar kesadaran atau control
mereka dibandingkan dengan remaja yang lebih mudah.

Self-integration.Terutama pada masa remaja akhir, konsep diri menjadi


lebih terintegrasi, dimana bagian yang berbeda-beda dari diri secara sistematik
menjadi satu kesatuan.Remaja yang lebih tua, lebih mampu mendeteksi adanya
ketidakkonsistenan.

2.6. Konsep Diri dan Perilaku


Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku
seseorang bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari
keseluruhan perilaku. Artinya, perilaku individu akan selaras dengan cara individu
memandang dirinya sendiri. Apabila individu memandang individu memandang
dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak
mempunyai cukup kemampuan untuk melakukan suatu tugas, maka seluruh
perilaku akan menunjukkan ketidakmampuannya tersebut. Menurut Felker (1974)
terdapat tiga peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku seseorang,
yaitu:
1. Self-cincept as maintainer of iner consistency.
Konsep diri memainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan batin
seseorang. Bila individu memiliki ide, perasaan, presepsi, atau pikiran yang tidak
seimabang  atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang
tidak menyenagkan. Maka diperlukan sistem mempertahankan kesesuaian antara
individu dengan lingkungannya.Cara menjaga kesesuaian tersebut dapat dilakukan
dengan menolak gambaran yang diberikan oleh lingkungannya mengenai dirinya
atau individu berusaha mengubah dirinya seperti dirinya dengan
lingkungannya.Tafsiran negativterhadap pengalaman hidup disebabkan oleh
pandangan dan sikap negative terhadap dirinya sendiri.Sebaliknya, tafsiran positif
terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap positif terhadap
dirinya.

17
2. Self-concept as an interpretation of experience.
Konsep diri menentukan bagaimana individividu memberikan penafsiran
atas pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara berbeda antara
individu satu dengan yang lain , karena masing- masing individu memiliki
pandangan dan penafsiran tersendiri.

3. Self-concept as set of expectations.


Konsep diri juga berperan sebagai penentu pengharapan individu.
Pandangan negatif  terhadap dirinya menyebabkan individu mengharapkan tingkat
keberhasilan yang akan dicapai hanya pada taraf yang rendah.

2.7. Konsep Diri dan Prestasi Belajar


Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri
dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat.Nylor (1972) mengemukakan
bahwa banyak peneliti yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara
konsep diri dengan prestasi belajar disekolah. Siswa yang memiliki konsep diri
positif , memperlihatkan prestasi yang baik disekolah, atau siswa tersebut
memeiliki penilaian diri yang tinggi serta menunjukkan antar pribadi yang positif
pula.
Walsh (dalam Burns, 1982) siswa-siswa yang tergolong underchiver
mempunyai konsep diri yang negatif, serta memperlihatkan beberapa karakteristik
kepribadian; 1) mempunyai perasaan dikeritik, ditolak, dan diisolir. 2) melakukan
mekanisme pertahanan diri dengan cara menghindar dan bahkan bersikap
menentang. 3) tidak mampu mengekspresikan perasaan dan prilaku.
Siswa yang memiliki konsep diri positif, memperlihatkan prestasi belajar
yang baik disekolah, atau siswa yang berprestasi tinggi disekolah memiliki
penialaian diri yang tinggi serta menujukkan hubungan antar pribadi yang positif
pula. Mereka menentukan target prestasi belajar yang realistis dan mengarahkan
kecemasan akademis dengan belajar keras dan tekun, serta aktivitas-aktivitas
mereka selalu diarahkan pada kegiatan akademis. Mereka juga memperlihatkan
kemandirian dalam belajar, sehingga tidak tergantung pada guru semata.

18
Konsep diri merupakan seperangkat instrument pengendali mental dan
karenanya mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Gunawan (dalam
Phomi, 2013 : 30) menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai konsep diri
positif akan menjadi invidu yang mampu memandang dirinya secara positif,
berani mencoba dan mengambil resiko, selalu optimis, percaya diri, dan antusias
menetapkan arah dan tujuan hidup.
Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan prestasi belajar, Fink
(dalam Syarif, 2015 : 133) melakukan penelitian dengan melibatkan sejumlah
siswa laki-laki dan perempuan yang dipasangkan berdasarkan tingkatan
inteligensi mereka. Disamping itu mereka digolongkan berdasarkan prestasi
belajar mereka, yaitu kelompok berprestasi lebih (overachievers) dan kelompok
berprestasi kurang (underachiever) : Siswa yang overachievers menunjukkan
konsep diri yang lebih positif, dan hubungan yang erat antara konsep diri dan
prestasi belajar terlihat jelas pada siswa laki-laki. Sedangkan penelitian Walsh,
juga menunjukkan bahwa siswa yang tergolong underachiever mempunyai
konsep diri yang negative, serta memperlihatkan karakteristik kepribadian: 1)
Mempunyai perasaan dikritik, ditolak dan diisolir; 2) Melakukan mekanisme
pertahanan diri dengan cara menghindar dan bahkan bersikap menentang; 3)
Tidak mampu megekspresikan perasaan perilakunya.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh
dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui
individu dalam berhubungan dengan orang lain.
2. Calhoun dan Acocella menyebutkan 3 dimensi utama dari konsep diri,
yaitu: dimensi pengetahuan, dimensi pengharapan, dan dimensi
penilaian.
3. Faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja yaitu: usia kematangan,
penampilan diri, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman-teman
sebaya, kreativitas, dan cita-cita.
4. Perkembangan konsep diri merupakan proses yang terus berlanjut
sepanjang kehidupan manusia.
5. Karakteristik konsep diri, yaitu karakteristik internal, karakteristik aspek-
aspek sosial, dan karakteristik perbandingan sosial.
6. Peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku seseorang, yaitu:
Self-cincept as maintainer of iner consistency, Self-concept as an
interpretation of experience, danSelf-concept as set of expectations
7. Konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylor
(1972)Siswa yang memiliki konsep diri positif, memperlihatkan prestasi
yang baik disekolah, atau siswa tersebut memiliki penilaian diri yang
tinggi serta menunjukkan antar pribadi yang positif pula.

3.2 Saran
Agar konsep diri berkembang dengan baik maka kita harus memperhatikan
hal-hal dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Dalam
mengembangkan konsep diri remaja, kita sebagai penggerak harus mempunyai
beberapa cara agar perkembangan konsep diri remaja itu berjalan dengan baik dan
sempurna. Selain itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat juga sangat membantu dalam pengembangan konsep diri remaja.

20
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Refika Aditama


Otari, Phomi. 2013. Pekembangogan Peserta Didik. Yogyakarta : CV ANDI
OFFSET
Ramlan, Joyce. 2004. Peran Remaja. Jakarta : Bumi Aksara
Rini, Deswita. 2004. Psikology Remaja. Jakarta : Erlangga
Syarif, Kemali. 2015. Perkembangan Peserta Didik. Medan : UNIMED PERSS

21

Anda mungkin juga menyukai