JURNAL KONSELING HIV (Irva Nurfadila AK118083)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS JURNAL

KONSELING HIV/AIDS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Ajar Keperawatan HIV/AIDS

Disusun Oleh :

Irva Nurfadila AK118083

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

JANUARI 2021
A. Pendahuluan

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus golongan


Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik menyerang sistem kekebalan
Mereka berpotensi sebagai sumber penularan bagi orang lain. AIDS
(Aqcuired Immunodeficiency Syndrome/Sindroma Defisiensi Imun
Akut/SIDA) adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem imun
yang timbul akibat infeksi HIV. AIDS sering bermanifestasi dengan
munculnya berbagai penyakit infeksi oportunistik, keganasan, gangguan
metabolisme dan lainnya. HIV positif adalah orang yang telah terinfeksi
virus HIV dan tubuh telah membentuk antibodi (zat anti) terhadap virus.
Mereka berpotensi sebagai sumber penularan bagi orang lain (DepKes RI,
2008). Lebih dari 90% kasus anak terinfeksi HIV, ditularkan melalui
proses penularan dari ibu ke anak atau Mother-ToChild HIV Transmission
(MTCT). Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada
anaknya selama kehamilan, saat persalinan dan saat menyusui.Akses
informasi dan pendidikan perempuan jauh lebih rendah sehingga mereka
tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan reproduksi,
termasuk persoalan seputar HIV/ AIDS dan pelayanan kesehatan yang
menjadi hak mereka. Hal yang sering terjadi juga bahwa perempuan
diposisikan sedemikian rupa untuk tidak mengutamakan kebutuhan
kesehatannya, bahkan ada anggapan yang beredar bahwa penyakit-
penyakit yang berkaitan dengan reproduksi dianggap suatu hal yang
memalukan dan kotor jika terjadi pada perempuan. Umumnya yang terjadi
adalah mereka terjangkit virus HIV/AIDS dari suaminya, tanpa
diketahuinya kalau suaminya telah mengidap HIV/ AIDS (5). Maka tidak
mengherankan lagi jika hal ini terus berlangsung, peningkatan kasus
HIV/AIDS di Yogyakarta, terutama pada kalangan ibu rumah tangga akan
terus mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan konseling
tentang HIV/AIDS.
B. Tinjauan Teori
Layanan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah
membantu, menyiapkan, dan mengurus apa yang diperlukan. Artinya
layanan dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh
individu itu sendiri. Oleh karena berbagai studi menyimpulkan bahwa
diperlukannya konseling yang baik dapat membantu orang mengambil
keputusan, termasuk mengambil keputusan melakukan tes HIV. Konseling
terhadap HIV dapat membantu mereka untuk melakukan koping yang
lebihbaik, hidup yang lebih positif dan membantu mencegah penularan
HIV.5 Voluntary Counseling and Testing atau dikenal dengan konseling
HIV/ AIDS adalah dialog antara seseorang (klien) yang bersifat rahasia,
sehingga memungkinkan orang tersebut mampu menyesuaikan atau
mengadaptasikan diri dengan stress dan sanggup membuat keputusan
bertindak berkaitan dengan HIV/AIDS. Konseling dalam VCT adalah
kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan
pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV, mempromosikan
perubahan perilaku yang bertanggungjawab, pengobatan ARV dan
memastikan pemecahan berbagai masalah yang terkait dengan HIV/AIDS.
VCT adalah proses konseling pra testing, konseling post testing, dan
testing.6 Konseling dalam VCT adalah kegiatan konseling yang
menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan
HIV/AIDS, mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan
perilaku yang bertanggung jawab, pengobatan antiretroviral (ARV) dan
memastikan pemecahan berbagai masalah terkait dengan HIV/AIDS yang
bertujuan untuk perubahan perilaku ke arah perilaku yang lebih sehat dan
lebih aman. Voluntary Counseling and Testing adalah salah satu strategi
kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk keseluruh layanan
kesehatan HIV/ AIDS berkelanjutan yang berdasarkan prinsipnya.7
Layanan VCT atau konseling sukarela adalah suatu layanan untuk
mengetahui adanya infeksi HIV di tubuh seseorang. Layanan ini dapat
diselenggarakan di layanan kesehatan formal atau klinik yang berbasis
komunitas. Tes dan konseling HIV didahului dengan dialog antara
klien/pasien dan konselor/petugas kesehatan dengan tujuan memberikan
informasi tentang HIV dan AIDS dan meningkatkan kemampuan
pengambilan keputusan berkaitan dengan tes HIV.
C. Ringkasan
1. Judul: Pengaruh Konseling Short Message Service (SMS) Gateway
Terhadap Self Efficacy Menghindari Seks Bebas dan HIV/AIDS
Remaja.
Penulis : Muflih Muflih, Deden Iwan Setiawan
Jurnal: ke 1
Volume: volume 5
Tahun terbit: 2017
Ringkasan:

Sasaran Metode Hasil


seluruh siswa SMK Penelitian ini merupakan penelitian Konseling pelayanan
Negeri 1 Depok Sleman experiment dengan desain quasi- kesehatan sekolah dengan
Yogyakarta yang experiment dan menggunakan metode SMS Gateway yang
bersedia mengikuti rancangan one group prepost test telah dilakukan mampu
konseling pelayanan design. Metode yang digunakan memberikan peningkatan
kesehatan sekolah untuk meningkatkan kemampuan variabel utama kepercayaan
dengan menggunakan berperilaku pencegahan seks bebas diri (self efficacy) dan
metode SMS Gateway dan HIV/AIDS adalah dengan subvariabel kemampuan
sejumlah 450 siswa dari menggunakan SMS Gateway. magnitude, generalizability,
total populasi target 850 Metode ini digunakan dalam dan strength of belief
siswa yang dipilih memberikan konseling kesehatan sebagai upaya pencegahan
secara simple random yang merupakan bagian dari perilaku seks bebas dan
sampling dengan pelayanan kesehatan di sekolah. HIV/AIDS di SMK N 1
kriteria bersedia SMS Gateway menggunakan Depok, Sleman,
mengikuti penelitian aplikasi crossplatform GAMMU Yogyakarta. Metode
dan berada pada rentang yang digunakan untuk konseling SMS Gateway
usia 15– 24 tahun. menjembatani atau diharapkan diadopsi dan
mengkomunikasikan antara dijadikan bagian dari
database SMS Gateway dengan layanan kesehatan di
SMS devices. SMS devices sekolah di masa yang akan
merupakan alat pengirim SMS datang. didapatkan nilai
yang berupa modem ataupun kemampuan self efficacy
handphone. SMS Gateway ini untuk mencegah perilaku
menggunakan Devices Modem seks bebas sebelum
Wavecom dengan port USB dan konseling memiliki nilai
SIM Card GSM. Biaya data rerata 90,78 dan setelah
pengiriman SMS selama konseling konseling 97,74 dengan
ditanggung oleh peneliti. nilai p 0,000. Nilai
Mekanisme konseling dengan SMS kemampuan pada masing-
Gateway dilakukan dengan cara masing subvariabel tidak
peneliti mengirimkan pesan yang berbeda jauh. Nilai rerata
berisi pengetahuan dari subvariabel magnitude
yang didapatkan sebelum
konseling adalah 27,70 dan
meningkat menjadi 30,99
setelah konseling dengan
nilai p 0,000. Nilai rerata
subvariabel generalizability
yang didapatkan sebelum
konseling adalah 28,60 dan
meningkat menjadi 31,28
setelah konseling dengan
nilai p 0,000. Demikian
juga pada nilai subvariabel
strength of belief, yang
mengalami peningkatan
nilai rerata dari 30,85
menjadi 31,55 setelah
konseling.

Kata kunci: Konseling, remaja, self efficacy, SMS gateway


2. Judul: Efektivitas Konseling HIV/AIDS Terhadap Perilaku
Ibu Hamil Dalam Pelaksanaan Screening HIV/AIDS di
Puskesmas Wilayah Bnguntapan Kabupaten Bantul
Penulis: Dewi Setyaningsih, Almira Gitta Novika.
Jurnal: ke 2
Volume: volume 5 (3)
Tahun terbit: 2018
Ringkasan:
Sasaran Metode Hasil
Wanita hamil yang Jenis penelitian yang digunakan 1) Karakteristik respondendi
rentan terhadap HIV dan dalam penelitian ini adalah quasi Puskesmas Banguntapan I
penularannya ke janin eksperimentaldengan One Group dan III berdasarkan umur
memberikan Pre-test – Post-test. sebagian besar dalam
kesempatan untuk kategori reproduksi sehat,
menerapkan strategi jumlah sampel atau pengambilan bekerja dan primigravida. 2)
pencegahan penularan sampel Perilaku dalam pelaksanaan
HIV pada bayi baru Design.Pengambilan sampel screening HIV/AIDS di
lahir. Wanita yang lebih dilakukan secara accidental PuskesmasBanguntapan I
tua, primigravida, dan sampling dengan jumlah sampel 41 dan III sebelum dan sesudah
muslim memiliki responden. Pengambilan data pemberian konseling
penerimaan yang lebih menggunakan kuesioner. HIV/AIDS sebagian besar
tinggi untuk mau untuk melakukan. 3)
pelaksanaan konseling Analisis Terdapat perbedaan perilaku
dan tes sukarela. Analisi data menggunakan analisis dalam pelaksanaan screening
Kebutuhan untuk univariat dan bivariat. HIV/AIDS sebelum dan
memperpanjang Jenis penelitian yang digunakan sesudah konseling tentang
program konseling dan dalam penelitian ini adalah quasi HIV AIDS. Perilaku ibu
tes sukarela di semua eksperimentaldengan One Group hamil dalam pelaksanaan
klinik antenatal, untuk Pre-test – Post-test Design. screening HIV/AIDS
meningkatkan tingkat sebelum konselingsebagian
pendidikan dan besar responden bersedia
meningkatkan kesadaran melakukan yaitu sebanyak 32
kesehatan tentang (78%), sedangkan setelah
penularan HIV dan ibu konseling sebagian besar
ke anak. Sasaran ibu responden bersedia
hamil di Puskesmas melakukan sebanyak 39
Banguntapan III (95,1%). Perbedaan perilaku
sebanyak 630 ibu hamil. dalam pelaksanaan
Dari jumlah sasaran screeningHIV/AIDS sebelum
tersebut terdapat dan setelah pemberian
17,62% ibu hamil yang konseling (nilai signifikasi =
sudah diberikan 0,008).Terdapat perbedaan
konseling tentang perilaku dalam pelaksanaan
HIV/AIDS. screening HIV/AIDS
sebelum dan sesudah
Sampel pemberian konseling tentang
Sampel dalam penelitian HIV/AIDS.
ini adalah ibu hamil
yang datang berkunjung
di Puskesmas
Banguntapan I dan
Banguntapan III dan
memenuhi kriteria
inklusi dan kriteria
eksklusi sebayak 41
responden.Uji statistik
yang digunakan adalah
Uji Wilcoxon. Perilaku
ibu hamil dalam
pelaksanaan screening
HIV/AIDS sebelum
konselingsebagian besar
responden bersedia
melakukan yaitu
sebanyak 32 (78%),
sedangkan setelah
konseling sebagian
besar responden
bersedia melakukan
sebanyak 39 (95,1%).
Kata kunci : Konseling; HIV/AIDS; Perilaku.

3. Judul: Pengetahuan tentang HIV/AIDS Berhubungan dengan


konseling HIV/AIDS pada ibu rumah tangga HIV/AIDS

Penulis: Sundari Mulyaningsih

Jurnal: ke 3
Volume: volume 6
Tahun terbit: 2017
Ringkasan:
Sasaran Metode Hasil
Kasus HIV/AIDS di Bahan dan Metode Hasil penelitian
Indonesia jumlahnya menunjukkan bahwa
Penelitian ini merupakan studi
semakin meningkat dan responden sebagian
kuantitatif dengan pendekatan
penyebarannya sudah besar berpengetahuan
cross sectional.
sangat kompleks. Saat kurang (61,7%) dan
ini, HIV/AIDS juga Sampel tidak mengikuti
menyerang ibu rumah konseling (59,6%).
Sampel adalah 47 ibu rumah
tangga yang aktivitasnya Berdasarkan hasil uji
tangga dengan HIV/AIDS.
lebih sering di rumah. statistik dengan chi-
Terdapat banyak kendala Pengambilan data melalui square diperoleh nilai
dalam hal mengkonsumsi wawancara dengan kuesioner p=0,000 yang berarti
ARV dan penanganan terstruktur. ada hubungan antara
HIV/AIDS karena kurang pengetahuan tentang
Analisis
terbukanya para HIV/AIDS dengan
pengidap, dan tidak rutin konseling tentang
Analisis Bivariat
dalam mengkonsumsi HIV/AIDS pada ibu
menggunakan chi-square.
ARV, penyebarannya rumah tangga penderita
Hasil penelitian menunjukkan
juga kurang terkendali di HIV/AIDS.
bahwa responden sebagian
kota Yogyakarta.
besar berpengetahuan kurang
(61,7%) dan tidak mengikuti
konseling (59,6%). Berdasarka

Kata kunci : pengetahuan HIV/AIDS, konseling tentang HIV/AIDS.

D. Pembahasan dan kesimpulan


a) Pembahasan
1. Jurnal: ke 1 ( Pengaruh konseling Short Message Service (SMS)
Gateway terhadap Self Efficacy Menghindari Seks Bebas dan
HIV/AIDS Remaja)
Masalah perilaku berisiko di kalangan remaja saat ini sangat
mengkhawatirkan yang disebabkan oleh kemampuan self efficacy
(kepercayaan diri) untuk menghindari seks bebas dan HIV/AIDS
yang masih rendah. Peningkatan self efficacy remaja dapat
ditingkatkan dengan konseling SMS Gateway. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari konseling SMS
Gateway terhadap kemampuan self efficacy menghindari perilaku
seks bebas dan HIV/AIDS. Jenis penelitian ini adalah quasi-
experiment dengan rancangan one group pre-post test design.
Sampel penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman
Yogyakarta sejumlah 450 siswa dari total populasi target 850 siswa
yang dipilih secara simple random. Hasil penelitian didapatkan
bahwa rerata nilai self efficacy sebelum konseling sebesar 90,7 ±
6,25 dan sesudah konseling sebesar 97,7±2,63 dengan nilai p
0,000. Nilai rerata (± SD) masing-masing subvariabelnya yakni
magnitude sebelum 27,70±3,47 dan sesudah 30,99±1,44 dengan
nilai p 0,000, generalizability sebelum 28,60±2,49 dan sesudah
31,28±1,24 dengan nilai p 0,000, dan strength of belief sebelum
30,85±1,85 dan sesudah 31,55±1,26 dengan nilai p 0,000.
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh secara
signifikan konseling metode SMS gateway terhadap kemampuan
self efficacy menghindari perilaku seks bebas dan HIV/AIDS.
Penggunaan SMS gateway diharapkan menjadi bagian dari
pelayanan kesehatan di sekolah sehingga terjadi peningkatan
perilaku pencegahan seks bebas dan HIV/AIDS.
2. Jurnal ke 2: (Efektivitas Konseling HIV/AIDS Terhadap
Perilaku Ibu Hamil Dalam Pelaksanaan Screening HIV/AIDS
di Puskesmas Wilayah Bnguntapan Kabupaten Bantul )
Jumlah cakupan layanan testing dan konseling HIV di
Indonesia masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi
berisiko dan mengetahui status HIV di masyarakat. Pemberian
konseling HIV dan test yang berkelanjutan dapat
meningkatkan pengetahuan dan penerimaan ibu terhadap
pelayanan kesehatan tersebut. Tujuan penelitian untuk
mengetahui effektivitas konseling HIV/AIDS terhadap
perilaku ibu hamil dalam pelaksanaan screening HIV/AIDS di
Wilayah Puskesmas Banguntapan Kabupaten Bantul. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
eksperimentaldengan One Group Pre-test – Post-test Design.
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang datang
berkunjung di Puskesmas Banguntapan I dan Banguntapan III
dan memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebayak
41 responden.Uji statistik yang digunakan adalah Uji
Wilcoxon. Perilaku ibu hamil dalam pelaksanaan screening
HIV/AIDS sebelum konselingsebagian besar responden
bersedia melakukan yaitu sebanyak 32 (78%), sedangkan
setelah konseling sebagian besar responden bersedia
melakukan sebanyak 39 (95,1%). Perbedaan perilaku dalam
pelaksanaan screeningHIV/AIDS sebelum dan setelah
pemberian konseling (nilai signifikasi = 0,008).Terdapat
perbedaan perilaku dalam pelaksanaan screening HIV/AIDS
sebelum dan sesudah pemberian konseling tentang
HIV/AIDS.
3. Jurnal ke 3 : Pengetahuan tentang HIV/AIDS Berhubungan
dengan konseling HIV/AIDS pada ibu rumah tangga
HIV/AIDS.
Kasus HIV/AIDS di Indonesia jumlahnya semakin
meningkat dan penyebarannya sudah sangat kompleks. Saat ini,
HIV/AIDS juga menyerang ibu rumah tangga yang aktivitasnya
lebih sering di rumah. Terdapat banyak kendala dalam hal
mengkonsumsi ARV dan penanganan HIV/AIDS karena kurang
terbukanya para pengidap, dan tidak rutin dalam mengkonsumsi
ARV, penyebarannya juga kurang terkendali di kota
Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan
pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan konseling tentang HIV/
AIDS pada Ibu Rumah Tangga penderita HIV/AIDS di
Yogyakarta. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional. Sampel adalah 47 ibu rumah tangga
dengan HIV/AIDS. Pengambilan data melalui wawancara
dengan kuesioner terstruktur. Analisis Bivariat menggunakan
chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden
sebagian besar berpengetahuan kurang (61,7%) dan tidak
mengikuti konseling (59,6%). Berdasarkan hasil uji statistik
dengan chi-square diperoleh nilai p=0,000 yang berarti ada
hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan
konseling tentang HIV/AIDS pada ibu rumah tangga penderita
HIV/AIDS.

b) Kesimpulan

Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya hubungan antara


ibu hamil yang tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular pada bayinya
maka ia perlu melakukan konseling dan tes HIV/AIDS dengan
sikapnya. Selain itu tempat pelayanan konseling dan tes ini masih
terbatas pada tempat-tempat tertentu atau masih sulit untuk dijangkau.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata sikap dan perilaku yang didasari pengetahuan akan
lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003, p. 121). Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal yaitu diantaranya tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, pendidikan, lingkungan, sosial budaya,
atau tingkat ekonomi masing-masing. Dari pengetahuan tersebut dapat
diambil, dipahami, diaplikasi, dianalisis, disintesis, dan kemudian dapat
dievaluasikan dengan cara dan pemahaman masing-masing. Selain dari
hal tersebut dapat dilihat juga pada hasil kuesiner bahwa sebagian besar
responden menyatakan bahwa ibu sudah mengerti HIV itu berasal dari
virus, virus ini dapat mengakibatkan AIDS, dan dapat menular ke janin
apabila ibu yang menderita HIV/AIDS sedang mengandung. Sikap
terhadap konseling dan tes HIV/AIDS secara sukarela di Puskesmas
Karangdoro Semarang. Sikap terhadap konseling dan tes HIV/AIDS
secara sukarela di Puskesmas Karangdoro Semarang dinyatakan baik
atau setuju sebanyak 26 responden (57,8%). Dengan kata lain reaksi
atau respon yang masih tertutup dari ibu hamil yang melakukan ANC
(Antenatal Care) di Puskesmas Karangdoro Semarang khususnya
pada bulan Juli-Agustus 2011 ini termasuk dalam kategori baik atau
setuju terhadap adanya konseling dan tes HIV/AIDS secara sukarela.
Magnitude adalah penilaian kemampuan diri atas dasar penilaian
tingkat kesulitan tugas atau tindakan yang diyakini seseorang untuk
dilakukan, dan generalizability adalah hasil penilaian tingkat
kemampuan diri yang dibatasi oleh fakta-fakta domain aktivitas.
Sedangkan strength of belief adalah kekuatan keyakinan individu atas
kemampuan dirinya mengatasi situasi dan kondisi di lingkungannya
(Claggett & Goodhue, 2011). Peningkatan kemampuan self efficacy
remaja di sekolah dapat melalui program kesehatan yang dilaksanakan
oleh Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang terdiri dari 3 (tiga)
program pokok, yakni pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
pembinaan lingkungan (Marfu & Sofyan, 2010). Namun, usaha
kesehatan sekolah saat ini hanya menyediakan fasilitas konseling
secara tatap muka. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembaharuan
bentuk konseling yang dilakukan tanpa tatap muka sehingga remaja
tidak takut atau malu. Salah satu metode konseling tanpa tatap muka
adalah menggunakan layanan SMS Gateway. SMS Gateway adalah
sebuah aplikasi yang menghubungkan Sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta yang
bersedia mengikuti konseling pelayanan kesehatan sekolah dengan
menggunakan metode SMS Gateway sejumlah 450 siswa dari total
populasi target 850 siswa yang dipilih secara simple random sampling
dengan kriteria bersedia mengikuti penelitian dan berada pada rentang
usia 15– 24 tahun.

E. DAFTAR PUSTAKA
IBI. (2016). Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta: Ikatan Bidan
Indonesia.
(2010). Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV
(Voluntary Counselling and Testing=VCT) untuk Konselor Profesional
Panduan Peserta. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Google scholer
F. Lampiran Artikel
Definisi Voluntary Counseling Test (VCT):
Proses konseling pra testing, konseling post testing, dan testing
HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih dini
membantu orang mengetahui status HIV.
Konseling pra testing memberikan pengetahuan tentang HIV &
manfaat testing, pengambilan keputusan untuk testing, dan perencanaan
atas issue HIV yang akan dihadapi. Konseling post testing membantu
seseorang untuk mengerti & menerima status (HIV+) dan merujuk pada
layanan dukungan.
Voluntary Counseling Test (VCT): Merupakan pintu masuk
penting untuk pencegahan dan perawatan HIV
Konseling HIV/AIDS “Dialog yang terjaga kerahasiaan antara
konselor dan klien ".
- Konseling membantu orang mengetahui statusnya lebih dini,
menekankan kepada aspek perubahan perilaku, peningkatan
kemampuan menghadapi stress, ketrampilan pemecahan
masalah.
- Konseling HIV juga menekankan pada issue HIV terkait seperti
bagaimana hidup dengan HIV, Pencegahan HIV ke pasangan,
dan issue-issue HIV yang berkelanjutan.

TAHAPAN KONSELING PRE TEST

- Alasan Test
- Pengetahuan tentang HIV & manfaat testing
- Perbaikan kesalahpahaman ttg HIV / AIDS
- Penilaian pribadi resiko penularan HIV
- Informasi tentang test HIV
- Diskusi tentang kemungkinan hasil yang keluar
- Kapasitas menghadapi hasil / dampak hasil
- Kebutuhan dan dukungan potensial - rencana pengurangan
resiko pribadi
- Pemahaman tentang pentingnya test ulang.
- Memberi waktu untuk mempertimbangkan.
- Pengambilan keputusan setelah diberi informasi.
- Membuat rencana tindak lanjut.
- Memfasilitasi dan penandatanganan Informed Consent

KONSELING PASCA TEST

- Dokter & konselor mengetahui hasil untuk membantu diagnosa


dan dukungan lebih lanjut.
- Hasil diberikan dalam amplop tertutup.
- Hasil disampaikan dengan jelas dan sederhana
- Beri waktu untuk bereaksi
- Cek pemahaman hasil test
- Diskusi makna hasil test
- Dampak pribadi, keluarga, sosial terhadap ODHA, kepada
siapa & bagaimana memberitahu.
- Rencana pribadi penurunan resiko
- Menangani reaksi emosional.
- Apakah segera tersedia dukungan?
- Tindak lanjut perawatan & dukungan ke layanan managemen
kasus atau layanan dukungan yang tersedia di wilayah.

Jika tes NEGATIF:

- Perlu tes HIV ulang 3 bulan lagi untuk membuktikan hasil.


- Perlu selalu memakai kondom kalau berhubungan sex.
- Selalu ingat periksa penyakit kelamin 2 bulan sekali.
- Jangan minum sembarang obat tanpa resep.

Jika tes POSITIF:

- Hidup masih akan terus berjalan dan  dapat direncanakan


bersama konselor dan manajer kasus (MK).
- Harus menjaga kesehatan jangan sampai sakit.
- Selalu memakai kondom kalau berhubungan sex.
- Jangan minum sembarang obat tanpa resep.
- Akan ada dukungan dari manajemen kasus.

Anda mungkin juga menyukai