Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PATOFISIOLOGI

PENYAKIT MENULAR VIRUS CAMPAK

Di Susun Oleh :

Hanida Luthifyah (19051334051)

Idrokul Mukasyafah (19051334065)

Citra Ayu (19051334074)

Irbah Shofiyah (19051334085)

PROGRAM STUDI GIZI


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIT
AS NEGERI SURABAYA
2020
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................4
1.1 Latang Belakang................................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................................................5
1.4 Manfaat..............................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
2.1 Definisi Penyakit Campak...........................................................................................................6
2.2 Gejala Klinis.................................................................................................................................6
2.3 Patofisiologi Penyakit Campak...................................................................................................8
2.4 Pengobatan Penyakit Campak....................................................................................................9
2.5 Gizi Penyakit Campak................................................................................................................10
2.6 Pencegahan Penyakit Campak..................................................................................................11
KESIMPULAN..............................................................................................................................12

DAFTAR ISI..................................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latang Belakang


Virus campak merupakan salah satu mikroorganisme yang sangat mudah menular antara
individu satu ke individu yang lain, terutama pada anak-anak yang memasuki usia prasekolah
dan tamat SD. Campak adalah penyakit menular yang sering menyebabkan terjadinya Kejadian
Luar Biasa (KLB). Penyakit ini mudah menular melalui sistem pernapasan, terutama percikan
ludah atau cairan yang keluar dari sistem pernapasan, seperti pada saat bersin, batuk, maupun
berbicara (Kemenkes RI, 2017a). Masa inkubasi penyakit campak antara 7-18 hari. Gejala awal
atau yang sering disebut juga dengan stadium prodormal yaitu demam dengan suhu tubuh ≥ 38C
yang terjadi selama 3-5 hari, disertai dengan beberapa gejala lainnya, seperti batuk, pilek, dan
gejala konjungtivitis. Gejala yang lebih spesifik yaitu adanya bercak putih keabu-abuan dengan
dasar merah di pipi bagian dalam (muscola bucal). Gejala selanjutnya yaitu stadium erupsi
dengan gejala batuk pilek bertambah berat, suhu badan menigkat, timbulnya bercak merah di
seluruh tubuh. Bercak tersebut bertahan selama 4-8 hari dan berangsur menjadi merah
kehitaman, panas turun setelah rash muncul. Stadium convalescens terjadi apabila tanda-tanda
dari stadium sebelumnya mereda dan menghilang tanpa bekas atau menimbulkan bekas coklat
kehitaman karena terjadi pengelupasan (Kemenkes RI, 2013b). Kasus campak menyebar di
daerah yang memiliki penduduk yang padat. Penyebaran kasus campak paling banyak terjadi di
negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Kejadian campak di Indonesia cenderung
meningkat pada tahun 2016. Penyakit campak termasuk penyakit yang dapat dicegah dengan
tindakan imunisasi. Salah satu bentuk program imunisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah
yaitu imunisasi rutin yang terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. (Kemenkes RI,
2017a). Imunisasi dasar lengkap 168 of 173 Khuril Eka Oktaviasari / Jurnal Berkala
Epidemiologi, 6 (2) 2018, 166-173 dan lanjutan yang diwajibkan oleh pemerintah adalah
imunisasi campak. Imunisasi campak mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah karena
Indonesia ikut serta dalam program eliminasi campak pada tahun 2020 dengan cakupan campak
minimal 95% di setiap wilayah secara merata (Kemenkes RI, 2017b).
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana pemahaman dalam mempelajari segala sesuatu tentang penyakit campak,
patosifisologi dan bahan gizi yamg dibutuhkan.

1.3 Tujuan
rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah Mendeskripsikan model
penyebaran penyakit campak dan untuk mengetahui dampak virus campak.

1.4 Manfaat
Sebagai bahan referensi belajar untuk memberikan informasi mengenai kecenderungan
penyebaran penyakit campak dan pengaruh pada asupan gizi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit Campak


Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa Latin),
yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia
dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit
infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut,
demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian
diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.

2.2 Gejala Klinis


Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu:

 Stadium kataral (prodormal) Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari
dengan gejala demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza.
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul
bercak Koplik. Bercak Koplik 7 berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum
timbul pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang
kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh
mukosa mulut. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering
didiagnosis sebagai influenza.
 Stadium erupsi Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya
terjadi adalah koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum
durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam
atau eritema yang berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-
mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.
Rasa gatal, muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen
dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.
 Stadium konvalesensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih
tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
 Penularan Campak Campak ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak
langsung, melalui sekret hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Masa
penularan berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala
prodormal biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua
setelah timbulnya ruam.

Epidemiologi Campak

Distribusi dan Frekuensi Penyakit Campak

 Menurut Orang Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat
menginfeksi anakanak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja
dan kadang kala orang dewasa. Campak endemis di masyarakat metropolitan dan
mencapai proporsi untuk menjadi epidemi setiap 2-4 tahun ketika terdapat 30-
40% anak yang rentan atau belum mendapat vaksinasi. Pada kelompok dan
masyarakat yang lebih kecil, epidemi cenderung terjadi lebih luas dan lebih berat.
Setiap orang yang telah terkena campak akan memiliki imunitas seumur hidup.
 Menurut Tempat Penyakit campak dapat terjadi dimana saja kecuali di daerah
yang sangat terpencil. Vaksinasi telah menurunkan insiden morbili tetapi upaya
eradikasi belum dapat direalisasikan.
 Menurut Waktu Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling stabil
pada kelembaban dibawah 40%. Udara yang kering menimbulkan efek yang
positif pada virus dan meningkatkan penyebaran di rumah yang memiliki alat
penghangat ruangan seperti pada musim dingin di daerah utara. Sama halnya
dengan udara pada musim kemarau di Persia atau Afrika yang memiliki insiden
kejadian campak yang relatif tinggi pada musim-musim tersebut. Bagaimanapun,
kejadian campak akan meningkat karena kecenderungan manusia untuk
berkumpul pada musim-musim yang kurang baik tersebut sehingga efek dari
iklim menjadi tidak langsung dikarenakan kebiasaan manusia.16 Kebanyakan
kasus campak terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi di negara
dengan empat musim dengan puncak kasus terjadi pada bulan Maret dan April.
Lain halnya dengan di negara tropis dimana kebanyakan kasus terjadi pada musim
panas. Ketika virus menginfeksi populasi yang belum mendapatkan kekebalan
atau vaksinasi maka 90-100% akan menjadi sakit dan menunjukkan gejala klinis.

2.3 Patofisiologi Penyakit Campak


Patofisiologi campak (measles) atau rubeola dimulai saat virus campak masuk ke tubuh
melalui mukosa saluran nafas atas atau kelenjar air mata. Infeksi awal dan replikasi virus terjadi
secara lokal pada sel epitel trakea dan bronkus.

Fase viremia pertama terjadi setelah 2-4 hari setelah invasi, akibat replikasi dan
kolonisasi virus pada kelenjar limfe regional yang kemungkinan dibawa oleh makrofag paru.

Fase viremia kedua terjadi setelah 5-7 hari setelah infeksi awal akibat penyebaran virus
pada seluruh sistem retikuloendotelial. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit
menyebabkan gejala batuk, pilek, mata merah (3 C’s: cough, coryza, conjunctivitis) dan demam
yang semakin tinggi. Gejala akan semakin memberat sampai hari kesepuluh setelah infeksi virus
dan mulai timbul ruam makulopapular berwarna kemerahan. Ruam akan menjadi gelap pada
masa konvalesens diikuti dengan terjadinya proses deskuamasi dan hiperpigmentasi.

Infeksi virus campak menyebabkan proses imunosupresi pada tubuh yang ditandai
dengan penurunan reaksi hipersensitivitas tipe lambat, penurunan produksi interleukin (IL)-12
dan penurunan sistem limfoproliferatif antigen-spesifik yang bertahan beberapa minggu sampai
bulan setelah infeksi. Hal ini yang menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi oportunistik
sekunder seperti bronkopneumonia dan ensefalitis yang meningkatkan angka mortalitas pada
anak.

Jika virus mencapai paru-paru maka akan membentuk infiltrat pada paru dan
menyebabkan bronkopneumonia. Pada individu dengan defisiensi imunitas selular, dapat terjadi
giant cell pneumonia yang bersifat fatal dan progresif. Jika virus mencapai otak dapat
menyebabkan pembengkakan atau edema pada otak dan jika bereplikasi pada susunan saraf pusat
(SSP) maka dapat menimbulkan gejala ensefalitis. Pada individu yang imunokompeten
umumnya virus dapat dieliminasi dan menimbulkan kekebalan seumur hidup.[2]
2.4 Pengobatan Penyakit Campak
Pada dasarnya, tidak ada pengobatan khusus untuk menangani campak, karena campak
dapat sembuh sendiri dalam 7-10 hari. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
meredakan gejala, yaitu:

 Mengonsumsi paracetamol atau ibuprofen, untuk meredakan nyeri dan demam.

 Mandi dengan air hangat, untuk meredakan pilek atau hidung tersumbat juga untuk
mengurangi gatal karena ruam. Gunakan sabun yang tak mengiritasi kulitnya yang
sedang bermasalah.

 Perhatikan asupan makanan, beri dirinya makanan bergizi seimbang. Makanan ini
berperan penting untuk mengatasi campak pada bayi dan anak.

 Membersihkan mata dengan kapas basah.

 Mengatur cahaya dalam ruangan agar tidak terlalu menyilaukan dan usahakan
tidak terkena cahaya matahari.

 Minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi dan mengurangi rasa tidak
nyaman di tenggorokan akibat batuk.

 Minum air hangat yang dicampur lemon atau madu, untuk meredakan batuk dan
mengencerkan lendir di tenggorokan. Namun, jangan berikan madu pada anak
berusia di bawah 1 tahun.

 Pasien campak yang kekurangan vitamin A cenderung mengalami gejala yang


lebih parah. Oleh karena itu, dokter biasanya akan memberikan suplemen vitamin
A, agar gejala campak tidak terlalu parah

Anak yang menderita campak harus dipantau secara rutin, karena rentan terserang
penyakit lain, seperti infeksi telinga atau paru-paru basah. Jika hal ini terjadi, segera periksakan
anak ke dokter agar dapat diberikan antibiotik. Jangan memberikan aspirin kepada anak-anak.
Obat ini dapat memicu sindrom Reye, yang bisa mengancam nyawa.
2.5 Gizi Penyakit Campak
Asupan makanan dan penyakit infeksi merupakan faktor penyebab langsung dari status
gizi, dimana keduanya merupakan faktor yang saling mempengaruhi. Balita yang akan terkena
penyakit infeksi biasanya mengalami perubahan pola makan, sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara asupan makanan dan kebutuhan gizi. Jika hal ini terjadi dalam waktu yang cukup lama
maka terjadilah kekurangan gizi.

Adanya penyakit Campak menyebabkan nafsu makan menurun. Campak memperberat


anak-anak yang inadekuat dietary intakes (kurus) menjadi lebih buruk gizinya. Campak bukan
penyakit berbahaya jika segera ditangani dengan tepat. Namun jika perawatan yang diberikan
kurang baik dan kondisi tubuh penderita lemah (kurang gizi), maka akan mudah terkena infeksi
lain atau komplikasi yang bisa berakibat fatal. Komplikasi yang paling umum terjadi pada kasus
campak yang fatal adalah diare kronis.

Selain kekurangan zat gizi makro, penelitian membuktikan bahwa campak memiliki
hubungan yang erat dengan kekurangan zat gizi mikro, yaitu vitamin A. Vitamin A itu
bermanfaat mencegah morbiditas pada anak Balita. Kalau anak diberi vitamin A dan dikonsumsi
dengan baik, bisa disimpan di dalam organ hatinya selama 4-6 bulan. Karena itu pemerintah
membuat program Bulan Vitamin A dua kali dalam setahun (Februari dan Agustus).

Bersamaan dengan pelaksanaan imunisasi massal, seluruh Balita yang ada di wilayah
terjadinya KLB Campak perlu diberikan pula vitamin A dengan dosis sesuai usia, yaitu: Bayi < 6
bulan dengan dosis ½ kapsul biru; Balita usia 6-11 bulan dosisnya 1 kapsul biru; dan Balita 12-
59 bulan dengan dosis 1 kapsul merah.

Pastikan, dosis kapsul vitamin A yang diberikan sesuai dengan usia anak. Balita yang
telah menerima kapsul vitamin A dalam jangka waktu < 30 hari, tidak dianjurkan untuk diberi
kapsul vitamin A lagi. Lalu pada saat pemberian vitamin A, pastikan anak tidak sedang
mengalami sesak napas berat.

Anak yang menderita Campak namun tidak mengalami gizi buruk, diberikan kapsul
vitamin A sebanyak 2 kali, yaitu 1 kapsul pada hari pertama dan 1 kapsul pada hari kedua (dosis
sesuai usia). Sedangkan pada anak yang menderita Campak dengan gizi buruk dan/atau
komplikasi pada mata diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 1 kapsul pada hari pertama, 1 kapsul pada
hari kedua, dan 1 kapsul pada hari ke lima belas (dosis sesuai usia).

Jadi, dibutuhkan zat gizi yang lengkap untuk pasien dengan penyakit campak dengan
tambahan suplementasi vitamin A.

2.6 Pencegahan Penyakit Campak


Pencegahan utama campak dilakukan dengan imunisasi campak dan MMR. Imunisasi
campak dilakukan pada saat anak berusia 9 bulan, kemudian dilanjutkan dengan vaksin MMR
yang merupakan vaksin kombinasi untuk mencegah campak, gondongan, dan rubella. Imunisasi
MMR dilakukan pada usia 15 bulan dan diulang pada usia 5 tahun.

Vaksin MMR tidak boleh diberikan kepada ibu hamil. Jika Anda belum mendapatkan
vaksin MMR, lakukan imunisasi MMR minimal satu bulan sebelum merencanakan kehamilan.

Untuk mencegah penularan campak ke orang lain, terutama orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah, penderita campak disarankan untuk diam di rumah. Tujuannya
adalah agar penderita campak tidak kontak dengan orang lain, minimal sampai 4 hari setelah
timbul ruam.
KESIMPULAN

Berdasarkan kesimpulan virus campak seperti gejala demam, malaise, batuk, fotofobia,
konjungtivitis dan koriza dapat ditanggulangi secara menyeluruh salah satunya dengan
melakukan vaksin campak yang mana pengobatan vaksin dikhususkan untuk mencegah penyakit
campak, yang mulai diberikan pada anak usia 9 bulan. Pemberian vaksin ini masuk ke dalam
program imunisasi rutin lengkap yang dianjurkan oleh pemerintah Indonesia. Dan tentunya juga
fokus terhadap asupan makanan dengan memakan makanan bergizi seimbang. Makanan ini
berperan penting untuk mengatasi campak pada bayi dan anak. Selain itu, mencukupi kebutuhan
zat gizi sesuai angka kecukupan gizi yang dianjurkan juga. Karena orang dengan gizi buruk dan
imunitas yang rendah akan lebih rentan terinfeksi campak.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20116/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=93984CCCF3DCB5F6D2669049501E30C1?sequence=4

https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-anak/campak/patofisiologi#:~:text=Patofisiologi
%20campak%20(measles)%20atau%20rubeola,sel%20epitel%20trakea%20dan%20bronkus.

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180118/4424417/direktur-gizi-kemenkes-
campak-erat-kaitannya-kurang-gizi/

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-
humaniora/article/download/1930/1734&ved=2ahUKEwiPy4mHppvvAhVg8XMBHQhuAA4Q
FjALegQIBhAC&usg=AOvVaw3cClfiYgMzD9RbSkO1krmt&cshid=1615021191023

https://www.alodokter.com/campak/pengobatan

https://www.alodokter.com/campak/pencegahan

Anda mungkin juga menyukai