Kejujuran dalam Bahasa Arab adalah Ash-Shidqu yaitu percaya, benar, berkata
benar. Dengan demikian kejujuran adalah Sifat dari manusia yang timbul dari hati dan
keluar apa adanya tanpa adanya kesalahan yang mendorong akan perbuatan yang tidak sia-
sia.
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya,
maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. [Al-Ahzab : 70 – 71]
Kejujuran adalah perbuatan orang yang beriman, orang yang bertaqwa kepada
Allah, Allah SWT menjanjikan segala kebaikan dari segala perbuatan dan mengampuni
segala dosa-dosanya.
Kejujuran merupakan tanda bukti yang menentukan Qadar keimanan dalam diri
seseorang. Kejujuran pula yang menjadi nilai harga diri kita. Seseorang akan menghargai
dan menghormati kita ketika kita melakukan sebuah kejujuran dan sebaliknya seseorang
akan merendahkan bahkan menghina kita ketika kita mencoreng nilai-nilai kejujuran.
Orang yang mengaku-ngaku dirinya mukmin ialah orang yang pasti memiliki
prilaku jujur. Jikalau tidak jujur, berarti keimanannya perlu dipertanyakan. Orang yang
semacam itu adalah orang yang rasa keimanannya sedang dihinggapi sebuah penyakit yang
dinamakan munafiq. Teman-teman yang berbahagia, sebagai mana kita ketahui bahwa
orang munafiq itu adalah orang yang bermuka dua, yang berbicara ya diluar namun
didalam tidak. Teringat sebuah kisah atau lebih tepatnya hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Malik dalam kitabnya Al-Muwathtah, yang menceritakan seorang sahabat tengah
mengajukan berbagai pertanyaan kepada Rasulullah Saw, apakah mungkin orang mukmin
itu pelit? Tanya sahabat. Kemudian rasul menjawab “ mungkin saja” kemudian ia bertanya
lagi “ apakah mungkin orang mukmin itu pengecut?” dan rasul menjawab “ mungkin saja”,
dan yang terakhir sahabat tersebut bertanya “Apakah mungkin seorang mukmin itu
berbohong?” dan dengan tegas Rasul menjawab “Tidak “.
Pembelajaran apa yang bisa kita petik dari hadist tersebut? sangatlah jelas bahwa
hadist tersebut secara langsung atau pun tidak langsung telah mengajarkan kita untuk tidak
berbohong dalam semua bidang. Maksudnya disemua lini kehidupan kita harus lah di
tanamkan benih-benih kejujuran. Mulai dari hal kecil seperti saat kita lagi makan dikantin
sekolah, kita harus jujur, kita ambil ini itu dan membayar sesuai dengan harga yang telah
ditentukan jangan berbohong. Jika kita tidak jujur dalam hal yang sepele seperti demikian
dapat dipastikan ketika kita memegang sebuah kekuasaan yang menyilaukan mata, kita
akan menggunakan kekuasaan tersebut dengan semau kita.
Kejujuran juga merupakan ajaran yang telah diajarkan oleh Allah dan Rasul-
Nya, Kejujuran adalah jalan untuk mendapatkan kemenangan ( Surga ).
Sebagaimana yang telah dikatakan diatas, kejujuran adalah lurus hati seseorang,
tidaklah seseorang akan merasakan kebimbangan disaat ia berkata jujur, kejujuran itu tidak
akan takut akan ancaman, kerusakan.
Imam Ghazali R.A Membagi sifat jujur atau benar ( Shiddiq ) sebagai berikut :
Nabi Muhammad SAW merupakan teladan sempurna untuk kita. Beliau memiliki
akhlak atau sifat yang begitu mulia. Beberapa sifat mulia yang dimiliki oleh Nabi
Muhammad SAW antara lain amanah dan jujur. Nabi Muhammad dikenal sebagai pribadi
yang jujur, bahkan sejak beliau belum diangkat menjadi Nabi.
Ada banyak sekali bentuk kejujuran dalam kehidupan kita sehari-hari. Sejak kecil
kita pasti telah diajarkan oleh orang tua kita untuk selalu berbuat jujur dan tidak
berbohong. Hal ini tentu sesuai dengan ajaran agama Islam yang telah dicontohkan oleh
Nabi Muhammad SAW sendiri.
Tiang agama, sandi akhlak dan rasa kemanusiaan manusia, tanpa kejujuran akan
roboh serta akhlak tidak akan pernah sempurna dan seorang manusia tidak akan menjadi
manusia sempurna tanpa kejujuran, disinilah pentingnya sebuah nilai kejujuran di berbagai
bidang kehidupan. sebagai penutup Rasulullah Saw bersabda “Tetap berpegang eratlah
dalam kejujuran, walau kamu seakan akan melihat kehancuran dalam berpegang teguh
pada kejujuran, tapi yakinlah bahwa didalam kejujuran itu terdapat keselamatan”