Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat

peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk

memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Menurut Azwar (1996), pelayanan kesehatan yang

bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa layanan

yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai

dengan standart dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.

Masyarakat yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di rumah sakit atau

klinik, dihadapkan kepada resiko terinfeksi, kecuali dilakukan kewaspadaan untuk mencegah

terjadinya infeksi. Petugas kesehatan yang melayani pasien dan staf pendukung (seperti staff

rumah tangga, pembuangan sampah dan staff laboratorium) semuanya dihadapkan kepada

resiko infeksi. Infeksi yang terdapat di rumah sakit atau yang disebut dengan istilah infeksi

nosokomial merupakan fokus penting di semua negara. Namun di negara berkembang infeksi

ini merupakan penyebab utama penyakit dan kematian. Organisme penyebab infeksi

nosokomial biasanya datang dari tubuh pasien sendiri (flora endogen), kontak dengan staf

(kontaminasi silang), instrumen dan jarum yang terkontaminasi, dan lingkungan (flora

eksogen). Infeksi ini juga dapat terjadi pada pasien yang umumnya selalu berpindah-pindah

dan waktu rawat di rumah sakit lebih pendek, pasien sering dipulangkan sebelum infeksi ini

menjadi nyata atau timbul gejala. Kenyataannya sebagian besar infeksi nosokomial pada

pasien rawat inap dan rawat jalan menjadi nyata setelah mereka pulang. Di negara

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA1


berkembang, infeksi ini jauh lebih tinggi, karena kurangnya pengawasan, praktik pencegahan

infeksi yang buruk, pemakaian sumber terbatas yang tidak tepat dan rumah sakit yang penuh

sesak (Tietjen et al., 2004). Alat kesehatan meliputi barang, instrumen atau alat lain yang

termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau

dimaksudkan untuk digunakan dalam pemeliharaan dan perawatan, diagnosis, pemulihan,

perbaikan, penyembuhan dan lain-lain (Hartono, 1985). Semua alat kesehatan yang kontak

langsung dengan pasien dapat menjadi sumber infeksi. Oleh karena itu, persediaan dari

barang steril cukup memainkan peran penting dalam mengurangi penyebaran penyakit dalam

pelayanan kesehatan.

Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk

mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas di rumah sakit. Salah satu

indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi

nosokomial dan untuk mencapai keberhasilan tersebut, maka perlu dilakukan pengendalian

infeksi di rumah sakit (Depkes RI, 2001).

Pusat sterilisasi atau dikenal dengan istilah Central Sterile Supply Department

(CSSD) merupakan salah satu bagian dalam rumah sakit yang penting untuk pengendalian

infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Fungsi utama CSSD adalah

bertanggung jawab dalam menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan

di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsi dari pusat sterilisasi adalah menerima, memproses,

memproduksi, mensterilkan, menyimpan, serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai

ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien. Tanggung jawab Pusat

Sterilisasi bervariasi tergantung dari besar kecilnya rumah sakit, struktur organisasi dan

proses sterilisasi. Setiap rumah sakit harus memiliki Pusat Sterilisasi yang mampu

memberikan pelayanan sterilisasi di rumah sakit dengan baik (Depkes RI, 2001).

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA2


Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan diperlukan pengetahuan dan

ketrampilan khusus oleh petugas sterilisasi sehingga mendapatkan kondisi alat atau bahan

yang steril secara cepat dan tepat dari masing – masing unit lain yang membutuhkannya

sehingga risiko terjadinya infeksi nosokomial terhadap pasien dan karyawan RS Royal Prima

dapat dicegah sedini mungkin. Secara umum CSSD dilihat sebagai bagian penting dari

sebuah Operating Theatre (OT) karena pengguna terbanyak dari alat-alat steril adalah OT.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Dapat dijadikan sebagai pedoman oleh pihak manajemen dalam meningkatkan

pelayanan sterilisasi yang bermutu dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi

RS Royal Prima.

1.2.2. Tujuan Khusus

 Dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi RS

Royal Prima

 Dapat menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi nosokomial RS Royal

Prima

 Dapat meningkatkan mutu pelayanan seterilisasi alat atau bahan RS Royal

Prima

 Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepada petugas atau para

medis RS Royal Prima tentang prosedur pelaksanaan sterilisasi

 Dapat meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen RS Royal Prima

dalam pengambilan keputusan dan kebijakan tentang prosedur sterilisasi

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA3


1.3. Manfaat

Sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi (CSSD) dalam meningkatkan

mutu pelayanan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya risiko infeksi di RS. ROYAL

PRIMA MEDAN.

1.4. Batasan Operasional

 Autoclave adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan

menggunakan uap bertekanan.

 Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar

mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk

penanganan lebih lanjut termasuk perendaman pencucian desinfeksi sampai

sterilisasi.

 Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal (panas)

atau kimia.

 Google adalah alat proteksi mata

 Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip ata tape yang menandai

terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan

adanya perubahan warna.

 Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dan lain – lain pada

mesin sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal.

 Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di rumah sakit dimana pada saat

masuk rumah sakit tidak ada tanda / gejala atau tidak dalam masa inkubasi.

 Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.

 Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora

melalui cara fisik atau kimia.

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA4


 Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.

1.5. Landasan Hukum

 UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

 Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi di Rumah Sakit, Depkes 2009

 UU No 44 Pasal 7 sampai dengan Pasal 16 tentang Rumah Sakit

 Permenkes340 tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA5


BAB II
CENTRAL STERILE SUPPLY DEPARTMENT

2.1. Pengertian Central Sterile Supply Department (CSSD)

Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk

menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan

dengan proses kimia atau fisika.

Central Sterile Supply Department (CSSD) adalah suatu bagian di rumah sakit yang

menyelenggarakan proses pencucian, disinfeksi, pengeringan, pengemasan, dan sterilisasi

terhadap semua bahan yang digunakan dalam keadaan steril (Rachman, 2006).

2.2. Fungsi Central Sterile Supply Department (CSSD)

1. Menerima dan memilah bahan – bahan kotor yang digunakan di Rumah Sakit

2. Menentukan apakah barang – barang tersebut akan digunakan kembali atau dibuang

3. Melaksanakan proses dekontaminasi atau desinfeksi sebelum disterilisasi

4. Melaksanakan pembersihan khusus dari peralatan dan bahan – bahan

5. Memeriksa dan menguji instrument, peralatan dan linen

6. Merakit kembali set instrument, mengemas linen dan lain – lain

7. Mengemas semua bahan – bahan untuk sterilisasi

8. Sterilisasi

9. Memberikan label dan tanggal pada bahan

10. Menyimpan dan mengontrol persediaan

11. Mengeluarkan dan mendistribusikan

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA6


2.3. Tujuan Pelayanan Central Sterile Supply Department (CSSD)

 Menyediakan kebutuhan rumah sakit, sediaan atau peralatan kamar operasi dan unit

yang membutuhkan peralatan steril

 Menyelengarakan proses dekontaminasi dan sterilisasi peralatan di rumah sakit dan

menjamin bahwa seluruh alat atau barang dengan tingkat sterilisasi yang sama sesuai

standar yang telah ditetapkan.

 Menyelenggarakan standarisasi dalam proses dekontaminasi, pengemasan atau

pengepakan sampai dengan sterilisasi.

 Memelihara dan melakukan inventarisasi persediaan peralatan yang ada serta

peralatan di unit kerja CSSD secara akurat.

 Memelihara efektivitas secara akurat terhadap berbagai proses pembersihan,desinfeksi

dan sterilisasi

 Memberikan kontribusi dalam mengembangkan pelayanan mutu di rumah sakit yang

terkait dengan pengendalian infeksi

2.4. Tugas Pusat Sterilisasi CSSD RS. Royal Prima

 Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan medis

 Melakukan proses sterilisasi alat/ bahan

 Mendistribusikan alat – alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan, kamar operasi

maupun ruangan lainnya

 Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta

bermutu

 Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan perawatan pasien

 Mempertahankan standar yang telah ditetapkan

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA7


 Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi maupun sterilisasi

sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu

 Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan

pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi nosokomial

 Memberikan penyuluhan tentang hal – hal yang berkaitan dengan masalah sterilisasi

 Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staff instalasi pusat sterilisasi baik

yang bersifat intern maupun ekstern

 Mengevaluasi hasil sterilisasi

2.5. Aktifitas Fungsional CSSD RS Royal Prima

 Penerimaan Instrument/ Bahan dari Unit

Menerima Instrument/ bahan yang akan disterilkan dari semua unit perawatan

dan unit khusus yang ada di RS. Royal Prima. Kemudian dicatat di buku serah terima

instrument dari unit, setelah itu instrument tersebut di cuci, dikeringkan kemudian

dipacking dan diberi label.

 Penerimaan Instrument/ bahan paca operasi

Instrument bekas pakai pasca operasi dicuci bersih kemudian direndam

dengan larutan cydezime selama 15 menit. Setelah itu instrument dicuci dengan

menyikat setiap sisi pada bagaian instrument. Kemudian dibilas dengan air mengalir

dan dikeringkan sampai benar – benar kering. Setelah proses pengeringan maka

instrument tersebut di packing dan diberi label.

 Penerimaan Linen dari Laundry

Linen adalah bahan tradisional untuk membungkus nampan – nampan operasi.

Kelebihannya bisa dipakai ulang, murah, kuat pelindung yang cukup baik, mudah

digunakan dan sangat baik untuk doek. Adapun kelemahannya adalah bukan

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA8


penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air, suhu panas menyebabkan

mudah robek, kain yang tebal seperti kanvas tidak boleh dipakai karena sulit

menyerap uap. Linen yang sudah bersih dari laundry akan serah terima di loket CSSD

dan dicatat jumlah beserta jenis linen di buku serah terima linen dari laundry. Linen

dari laundry diperiksa apakah layak pakai atau tidak, kemudian di simpan di lemari

penyimpanan. Linen akan di set atau di packing sesuai jenis kebutuhan di lapangan

operasi.

 Pengemasan dan pemberian label

Pengemasan yang dimaksud disini termasuk material yang tersedia untuk

fasilitas kesehatan yang di desain untuk membungkus dan mengemas instrument yang

dipakai ulang untuk sterilisasi. Tujuan pengemasan adalah untuk berperan terhadap

keamanan dan efektivitas perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab utama

CSSD. Setelah pengemasan diberi label (nama ruangan atau nama set instrument,

tanggal pensterilan dan nama petugas yang melakukan pengemasan).

Prinsip – prinsip Pengemasan :

1. Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan kemasan

dan isinya

2. Harus dapat menjaga isisnya hingga kemasan dibuka

3. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan

kontaminasi

Persyaratan Bahan Pengemasan :

- Sesuai dengan Metode Sterilisasi yang dipakai

Bahan yang dipakai untuk pengemasan sterilisasi harus sesuai dengan

proses sterilisasi yang dipilih

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA9


1. Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembaban, tekanan

dan hisapan pada proses sterilisasi

2. Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar

3. Sterilan pada proses uap, EO atau panas kering harus dapat menyerap dengan

baik pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan kemasan

4. Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi

 Sterilisasi Uap

Bahan kemasan harus memudahkan proses pelepasan udara dan

penyerapan uap yang baik pada kemasan dan isinya. Pada beberapa

sterilisasi uap terjadi juga proses penghisapan. Karenanya bahan kemasan

harus memudahkan pelepasan udara secara total tanpa menggangu bentuk

kemasan dan segelnya. Bahan kemasan juga harus mudah kering dan

memudahkan pengeringan isinya.

 Sterilisasi Panas Kering

Bahan kemasan dan isinya harus tahan terhadap suu selama waktu

yang diperlukan untuk siklus panas – kering tanpa meleleh, terbakar atau

rusak.

- Dapat menahan Mikroorganisme dan Bakteri

Bahan yang dipakai untuk mengemas harus dapat menjaga sterilitas dan

melindungi isisnya yang sudah steril, dari sumber – sumber kontaminasi mikroba

mulai dari saat kemasan dikeluarkan dari mesin sterilisasi, sampai kemasan

dibuka untuk dipakai.

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA10


- Kuat dan Tahan Lama

Bahan kemasan harus cuckup kuat untuk menampung isinya selama proses

sterilisasi dan penanganannya. Harus tahan sobekan dan tusukan, tidak boleh

terpengaruh tingkat atmosfir dan kelembaban udara. Selama peyimpanan sebelum

dan sesudah sterilisasi bahan kemasan tidak boleh berkerut, berlubang jika

dilipat, kusut, atau melekat satu sama lain jika ditumpuk dan segel tidak boleh

terlepas.

- Mudah digunakan

Bahan harus mudah digunakan untuk membungkus dan harus sesuai

dengan ukuran dan bentuk alat yang akan dikemas.

- Tidak mengandung racun

Bahan kemasan tidak boleh mengandung bahan beracun dan warna yang

bisa menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap pekerja atau yang luntur

jika terkena sterilan, sebalinya bahan – bahan pakai ulang yang sudah dilaundry

atau kotak kontainer pakai ulang harus bebas dari detergen bahan pemutih, atau

bahan kimia lainnya yang dapat berekasi dengan uap sehingga menyebabkan

perubahan warna pada instrument atau menimbulkan perubahan kimia pada alat di

dalam kemasan.

- Segel yang baik

Segel sangat penting untuk melindungi isi kemasan dan menjaga sterilitas.

Pembungkus datar dapat disegel dengan indikator tape atau diikat dengan tali

kain. Kantong terbuat dari kombinasi plastik dan kertas atau kertas saja harus

disegel dengan segel panas atau tape. Kantong bersegel harus disegel sesuai

instruksi produsen. Kotak kontainer sterilisasi biasanya disegel dengan pengunci

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA11


tahan hancur. Saat membuka kemasan semua metode segel harus rusak dan tidak

dapat dipakai lagi untuk menghindari kesalahan.

- Masa kadaluarsa

Kemasan steril harus dapat menjaga sterilitas isinya selama masa

kadaluarsanya. Karena pada prinsipnya masa kadaluarsa tidak bergantung pada

waktu melainkan pada kejadian yang dialami pada kemasan tersebut.

Tipe – tipe Bahan Kertas Kemasan :

Kebutuhan akan pemakaian kertas disebabkan karena linen tidak tentu kapan

kembalinya dari laundry kemungkinan terjadinya berbulu pada kain. Sehingga

pembungkusnya dengan kriteria :

1. Harus tidak tembus air

2. Harus memiliki kekuatan tensile yang tinggi (sangat sukar dirobek)

3. Harus merupakan penahan bakteri yang baik

4. Harus bebas dari bahan beracun

Kertas dapat dipakai sebagai bahan kemasan untuk proses sterilisasi uap dan

EO. Tipe kertas yang boleh dipakai untuk kemasan sterilisasi :

1. Kertas kraft yang medical grade

2. Kertas yang terdiri dari tiga lapisan. Lapisan kedua mencegah penyerapan uap

terapi berpori untuk udara, sehingga harus dilipat sedemikian rupa agar proses

sterilisasi berlangsung dengan baik

Tape indikator kimia harus dilekatkan pada setiap kemasan. Tape ini berubah

warna untuk identifikasi kemasan yang sudah melalui proses sterilisasi.

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA12


 Proses Sterilisasi

Setelah instrument dicuci dan dikemas kemudian dimasukkan kedalam mesin

sterilisasi yaitu mesin autoclave dengan menggunakan suhu 134 0C untuk instrument

dan suhu 1210C untuk linen. Proses sterilisasi memakan waktu 90 menit.

 Penyimpanan dan Distribusi

Instrument atau linen yang sudah disterilkan kemudian disimpan di store I dan store II

dan didistribusikan ke unit – unit yang membutuhkan intrument atau linen dalam

kondisi steril

 Pencatatan dan Pelaporan

Instrument dan linen yang sudah disterilkan dicatat jumlah set nya, tanggal pensterilan

dan nama petugas yang mensterilkan di dalam buku pencatatan dan pelaporan

sterilisasi

 Pembuangan Limbah

Limbah atau buangan hasil proses sterilisasi dibuang ke IPAL RS. Royal Prima

2.6. Prinsip Dasar Operasional

 Memberikan pelayanan sterilisasi dengan sebaik – baiknya dengan bekerjasama

dengan unit lainnya yang ada di RS. ROYAL PRIMA di dalam memenuhi kebutuhan

alat/ bahan yang steril

 Memberikan pelayanan alat/ bahan medik steril untuk kebutuhan unit – unit di RS.

ROYAL PRIMA 24 jam.

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA13


2.7. Alur Pelayanan Central Steril Supply Department (CSSD)

Laundry

1. Rawat Inap
2. Rawat Jalan
3. IBS
Instalasi
4. IGD
5. ICU
Farmasi

CSSD

Pemeliharaan
Logistik
Sarana

Sanitasi

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA14


2.8. Alur Masuk dan Keluar Petugas CSSD RS ROYAL PRIMA

PINTU MASUK (GANTI SANDAL)

NURSE STATION

LOKER

AREA TRANSFER

PRE OPERATIVE

CSSD

RUANG STERILISASI

RUANG PENYIMPANAN

STORE I STORE II

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA15


2.9. Alur Pengelolaan Instrument Bedah di CSSD RS ROYAL PRIMA

USER

BARANG/ BAHAN
INSTRUMENT BEKAS PEBEKALAN BARU
PAKAI DIKIRIM KE MASUK
CSSD MELALUI DIRTY
CORIDOR

PENERIMAAN DAN
PENCATATAN
PENERIMAAN
BARANG BARU
DAN
PENCATATAN

PACKING DAN
SORTIR LABELING
(PENCATATAN
VOLUME DAN
JENIS BARANG) STERILISASI

PERENDAMAN
KONTROL INDIKATOR

PENGERINGAN
Ya

PENCUCIAN

STRORAGE DISTRIBUSI
STERIL BARANG KELUAR
SORTIR (LAYAK
DISTERILKAN/ TIDAK)

Ya

Tidak

LAPOR KE
TEHNISI

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA16


2.10. Alur Pengelolaan Linen Pasca Pakai RS ROYAL PRIMA

BARANG/ LINEN PERBEKALAN


USER BARU MASUK

LINEN KOTOR PENCATATAN PENERIMAAN & PENCATATAN


BARANG

LINEN LINEN NON


INFEKSIUS INFEKSIUS

MASUKKAN KEDALAM
KANTONGAN PLASTIK CSSD (MELALUI LOKET)
SESUAI KEBUTUHAN

PENERIMAAN DAN
PENCATATAN
TRANSFER KE
LAUNDRY (MELALUI
PACU)

LINEN NON LINEN


TINDAKAN TINDAKAN

PENCUCIAN
PENYIMPANAN PENYIMPANAN

PENCUCIAN, PERBAIKAN, PACKING/ LABELING


PENYETRIKAAN

STERILISASI

DISTRIBUSI LINEN BERSIH


(LAYAK PAKAI)
KONTROL INDIKATOR

STORAGE DISTRIBUSI
PERBAIKAN (UNIT LAUNDRY) STERIL

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA17


BAB III
STANDAR KETENAGAAN

3.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Kualifikasi tenaga yang bekerja di CSSD RS. Royal Prima Medan dibedakan sesuai

dengan kapasitas tugas dan tanggung jawabnya, yang dibagi atas tenaga manajer dan teknis

pelayanan sterilisasi. CSSD RS Royal Prima Medan bagian dari Instalasi Bedah Sentral, dan

ada dibawah Departemen Pelayanan Medis, dan staff CSSD meliputi : 3 Orang PJS

( Penanggung Jawab Shift ) dan 8 staff Pelaksana dengan pengalaman di bidang CSSD,

dengan format 4 shift pagi dan 4 shift siang, 2 shift malam.

3.2. Status Kesehatan

Seluruh tenaga/ pegawai yang bekerja di CSSD diharapkan :

 Sehat jasmani dan rohani

 Tidak pernah menderita atau sedang menjalani proses pengobatan TBC pada

setahun terakhir

 Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, x-ray untuk TBC

 Mempunyai laporan mengenai sakit yang pernah dialami selama bekerja di CSSD

seperti, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, tertusuk jarum

maupun infeksi pada mata.

3.3. Uraian Tugas dan Kualifikasi Tenaga

3.3.1. Kepala Instalasi CSSD

 Uraian Tugas :

- Mengarahkan semua aktifitas staff yang berkaitan dengan supply alat

medis steril bagi perawatan pasien di rumah sakit

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA18


- Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan

pengembangan diri/ personel lainnya

- Menyiapkan konsep dan rencana kerja serta melakukan evakuasi

terhadap kinerja petugas CSSD

- Membuat perencanaan program kerja

- Bertanggung jawab kepada direktur pelayanan

- Melakukan pengendalian infeksi, supervisi langsung, mengganti/

merevisi prosedur, mengevaluasi staff dan melaporkannya.

 Kualifikasi Tenaga :

- Pendidkan terakhir minimal apoteker atau sarjana kesehatan atau D3

di bidang kesehatan dengan masa kerja 7 tahun di bidang CSSD

- Telah mendapat kursus/ pelatihan tambahantentang prosedur dan

teknis pelayanan sterilisasi

- Telah mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang manajemen dan

kepemimpinan

- Mengetahui tentang psikologi personel atau semua staff nya

- Berpengalaman kerja di bagian kamar operasi/ CSSD

- Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis tentang sterilisasi

3.3.2. Penanggung Jawab CSSD

 Uraian Tugas :

- Bertanggung jawab kepada kepala instalasi CSSD

- Bertanggung jawabsebagai penanggung jawab apabila kepala instalasi

CSSD berhalangan hadir

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA19


- Membantu kepala instalasi dalam pengendalian dan penanganan alat,

merevisi prosedur baru, mengevaluasi staff dan melaporkannya

kepada kepala instalasi CSSD

- Membuat program untuk orientasi tenaga baru

- Membuat rencana kebtuhan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan

masing – masing sub instalasi

- Membuat rencana perbaikan dan penggantian alat yang rusak

- Membuat laporan hasil kerja masing – masing kepada kepala instalasi

CSSD

 Kualifikasi Tenaga :

- Pendidikan minimal D3 di bidang kesehatan dengan masa kerja

selama 3 tahun di bidang sterilisasi

- Pernah mengikuti kursus tambahan tentang CSSD

- Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari

shift yang dipimpinnya

- Dapat bekerja baik dalam berbagi kondisi

- Memiliki kondisi kesehatan yang baik

3.3.3. Penanggung Jawab Administrasi CSSD

 Uraian tugas Penanggung Jawab Administrasi :

- Harus dapat bertanggung jawab terhadap kepala instalasi

- Harus dapat membantu kepala instalasi dalam penyusunan suatu

perencanaan yang berdasarkan masukan dari kepala sub instalasi

- Harus melakukan rekapitulasi laporan kegiatan dari masing-masing

sub instalasi

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA20


- Harus bisa menyiapkan keperluan administrasi.

 Kualifikasi tenaga Penanggung jawab Administrasi :

- Harus berpendidikan terakhir minimal SMA/SMU/SMEA atau

sekolah pendidikan perawat atau yang setara dengan tambahan kursus

administrasi

- Harus sudah bisa melakukan pengetikan dan penggunaan komputer

- Harus bisa rapi dalam menyusun setiap dokumentasi.

3.3.4. Staff CSSD

 Uraian Tugas :

- Bertanggung jawab terhadap kepala sub intalasi

- Tidak alergi terhadap bahan – bahan yang digunakan di CSSD

- Dapat mengerti perintah dan menerapkannya menjadi aktivitas

- Dapat mnerapkan apa yang sudah diajarkan mengikuti prosedur kerja/

SOP yang telah dibuat

- Dapat menjalankan pekerjaan baik dengan perintah langsung maupun

tidak langsung/ telephone

- Dapat mengerjakan pekerjaan rutin/ berulang – ulang yang relative

“membosankan”

- Dapat menerima tekanan kerja dan kadang – kadang lembur

- Memakai pelindung seperti apron, masker, topi, sandal khusus dan

sarung tangan

- Memelihara peralatan CSSD, alat dan bahan steril

 Kualifikasi Tenaga :

- Harus mengikuti pelatihan CSSD

- Dapat belajar dengan cepat

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA21


- Mempunyai ketrampilan yang baik

- Personal hygiene baik

- Disiplin dalam mengerjakan tugas keseharian

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA22


BAB IV
SARANA DAN PRASARANA

4.1. Pembangunan dan Persyaratan Ruang Operasi

Pembagaian ruangan disesuaikan dengan alur kerja. Ruang CSSD dibagi menjadi

tiga ruang. Yaitu :

1. Ruang pengemasan alat dan prosesing linen

Di ruang ini proses pengemasan alat/ linen untuk persiapan sterilisasi dan penerimaan

alat/ bahan dari masing – masing unit perawatan yang sudah dikemas, diterima

diruangan ini dengan mengisi buku serah terima instrument dari unit. Selain

pengemasan, diruangan ini juga akan dilakukan persiapan bahan seperti gaas, tupper,

tampon dan peanut.

2. Ruang sterilisasi

Diruangan ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan dengan menggunakan

peralatan sterilisasi.

3. Ruang penyimpanan barang steril

Setelah proses sterilisasi selesai, alat atau bahan yang sudah steril disimpn di ruang

penyimpanan barang steril. Akses ke ruang penyimpanan steril dilakukan oleh

petugas CSSD, bebas dari penyakit menular dan menggunakan pakaian yang sesuai

dengan persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan alat atau bahan steril harus jauh dari

lintas utama dan jendela serta pintu sedikit mungkin dan teisolasi (sealed).

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA23


4.2. Denah CSSD

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA24


4.3. Peralatan dan Zat Kimia CSSD

1. Peralatan non medik

 Meja

 Kursi

 Lemari linen

 Lemari alat

 Ember bertutup

 Baskom

 Alat pelindung (apron, masker, sarung tangan dan topi)

 Tromol

 Bahan pengemas

 Alat pemadam kebakaran

 tissue

2. Peralatan medik

 Mesin sterilisasi uap

 Mesin sterilisasi panas – kering

 Mesin sterilisasi basah

 Mesin sterilisasi bahan kimia

 Lemari penyimpanan barang steril

3. Bahan/ zat kimia

 Detergen

 Larutan desinfektan

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA25


4.4. Pengoperasian Alat Sterilisasi

Proses penyetrilan alat/ bahan di CSSD menggunakan metode sterilisasi uap,

sterilisasi panas – kering dan sterilisasi bahan kimia.

 Sterilisasi uap (Autoclave AS-600K)

Prosedur :

1. Pastikan control panel dalam posisi ON

2. Pastikan kran air dalam posisi terbuka (0,5 – 1,5 bar)

3. Buka pintu chamber autoclave ke arah kanan

4. Masukkan linen, instrumen dan selang silicon yang akan disterilkan di dalam

autoclave

5. Pastikan dinding chamber kanan dan kiri ada rongga. Atur posisi linen, instrumen

dan selang silicon yang akan disterilkan tidak menyentuh dinding chamber

6. Pastikan pintu tertutup dengan rapat dengan memutar pintu kearah kiri

7. Tekan tombol ON, kemudian pilih salah satu tombol yang diinginkan sesuai

dengan bahan yang akan disterilkan (linen, instrument dan selang silicon)

8. Proses heating berjalan ± 40 menit atur Suhu, Dry dan Timer sesuai

kebutuhan proses vacum steril dry complete

 Linen (Suhu : 1210C Dry Timer : 20 Timer Steril : 10)

 Instrument (Suhu : 1340C Dry Timer : 20 Timer Steril : 10)

9. Alarm berbunyi menandakan proses sterilisasi telah selesai

10. Pastikan interior chamber menunjukkan jarum angka 0 (nol) sebelum pintu

chamber dibuka. Buka pintu chamber dengan memutar kearah kanan, lalu pastikan

indicator tape yang terdapat pada linen atau instrument apakah sudah berubah

warna untuk menandakan steril apa tidak.

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA26


11. Pindahkan instrumen, linen dan selang silicon yang sudah steril keatas troli

12. Tutup kembali chamber dan tekan tombol OFF pada control panel

 Sterilisasi panas – kering

1. Siapkan bahan yang akan di sterilkan di atas trolly

2. Hubungkan kabel power ke sumber arus listrik

3. Pastikan dinding chamber kanan-kiri ada rongga

4. Atur posisi bahan yang akan di sterilkan tidak menyentuh dinding chamber

5. Aktifkan alat dengan cara menekan tombol Power On/Off

6. Setting alat dengan menekan :

Tombol ‘MODE’ untuk merubah pengaturan ‘PROCESS TIME’ untuk

pengaturan waktu steril (55 menit) Temperature (160 0C) Low

Alarm (100C) High Alarm (100C)

7. Setelah semua di atur untuk memulai tekan tombol ‘START’ pada layar akan

muncul tampilan ‘ H * ’ menandakan alat sedang proses pemanasan

8. Setelah mulai proses pemanasan dan suhu yang di atur sudah tercapai maka

waktu steril akan mulai menghitung mundur

9. Bila waktu steril selesai, pemanasan akan berhenti dan alat akan posisi

‘STAND BY’

10. Tekan tombol ‘OFF’ bila alat sudah selesai di gunakan lalu tunggu alat dalam

posisi tidak panas, kemudian keluarkan bahan

11. Untuk merubah pengaturan yang di gunakan tekan tombol ‘SET’ kemudian

tekan tombol ‘START’ untuk menambahkan nilai dan tombol ‘STOP’ untuk

mengurangi nilai

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA27


 Sterilisasi Basah (Sterilisator)

Prosedur :

1. Isi chamber dengan air sampai setengah chamber terisi

2. Masukkan alat yang ingin disterilkan, lalu tutup

3. Hubungkan kabel listrik dari chamber ke sumber arus listrik

4. Tekan tombol “ON” untuk memulai proses pensterilan

5. Atur waktu sesuai kebutuhan, waktu akan kembali ke awal/ jarum kembali

keangka nol (0) jika proses pensterilan telah selesai

6. Tekan tombol “OFF” untuk mematikan mesin

7. Pindahkan alat yang sudah disterilkan ke tempatnya atau ke tromol dengan

menggunakan korentang yang sudah steril

 Sterilisasi bahan kimia/ Plasma (Plasma Sterilizer CASP-120)

Suatu sterilisator baru yang menggunakan teknologi plasma gas telah disetujui

penggunaannya oleh FDA pada tahun 1994. Sistem sterilisasi ini mengombinasikan

gelombang radio dengan hidrogen peroksida untuk menciptakan plasma gas bersuhu

rendah yang berinteraksi dan menghancurkan mikroorganisme, termasuk spora

bakteri yang sangat resisten. Hidrogen peroksida bersifat bakterisid, virusid, sporisid,

dan fungisid (Block, 1991). Uap hidrogen peroksida yang mempunyai konsentrasi

sangat rendah terbukti cepat mematikan spora.

Prosedur :

1. Pastikan cairan hydrogen peroxide terisi ke dalam tabung. Adapun cara

pengisiannya :

- Gunakan handschoen

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA28


- Buka tutup botol peroxide, hingga tampak plastik masuk kedalam tank

pengisian

- Tutup kembali pintu sterilization agent

2. Hubungkan kabel power supply 220V/ 380V (3 Fase) ke sumber listrik

3. Hidupkan power supply switch on sterilizer (chamber akan melakukan pre-heating

±15 menit, setelah 15 menit akan muncul informasi di display sterilizer “OK”

yang berarti mesin plasma sudah ready

4. Tekan tombol “OPEN” untuk membuka pintu chamber. Masukkan bahan yang

akan disterilkan lalu tekan tombol “CLOSE” untuk menutup pintu chamber.

Plasik yang digunakan untuk mengemas instrument atau bahan menghadap

kebawah dan bagian kertas dari sisi sebelah plastik tersebut menhadap keatas

5. Tekan tombol “MODE SELECT” lalu pilih sesuai kebutuhan

- Fast Mode (waktu ±18 menit untuk scaple, glass slide, scissors)

- Normal Mode (waktu ±36 menit dengan lumen stainless steel, two – slide

opened), polyethylene on teflon lumen (two – side opened), excluding flexible

endoscope

- Super Mode (waktu ±42 menit untuk flexible endoscope general stainless steel

appliance, General Polyethyelene or Teflon Lumen applience)

6. Tekan tombol “START” lalu pilih “YES”. Mesin plasma akan bekerja secara

otomatis menunggu sampai steilisasinya selesai dan diakhiri dengan nada “beep”

3 kali dan secara otomatis mesin akan mengeluarkan print out hasil steril lengkap

dengan parameternya

7. Tekan tombol “OPEN” untuk membuka pintu chamber, keluarkan bahan yang

telah disterilkan. Tombol “OPEN/ CLOSE” bisa juga menggunakan foot

controller (terletak dibawah)

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA29


8. Perhatikan warna indikator strip pada plastik pengemas bahan, jika indikator strip

terjadi perubahan warna dari sebelumnya, maka alat sudah steril.

4.5. Pemeliharaan Peralatan Sterilisasi Secara Rutin Dan Berkala

Mesin sterilisasi harus diperiksa dan dibesihkan setiap hari. Beberapa contoh item

yang harus dibersihkan adalah recording charts dan jarum penunjuk, gasket pintu, bagian

dalam chamber dan bagian luar chamber. Pembersihan mingguan dan lainnya sesuai

dengan yang disarankan produsen mesin.Beberapa hal yang harus diperhatikan dengan

pemeliharaan rutin terhadap alat :

 Untuk perbaikan rutin terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh pihak

Rumah Sakit setelah mendapatkan pelatihan dari suplier

 Perbaikan terhadap komponen peralatan rutin hanya dilakukan oleh pihak

kompeten

 Staf teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan harus dilatih oleh

pihak berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut. Produsen

mesin harus membuat instruksi tertulis untuk pemeliharaan mesin sterilisasi.

Pemeliharaan ini harus dilakukan oleh orang yang berkualifikasi.

4.6. Kalibrasi Alat

Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual dari

produsen mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah pengukur suhu,

tekana, timer dan element pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan apabila

komponen – komponen ini mengalami perbaikan. Kalibrasi alat harus dilakukan oleh

orang terlatih khususnya terhadap jenis mesin sterilisasi yang akan dikalibrasi. Kalibrasi

terhadap mesin sterilisasi sangat penting untuk menjamin bahwa mesin sterilisasi bekerja

dengan baik dan efektif serta dapat diandalkan.

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA30


4.7. Pengujian Alat

Sebelum mesin sterilisasi dapat digunakan secara rutin maka harus dilakukan

pengujian terlebih dahulu sesuai dengan prosedur pada masing – masing mesin sterilisasi

yang digunakan. Kerja mesin sterilisasi tidak hanya tergantung pada yang desain

mesinnya saja tapi juga tergantung pada elemen pendukung lainnya seperti generator

uap, distribusi uap, sistem kelistrikan dan sistem mekanik lainnya, kompatibilitas mesin

sterilisasi dengan sistem penunjang lainnya.

4.8. Alat Perlindungan Diri (APD)

Instalasi CSSD harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron yang

tahan terhadap cairan atau karet yang tahan terhadap cairan kimia, penutup kepala,

masker dan google (kaca mata). Khusunya dipakai oleh staff saat melakukan prosedur

yang memungkinkan terjadinya percikan atau kontainasi dari cairan yang mengandung

darah atau cairan tubuh lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang

dekontaminasi dan penutup sepatu tahan air yang diperlukan untuk melindungi kaki.

Sarung tangan, gaun pelindung dan google harus dicuci setiap hari. Jenis alat pelindung

diri yang dipakai sekali saja/ disposible tujuannya mengurangi kontaminasi.

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA31


BAB V
PELAYANAN INSTALASI CSSD

Instalasi pusat CSSD melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan kondisi

steril. Dalam melaksanakan tugas sehari – hari CSSD selalu berhubungan dengan unit

laundry, instalasi pemeliharaan sarana, instalasi farmasi, sanitasi, perlengkapan/ logistik,

rawat inap, rawat jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah Sentral dan lainnya.

5.1. Tatalaksana Penyediaan Barang Steril

 Perencanaan dan penerimaan barang

- Linen

- Instrument

- Sarung tangan dan bahan habis pakai

 Pencucian

- Linen dilakukan dibagian rumah tangga/ laundry

- Instrument

- Sarung tangan

 Pengemasan dan pemberian tanda

- Linen

- Instrument

- Sarung tangan

 Proses sterilisasi

- Linen

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA32


- Instrumen

- Sarung tangan, bahan plastik dan sebagainya

 Penyimpanan dan distribusi

 Pemantuan kualitas sterilisasi yang meliputi :

- Pemantuan proses sterilisasi (indikator fisika, kima dan biologi)

- Pemantauan hasil sterilisasi (sterilisasi dengan tes mikrobiologi)

 Pencatatan dan pelaporan

5.2. Alur Kerja

Alur kerja yaitu urut – urutan dalam memproses alat atau bahan. Alur kerja dibuat

sedemikian rupa sehingga :

 Pekerjaan dapat efektif dan efisien

 Menghindari terjadinya kontaminasisilang sehingga daerah bersih dan kotor

hendaknya terpisah

 Jarak yang ditempuh pekerja sependek mungkin dan tidak bolak – balik

 Memudahkan dalam pemantauan

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA33


5.3. Alur Pengelolaan Instrument Unit Masuk dan Keluar CSSD RS ROYAL PRIMA

USER

INSTRUMENT
BEKAS PAKAI

INSTRUMENT
DIKIRIM KE CSSD
MELALUI LOKET

PENERIMAAN DAN
PENCATATAN
PACKING DAN
LABELING

SORTIR
(PENCATATAN
STERILISASI
VOLUME DAN
JENIS BARANG)

KONTROL INDIKATOR
Tidak
PERENDAMAN

Ya
PENCUCIAN

CLEAN CORIDOR

PENGERINGAN

POST OPERATIVE
SORTIR (LAYAK DISTERILKAN/
TIDAK)
Ya
DISTRIBUSI
INSTRUMENT
KELUAR
Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA34
Tidak

KEMBALI KE UNIT
PENGIRIMAN
INSTRUMENT

5.4. Tahap – Tahap Sterilisasi Alat/ Bahan Medik

 Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda –

benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi kehidupan,

sehinga aman untuk proses – proses selanjutnya. Tujuan dari proses dekontaminasi ini

adalah untuk melindungi pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat – alat

kesehatan yang sudah melalui proses dekontaminasi tersebut dari penyakit – penyakit

yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme pada alat – alat kesehatan tersebut

 Menangani, Mengumpulkan dan Transportasi Benda – benda Kotor

Peralatan dan alat – alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi,

harus ditangani, dikumpulkan dan dibawa ke ruangan dekontaminasi sedemikian rupa

sehingga menghindari kontaminasi terhadap pasien, pekerja dan fasilitas lainnya, oleh

karena hal ini harus ditetapkan sehingga :

1. Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah/ buangan di tempat pemakaian oleh

pekerja yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari benda – benda tersebut

2. Benda – benda tajam di pisahkan dan ditempatkan dalam safety box

3. Linen ditempatkan di ember linen sesuai jenisnya dan ditransfer ke unit laundry

4. Alat – alat/ instrument yang terkontaminasi dibawa langsung keruang

dekontaminasi

5. Semua cairan yang terkontaminasi dimasukkan ke kontainer yang tahan bocor

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA35


6. Alat – alat/ instrument yang terkontaminasi dipisahkan secara fisik dari alat – alat/

instrument yang bersih

 Pembuangan Limbah

Limbah atau buangan harus dipisahkan dari alat – alat pakai ulang di tempat

pemakaian, diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan Rumah Sakit yang mengacu

pada peraturan pemerintah

 Mencuci/ Cleaning

Semua alat – alat/ instrument pakai ulang harus dicuci dengan larutan

desinfektan sebelum disterilkan kembali. Supaya efektif, bahan pencuci harus

membantu menghilangkan residu kotoran organik tanpa merusak alat, karenanya

bahan pencuci harus sesuai dengan bahan, ikuti rekomendasi dari produsen alat

mengenai tipe bahan pencuci yang dapat dipakai. Pemilihan bahan pencuci juga

bergantung pada tipe kotoran yang ada, pada umunya protein yang lebi mudah

dihilangkan dengan detergan yang bersifat basa. Garam mineral lebih mudah

dihilangkan dengan detergen asam.

Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung pada kandungan

kadar garam mineral air. Jika kandungan garam mineral air sedikit, gunakan sedikit

detergen dan gunakan lebih banyak detergen jika kandungan garam mineral pada air

lebih banyak

 Merendam dan Membilas

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA36


Mencuci bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan

hampir semua partikel yang tidak kelihatan. Dan menyiapkan permukaan dari semua

alat – alat agar aman untuk proses desinfeksi dan sterilisasi

 Desinfeksi Kimia

Memilih zat desinfeksi harus ditentukan berdasarkan pemakaian alat dan level

desinfeksi yang diperlukan untuk pemakaian tersebut. Untuk menghancurkan

mikroorganisme tersebut desinfektan dalam desinfektan tertentu, harus kontak

langsung dengan permukaan alat dalam waktu yang cukup lama untuk terjadinya

penetrasi kedalam sel mikroba dan mendeaktivasi sel – sel patogen

 Pengeringan

Alat – alat yang sudah dicuci dengan desinfektan dibilas samapai bersih kemudian

dikeringkan hingga benar – benar kering supaya alat/ instrument tidak berkarat atau

mengalami korosi pada saat pensterilan

 Pengemasan

Pengemasan yang dimaksud disini termasuk semua material yang tersedia untuk

fasilitas kesehatan yang didesain untuk membungkus, mengemas dan menampung alat

– alat yang dipakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan dan pemakaia. Tujuan

pengemasan adalah untuk berperan terhadap keamanan dan efektivits perawatan

pasien yang merupakan tanggung jawab utama pusat sterilisasi. Ada tiga prinsip

pengemasan :

1. Sterilan harus dapat diserap dengan baik menjangkau seluruh permukaan kemasan

dan isisnya

2. Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasannya dibuka

3. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan kontaminasi

5.5. Metode Sterilisasi

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA37


 Sterilisasi Uap

Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit adalah

melalui proses sterilisasi yang efektif. Salah satu metode sterilisasi yang paling efisien

dan paling efektif adalah melalui sterilisasi uap. Uap dapat membunuh

mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi sel protein secara inversibel. Untuk

dapat menghasilkan barang yang steril maka lakukan pre – sterilisasi dan pasca

sterilisasi perlu diperhatikan. Jadi kesempurnaan proses sterilisasi uap tergantung

pada proses pengurangan jumlah mikroorganisme sebelum sterilisasi melalui

pembersihan yang baik dan mencegah terjadinya dekontaminasi sebelum digunakan.

 Sterilisasi Panas – Kering

Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas,

dimana panas akan diabsorbsi oleh permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu

merambat kebagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai.

Sterilisasi panas kering biasanya digunakan untuk alat – alat atau bahan dimana steam

tidak dapat berpenetrasi secara mudah atau untuk peralatan terbuat dari kaca.

Pada sterilisasi panas kering pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui mekanisme

oksidasi sampai terjadinya koagulasi protein sel. Sterilisasi panas kering memerlukan

waktu yang lebih lama dengan suhu yang lebih tinggi dan terjadi pada oven konveksi

panas kering.

Pada dasarnya ada dua jenis oven konveksi panas kering, yaitu oven konveksi

panas – kering dan oven konveksi mekanis. Pada oven konveksi panas – kering

distribusi suhu tidak merata sementara pada oven konveksi mekanis distribusi suhu

lebih merata karena adanya bantuan blower. Sebelum memasukkan bahan ke dalam

chamber, chamber harus dipanaskan terlebih dahulu ±20 menit. Antara satu bahan dan

bahan lainnya harus tersedia ruangan untuk mempermudah sirkulasi udara sehingga

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA38


kontak termal dapat berlangsung dengan baik dan setiap item bahan tidak menyentuh

didnding chamber mesin.

 Sterilisasi Basah

Berbentuk empat persegi panjang mempunyai tutup stainless stell. Tutup

sterilisator tidak dapat menutup rapat karena kadar sterilisator terdapat lekukan tempat

gantungan sarangan. Apabila sterilisator dipasang maka akan terjadi uap air dalam

sterilisator. Uap air makin lama makin banyak sehingga tekanan uap air ini akan

meningkat, tetapi tekanan terebut tidak sampai melebihi tekanan yg ada di luar

sterilisator yaitu 1 atm, maka suhu air/ uap air dalam sterilisator kurang sempurna

apabila digunakan untuk menyeterilkan alat-alat penting sebab suhu pemanasannya

hanya 1000C.

Sterilisator basah dengan menggunakan elemen basah. Sterilisator tipe ini

memiliki elemen basah dimana elemen tersebut harus selalu terkena air, sehingga

peletakan komponen elemen tersebut berada didalam sterilisator. Elemen basah

tersebut akan terendam air dan kemudian terjadilah proses pemanasan air yang akan

menghasilkan uap air.

 Sterilisasi Bahan Kimia/ Plasma

Plasma secara umum didefinisikan sebagai gas dari elektron, ion – ion maupun

partikel – partikel neutral. Pada plasma yang terbentuk dari hidrogen peroksida,

proses pembentukan plasma mengalami dua fase yaitu fase difusi hidrogen peroksida

dan difusi plasma. Pembentukan plasma dimulai setelah pemvakuman chamber, uap

hidrogen peroksida yang dihasilkan dari larutan 58% hidrogen peroksida masuk

kedalam chamber melalui mekanisme difusi. Alat/ bahan yang akan disterilkan

kemudian terpapar oleh uap hidrogen peroksida selama 50 menit pada konsentrasi

6mg/l. Hidrogen peroksida pada dasarnya mempunyai aktifitas mematikan

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA39


mikroorganisme, pada pembentukan plasma berfungsi mematikan mikroorganisme.

Fase plasma ini berlangsung selama 15 menit pada 400 watt. Setelah fase plasma

selesai setiap spesies reaktif akan bergabung kembali membentuk senyawa stabil

berupa air dan oksigen.

BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI PROSES STERILISASI

6.1. Pengertian Monitoring

Adalah upaya untuk mengamati pelayanan proses sterilisasi dan cakupan program

pelayanan proses sterilisasi seawal mungkin untuk dapat menemukan dan selanjutnya

memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program

6.2. Tujuan Monitoring

- Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau desain dari sistem

pelayanan sterilisasi (bila perlu)

- Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan sterilisasiyang

dilaksanakan dilapangan, sesuai dengan temuan – temuan dilapangan

- Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian

pelayanan sterilisasi. Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan

dipergunakan segera untuk perbaikan program.

6.3. Kontrol Kualitas Sterilisasi

 Pemberian nomor lot pada setiap kemasan

Setiap item/ kemasan yang akan disterilkan harus mencantumkan identitas berupa

nomor lot yang mencakup identitas berupa nomor lot yang mencakup nomor mesin

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA40


sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus keberapa dari mesin

sterilisasi. Pengidentifikasian ini kan memudahkan pada saat diperlukannya

melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah terdistribusikan.

 Data mesin sterilisasi

Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus

didokumentasikan :

- Nomor lot

- Informasi umum kemasan (misal: kemasan linen atau kemasan instrument)

- Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi)

- Nomor operator

- Data hasil pengujian biologis

- Data respon terhadap indikator kimia

 Waktu kadaluarsa

Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang mengindikasikan

waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stock, walupun kadaluarsa

tidak tergantung pada waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan

tersebut.

6.4. Jenis – jenis Indikator Steril

Jenis indikator steril terdiri dari :

 Indikator mekanik

Indikator mekanik adalah bagain dari instrument mesin sterilisasi seperti gauge, tabel

dan indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja

dengan baik.

 Indikator kimia

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA41


Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada

obyek yang disterilkan denagn adanya perubahan warna. Indikator kimia diproduksi

dalam berbagai bentuk (strip, tape, kartu, vial) serta sensitif terhadap satu atau lebih

parameter sterilisasi.

 Indikator biologi

Indikator biologi adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam

bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan

terukur dalam suatu proses yang terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi

tertentu.

6.5. Evaluasi

Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap

pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juaga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka

kinerja dari pengelolaan sterilisasi di RS. Royal Prima ini.

6.6. Tujuan Evaluasi

Adapun tujuan dari evaluasi antara lain :

 Meningkatkan kinerja pengelolaan sterilisasi RS. Royal Prima

 Sebagai acuan/ masukan dalam perencanaan sterilisasi, bahwa bahan yang

disterilkan dijamin kesterilannya.

 Sebagai acuan dalam perencanaan sistem pemeliharaan mesin- mesin sterilisasi

 Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan keterampilan sumber

daya manusia.

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA42


BAB VII
PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN TENAGA DI CSSD

Pada hakekatnya semua manusia termasuk tenaga kesehatan hendaknya terus belajar

agar dapat menghasilkan perubahan pada diri individu, yaitu didapatkannya kemampuan baru

yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Salah satu bentuk proses belajar adalah melalui

pendidikan dan pelatihan. Untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan diperlukan

perencanaan yang matang. Perencanaan merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan dan

pelatihan yang diharapkan dan cara – cara yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Salah satu tujuan pendidikan dan latihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan bagi tenaga- tenaga yang bekerja di CSSD dan institusi kesehatan lainnya agar

memiliki bekal profesional yang memungkinkan mereka mampu menciptakan hasil kerja

yang optimal untuk kepentingan pasien dan kepentingan rumah sakit.

Pembinaan dan pendidikan tenaga – tenaga kesehatan dapat dilakukan melalui

pendidikan formal maupun non formal dan pelaksanaannya menggunakan kurikulum

pelatihan yang baku, sehingga mutu pelatihan dapat dipertanggungjawabkan. Program

pendidikan dan pelatihan untuk kepala instalasi CSSD berbeda dengan staff yang bekerja di

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA43


CSSD. Diklat untuk kepala instalasi CSSD lebih bersifat managerial sedangkan staff lebih

bersifat tehnis.

Materi pengajaran untuk staff yang bekerja pada CSSD terdiri dari manajemen

sterilisasi, operasional tehnis sterilisasi, dekontaminasi, pengemasan. Quality assurance

proses sterilisasi, pengemasan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), pengendalian infeksi

dan pemeliharaan serta perbaikan alat sterilisasi dan kelengkapannya.

BAB VIII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

8.1. Pencegahan Kecelakaan Pada Petugas

Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman dilingkungan

CSSD menjadi tanggung jawab petugas CSSD setelah dilakukan pembekalan terhadap

bahaya – bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan CSSD. Pada dasarnya kecelakaan

dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya. Dengan

memperhatikan secara seksama dan melatih teknik – teknik bekerja secara aman maka

risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan.

 Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Dekontaminasi

Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat – zat

kimia di lingkungan CSSD dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam kondisi

yang ekstrim menyebabkan kematian. Upaya pencegahan dapat dilakukan secara

efektif dengan menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, penutup

kepala, penutup kaki, gaun anti cairan, masker dan google (kaca mata).

Penyediaan alat pelindung diri menjadi tanggung jawab institusi bersangkutan,

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA44


tetapi adalah tanggung jawab petugas CSSD untuk melindungi dirinya dengan

menggunakan alat pelindung diri secara benar.

Penanagan yang salah salah terhadap alat – alat tajam terkontaminasi seperti

pisau, needle, dan lain – lain dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang

pada akhirnya dapat memungkinkan masuknya mikrorganisme pathogen ke

dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya penyakit

 Saran Tindakan Aman

- Jangan sekali – kali memasukkan tangan kedalam wadah berisi barang

terkontaminasi tanpa dapat melihat secara jelas isi wadah tadi

- Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat –

alat, lalu pindahkan alat/ instrument satu persatu. Pastikan agar bagian

yang runcing dari instrument mengarah berlawanan terhadap tubuh kita

pada saat transportasi

- Buang sampah benda tajam (jarum suntik, blade dan needle) ke dalam

wadah yang tahan tusukan dan tidak dibuang pada tempat sampah biasa

- Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari

instrument lain dan posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah

kemungkinan terjadinya luka pada petugas lin dengan penangan normal

- Ikuti petunjuk/ rekomendasi pabrik untuk penanganan zat kimia secara

aman, dan gunakan alat gunakan alat pelindung diri untuk mencegah

pemaparan zat kimia terhadap kulit dan membran mukosa yang dapat

menyebabkan luka bakar kimia

- Berhati – hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan,

periksa kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat lantai licin,

sebaiknya ada rambu – rambu peringatan

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA45


- Pada saat mencuci instrument di dalam sink, perhatikan untuk selalu

menggosok dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol

yang dapat terhirup

 Penyiapan Proses Sterilisasi

Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas

terlatih yang sudah mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan

cara menggunakan mesin sterilisasi secara benar. Dengan demikian maka

kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat diprkecil dan upaya untuk

menghasilkan barang – barang steril menjadi lebih terjamin.

Jenis – jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit

maupun membran mukosa akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun

akibat berlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap atau kereta

barang yang panas). Luka bakar elektris, akibat penggunaan instrument/ alat

listrik. Luka pada mata akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian alat

pelindung mata diperlukan.

 Saran Tindakan Aman

- Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani mesin sterilisasi

atau pada saat berhubungan sengan objek lain bersuhu tinggi

- Letakkan kereta mesin serilisasi diluar daerah lalu lalang petugas CSSD

lain untuk menghindari petugas lain menyentuh kereta panas ini

- Tindakan hati – hati harus diperhatikan pada saat menggunakan “sealer

panas” dan pemotong kantung sterilisasi (pouches)

- Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas

terlatih

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA46


- Pengoperasian dari instalasi mesin sterilisasi etilen oksida harus dilakukan

dengan memperhatikan sistem ventilasi dan sistem exhaust yang

berhubungan langsung dengan udara luar (ke luar gedung)

- Pada saat memindahkan barang ke dalam cabinet aerasi, petugas harus

menggunakan sarung tangan dan tidak memegang barang dekat dengan

tubuh atau menghisap udara di atas barang yang dipindahkan tersebut

- Pada saat memindahkan wadah dari mesin EO ke dalam aerator sebaiknya

mesin ditarik dan tidak didorong

- Setelah barang dimasukkan kedalam kabinet aerasi dan siklus aerasi

sudah dijalankan, maka fase siklus tersebut tidak boleh dihentikan sampai

proses aerasi selesai

- Apabila ada petugas yang terpapar dengan EO segera bawa ke ruang

gawat darurat untuk evaluasi lebih lanjut

8.2. Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien

Petugas CSSD mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya

kecelakaan pada pasien yang dirawat di rumah sakit sehubungan dengan alat – alat/

instrument yang digunakan. Melakukan proses dekontaminasi, desinfeksi, pengemasan,

sterilisasi, dan penanganan barang steril secara aseptic dan benar sesuai dengan SOP

yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk mencegah terjadinya

kecelakaan/ luka pada pasien. Pasien penerima barang yang belum diuji kelayakan fungsi

dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi maupun penundaan tindakan. Alat alat

terkontaminasi atau on – steril (seperti instrument bedah) apabila digunakan pada pasien

dapat menimbulkan infeksi nosokomial.

 Saran tindakan aman

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA47


- Lakukan pengujian terhadap instrument/ alat sebelum didistribusikan dari

CSSD sesuai dengan petunjuk pabrik dari SPO di CSSD

- Pastikan bahwa semua barang telah di dekontaminasi dan bebas dari

pengotor, kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi

penggunaan barang/ alat

- Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada

saat transportasi menuju daerah dekontaminasi

- Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses

sterilisasi mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja secara

baik

- Pastikan bahwa semua komponen instrument berada dalam keadaan

lengkap, dan berfungsi secara normal

- Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama

siklus berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan

pengujian deteksi udara dalam chamber (sistem mesin sterilisasi uap pre-

vakum).

8.3. Penanganan Zat Kimia di CSSD

Penanganan zat – zat kimia di CSSD sangaty perlu diperhatikan mengingat

banyak zat kimia yang digunakan di CSSD berssifat toksik. Apabila penanganannya

tidak dilakukan dengan baik maka dapat membahayakan baik petugas CSSD itu sendiri

maupun pasien.

 Alcohol

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA48


Alcohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60 - 90 %) digunakan

sebagai desinfektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal,

fungisidal dan virusidal.

 Tindakan Pertolongan

1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik

2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi

dan oksigenasi dan penatalaksanaan sirkulasi

 Tindakan Pertolongan pada Pemaparan Mata

1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena

2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan

irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15

– 20 menit

3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit

4. Jangan biarkan korban menggosok mata

5. Tutuplah mata dengan kain gaas steril lalu segera kirim/ konsul ke

dokter mata

 Tindakan Pertolongan pada Pemaparan Kulit

1. Bawa pasien segera ke air mengalir terdekat

2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10

menit

3. Jika tidak tersedia air, setelah bagian kulit dengan kain atau kertas

secara perlahan

 Formaldehid

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA49


Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat. Umumnya

digunakan sebagai desinfektan. Formalin adalah larutan yang mengandung

formaldehid dan methanol dengan kadar bervariasi (biasanya 12 – 15%).

 Bahaya Terhadap Kesehatan

1. Dosis toksik : dosis letal pada manusia secara oral 0,5 – 5 g/kg BB

2. Akut : 1 – 3 ppm, rasa gatal pada mata, 4 – 5 ppm lakrimasi

berat, 10 – 20 ppm susah bernafas, batuk, terasa panas pada hidung

dan tenggorokan, 50 – 100 ppm iritasi akut saluran pernafasan

3. Lambat : sensitisasi dermatitis

4. Kronik : karsinogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan

pada wanita, percikan larutan pada mata dapat menyebabkan

kerusakan berat s/d menetap, kornea buram dan buta

5. Jika tertelan : menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal

disertai mual, muntah dan perdarahan

6. Jika terhirup : iritasi saluran nafas, nafas berbunyi dan laringospasme

7. Kontak kulit : iritasi pada kulit

8. Kontak mata : iritasi dan lakrimasi pada konsentrasi pekat

menyebabkan kornea buram dan buta

 Tindakan Pertolongan

1. Bawa korban keruangan dengan sirkulasi udara yang baik

2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi,

oksigenisasi dan penatalaksanaan sirkulasi

 Tindakan Pertolongan pada Pemaparan Mata

1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA50


2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan

irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15

– 20 menit

3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit

4. Jangan biarkan korban menggosok lama

5. Tutuplah mata dengan kain gaas steril lalu segera kirim/ konsul ke

dokter mata

 Tindakan Pertolongan pada Pemaparan Kulit

1. Bawa pasien segera ke air mengalir terdekat

2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10

menit

3. Jika tersedia air, seka lah bagian kulit dengan kain gaas atau kertas

secara perlahan

4. Lepaskan pakaian , arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau

muntahan dan buanglah dalam wadah tertutup/ plastik tertutup

5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri

seperti sarung tangan, masker dan apron

6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

 Tindakan Pertolongan pada Pemaparan Gastrointestinal

Pada keracunan formaldehid ringan, perlu dilakukan tindakan berikut :

1. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin

untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 20cc sekali

minum, untuk anak – anak maksimal 100ml.

2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon – aktif

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA51


3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan

fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan

endoskopi

 Etilan Oksida

Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses

sterilisasi kimia alat – alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia organik

terutama dalam pembuatan etilen glikol, fungisida dan fumigan bahan makanan

dan tekstil

 Bahaya Utama Terhadap Kesehatan

1. Inhalasi : pemaparan jangka pendek (iritasi, daya cium menurun,

dispnea, nyeri kepala, mengantuk, gejala mabuk, gangguan

keseimbangan tubuh)

2. Kontak kulit : pemaparan jangka pendek (reaksi alergi, kulit terasa

panas, melepuh dan frostbite)

3. Kontak Mata : pemaparan jangka pendek (terasa panas, frostbite,

mata berair), pemaparan jangka panjang (dapat menimbulkan kontak)

4. Tertelan : pemparan jangka pendek (terasa panas terbakar, sakit

tenggorakan, mual, muntah, forstbite, diare, nyeri perut, nyeri dada,

nyeri kepala dan sianosis), pemaparan jangka panjang (kerusakan hati

dan potensial karsinogen)

 Tindakan Pertolongan

1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA52


2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi

dan oksigenisasi dan penatalaksanaan sirkulasi

 Tindakan Pertolongan pada Pemaparan Mata

1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena

2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan

irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15

– 20 menit

3. Jika masih belum yakin, cuci bersih kembali selama 10 menit

4. Jangan biarkan korban menggosok mata

5. Tutuplah mata dengan kain gaas steril, lalu segera kirim/ konsul ke

dokter mata.

 Tindakan Pertolongan pada Pemaparan Kulit

1. Bawa pasien segera ke air mengalir terdekat

2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10

menit

3. Jika tidak tersedia air bersih, seka lah bagian kulit dengan kain atau

kertas secara perlahan

4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau

muntahan dan buanglah dalam wadah/ plastik tertutup

5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri

seperti sarung tangan, masker dan apron

6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

 Tindakan Pertolongan Pemaparan Gastrointestinal

1. Induksi muntah tidak dilakukan (kontra indikasi)

2. Aspirasi dan kumbah lambung tidak dianjurkan

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA53


3. Berikan karbon aktif dosis tunggal 1gr/ kg atau dewasa 30 – 100 gr

dan anak – anak 15 – 30 gr. Cara pemberian : dicampur rata dengan

perbandingan 5 – 10 gr karbon aktif dengan 100 – 200 ml air. Dewasa

10 gr tiap 20 menit, anak – anak 5 gr tiap 20 menit.

 Lisol

Lisol merupkan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,

hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak

digunakan sebagai desinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar

mandi/ WC dan menghilangkan bau busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan

sebagai larutan antiseptic dengan kosentrasi antara 1 – 2%. LDL oral pada

manusia adalah 140mg/ kg.

 Bahaya Utama Pada Kesehatan

1. Pada kulit dan Mukosa : gatal, mati rasa dan pada keadaan

berulang dan berat (kemerahan, gatal dan luka bakar)

2. Kronis pada kulit : eitema, vesikel dan akhirnya padat

mengalami dermatitis kontak

3. Pemaparan mata : iritasi konjungtiva, kornea berwarna

putih, edema palpebra dan iritis, nyeri abdomen, muntah dan rash. Jika

konsentrasi fenol > 5% dapat menyebabkan luka bakar pada mulut dan

esophagus

4. Efek pada sistem kardiovaskuler : hipotensi dan syok

5. Efek pada ginjal : urin berwarna gelap karean

hemoglobinuri

6. Efek pada pernafasan : depresi pernafasan dan gagal nafas

 Tindakan Pertolongan

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA54


1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik

2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi

dan oksigenisasi dengan oksigen lembab 100% dan penatalaksanaan

sirkulasi

 Tindakan Pertolongan Pada Pemaparan Mata

1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena

2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan

irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15

– 20 menit

3. Jika masih belum yakin, cuci bersih kembali selama 10 menit

4. Jangan biarkan korban menggosok mata

5. Tutuplah mata dengan kain gaas steril, lalu segera kirim/ konsul ke

dokter mata

 Tindakan Pertolongan pada Pemaparan Kulit

1. Bawa pasien segera ke air mengalir terdekat

2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10

menit

3. Jika tidak tersedia air bersih, seka lah bagian kulit dengan kain atau

kertas secara perlahan

4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau

muntahan dan buanglah dalam wadah/ plastik tertutup

5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri

seperti sarung tangan, masker dan apron

6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

 Tindakan Pertolongan Pemaparan Gastrointestinal

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA55


1. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin

untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250cc sekali

minum, untuk anak – anak maksimal 100ml

2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif

3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan

fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan

endoskopi

 Natrium Hipoklorit

Larutan pemutih yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif

Natrium hipoklorit (Na OCL) 5 – 10%. Selain digunakan sebagai pemutih juga

digunakan sebagai desinfektan. Pada konsentrasi >20% zat ini bersifat korosifdan

bila tertelan akan berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan

melepaskan asam klorat gas klorat, gas klor bebas dalam lambung yang apabila

terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru – paru

 Bahaya Utama Terhadap Kesehatan

1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik

2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi

dan oksigenasi dengan oksigen lembab 100% dan penatalaksanaan

sirkulasi

 Tindakan Pertolongan pada Pemaparan Mata

1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena

2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan

irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15

– 20 menit

3. Jika masih belum yakin, cuci bersih kembali selama 10 menit

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA56


4. Jangan biarkan korban menggosok mata

5. Tutuplah mata dengan kain gaas steril, lalu segera kirim/ konsul ke

dokter mata

 Tindakan Pertolongan pada Pemaparan Kulit

1. Bawa pasien segera ke air mengalir terdekat

2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10

menit

3. Jika tidak tersedia air bersih, seka lah bagian kulit dengan kain atau

kertas secara perlahan

4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau

muntahan dan buanglah dalam wadah/ plastik tertutup

5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri

seperti sarung tangan, masker dan apron

6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

 Tindakan Pertolongan Pemaparan Gastrointestinal

1. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin

untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250cc sekali

minum, untuk anak – anak maksimal 100ml

2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif

3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan

fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan

endoskopi

4. Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antacid.

8.4. Alat Pelindung Diri

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA57


Instalasi CSSD harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron yang tahan

terhadap cairan atau karet yang tahan terhadap cairan kimia, penutup kepala, masker dan

google (kaca mata). Khusunya dipakai oleh staff saat melakukan prosedur yang

memungkinkan terjadinya percikan atau kontainasi dari cairan yang mengandung darah atau

cairan tubuh lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan

penutup sepatu tahan air yang diperlukan untuk melindungi kaki. Sarung tangan, gaun

pelindung dan google harus dicuci setiap hari. Jenis alat pelindung diri yang dipakai sekali

saja/ disposible tujuannya mengurangi kontaminasi.

BAB IX
PENUTUP

Kejadian infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu

pasien dirawat dirumah sakit. Bagi pasien dirumah sakit, infeksi nosokomial merupakan

persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian

pasien namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama dirumah sakit. Ini berarti pasien

membayar lebih mahal dan dalam kondisi tidak produktif, disamping pihak rumah sakit juga

akan mengeluarkan biaya lebih besar

Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) merupakan suatu

kegiatan yang sangat penting dan salah satu faktor yang mendukung untuk meningkatkan

kualitas pelayanan dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh sebab itu pencegahan

dan pengendalian infeksi perlu diperhatikan.

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA58


Salah satu upaya untuk menekan kejasian infeksi nosokomial adalah dengan

melaksanakan pelayanan CSSD yang baik. Tanggung jawab untuk melaksanakan semua

kegiatan kegiatan secara aman di lingkungan CSSD menjadi tanggung jawab petugas pusat

CSSD setelah dilakukan pembekalan kepada petugas terhadap yang mungkin terjadi di

lingkungan pusat sterilisasi. Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui

potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya. Dengan memperhatikan secara seksama dan

melatih tehnik – tehnik bekerja secara aman maka risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat

diturunkan secara signifikan.

Pedoman Pelayanan CSSD RS. ROYAL PRIMA59

Anda mungkin juga menyukai