Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi lima kegiatan pokok yaitu mencuci tangan guna
mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius lain, pengelolaan alat kesehatan,
pengelolaan alat tajam untuk mencegah perlukaan, dan pengelolaan limbah.
BAB II
RUANG LINGKUP
2.1 Cuci Tangan
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan
pengontrolan infeksi. Tujuan mencuci tangan adalah untuk membuang kotoran dan organisme
yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu.
Mikroorganisme pada kulit manusia dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu flora
residen dan flora transien. Flora residen adalah mikroorganisme yang secara konsisten dapat
diisolasi dari tangan manusia, tidak mudah dihilangkan dengan gesekan mekanisme yang telah
beradaptasi pada kehidupan tangan manusia. Flora transien yang flora tansit atau flora
kontaminasi, yang jenisnya tergantung dari lingkungan tempat bekerja. Mikroorganisme ini
dengan mudah dapat dihilangkan dari permukaan dengan gerakan mekanis dan pencucian
dengan sabun. Cuci tangan harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan
tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain untuk
menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada ditangan sehingga penyebaran
penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Tangan harus dicuci sebelum dan
sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung
tangan.
Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun
memakai sarung tangan dan alat pelindung lain. Tindakan ini untuk menghilangkan atau
mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi
dan lingkungan kerja tetap terjaga. Cuci tangan dilakukan pada saat sebelum: memeriksa
(kontak langsung dengan pasien), memakai sarung tangan ketika akan melakukan penyuntikan
dan pemasangan infus. Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang diantisipasi akan terjadi
perpindahan kuman.
Untuk menghindari perlukaan atau kecelakaan kerja maka semua benda tajam harus digunakan
sekali pakai, dengan demikian jarum suntik bekas tidak boleh digunakan lagi. Sterilisasi jarum
suntik dan alat kesehatan yang lain yang menembus kulit atau mukosa harus dapat dijamin.
Keadaan steril tidak dapat dijamin jika alat-alat tersebut didaur ulang walaupun sudah di otoklaf.
Tidak dianjurkan untuk melakukan daur ulang atas pertimbangan penghemat karena 17%
kecelakaan kerja disebabkan oleh luka tusukan sebelum atau selama pemakaian, 70% terjadi
sesudah pemakaian dan sebelum pembuangan serta 13% sesudah pembuangan. Hampir 40%
kecelakaan ini dapat dicegah dan kebanyakan kecelakaan kerja akibat melakukan penyarungan
jarum suntik setelah penggunaannya.
Apabila kecelakaan terjadi harus didokumentasikan dan dilaporkan kepada atasan, tim
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan tim infeksi nosokomial secepatnya, sehingga dapat
dilakukan tindakan selanjutnya. Imunisasi dapat dilakukan apabila tersedia, diberikan kepada
semua staf yang berisiko mendapat perlukaan karena benda tajam. Setelah terjadi kecelakaan
harus diberikan konseling.
Gaun pelindung dapat dibuat dari bahan yang dapat dicuci dan dapat dipakai
ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat dari bahan kertas kedap air yang hanya
dapat dipakai sekali saja (disposable). Gaun pelindung sekali pakai ini biasanya
dipakai dalam kamar bedah, karena lebih banyak terpajan cairan tubuh yang
dapat menyebabkan infeksi. Gaun pelindung kedap air dapat pula dibuat dari
bahan yang dapat dicuci melalui proses dekontaminasi dan dapat dipakai ulang,
seperti misalnya plastik. Biasanya dipakai sebagai pelapis di bagian dalam gaun
pelindung steril tidak kedap air, untuk mencegah tembusnya cairan tubuh kepada
pemakai atau untuk keperluan lain, seperti pembersihan, pemulasaran jenazah,
dsb.
Gaun pelindung harus dipakai apabila ada indikasi, misalnya pada saat
membersihkan luka, melakukan irigasi, melakukan tindakan drainase,
menuangkan cairan terkontaminasi kedalam lubang pembuangan / WC / toliet,
mengganti pembalut, menangani pasien dengan perdarahan masif, melakukan
tindakan bedah termasuk otopsi, perawatan gigi, dsb.
Sebaiknya setiap kali dinas selalu memakai pakaian kerja yang bersih, termasuk
gaun pelindung, atau celemek. Gaun pelindung harus segera diganti bila terkena
kotoran, darah atau cairan tubuh.
c. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pengelolaan suatu alat atau bahan dengan tujuan
mematikan semua mikroorganisme termasuk endospora. Sterilisasi adalah cara
yang paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang
berhubungan langsung dengan darah atau jaringan di bawah kulit secara normal
bersifat steril.
Strerilisasi dapat dilakukan dengan 2 cara:
1. Fisik, seperti pemanasan atau radiasi, fitrasi.
2. Kimiawi, menggunakan bahan kimia dengan cara merendam (mis: dalam
larutan glutaraldehid) dan menguapi dengan gas kimia (diantaranya dengan
gas etilin oksida)
.
2. Kewaspadaan Terhadap Penularan Melalui Percikan
Sebagai tambahan dari kewaspadaan universal, kewaspadaan terhadap
penularan melalui percikan ditujukan untuk pasien yang diketahui atau diduga
menderita penyakit serius dengan penularan melalui percikan partikel besar.
Transmisi percikan terjadi bila partikel percikan yang benar dari orang yang
terinfeksi mengenai lapisan mukosa hidung, mulut atau konjungtiva mata
orang yang rentan. Percikan dapat terjadi pada waktu seseorang berbicara,
batuk, bersin ataupun pada waktu pemeriksaan jalan nafas seperti intubasi
atau bronkoskopi. Transmisi melalui percikan besar berbeda dengan transmisi
penularan melalui udara karena pada transmisi percikan memerlukan kontak
yang dekat antara sumber dan penerima, karena percikan besar tidak dapat
bertahan lama di udara dan hanya dapat berpindah dari dan ke tempat yang
dekat.
3. Kewaspadaan Terhadap Penularan Melalui Kontak
Sebagai tambahan dari kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak
digunakan untuk pasien yang diketahui atau diduga menderita penyakit yang
ditularkan melalui kontak langsung (misalnya kontak tangan atau kulit ke kulit)
yang terjadi selama perawatan rutin, atau kontak tak langsung
(persinggungan) dengan benda di lungkungan pasien. Pasien harus
ditempatkan di ruang tersendiri bila mungkin. Bila tidak tersedia, dapat di
bangsal umum dengan pasien sejenis. Sarung tangan harus dipakai sebagai
pencegahan, sebagaimana pada kewaspadaan universal terhadap kontak
dengan darah dan bahan tubuh. Pada kewaspadaan terhadap penularan
melalui kontak ini sarung tangan harus diganti setelah menyentuh bahan yang
mengandung mikroorganisme dengan konsentrasi tinggi (misalnya tinja atau
cairan luka). Sarung tangan harus dibuka sebelum meninggalkan ruangan dan
kemudian harus cuci tangan dengan bahan pencuci antiseptik. Gaun
pelindung yang bersih dan nonsteril harus dipakai bila diduga terjadi kontak
yang cukup rapat dengan pasien, bila pasien tidak dapat menahan buang air
besar (inkontinensia) atau bila ada luka basah yang tidak dapat ditahan
dengan pembalut. Gaun pelindung harus dilepas sebelum meninggalkan
ruangan.
BAB IV
DOKUMENTASI
Rahayu, April 2018
RINA FAIZA