Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN SEHAT JIWA USIA SEKOLAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners
Departemen Keperawatan Jiwa

Oleh:
NURLIA OHOIWER
2007 14901 310

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Anak usia sekolah dikenal dengan fase berkarya vs rasa rendah diri.
Masa ini berada di antara usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki
dunia sekolah yang lebih formal, pada anak usia sekolah tumbuh rasa
kemandirian anak, anak ingin terlibat dalam tugas yang dapat dilakukan sampai
selesai (Wong, 2012).
Sering disebut sebagai usia "anak sekolah", periode perkembangan
merupakan salah satu tahap perkembangan ketika anak diarahkan menjauh dari
kelompok keluarga dan berpusat pada dunia hubungan teman sebaya yang lebih
luas. Pada tahap ini terjadi perkembangan fisik, mental, dan sosial secara
kontinu, disertai penekanan pada perkembangan kompetensi keterampilan. Pasa
tahap ini, kerja sama sosial dan perkembangan moral dini lebih penting dan
relevan dengan tahap-tahap kehidupan berikutnya. Periode ini merupakan
periode kritis dalam perkembangan konsep diri.
Masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung
dari usia enam hingga kira-kira usia dua belas tahun. Karakteristik utama usia
sekolah adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam
banyak segi dan bidang, diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan
dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik
(Untario, 2011).

B. Faktor - faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa pada anak usia sekolah
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa pada anak usia
sekolahmenurut Depkes RI (2001, dalam Noviana, 2010) antara lain:
a. Guru
Perilaku guru menunjukan suatu pengaruh yang besar dan kuat terhadap
iklim atau suasana sekolah, baik sosial maupun emosional. Keberhasilan
guru dalam mengajar dan mendidik, khususnya dapat membantu
perkembangan kepribadian anak.
b. Teman sebaya
Sehari-hari anak bergaul dengan teman sekolah atau teman di luar sekolah.
Orang tua dan guru harus mengetahui kelompok teman bermain anak baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Di rumah anak berada dalam “dunia
dewasa”, yang penuh dengan norma dan nilai yang harus dipatuhi,
sedangkan di luar rumah anak dalam “dunia usia sebaya”, yang penuh
dengan kebebasan.
c. Kondisi fisik sekolah
Anak tidak akan tenang belajar, apabila sekolah terletak di dekat pasar,
perkampungan yang padat, dekat pabrik, atau disekitar tempat hiburan.
Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap perilaku anak.
d. Proses pembelajaran
Suasana sekolah yang menantang dan merangsang belajar, akan
menentukan iklim sekolah. Hal ini tergantung pada kemampuan guru
mengajar, serta tata tertib yang berlaku di sekolah. Sekolah terasa nyaman
dan menarik, sehingga anak senang berada di sekolah dan guru pun
bergairah dalam mengajar.
e. Keluarga
Keluarga merupakan faktor pembentuk kepribadian anak secara dini yang
pertama dan utama. Orang tua yang bersifat otoriter, tidak sabar, mudah
marah, selalu mengatakan “tidak”, selalu melarang, sering memukul, akan
sangat berpengaruh buruk terhadap perkembangan kepribadian anak.

C. Karakteristik Perilaku
Karakteristik perilaku normal pada anak usia Sekolah, antara lain:
1. Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah
2. Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari teman, meraih
juara pertama
3. Terlibat dalam kegiatan kelompok
4. Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
5. Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal
merapikan tempat tidur, menyapu, dll
6. Memiliki hobI tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita,
menggambar
7. Memliliki teman akrab untuk bermain
8. Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan
D. Perkembangan Anak Usia Sekolah
1. Fisik dan motorik
BB 16-23,6 kg, TB 106,6-123,5 cm, pemunculan gigi insisor mandibula
tengah kehilangan gigi pertama, sering kembali menggigit jari, lebih menyadari
tangan sebagai alat, suka menggambar, melukis dan mewarnai.
 Stimulasi motorik kasar yang bisa dilakukan:
 Bermain kasti, basket, dan bola kaki. Kegiatan ini sangat baik
untuk melatih keterampilan menggunakan otot kaki. Anak juga
belajar mengenal adanya aturan main, sportivitas, kompetisi dan
kerja sama dalam sebuah tim.
 Berenang. Manfaat dari kegiatan ini sangat banyak karena
melatih semua unsur motorik kasar anak. Anak pun mendapat
pelajaran dan latihan mengenai perbedaan berat jenis maupun
keseimbangan tubuh.
 Lompat jauh. Manfaatnya hampir sama dengan bermain bola
kaki dan sejenisnya. Pada kegiatan ini anak mendapatkan point
plus, yaitu prediksi terhadap jarak.
 Lari maraton. Manfaatnya mirip sekali dengan lompat jauh,
hanya caranya yang berbeda.
 Kegiatan outbound. Seperti halnya berenang, maka dengan ber-
outbound semua kemampuan motorik kasar dilatih. Malahan
anak bisa mendapatkan hal yang lain, seperti keberanian,
survival, dan kedekatan dengan Maha Pencipta serta kesadaran
pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia dengan
hewan dan tumbuhan.

 Stimulasi motorik halus:


 Menggambar, melukis dengan berbagai media.
 Membuat kerajinan dari tanah liat.
 Membuat seni kerajinan tangan, misalnya membuat boneka dari
kain perca. Bermain alat musik seperti gitar, biola, piano dan
sebagainya.
2. Mental
Mengembangkan konsep angka, mengetahui pagi atau siang,
mengetahui bagaimana yang cantik, jelek dr wajah, mematuhi 3 perintah
sekaligus, mengetahui tangan kanan dan kiri, mendefinisikan objek umum spt
garpu, kursi.
3. Adaptif
Pada saat bermain: memotong, melipat, menjahit dengan kasar bila
diberi jarum, mandi tanpa pengawasan, tidur sendiri, membaca dari ingatan,
dan menikmati permainan mengeja.
4. Personal-sosial
Dapat berbagi dan bekerjasama dengan lebih baik, mempunyai cara
sendiri untuk melakukan sesuatu, sering cemburu terhadap adik,
meningkatkan sosialisasi, dan akan curang untuk menang.
5. Stimulasi Kognitif
Sebelum menstimulasi kognisi anak, orang tua harus mengetahui
terlebih dulu perkembangan kognitifnya sesuai usia. Misalnya, untuk anak
balita perkembangan kognitifnya berkaitan dengan perkembangan berbagai
konsep dasar seperti mengenal bau, warna, huruf, angka, serta pengetahuan
umum yang akrab dengan kehidupan sehari-harinya. Disamping itu
perkembangan kognitif berkaitan erat dengan perkembangan bahasa.
Kegiatan yang bisa orang tua lakukan guna menstimulasi kognisi anak adalah:
 Mengadakan acara mendongeng.
 Membaca buku cerita, baik dilakukan oleh orang tua atau si anak
sendiri.
 Menceritakan kembali suatu kisah dari buku cerita yang sudah dia
baca.
 Sharing mengenai pengalaman sehari-hari yang bisa dilakukan
secara verbal, gambar atau tulisan.
 Berdiskusi tentang suatu tema.
 Khusus anak-anak mengoptimalkan fungsi otak” otak kanan untuk
menstimulasi kemampuan kognitif dapat dilakukan melalui
kegiatan music & movement (gerak dan lagu) atau dengan
memainkan alat musik tertentu. Bisa juga dengan melakukan
kegiatan drama.
6. Stimulasi Afeksi
Stimulasi afeksi dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan
interpersonal maupun intrapersonal anak balita maupun 6-12 tahun. Manfaat
utamanya adalah mengembangkan rasa percaya diri, memupuk kemandirian,
mengetahui dan menjalani aturan, memahami orang lain, dan mau berbagi.
Cara memberikan stimulasi bisa dengan cara sebagai berikut:
 Biarkan anak melakukan sendiri apa yang bisa ia lakukan.
 Buatlah kesepakatan tentang berbagai hal yang baik/boleh dan tidak,
serta konsekuensinya. Tentu dengan bahasa yang bisa dipahami
anak.
 Berikan penghargaan untuk hal-hal yang dapat dilakukanya dengan
baik atau lebih baik dari sebelumnya. Bisa juga ketika anak dapat
mengikuti aturan (terutama pada awal mula diterapkan suatu aturan).
 Berikan konsekuensi negatif atau punishment terhadap tingkah laku
anak yang kurang baik atau tidak sesuai dengan aturan. Untuk hal ini
perlu mempertimbangkan usia anak.
 Berikan perhatian untuk berbagai reaksi emosi anak. Contoh, saat dia
sedih, gembira, marah, berikanlah respons yang sesuai dengan
kebutuhannya kala itu.
 Anak difasilitasi untuk bermain peran.
 Biasakan anak untuk mampu mengungkapkan perasaanya, baik
secara verbal, tulisan, ataupun gambar.
 Biasakan mau berbagi dalam setiap kesempatan.
 Khusus untuk anak 6-12 tahun, mulai perkenalkan dengan berbagai
permainan dalam rangka mengenalkan aturan main, sportivitas, dan
kompetisi.
7. Stimulasi Spiritual
Sifat spiritual berkaitan erat dengan kesadaran adanya Sang Pencipta.
Di sinilah anak belajar tentang kewajiban tertentu sebagai hamba Tuhan
sesuai ajaran agama masing-masing. Selain itu kecerdasan spiritual juga
berkaitan dengan pemahaman bahwa ia menjadi bagian dari alam semesta.
Di sini anak memiliki peran tertentu supaya bisa hidup harmonis dengan
seluruh makhluk Tuhan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
menumbuhkembangkan kecerdasan spritual anak balita dan usia 6-12 tahun
adalah sebagai berikut:
 Lakukan diskusi bahwa semua benda di sekitarnya ada yang
menciptakan. Contoh, “Siapa yang membuat meja ini?” anak
menjawab, “Tukang kayu.” Lalu kita berikan lagi pemahaman padanya
“Apakah sama meja ini dengan tukang kayu yang membuatnya?”
 Mengaitkan materi-materi pelajaran atau hal-hal di sekitarnya dengan
kebesaran Tuhan, terlebih pada pelajaran ilmu pasti.
 Memutarkan video tentang berbagai hal yang menakjubkan di alam
dengan kebesaran Sang Pencipta.
 Menceritakan kisah manusia-manusia pilihan Tuhan.
 Berdiskusi tentang berbagai hal dan apa yang dapat anak lakukan
sebagai manusia yang memiliki kelebihan dibanding makhluk lain di
muka bumi.
 Meminta anak untuk membuat karangan tentang berbagai
pengalamannya ketika sedang mengalami kesulitan dan apa yang dia
lakukan. Ketika menemukan jalan keluar dari kesulitan tersebut,
kaitkan dengan betapa Tuhan itu sangat pengasih dan pemurah.
 Memberikan pendidikan agama sekaligus membiasakannya
menjalankan ibadah yang dianjurkan dan diwajibkan. Namun tak
hanya itu yang bisa menjamin anak menjadi cerdas. Lingkungan di
mana anak berada sangat memegang peranan penting untuk
membentuknya menjadi anak yang bahagia dan sehat. Jika bicara
ideal, beginilah seharusnya lingkungan anak balita dan anak usia 6-12
tahun:
E. Masalah Kesehatan Jiwa Pada Anak Usia Sekolah
Masalah kesehatan jiwa anak usia sekolah, diantaranya yaitu:
a) Membangkang
Sikap yang melawan orang tua dan lingkungan jika tidak sesuai
dengan keinginan anak.
b) Persaingan
Rasa ingin untuk lebih dari orang lain yang selalu didorong oleh orang
lain juga. Sikap ini akan terlihat saar usia 4 tahun.
c) Berselisih
Terjadi apabila seseorang merasakan dirinya terganggu oleh sikap dan
perilaku orang lain.
d) Agresif
Yaitu salah satu dari bentuk kekecewaannya karena keinginan dan
kebutuhannya tidak terpenuhi. Orang tua tidak boleh menghukum
anaknya, karena jika orang tua menghukum maka akan menambah
agresifitasnya menjadi meningkat.
e) Mementingkan diri sendiri
Sikap yang individualis dalam memenuhi keinginannya atau disebut
juga Selffishness.
f) Tingkah laku yang berkuasa
Tingkah laku yang ingin menguasai situasi sosial, mendominasi di
sekitar, atau juga bersikap bossiness. Bentuk dari sikap ini adalah
memaksa, meminta, menyuruh, dan mengancam.
g) Menggoda
Yaitu serangan mental untuk orang lain, berbentuk verbal seperti
ejekan atau cemoohan yang akan menimbulkan amarah pada orang
yang digoda (Ratih, 2012).
Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Usia Sekolah

1. Pengkajian
Pengkajian pada keluarga :
1) Identitas : nama KK, alamat tempat tinggal, pekerjaan
2) Riwayat dan tahap perkembangan
3) Lingkungan : rumah, lingkungan, sistem sosial
4) Struktur keluarga : komunikasi, peran anggota
5) Penyebab masalah keluarga dan koping
6) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

Pengkajian Fokus pada Anak Usia Sekolah


a) Bagaimana karakteristik teman bermain ?
b) Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah ?
c) Bagaimana stimulasi terhadap tum-bang anak dan ada kah sarana yang dimiliki?
d) Bagaimana temperamen anak saat ini ?
e) Bagaimana pola anak jika menginginkan suatu barang ?
f) Bagaimana pola orangtua menghadapi permintaan anak ?
g) Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini ?
h) Kegiatan apa yang diikuti anak selain kegiatan di sekolah ?
i) Sudahkah memperoleh imunisasi ulangan selama di sekolah ?
j) Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat bermain?
k) Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini ?
l) Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan kalau ada, apa jenisnya ?
m) Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya ?
n) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga ?

2. Diagnosa Keperawatan: Kesiapan peningkatan perkembangan Sekolah

3. Intervensi Keperawatan
a. Tujuan
1) Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
2) Mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus
3) Mengembangkan keterampilan berbahasa
4) Mengembangkan keterampilan adaptasi psikososial
5) Pembentukan identitas dan peran sesuai jenis kelamin
6) Mengembangkan kecerdasan
7) Mengembangkan nilai-nilai moral
8) Meningkatkan peran serta keluarga dengan meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan
b. Tindakan Keperawatan
1) Pemenuhan Kebutuhan Fisik yang Optimal
a) Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
b) Ajarkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
c) Kaji pemberian vitamin dan imunisasi ulang (booster)
d) Ajarkan kebersihan diri
2) Mengembangkan Keterampilan Motorik Kasar dan Halus
a) Kaji kemampuan motorik kasar dan halus anak
b) Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejar-kejaran,
papan seluncur, sepak bola, dll)
Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik halus (menggambar,
menulis, mewarnai, menyusun balok, dll)
c) Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak
3) Mengembangkan Keterampilan Bahasa
a) Kaji keterampilan bahasa yang disukai anak
b) Berikan kesempatan anak bicara dan bercerita
c) Sering mengajak anak berkomunikasi
d) Ajari anak belajar membaca
4) Mengembangkan Keterampilan Adaptasi Psikososial
a) Kaji keterampilan adaptasi psikososial anak
b) Berikan kesempatan anak bermain dengan teman sebaya
c) Berikan dorongan dan kesempatan untuk perkembangan
d) Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa
5) Membentuk Identitas Peran sesuai Jenis Kelamin
a) Kaji identitas dan peran sesuai dengan jenis kelamin
b) Ajari mengenal bagian-bagian tubuh
c) Ajari mengenal jenis kelamin sendiri dan membedakan jenis kelamin anak lain
d) Berikan pakaian dan mainan yang sesuai dengan jenis kelamin
6) Mengembangkan Kecerdasan
a) Kaji perkembangan kecerdasan anak
b) Bimbing anak dengan imajinasinya untuk menggali kemampuan yang dimiliki
c) Bimbing anak belajar keterampilan baru
d) Berikan kesempatan dan bimbing anak membantu pekerjaan rumah sederhana
e) Ajari pengenalan benda, warna, huruf, angka
f) Latih membaca, menggambar, dan berhitung
7) Mengembangkan Nilai Moral
a) Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak
b) Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif
c) Kenalkan anak pada nilai-nilai yang baik dan yang tidak
d) Barikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak
e) Latih kedisiplinan
8) Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan
a) Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
b) Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
c) Berikan reincforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan keluarga
d) Ajarkan pada keluarga untuk memberikan makanan bergizi seimbang
e) Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan anak normal pada
usia pra sekolah
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Spesialis Jiwa FIK dan tim pengajar spesialis jiwa ( 2011 ), Draf Standar Asuhan
Keperawatan Program Spesialis Jiwa, Jakarta: Program Magister Keperawatan
Jiwa FIK UI.
Kau, M. A. (2011). Empati dan Perilaku Prososial Pada Anak. Jurnal Inovasi, 7(03).
From: http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JIN/article/view/771
Wiguna, et al. (2010). Masalah Emosi Dan Perilaku Pada Anak Dan Remaja Di Poliklinik
Jiwa Anak Dan Remaja Rsupn Dr. Ciptomangunkusumo (Rscm), Jakarta. Jurnal
Sari Pediatri, Vol. 12, No. 4, Desember 2010.
From:https://saripediatri.org/index.php/saripediatri/article/download/505/442

Anda mungkin juga menyukai