Laporan Kasus
grade 1
Oleh :
NIM. 1930912310037
Pembimbing
grade 1
Oleh
Wahyu sandika putra, S. Ked
Pembimbing
.……………………….
dr. Oldi Dedya, Sp.PD
.………………………
dr. Oldi Dedya, Sp.PD
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
siapa saja yang menderitapenyakit serius atau terluka dimana hal itu
berdampak langsung pada ginjal itusendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering
dialami mereka yang berusia dewasa,terlebih pada kaum lanjut usia. Gangguan
ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gangguan ginjal akut (Acute Kidney
Injury =AKI) dan penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Disease = CKD). Pada
gangguan ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu
pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen
dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada penyakit ginjal kronis, penurunan
jatuh dalam kondisi parah. Penyakit ginjal kronik tidak dapat disembuhkan.
85 %.1
1
2
Berikut ini akan disajikan sebuah laporan kasus mengenai gagal ginjal
kronis dan bradikardia pada seorang pria berusia 63 tahun yang dirawat di ruang
kasus ini adalah bagaimana pendekatan klinis pada kasus penyakit ginjal kronik+
hipoalbuminemia+hipertensi grade 1?
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahu gambaran
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
dari struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung selama lebih dari 3
B. Kriteria
Tabel 2.1 Kriteria Penyakit ginjal Kronik (Kerusakan fungsi atau struktur
C. Epidemiologi
World Health Organization (WHO) telah mengumumkan bahwa
prevalensi diabetes mellitus (DM) akan meningkat di seluruh dunia pada dekade
3
4
Terlihat pada pasien berusia 65 – 74 tahun, sekitar 8.230 pasien terdiagnosis gagal
ginjal akut. Rasio penderita laki-laki sebanyak 4.170 dan wanita 3.520 orang Pada
data Riskesdas tahun 2018, menunjukkan bahwa prevalensi gagal ginjal kronis
berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk usia lebih dari 15 tahun di Indonesia
Australian Institute of Health and Welpare (AIHW) pada tahun 2015 telah
melakukan sistematisasi faktor risiko kejadian penyakit gagal ginjal kronik yang
yaitu:5
E. Klasifikasi
LFG (ml/mnt/1,73m2) =
( )
( )
F. Patofisiologi
dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya
kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth
factors. Hal ini menyebabkan hiperfiltrasi , yang diikuti oleh peningkatan tekanan
kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat ,
akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih
tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang
progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan
oleh growth factor seperti transforming growth factor b (TGF-b). Beberapa hal
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya
cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan dimana LFG masih normal atau
nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien belum merasakan keluhan
(asimptomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti,
nokturi, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan.
Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia
fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga
mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas maupun
infeksi saluran cerna, juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo
8
kalium. Pada LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih
serius, dan pasien sudah membutuhkan terapi pengganti ginjal (renal replacement
therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien
Salah satu komplikasi dari diabetes melitus adalah penyakit ginjal yang
juga dikenal dengan istilah nefropati diabetik. Nefropati diabetik adalah suatu
sindroma klinis pada pasien diabetes melitus yang ditandai dengan albuminuria
menetap (>300 mg/24 jam atau >200μg/menit) pada minimal dua kali
tanda pertama dari diabetik nefropati namun gejala yang pertama kali dapat
diamati dari pasien adalah edema perifer. Hiperfiltrasi masih dianggap sebagai
awal dari mekanisme patogenik dalam laju kerusakan ginjal. Hiperfiltrasi yang
terjadi pada nefron yang tersisa kemudian akan menyebabkan sklerosis dari
nefron tersebut.8,9
9
masih belum jelas, namun kemungkinan disebabkan oleh dilatasi arteriol aferen
oleh efek yang tergantung glukosa, yang diperantarai oleh hormon vasoaktif, IGF-
protein (reaksi Mallard dan Bowning) yang awalnya reversible namun bila terus
hipertrofi sel, sintesa matriks ekstraseluler, serta inhibisi Nitric oxide yang akan
terus berlanjut hingga terjadi ekspansi mesangium dan pembentukan nodul serta
fibrosis tubulointerstitial.9
Anemia
kadar Hb dan diikuti dengan penurunan kadar hematokrit darah. Selain itu GGK
sering menyebabkan perdarahan saluran cerna. Adanya toksik uremik pada GGK
akan mempengaruhi masa paruh dari sel darah merah menjadipendek, pada
keadaan normal 120 hari menjadi 70 –80 hari dan toksik uremik ini dapat
Asidosis
anoreksia dan lelah. Salah satu gejala khas akibat asidosis metabolik adalah
Hipertensi
Hiperlipidemia
Hiperurisemia
pengendapan kristal urat dalam sendi, sehingga sendi akan terlihat membengkak,
Hiponatremia
Hiperfosfatemia
fosfat banyak yang berada dalam sirkulasi darah. Jika kelarutannya terlampaui,
fosfat akan bergabung deng Ca2+ untuk membentuk kalsium fosfat yang sukar
larut. Kalsium fosfat yang terpresipitasi akan mengendap disendi dan kulit (
Hipokalsemia
berlebihan dan konsentrasi Ca2+ dapat meningkat. Namun pada insufisiensi ginjal,
Ca2+ di plasma tetap rendah. Oleh karena itu,rangsangan untuk pelepasan PTH
terdapat di ginjal dan tulang, juga terdapat di banyak organ lain ( sistem saraf,
lambung, seldarah dan gonad), diduga PTH berperan dalam terjadinya berbagai
hormon ini merangsang absorpsi kalsium dan fosfat di usus. Namun karena terjadi
Hiperkalemia
meningkat, maka ion hidrogen tersebut akan berdifusi ke dalam sel– sel
dengan sistem saraf dan otot jantung, rangka dan polos sehingga dapat
Proteinuria
Uremia
Kadar urea yang tinggi dalam darah disebut uremia. Penyebab dari uremia
pada GGK adalah akibat gangguan fungsi filtrasi pada ginjal sehingga dapatterjadi
akumulasi ureum dalam darah. Urea dalam urin dapat berdifusi kealiran darah dan
ginjal atau tubulus ginjal. Bila filtrasi glomerulus kurangdari 10% dari normal,
maka gejala klinis uremia mulai terlihat. Pasien akan menunjukkan gejala iritasi
adapat terjadi pada keadaan ureum yang sangat tinggidan menyebabkan koma
uremikum.9
G. Manifestasi klinis
Pada penyakit ginjal kronis, setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia, maka pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan
tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain
hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin
uremik).10
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah
(pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang
terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir.
Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muntah
Keluhan gejala klinis yang timbul pada CKD hampir mengenai seluruh
sistem, yaitu 11
H. Diagnosis
e. menentukan prognosis
perjalanan penyakit termasuk semua faktor yang dapat memperburuk faal ginjal
laboratorium) mempunyai spektrum klinis luas dan melibatkan banyak organ dan
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ureum, kreatinin serum, dan asam urat serum sudah cukup
imunodiagnosis.
I. Komplikasi
LFG
Derajat Penjelasan Komplikasi
(ml/men/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal -
dengan LFG ≥ 90
normal
Kerusakan ginjal - TD mulai
2 dengan penurunan 60-89
LFG ringan
- Hiperfosfatemia
Kerusakan ginjal - Hipokalsemia
3 dengan penurunan 30-59 - Anemia
LFG sedang - Hiperparatiroid
- Hiperosmosisteinemia
- Malnutrisi
Kerusakan ginjal
- Asidosis metabolik
4 dengan penurunan 15-29
- Cenderung hiperkalemia
LFG berat
- Dislipidemia
- Gagal jantung
5 Gagal ginjal < 15
- Uremia
19
J. Penatalaksanaan
yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan diatasi.14
mengendalikan hipertensi
penanggulangan asidosis
pengobatan neuropati
Tabel 2.6 Penatalaksaan Penyakit Gagal Ginjal Kronik Atas Dasar Penyakit16
LFG
Derajat ml/mnt/1,73 Arti Rencana
m2
Diagnosis, tatalaksana
Normal GFR dengan penyakit penyerta dan
1 ≥ 90
proteinuria komorbid, evaluasi risiko
penyakit kardiovaskular
Penurunan LGF karena usia
2 60-89 Estimasi Progresivitas
dengan proteinuria
Risiko rendah progresi ke Evaluasi dan tatalaksana
3a 45-59
gagal ginjal komplikasi
Risiko rendah progresi ke Evaluasi dan tatalaksana
3b 30-44
gagal ginjal komplikasi
20
1. Dialisis
2. Koreksi hiperkalemi
menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan
dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka
3. Koreksi anemia
Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya
4. Koreksi asidosis.
21
5. Pengendalian hipertensi
intraglomerular bila tekanan darah turun mencapai tekanan optimal yang dapat
penelitian memerlukan lebih dari 1 macam obat untuk mencapai tekanan darah
optimal.16
Terapi hipertensi pada PGK non diabetik dan PGK diabetik, level turunnya
tekanan darah sistolik dan level proteinuria dipakai sebagai diagnosis dan
b. Pemeriksaan urine dimana nilai rasio total protein/kreatinin > 200 mg/g dengan
b. PGK diabetes stage 1-4: ARB atau ACE-I, bila diperlukan dikombinasi dengan
diuretika.
6. Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien PGK, maka seluruh faal
2.2 Hipertensi
A. Definisi
hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90 mmHg pada
B.Klasifikasi
kasus). Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah multifaktor, bisa terjadi
karena faktor genetik dan lingkungan, serta faktor keturunan yang bersifat
keluarga. Selain itu juga ada faktor predisposisi genetik yang merupakan
sekitar 5% - 10% kasus) seperti gangguan pada pembuluh darah, jantung, ginjal, atau
sistem endokrin dan juga bisa terjadi pada kehamilan, kelainan saraf pusat, obat-
C. Epidemiologi
Diperkirakan pada tahun 2000, ada 972 juta (26%) orang dewasa di dunia
menderita hipertensi. Angka ini terus meningkat, diprediksikan oleh WHO pada
tahun 2025 sekitar 29% orang dewasa diseluruh dunia yang menderita hipertensi.
dan menurut WHO 2013 di dunia diperkirakan 7.5 juta kematian disebabkan
oleeh tekanan darah tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi
miliar pada tahun 2008 dan pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada
peringkat tiga sebagai faktor resiko penyebab kematian dunia. Hipertensi telah
menyebabkan 62% kasus stroke dan 49% serangan jantung setiap tahunnya.19,20
penyakit tidak menular menjadi penyebab 73% kematian dan 60% seluruh
yang tertinggi itu di kota Banjarmasin sebesar 75.556 kasus pada tahun 2018 dan
untuk wilayah Puskesmas Kelayan Timur sendiri sebesar 4694 penderita pada
tahun 2018.21,22,23.
D. Faktor resiko
Untuk faktor risiko hipertensi sendiri itu dibedakan dalam dua kelompok,
yaitu kelompok yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Hal
25
yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi dan
antara lain riwayat pola makan dengan konsumsi asupan garam yang upnormal,
E. Gejala klinis
hipertensi tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat terdapat edema pupil
dan ada kalanya secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi, gejala yang dimaksud adalah
sakit kepala, perdarahan dari hidung (mimisan), migren atau sakit kepala sebelah,
F. Patofisiologi Hipertensi
perifer juga meningkat karena adanya faktor yang meningkatkan viskositas darah
a. Faktor risiko seperti: asupan garam yang upnormal, stres, ras, obesitas,
merokok, genetis.
Tekanan darah yang meningkat dalam waktu yang cukup lama akan
jantung meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung dapat terjadi ketika keadaan
G. Komplikasi
Komplikasi dari hipertensi sendiri dapat menjadi penyakit yang serius serta
a. Jantung
memompa darah ke seluruh tubuh secara efisien dan kurangnya pasokan oksigen
b. Ginjal
27
berkurang dalam membuang zat sisa dan kelebihan air. Jika bertambah buruk
c. Otak
iskemik terjadi karena aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke otak
d. Mata
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMA
RMK : 1-39-74-60
B. Anamnesis
diagnostik 2x negatif. Pasien mengeluhkan rasa mau pingsan pada 2 hari yang lalu
(Senin, 14 Desember 2020). Pasien juga mengeluhkan lemas dan dada seperti
terasa berat. Saat di IGD dikatakan tekanan darah pasien hanya 80.
Masuk Rumah Sakit (SMRS) dengan jadwal tiap selasa-Jum’at. Akses HD-AV
23
24
shunt. Pasien tidak pernah terlewat HD dan biasa ditarik 1000 cc. Saat ini pasien
masih ada BAK 3-4x sehari dan minum 5-6 gelas sehari. Saat ini keluhan telah
Pasien mempunyai Hipertensi sejak lebih dari 10 tahun dan tidak teratur
minum obat, pasien mulai mengkonsumsi obat antihipertensi sejak 2 tahun SMRS
namun lupa nama obatnya. Pada 10 tahun yang lalu tekanan darah pasien sekitar
140/90 mmHg.
Riwayat Pribadi :
minuman beralkohol
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
2. Tanda Vital
3. Kulit
Inspeksi : Tugor kulit baik, ptekie (-), hematom (-), plak, rambut
5. Telinga
6. Hidung
8. Mata
9. Toraks
Palpasi : Fremitus fokal simetris pada kedua lapang paru dan tidak
Perkusi : Sonor
27
10. Jantung
11. Abdomen
T T T
T T T
T T T
12. Punggung
13. Ekstremitas
Palpasi : Teraba hangat (-), nyeri tekan (-) edema tungkai (-/-) AV-
14. Neurologi
28
15. Bicara
D. Pemeriksaan Penunjang
IMUNO-SEROLOGI
Anti HIV Rapid Non Reaktif Non Reaktif Ul/ml
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif -
Anti HCV Non Reaktif <1,00 s/co
GINJAL
Ureum 128 0-50 mg/dL
Kreatinin 7,92 0.72-1.25 mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium 133 136-145 Meq/L
Kalium 5,0 3.5-5.1 Meq/L
Chlorida 107 98-107 Meq/L
Komentar:
- LV dilatasi
- Global hipokinetik
- MR mild, PH mild, TR moderate
- Tak tampak thrombus/vegetasi interkardiak
- IVS dan IAS intak
- Fungsi sistolik LV menurun (EF: 44%)
- Fungsi RB sistolik baik, TAPSE 17 mm
- Gangguan Restriktif filling E/A 3,26
Hasil Elektrokardiogram
Pada EKG:
- Frekuensi = 60x/menit
- Irama = sinus rhythm
- Axis frontal = normoaxis
- Gel p = durasi 0.12s P pulmonal (-), P mitral (-)
- Interval PR = durasi 0,16s
- Morfologi QRS = Q patologis (-). LVH (-),RVH (-)
- Gel QRS = 0,08 detik, RBBB (-), LBBB (-)
- Segmen ST = isoelektris
31
E. Resume Medik
Pasien mengeluhkan rasa mau pingsan pada 2 hari yang lalu (Senin, 14
Desember 2020). Pasien juga mengeluhkan lemas dan dada seperti terasa berat.
Saat di IGD dikatakan tekanan darah pasien hanya 80. Pasien merupakan
penderita CKD dan rutin HD sejak 2 tahun Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS)
dengan jadwal tiap selasa-Jum’at. Akses HD-AV shutn. Pasien tidak pernah
terlewat HD dan biasa ditarik 1000 cc. Saat ini pasien masih ada BAK 3-4x sehari
dan minum 5-6 gelas sehari. Saat ini keluhan telah membaik dan pasien HD
terakhir sebelum MRS ruang Mawar. Pada pemeriksaan fisik di ruangan tekanan
F. Diagnosis
G. Daftar Masalah
Pemeriksaan fisik
Ekstremitas: terdapat AV-shunt pada ekstremitas
superior sinistra
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium:
Ur: 167 U/l
Cr: 10,03 U/l
GFR: 5 ml/min/1,73m
2. Hipoalbuminemia Pemeriksaan penunjang :
Albumin : 2,8 g/dl
3. Hipertensi Grade 1 Anamnesis
Pasien mempunyai Hipertensi sejak lebih dari 10
H. Rencana Awal
Rencana
No. Problem List Rencana Terapi Rencana Monitoring Rencana Edukasi
Diagnosis
1. CKD stage V on - Diet renal 1800 Cek ur/cr post - Diet rendah
HD rutin kkal/hari HD garam
- Rendah garam <2 - Batasi minum
mg/hari sesuai anjuran
33
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini dilaporkan seorang laki-laki Tn. M usia 63 tahun
struktural maupun fungsional pada ginjal lebih dari 3 bulan. pada pasien ini
kemungkinan pasien ini sudah mengalami gangguan fungsi ginjal berat yang
menyebabkan pasien rutin HD dan lebih dari 3 bulan. Berdasarkan kriteria dari
kepada pasien apa penyebab pasti pasien dilakukan HD. Dari KDIGO kriteria
CKD:2
Hal ini dapat dijadikan masukan bagi pemeriksa selanjutnya dengan kasus yang
sama yaitu CKD, agar lebih menggali lagi dari kriteria tersebut. Pada pasien ini
keluhan yang dirasakan sampai membuat pasien masuk ke IGD adalah pasien
39
40
berasa mau pingsan. Penyebab dari pingsan atau singkop ada banyak yaitu :
fungsional,hipotensi ortostatik, dan masalah pada sistem saraf. Pada pasien ini
tekanan darah sistolik saat datang di IGD adalah 80 mmHg, dari data tersebut dan
adanya gangguan pada jantung ( ruang ventrikel kiri membesar dan kontraktilitas
Pada pasien ini didapatkan Albumin sebesar 2,8 g/dl dapat disebut sebagai
yang kurang pada hati, penggunaan yang berlebih pada jaringan dan peningkatan
ekskresi pada ginjal. Pada pasien ini di dapatkan fungsi hati dalam batas batas
keluar dari ginjal, hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang telah mengalami
gangguan pada ginjal, khususnya CKD sejak 2 tahun yang lalu dengan GFR 5
Pada pasien ini mengaku menderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan
tdak teratur minum obat. Pada saat itu tekanan darah pasien 140/90 mmHg.
41
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg
memulai obat antihipertensi dengan kombinasi tiga jenis obat yaitu : ACEi atau
ARB+ diuretik + beta bloker. Pada pasien CKD jika GFR <30ml/menit/1,72m2
efektivitasnya lebih rendah/tidak efektif pada GFR yang serendah ini. Tetapi pada
pasien ini didapatkan kalium 5,9 Meq/l, sebaiknya penggunaan ACEi atau ARB
diganti dengan obat antihipertensi golongan yang lain salah satunya golongan
CCB (dihidropiridin). Dalam kasus ini pasien harus diberikan edukasi tentang
pentingngya minum obat antihipertensi yang teratur serta cek tekanan darah
pertama.17
BAB V
PENUTUP
Pada laporan kasus ini telah dilaporkan seorang laki-laki berusia 63 tahun
pemeriksaan penunjang. Tatalaksana pada pasien ini diet renal 1800 kkal/hari, diet
rendah garam, diet protein 1-1,2 gr/kg bb/hari 2x5 gr, lanjutkan HD rutin. Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
3. Alicic RZ, Rooney MT, Tuttle KR. Diabetic Kidney Disease: Challenges,
Progress, and Possibilities. Clin J Am Soc Nephrol. 2017;12(12):2032-2045.
10. Coresh, J. et al., Prevalence of Chronic Kidney Disease in the United States.
JAMA 2007;298(17):2038-2047
11. Chronic Kidney Disease Prognosis Consortium; Matsushita K, van der Velde
M, et al. Association of estimated glomerular filtration rate and albuminuria
with all-cause and cardiovascular mortality in general population cohorts: a
collaborative meta-analysis. Lancet. 2010;375(9731):2073–2081.
12. Thomas, R., A. Kanso and J.R. Sedor. Chronic Kidney Disease and Its
Complication. Prim Care. 2008; 35(2): 329-vii
13. Ketut. S. Penyakit Ginjal Kronik, Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Pusat Penerbitan IPD FKUI, Jakarta. 2009. Hal 1035-1040