ABLASIO RETINA
Oleh :
NIM. 1930912310037
Pembimbing :
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Robekan Retina ............. ..................................................... 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gambar 2.1
B. Epidemiologi
Penyebab paling umum di seluruh dunia yang terkait dengan ablasio retina adalah
miopia, afakia, pseudofakia, dan trauma. Sekitar 40-50% dari semua pasien
dengan ablasio memiliki miopia, 30-40% mengalami pengangkatan katarak, dan
10-20% telah mengalami trauma okuli. ablasio retina yang terjadi akibat trauma
2
3
lebih sering terjadi pada orang muda, dan miopia terjadi paling sering pada usia
25-45 tahun. Meskipun tidak ada penelitian yang menunjukkan untuk terjadinya
ablasio retina yang berhubungan dengan olahraga tertentu (misalnya, tinju dan
bungee jumping) tetapi olahraga tersebut meningkatkan resiko terjadinya ablasio
retina.2,8,9
Kejadian ini tidak berubah ketika dikoreksi, meningkat pada pria dengan trauma
okuli. Ablasio retina pada usia kurang dari 45 tahun, 60% laki-laki dan 40%
perempuan.9
Ablasio retina biasanya terjadi pada orang berusia 40-70 tahun. Namun, cedera
paintball pada anak-anak dan remaja merupakan penyebab umum dari cedera
mata.9
C. Etiologi
D. Klasifikasi
a. Usia. Kondisi ini paling sering terjadi pada umur 40 – 60 tahun. Namun
usia tidak menjamin secara pasti karena masih banyak faktor yang
mempengaruhi.
b. Jenis kelamin. Keadaan ini paling sering terjadi pada laki – laki dengan
perbandingan laki : perempuan adalah 3:2
c. Miopi. Sekitar 40 persen kasus ablasio retina regmatogenosa terjadi karena
seseorang mengalami miopia.
d. Afakia. Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang yang afakia daripada
seseorang yang fakia. Pasien bedah katarak diduga akibat vitreus ke
anterior selama atau setelah pembedahan. Lebih sering terjadi setelah
ruptur kapsul, kehilangan vitreus dan vitrektomi anterior. Ruptur kapsul
saat bedah katarak dapat mengakibatkan pergeseran materi lensa atau
sesekali, seluruh lensa ke dalam vitreus.
e. Trauma. Mungkin juga bertindak sebagai faktor predisposisi
f. Fenile Posterior Vitreous Detachment (PVD). Hal ini terkait dengan ablasio
retina dalam kasus banyak.
g. Pasca sindrom nekrosis akut retina dan sitomegalovirus (CMV) retinitis
pada pasien AIDS berupa nekrosis retina dengan formasi istirahat retina
terjadi, kemudian, cairan dari rongga vitreous dapat mengalir melalui
istirahat dan melepas retina tanpa ada hadir traksi vitreoretinal terbuka.
h. Retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer seperti Lattice
degeneration, Snail track degeneration, White-with-pressure and white-
without or occult pressure, acquired retinoschisis
Gambar 2.2
Ablasio retina tipe regmatogenosa, arah panah menunjukkan horseshoe tear .
5
Gambar 2.3
Ablasio retina tipe eksudatif akibat dari hasil metastase karsinoma payudara .
Gambar 2.4
Ablasio retina traksi
E. Patofisiologi
7
F. Diagnosis
Gejala umum pada ablasio retina yang sering dikeluhkan penderita adalah:
a. Floaters (terlihatnya benda melayang – laying) yang terjadi karena adanya
kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau
degenerasi vitreus itu sendiri.1,2,3
b. Photopsi/light flashes (kilatan cahaya), tanpa adanya sumber cahaya di
sekitarnya, yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam
keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap.3
8
2. Pemeriksaan oftalmoskopi
a. Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan
akibat terlibatnya makula lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan
kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat
terganggu bila makula lutea ikut terangkat. 1,2,3
G. Penatalaksanaan
padat. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung posisi lokasi dan
jumlah robekan retina. Pertama – tama dilakukan cryoprobe atau laser untuk
memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk
dijahit mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga
terjadi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan
cairan subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2 hari. 2,3,6
2. Retinopeksi pneumatik
3. Vitrektomi
Merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes,
dan juga pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau perdarahan
vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada dinding bola
mata kemudian memasukkan instruyen ingá cavum vitreous melalui pars plana.
Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutre untuk menghilangkan berkas
badan kaca (viteuos stands), membran, dan perleketan – perleketan. Teknik dan
instruyen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio. Lebih dari 90%
lepasnya retina dapat direkatkan kembali dengan teknik-teknik bedah mata
modern, meskipun kadang- kadang diperlukan lebih dari satu kali operasi.3,6
H. Komplikasi
sampai seluruh retina terlepas. Ketika hal ini terjadi, penglihatan normal tidak
dapat dipulihkan, dan penurunan ketajaman visual atau kebutaan terjadi pada mata
yang terkena. Komplikasi lain dapat mencakup perdarahan ke dalam mata
(perdarahan vitreous), glaukoma (sudut tertutup), peradangan, infeksi, dan
jaringan parut akibat operasi. Kehilangan persepsi cahaya juga dapat terjadi.4
I. Prognosis
Prognosis dari penyakit ini berdasarkan pada keadaan makula sebelum dan
sesudah operasi serta ketajaman visualnya. Jika, keadaannya sudah melibatkan
makula maka akan sulit menghasilkan hasil operasi yang baik, tetapi dari data
yang ada sekitar 87 % dari operasi yang melibatkan makula dapat mengembalikan
fungsi visual sekitar 20/50 lebih kasus dimana makula yang terlibat hanya
sepertiga atau setengah dari makula tersebut.6
Pasien dengan ablasio retina yang melibatkan makula dan dengan jangka
waktu kurang dari 1 minggu, memiliki kemungkinan sembuh post operasi sekitar
75 % sedangkan yang perlangsungannya 1-8 minggu memiliki kemungkinan 50
%.3
Dalam 10-15 % kasus yang dilakukan pembedahan dengan ablasio retina
yang melibatkan makula, kemampuan visualnya tidak akan kembali sampai level
sebelumnya dilakukannya operasi. Hal ini disebabkan adanya beberpa faktor
seperti irreguler astigmat akibat pergeseran pada saat operasi, katarak progresif,
dan edema makula. Komplikasi dari pembedahan misalnya adanya perdarahan
dapat menyebabkan kemampuan visual lebih menurun.6
12
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
12