Anda di halaman 1dari 2

Definisi.

 Ablasi retina adalah penyakit mata akibat lepasnya lapisan tipis di dalam mata
yang disebut retina. Secara rinci ablasio retina didefinisikan sebagai lepasnya
neurosensoris retina dari epitel pigmen retina.
 Hal tersebut akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid
yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap. Ada
tiga klasifikasi ablasio retina yaitu ablasi retina regmatogenosa, ablasi retina eksudatif,
ablasi retina traksi (tarikan).

Epidemiologi dan Etiologi


 Penyebab paling umum di seluruh dunia yang terkait dengan ablasio retina adalah
miopia, katarak dan trauma. Sekitar 40-50% dari semua pasien dengan ablasio
memiliki miopia, 30-40% mengalami pengangkatan katarak, dan 10-20% telah
mengalami trauma okuli. ablasio retina yang terjadi akibat trauma lebih sering
terjadi pada orang muda, dan miopia terjadi paling sering pada usia 25-45 tahun.
 Ablasio retina biasanya terjadi pada orang berusia 40-70 tahun dan 60%
laki-laki dan 40% perempuan.9

Patofsiologi

 Ablasio rhematogenosa. Terdapat robekan kecil di dalam retina. Robekan ini


membuat cairan di bagian tengah bola mata (cairan vitreus) merembes masuk
dan menumpuk di belakang retina. Cairan yang menumpuk akan membuat
seluruh lapisan retina terlepas dari dasarnya. Pada umumnya, robekan pada
retina mata terjadi akibat berubahnya jaringan seiring pertambahan usia. Orang
dengan mata minus (rabun jauh/miopia) atau pernah menjalani operasi katarak
juga berisiko mengalami robekan pada retina.

 Ablasio Non Rhematogenosa

 Ablasio retina eksudatif. Menumpuknya cairan vitreus tanpa disertai robekan


pada retina. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera, tumor, peradangan, dan
penyakit degenerasi makula.

 Ablasio Retina Traksi.Terbentuk jaringan parut di permukaan retina. Kondisi ini


membuat retina tertarik dan lepas. Kondisi ini lebih sering dijumpai pada
penderita diabetes dengan gula darah yang tidak terkontrol dengan baik dan Tipe
ini juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari ablasio retina regmatogensa.
Gejala Ablasi Retina

 Pada umumnya Ablasi retina atau ablasio retina tidak menimbulkan rasa sakit.
Hilangnya penglihatan dapat terjadi secara tiba-tiba.
 Muncul bercak hitam yang tampak melayang di dalam penglihatan (floaters).
 Penglihatan kabur atau tertutup oleh bayangan seperti tirai.
 Lapang pandang menyempit.
 Kilatan cahaya pada penglihatan (fotopsia).

Diagnosis di sebelah

Penatalaksanaan

Pengobatan Ablasi Retina terdiri tirah baring dan menutup mata yang sakit.

Pengobatan terhadap ablasi retina berbeda-beda, tergantung kondisi pasien. Jika retina
robek atau berlubang namun belum sampai terlepas, biasanya dapat diterapkan
beberapa tindakan di bawah ini untuk memperbaiki penglihatan dan mencegah retina
terlepas:

 Kriopeksi. Prosedur ini dilakukan dengan cara membekukan robekan di retina,


agar retina tetap menempel pada dinding mata.

 Terapi laser (fotokoagulasi). Sinar laser akan membakar jaringan di sekitar


robekan retina. Laser juga akan membantu retina tetap menempel.

Jika retina sudah terlepas, dokter akan mengatasinya dengan pembedahan atau operasi.
Jenis operasi yang dilakukan tergantung kepada keparahan kondisi pasien. Operasi
tersebut antara lain:

 Pneumatic retinopexy. Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan gelembung


gas ke mata, yang akan menekan retina kembali ke posisi normal. Prosedur ini
dipilih jika bagian retina yang terlepas hanya sedikit.

 Vitrektomi. Prosedur ini dilakukan dengan cara mengeluarkan cairan vitreus dan


jaringan yang menarik retina. Kemudian, gelembung gas atau silikon akan
disuntikkan ke mata untuk menahan retina pada posisinya. Seiring waktu,
gelembung gas akan digantikan secara alami oleh cairan tubuh.

 Scleral buckling. Prosedur ini dilakukan dengan cara menempatkan silikon dari


sisi luar bagian putih mata (sklera). Silikon ini akan mendekatkan dinding bola
mata ke retina, sehingga retina kembali ke posisinya. Jika kondisi lepasnya retina
sangat parah, silikon akan dipasang melingkari mata secara permanen. Meski
begitu, silikon tidak akan menghalangi penglihatan.

KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS DISEBELAH

Anda mungkin juga menyukai

  • Lapsus GBS
    Lapsus GBS
    Dokumen54 halaman
    Lapsus GBS
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen11 halaman
    Bab 3
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • LEMBAR PENILAIAN Kasus 2016
    LEMBAR PENILAIAN Kasus 2016
    Dokumen6 halaman
    LEMBAR PENILAIAN Kasus 2016
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Referat Mata Tass
    Referat Mata Tass
    Dokumen19 halaman
    Referat Mata Tass
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen6 halaman
    Daftar Isi
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Toaz - Info Referat Ablasio Retina PR
    Toaz - Info Referat Ablasio Retina PR
    Dokumen17 halaman
    Toaz - Info Referat Ablasio Retina PR
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Diskusi Kasus Hemonk
    Diskusi Kasus Hemonk
    Dokumen16 halaman
    Diskusi Kasus Hemonk
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • MR Hemonk 1
    MR Hemonk 1
    Dokumen11 halaman
    MR Hemonk 1
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • MR Hemonk 2
    MR Hemonk 2
    Dokumen10 halaman
    MR Hemonk 2
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen8 halaman
    Bab 2
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Wahyu'
    Wahyu'
    Dokumen19 halaman
    Wahyu'
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Firman
    Firman
    Dokumen18 halaman
    Firman
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Varicella Dan Variola: Tugas Ujian
    Varicella Dan Variola: Tugas Ujian
    Dokumen21 halaman
    Varicella Dan Variola: Tugas Ujian
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • SDSCSCSC
    SDSCSCSC
    Dokumen6 halaman
    SDSCSCSC
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Werthtfgrgrghtty
    Werthtfgrgrghtty
    Dokumen7 halaman
    Werthtfgrgrghtty
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • MR Hemonk 1
    MR Hemonk 1
    Dokumen11 halaman
    MR Hemonk 1
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • MR Hemonk 2
    MR Hemonk 2
    Dokumen10 halaman
    MR Hemonk 2
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Referat Herpes Zooster Diani
    Referat Herpes Zooster Diani
    Dokumen19 halaman
    Referat Herpes Zooster Diani
    Diani Wulan Asmuandi
    100% (5)
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen24 halaman
    Bab Ii
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • DDFCCDF
    DDFCCDF
    Dokumen49 halaman
    DDFCCDF
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Tinea Corporis Dengan Dr. Robi
    Lapsus Tinea Corporis Dengan Dr. Robi
    Dokumen13 halaman
    Lapsus Tinea Corporis Dengan Dr. Robi
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Tinea Corporis Dengan Dr. Robi
    Lapsus Tinea Corporis Dengan Dr. Robi
    Dokumen13 halaman
    Lapsus Tinea Corporis Dengan Dr. Robi
    Wahyu Sandika
    Belum ada peringkat