Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian sistem peradilan pidana


Sistem peradilan pidana  sistem yang dibuat untuk menanggulangi masalah-masalah
kejahatan yang dapat mengganggu ketertiban dan mengancam rasa aman masyarakat,
merupakan salah satu usaha masyarakat untuk mengendalikan terjadinya kejahatan agar
berada dalam batas-batas toleransi yang dapat diterima
Sistem peradlan pidana  bekerjanya atau berprosesnya hokum acara pidana
Sistem peradilan pidana  mekanisme kerja dalam menanggulangi kejahatan dengan
mempergunakan pendekatan system
2. Komponen sub sistem dalam bekerjanya peradilan pidana
a. Kepolisian
kepolisian mempunyai tugas pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat
b. Kejaksaan
Sebagai subsistem peradilan pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang
dibidang pidana sebagaimana diatur Pasal 14 KUHAP, yaitu :
 menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau
penyidik pembantu ;
 membuat surat dakwaan ;
 melimpahkan perkara ke pengadilan ;
 melakukan penuntutan ;
c. Pengadilan
Keberadaan lembaga pengadilan sebagai subsistem peradilan pidana diatur dalam
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Tugas
Pengadilan adalah menerima, memeriksa dan memutus perkara yang diajukan
kepadanya
d. Lembaga pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun
1995 tentang Pemasyarakatan yang mengubah sistem kepenjaraan menjadi sistem
pemasyarakatan. Sistem pemasyarakatan merupakan suatu rangkaian kesatuan
penegakan hukum, oleh karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari
pengembangan konsep umum mengenai pemidanaan.
Menurut ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, dinyatakan bahwa Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) adalah
tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan
ATAU
a. Susbtansi  Yaitu aturan, norma, hasil atau produk sistem termasuk Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981.
b. Struktur  Yaitu lembaga-lembaga dalam sistem hukum yang terdiri dari Kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan yang menunjukkan bagaimana
hukum dijalankan menurut ketentuan-ketentuan formalnya
c. Kultur  Yaitu bagaimana sebetulnya sistem tersebut akan diberdayakan atau sikap
masyarakat terhadap hukum dan sistem hukum, nilai, pemikiran serta harapannya.
Dengan kata lain budaya hukum adalah suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial
yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari atau disalahgunakan
Dengan kata lain kultur adalah merupakan penggerak dari Sistem Peradilan Pidana.
3. Alasan pendekatan sistem penting dalam memahami peradilan pidana
Sistem  suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan atau
saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
4. Pengertian restorative justice
Restorative justice  suatu pendekatan yang lebih menitik-beratkan pada kondisi
terciptanya keadilan dan keseimbangan bagi pelaku tindak pidana serta korbannya sendiri
Restorative justice  suatu pemulihan hubungan dan penebusan kesalahan yang ingin
dilakukan oleh pelaku tindak pidana (keluarganya) terhadap korban tindak pidana
tersebut (keluarganya) (upaya perdamaian) di luar pengadilan dengan maksud dan tujuan
agar permasalahan hukum yang timbul akibat terjadinya perbuatan pidana tersebut dapat
diselesaikan dengan baik dengan tercapainya persetujuan dan kesepakatan diantara para
pihak
5. Pengertian retributive justice
Retributive justice  Berkaitan dengan terjadinya kesalahan. Hukuman yang diberikan
kepada orang yang bersalah haruslah adil. Jika seorang karyawan bersalah maka
diberikan hukuman mungkin sanksi.
6. Tujuan yang hendak dicapai oleh sistem peradilan pidana
Tujuan utama  pencapaian keadilan bagi masyarakat
Tujaun sistem peradilan pidana:
a. Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan.
b. Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa
keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana.
c. Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi
kejahatannya.
7. Fungsi sistem peradilan pidana
a. Mencegah kejahatan;
b. Menindak pelaku tindak pidana dengan memberikan pengertian terhadap pelaku
tindak pidana dimana pencegahan tidak efektif;
c. Peninjauan ulang terhadap legalitas ukuran pencegahan dan penindakan;
d. Putusan pengadilan untuk menentukan bersalah atau tidak bersalah terhadap orang
yang ditahan;
e. Disposisi yang sesuai terhadap seseorang yang dinyatakan bersalah;
f. Lembaga koreksi oleh alat-alat negara yang disetujui oleh masyarakat terhadap
perilaku mereka yang melanggar hukum pidana.
8. Arti penting sub sistem budaya dalam penyelenggaraan sistem peradilan pidana
Mengacu kepada aspek budaya/ legal culture, bekerjanya suatu sistem hukum dalam
masyarakat (law in action), maka tidak akan terlepas adanya pengaruh dari aspek nilai
dan sikap, yang memberi pemahaman tentang bekerjanya sistem hukum itu. Budaya
hukum adalah suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana
hukum digunakan, dihindari atau disalahgunakan, tanpa adanya budaya/kultur hukum
maka sistem hukum sendiri tak berdaya. Unsur budaya hukum ini mencakup opini-opini,
kebiasaan-kebiasaan, cara berpikir, dan cara bertindak baik dari aparat penegak hukum
maupun dari masyarakat.tanpa budaya hukum maka sistem hukum akan kehilangan
kekuatannya. Gambaran mengenai budaya hukum dalam unsur-unsur sistem hukum
adalah struktur hukum diibaratkan sebagai mesin yang menghasilkan sesuatu, substansi
hukum diibaratkan produk yang di hasilkan oleh mesin, dan budaya hukum merupakan
apa saja atau siapa saja yang memutuskan untuk menjalankan mesin serta membatasi
penggunaan mesin.
9. Pengertian due process model
Due process model  Menurut Due Process Model, tujuan dari sistem peradilan pidana
adalah untuk menangani terdakwa pidana secara adil dan sesuai dengan standar
konstitusi. Di dalam due process model, tidak ada temuan fakta yang sah sampai kasus
tersebut disidangkan secara terbuka dan dievaluasi oleh pengadilan yang adil, dan
terdakwa telah memiliki kesempatan penuh untuk mendiskreditkan kasus terhadap
dirinya.
10. Pengertian crime control model
Crime Control Model  didasarkan pada sistem nilai yang mempresentasikan tindakan
represif pada kejahatan sebagai fungsi yang paling penting dalam suatu Sistem Peradilan
Pidana. Menurut Crime Control Model, tujuan dari Sistem Peradilan Pidana adalah untuk
menekan kejahatan, yang dikendalikan melalui pengenaan sanksi pidana terhadap
terdakwa dihukum. Crime control model menekankan pentingnya penegasan eksistensi
kekuasaan dan penggunaan kekuasaan terhadap setiap kejahatan dan pelaku kejahatan,
dan karenanya pelaksanaan penggunaan kekuasaan pada tangan aparat pemerintah (polisi,
jaksa dan hakim) harus semaksimal mungkin meskipun harus mengorbankan Hak Asasi
Manusia.

Anda mungkin juga menyukai