Abstrak
Gagasan utama pemerintah adalah membentuk lembaga khusus yang menangani jaminan
sosial bagi masyarakat pada tahun 2004, yang melalui Undang-Undang Sistem Jaminan
Sosial. Dengan ketentuan undang-undang ini, pada tahun 2011,Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan
peraturan pelaksana. Di sisi lain, sistem jaminan sosial tentunya sulit diterapkan jika sistem
tersebut tidak terintegrasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dengan
terintegrasi sistem tersebut, akan dibangun sistem jaminan sosial di bidang kesehatan, hal
ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
yang salah satu urusannya merangkap di bidang kesehatan. Tujuan Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis sinergi kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan jaminan sosial bidang kesehatan dengan menggunakan metode kualitatif
dan yuridis pendekatan normative
.
Kata Kunci : Jaminan Kesehatan, Sinergi, Pemerintah
Penulis yang sesuai:
Fatkhul Muin
E-mail: fatkhulmoen@gmail.com)
Alamat: Jl. Raya Serang - Jakarta, Panancangan,
Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten 42124
PENGANTAR
Pembangunan sosial dan ekonomi sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan
pembangunan nasional menghasilkan banyak kemajuan, termasuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan harus dinikmati secara berkelanjutan, adil dan merata
untuk menjangkau semua orang.
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945 Indonesia
imengamanatkan bahwa tujuan negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Di
Keempat Amandemen UUD 1945 Indonesia, tujuan itu lebih ditekankan oleh
mengembangkan sistem jaminan sosial untuk kesejahteraan semua orang. Salah satu
bentuk jaminan social adalah yang diberikan di sektor kesehatan.
Untuk meningkatkan perlindungan kesehatan bagi masyarakat di Indonesia, perlu
adanya review terhadap pelayanan kesehatan sistem, dimana pelayanan kesehatan menjadi
bagian wajib tanggung jawab Negara diberikan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan
merupakan salah satu hak dasar masyarakat yang penyediaannya harus dilakukan oleh
pemerintahan sebagaimana diamanatkan dalam pasal UUD 1945 28 H ayat (1) Setiap orang
berhak untuk hidup dalam kesejahteraan jasmani dan rohani, hidup dan memiliki a
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak untuk menerima layanan
kesehatan. Layanan adalah aktivitas yang ada tak terlihat (tidak dapat disentuh) yang terjadi
sebagai akibat dari interaksi antara konsumen dan penyedia jasa atau lainnya hal-hal yang
disediakan oleh penyedia layanan yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah
konsumen atau pelanggan.
Dalam administrasi pemerintahan, yang didasarkan pada ketentuan Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2014 tentang Daerah Pemerintahan, secara umum, penyelenggaraan
kesehatan di bidang kesehatan dilakukan secara bersama antara pemerintah dan
pemerintah daerah, kemudian secara bersama-sama antara pemerintah dan pemerintah
daerah, membuat kewajiban bagi pemerintah dan daerah pemerintah untuk memenuhi
kesehatan setiap warga negara, terutama bagi orang miskin.
Bab II Penetapan
Kriteria dan Pendataan Masyarakat Miskin dan Tidak Mampu.
(1) Masyarakat miskin dan tertinggal memiliki kriteria ditetapkan oleh Menteri setelah
dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi Lembaga menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang statistik kepada melakukan pengumpulan data.
Pendataan masyarakat miskin dan masyarakat yang tidak mampu dilakukan oleh lembaga
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik diverifikasi dan disahkan
oleh Menteri untuk diintegrasikan data. Dengan adanya sistem yang terintegrasi diharapkan
adanya pengelolaan sistem pelayanan kesehatan dapat dilakukan keluar secara signifikan
oleh Negara.
Metodologi Penelitian
Dalam penelitian, objek penelitian adalah salah satunya instrumen yang perlu
menjadi dasar upaya untuk menentukan metode penelitian yang akan dilakukan seorang
peneliti. Secara umum metode penelitian yang digunakan adalah doktrinal dengan
pendekatan yuridis normatif.
Kesimpulan
Sistem jaminan sosial yang dibangun adalah menyediakan perlindungan sosial
kepada masyarakat. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN adalah dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Sosial
Badan Penyelenggara Keamanan (BPJS). Hukum menjelaskan BPJS terdiri dari BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan merupakan program kebijakan
pemerintah yang harus diselenggarakan Asuransi Kesehatan Nasional. Yang menjadi upaya
untuk menciptakan sistem jaminan sosial bidang kesehatan dimana sinergi dan upaya
diperlukan, oleh karena itu urusan konkuren di bidang kesehatan dapat dilakukan bersama
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta Lembaga Kesehatan Jamsostek
dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, pasti ada banyak
elemen itu harus dibenahi, agar terwujud agar efektif dan efisien, mungkin perlu mengambil
langkah tindakan berdasarkan yang ditentukan secara ilmiah urutan prioritas, misalnya
berdasarkan kesulitan dan kegunaan.
Izin Etis: Ya
Benturan Kepentingan: Tidak
Sumber Pendanaan: Penulis
Referensi
1. Pemerintah Republik Indonesia. Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial Nasional Sistem. Jakarta: Pemerintah
Republik
2. Indonesia; 2004.
3. Pemerintah Republik Indonesia. Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Jamsostek Agen. Jakarta:
Pemerintah Republik Indonesia; 2011.
4. Suprianto A, Mutiarin D. Evaluasi terhadap Penerapan Jaminan Kesehatan Nasional
(Studi Hubungan Stakeholder, JKN Model Pendanaan dan Hasil di Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). 2017; 4 (1): 250- 272.
5. Kusuma AI, Farid M. Pengertian Informasi tentang Program Jaminan Kesehatan
Nasional (BPJS) Kesehatan dan Pemanfaatannya di Antara Masyarakat di Kabupaten
Maros. Jurnal Komunikasi KAREBA. 2016; 5 (2): 300-311.
6. Kemenkes-RI. Paparan Asuransi Kesehatan Nasional Materi dalam Sistem Jaminan
Sosial Nasional. Jakarta; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
7. Irwandy. Tinjauan Pustaka: Evaluasi Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
Program di Indonesia. Jurnal Kesehatan Indonesia Kebijakan. 2016; 5 (3): 200-111.
8. Anonim. Manajemen Asuransi Kesehatan Instansi, Integrasi Jamkesda dalam
Optimalisasi JKN Program. Inf.BPJS-Kes. 2014; Juli: 3.
9. Simanjuntak J, Darmawan ES. Analisis Kebijakan Perubahan Peraturan Presiden
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan kepada Presiden Peraturan
Nomor 28 Tahun 2016 tentang Kesehatan Pertanggungan. Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia. 2016; 5 (4): 256-195.
10. Aulia P. Polemik Integrasi Regional Kebijakan Asuransi Kesehatan menjadi Kesehatan
Nasional Sistem Asuransi. Kesehatan Masyarakat Andalas Jurnal. 2014; 94.
11. Kemenkes-RI. Data dan Laporan dari Direktorat Jenderal Upaya Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Direktorat Jenderal Upaya
Kesehatan; 2016.
12. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS-Kes). Pentingnya Peran Lokal
Pemerintah dalam Program JKN-KIS [Internet]. 2016 [dikutip 2019 Jan 12]. Tersedia
dari:
13. https://bpjskesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/
b9ccbef06824476445e0f106ae7aa667.pdf.
14. Nugroho HSW, Sillehu S, Handoyo, Suparji, Sunarto, Subagyo, Sunarko B, Bahtiar.
Difficultness-Usefulness Pyramid (DUP) sebagaiMetode Baru untuk Memilih Elemen
yang Diprioritaskan Manajemen e-Learning di bidang Kesehatan. Indian Jurnal
Penelitian & Pengembangan Kesehatan Masyarakat. 2018; 9 (2): 206-2011.