Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN

SIKLUS KEPERAWATAN MATERNITAS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISMINORE

ZIQNI ILMA AL WASI

PROGRAM B PRODI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan
perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan.
Menstuasi yang pertama disebut menarke paling sering terjadi pada usia 11 tahun, tetapi
bisa juga terjadi pada usia 8 tahun atau 16 tahun. Menstruasi merupakan pertanda masa
produktif pada kehidupan seorang wanita. Siklus menstuasi berkisar antara 21-40 hari.
Hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari (Iluni, 2008).
World Health Organization (WHO) mendefenisikan “kesehatan ” sebagai “suatu
keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang sempurna dan bukan sekedar tidak ada
penyakit atau kelemahan”. Masa remaja dalam perjalanan kehidupan adalah suatu
periode transisi yang memiliki rentang dari masa kanak-kanak yang bebas dari tanggung
jawab sampai pencapaian tanggung jawab pada masa remaja (Glasier, 2005).
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika
pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan
lagi remaja (Admin, 2008).
Mengakhiri abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ini ditandai oleh fenomena
transisi kependudukan di Indonesia. Apabila sebelumnya penduduk yang terbesar
adalah anak-anak maka dalam masa transisi ini proporsi penduduk usia remaja semakin
besar. Terdapat 36.600.000 (21% dari total penduduk) remaja di Indonesia dan
diperkirakan jumlahnya mencapai 43.650.000 pada awal abad ke-21 (Notoatmodjo,
2007).
Masa remaja, usia diantara masa anak-anak dan dewasa, yang secara biologis
yaitu antarta umur 10 sampai 19 tahun. Peristiwa yang terpenting yang terjadi pada
gadis remaja ialah datang haid yang pertama kali, biasanya sekitar umur 10 smpai 16
tahun. Saat haid yang pertama ini datang dinamakan menarche(Jones, 2009).
Angka kejadian (prevalensi) Nyeri Haid berkisar 45-95% (USA, November 2006)
dikalangan wanita usia produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun
sering kali dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya (Pradita, 2010).
Dysmenorea Spasmodik atau Primer dialami oleh 60-75% wanita muda. Pada tiga
perempat wanita yang mengalaminya, intensitas kram ringan atau sedang, tetapi pada
25% nyeri berat dan membuat penderitanya tidak berdaya (Jones, 2001).
Penyebab terjadinya rasa sakit belum diketahui hingga sekarang tetapi teori yang
masuk ialah kekejangan pada otot rahim yang menyebabkan aliran darah tidak lancar,
50% dari kaum wanita pernah mengeluh karena sakit pada waktu haid pada masa
remaja biasanya gangguan ini mencapai puncaknya pada umur 17-25 tahun dan
pengobatan telah dilakukan dari dulu sampai sekarang (Jones, 2009).
Biasanya dismenorrhoe primer dimulai 24 jam sebelum haid datang dan
berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. Sesudah itu rasa tidak enak tadi
hilang. Barangkali 50% dari kaum wanita pernah mengeluh karena sakit waktu haid
pada masa remaja. Umumnya gangguan ini mencapai puncaknya pada (Jones, 2009).
B. Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dismoinore ?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan dan menjelaskan tentang konsep disminore
2. Mendeskripsiskan dan menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien disminore
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. LANDASAN TEORI
1. Definisi Dismenore
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot
uterus. Nyeri ini terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur sangkar
Michaelis. Nyeri dapat terasa sebelum dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus
menerus. Nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istilah
dismenorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita mengobati
sendiri dengan analgesik atau sampai memeriksakan diri ke dokter.
Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa
penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk
beberapa jam atau beberapa hari. Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum
jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan, dikatakan bahwa pada
keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat. Kram, nyeri dan ketidaknyamanan
lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut juga dismenore. Kebanyakan
wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi; pada beberapa wanita, hal itu muncul
dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lain menderita
rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari. Dismenore dikelompokkan
sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore
sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya. Wanita yang tidak berovulasi
cenderung untuk tidak menderita kram menstruasi; hal ini sering terjadi pada mereka
yang baru saja mulai menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi
sering merubah gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik.
Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian
hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya
untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 1997). Ada 2 jenis dismenorea,
yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Pembagian dismenorea menurut
Sunaryo (1989) adalah sebagai berikut : pertama dismenorea primer atau esensial,
intrinsik, idiopatik, yang pada jenis ini tidak ditemukan atau didapati adanya kelainan
ginekologik yang nyata; yang kedua dismenorea sekunder atau ekstrinsik, yaitu rasa
nyerinya disebabkan karena adanya kelainan pada daerah pelvis, misalnya
endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD.
2. Klasifikasi Dismenore dan Etioligo
Dismenore terbagi menjadi 2 , yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder :
a. Desminore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic, biasanya dari bulan ke-6
sampai tahun ke-2 setelah menarke. Desminore ini seringkali hilang saat berusia
25thn atau setelah wanita hamil dan melahirkan pervaginam. Faktor psikogenik dapat
mempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti berhubungan dengan ovulasi dan tidak
terjadi saat ovulasi disupresi. Selama fase luteal dan aliran menstruasi berikutnya,
prostaglandin F2 alfa (PGF2α) disekresi. Pelepasan PGF2α yang berlebihan
meningkatkan amplitude dan frekuensi reaksiuterus dan menyebabkan vesospasme
arteriol uterus, sehingga menyebabkan iskemia dan kram abdomen bawah yang
bersifak siklik. Respon sistemik terhadap PGF2α meliputi nyeri punggung ,
kelemahan, mengeluarkan keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah,
diare) dan gejala system saraf pusat (pusing, sinkop, nyeri kepala, dan konsentrasi
buruk) (Heitkemper,dkk 1991). Penyebab pelepasan prostaglandin yang berlebihan
belum diketahui.
b. Desminore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organic, seperti
endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau
uterus dan polip uterus. IUD juga dapat menyebabkan desminore sekunder.
Desminore sekunder dapat disalah artikan sebagai desminore primer aatau dapat
rancu dengan komplikasi kehamilan dini. Pada kasus pemeriksaan pelvis abnormal
dibutuhkan evaluasi selanjutnya untuk menentukan diagnosis. Desminore dapat
timbul pada perempuan dengan menometroragia yang meningkat. Evaluasi yang hati-
hati harus dilakukan untuk mencari kelainan dalam kavum uteri atau pelvis yang
dapat menimbulkan kedua gejala tersebut. Histeroskopi, histerosalpingogram (HSG),
sonogram transvaginal (TSV), dan laproskopi, semuanya dapat digunakan untuk
evaluasi. Pengobatak ditujukan untuk memperbaiki keadaan yang mendasarinya.
Perbedaan karakteristik dari disminore primer dan disminore sekunder :

Disminore Primer Disminore Sekunder


Usia (tahun) 16-25 30-45
Onset nyeri Hanya saat menstruasi Nyeri biasanya meningkat
(spasmdik) melalui fase luteal akhir
kongestif
Patofisilogi - Kelebihan vasopresin Gangguan yang
prostaglandin mendasarinya
- Leukotrienes
Gejala - Biasanya self-limitting Terkait dengan fitur lain
terjadi selama 1-3 hari yang terkait dengan
menstruasi penyakit yang mendasari
- Merespon terhadap tahan terhadap masa COCP
COCP dan NSAIDs dan NSAIDs seringkali
dengan periode normal berat
atau kurang
Tanda Tidak biasa Tergantung pada
penyebabnya tapi mungkin
termasuk uterus yang
tender, membesar, tetap,
retrovert dengan nyeri tekan
adneksa dan massa

Dalam bukunya Beckmen (2010) etiologi dari dismenore primer disebabkan oleh
kelebihan prostaglandin diproduksi di endometrium. Produksi prostaglandin dalam rahim
biasanya meningkat disebabbkan oleh progesteron biasanya terjadi di awal menstruasi.
Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan struktur atau proses penyakit yang
terjadi di luar uterus, dalam dinding rahim, atau dalam rongga rahim. Penyebab umum
dismenore sekunder termasuk endometriosis (adanya ektopik luar jaringan endometrium
rahim), adenomiosis (Adanya jaringan endometrium ektopik dalam miometrium),
perlengketan, penyakit radang panggul, dan leiomyomata (fibroid rahim).
Nyeri pada disminore juga dapat dibagi menjadi beberapa bagian, berdasarkan
gradenya :

0 : Tidak disminore

1 : Nyeri ringan, aktivitas sedikit terganggu, jarang membutuhkan obat,


namun jika obat dikonsumsi dapat efektif mengurangi nyeri

2 : Nyeri sedang, aktivitas terganggu, membutuhkan obat, dan obat tersebut


efektif mengurangi nyeri

3 : Nyeri hebat, mengganggu sebagian besar aktivitas, membutuhkan obat,


tapi obat jarang efektif dalam mengurangi rasa nyeri

( Reece & Barberie, 2009)

3. Faktor yang mempengaruhi disminore


a. Status Gizi
Status gizi merupakan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Gizi adalah
suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi, transfortasi, penyimpanan, metabolism dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi. Status
gizi dikatakan baik apabila nutrisi yang diperlukan baik lemak, protein, karbohidrat,
mineral, vitamin maupun air yang digunakan oleh tubuh sesuai kebutuhan.
b. Usia menarche
Menarche adalah haid pertama yang terjadi, yang merupakan ciri khas kedewasaan
seorang wanita yang sehat dan tidak hamil (Paath, 2008 dalam Fitriana, 2013).
Menurut Proverawati (2009) dalam Fitriana (2013), usia menarche berlaku pada
kisaran usia 12 – 13 tahun atau akhil baligh dalam bahasa agama. Proses menstruasi
bermula sekitar usia 12 -13 tahun walaupun ada yang lebih cepat sekitar usia 9 tahun
dan selambatlambatnya berusia 16 tahun. Salah satu faktor resiko terjadinya
dismenore primer adalah mentruasi pertama (menarche) pada usia yang amat dini 9
(earlier age at menarche). Telah mencatat faktor resiko pada dismenore primer antara
lain usia saat mentruasi pertama < 12 ahun (sulistyowati, 2009 dalam Fitriana, 2013).
c. Keadaan psikologis
Menurut Nasution (2008) dalam Fitriana (2013) ada tiga faktor psikologis yang
terlibat disini, yaitu :
1) Perceived control, yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai stresor itu
sendiri.
2) Learned helpness, yaitu reaksi tidak berdaya akibat seringnya mengalami
peristiwa yang yang berada diluar kendalinya. Produk akhirnya adalah
motivaional deficit (menyimpulkan bahwa semua upaya adalah sia-sia), cogntive
deficit (kesulitan mempelajari respon-respon yang dapat membawa hasil yang
positif), dan emotional deficit (rasa tertekan karena melihat ia tidak dapat berbuat
apa-apa dan situasinya tak terkendali lagi).
3) Hadriness, yaitu keberanian dan ketangguhan yang terdiri dari tiga karakteristik :
a) Keyakinan bahwa seseorang dapat mengendalikan atau mempengaruhi apa
yang terjadi padanya
b) Komitmen, keterlibatan dan makna pada apa yang dilakukan dari hari demi
harii
c) Fleksibel untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, seolah-olah
perubahan merupakan tantangan untuk pertumbuhannya.
d. Gaya hidup Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kazama (2015) yang termasuk
kedalam faktor-faktor yang mempengaruhi dismenore dalam gaya hidup adalah pola
makan, pola tidurdan aktivitas fisik. Hasil penelitiannya adalah kurang tidur

4. Patofisiologi
a. Dismenorea primer
Dismenorea primer (primary dysmenorrhea) biasanya terjadi dalam 6-12 bulan
pertama setelah menarche (haid pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (regular
ovulatory cycle) ditetapkan/ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang
terkelupas (sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan
iskemia uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar
prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita
dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama
selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset
terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin
F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat (a potent myometrial
stimulant) dan vasoconstrictor, yang ada di endometrium sekretori (Willman, 1976).
Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung
pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin (prostaglandin mediated).
Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan kontraksi uterus yang
memanjang (prolonged uterine contractions) dan penurunan aliran darah ke miometrium.
Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan endometrium (endometrial
fluid) wanita dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri (Helsa,
1992; Eden, 1998).
Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase
folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama
menstruasi (Speroff, 1997; Dambro, 1998). Peningkatan prostaglandin di endometrium
yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan
peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan (Dawood, 1990).
Leukotriene juga telah diterima (postulated) untuk mempertinggi sensitivitas nyeri
serabut (pain fibers) di uterus (Helsa, 1992). Jumlah leukotriene yang bermakna
(significant) telah dipertunjukkan di endometrium wanita dengan dismenorea primer
yang tidak berespon terhadap pengobatan dengan antagonis prostaglandin (Demers,
1984; Rees, 1987; Chegini, 1988; Sundell, 1990; Nigam, 1991). Hormon pituitari
posterior, vasopressin, terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mereduksi
(mengurangi) aliran darah uterus, dan nyeri (pain) pada penderita dismenorea primer
(Akerlund, 1979). Peranan vasopressin di endometrium dapat berhubungan dengan
sintesis dan pelepasan prostaglandin.

b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah
menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah
tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan
prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by
definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada.
Penyebab yang umum termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis,
polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan
kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006) mengemukakan
sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder.
Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea
sekunder :
a. Endometriosis
b. Pelvic inflammatory disease
c. Tumor dan kista ovarium
d. Oklusi atau stenosis servikal
e. Adenomyosis
f. Fibroids
g. Uterine polyps
h. Intrauterine adhesions
i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)
j. Intrauterine contraceptive device
k. Transverse vaginal septum
l. Pelvic congestion syndrome
m. Allen-Masters syndrome

5. Gambaran Klinis
terdapat faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya dismenorea
yang berat (severe episodes of dysmenorrhea) :
1. Menstruasi pertama pada usia amat dini (earlier age at menarche)
2. Periode menstruasi yang lama (long menstrual periods)
3. Aliran menstruasi yang hebat (heavy menstrual flow)
4. Merokok (smoking)
5. Riwayat keluarga yang positif (positive family history)
6. Pemeriksaan Dignostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan dismenore
adalah :
a. Tes laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap : normal.
2) Urinalisis : normal
b. Tes diagnostic tambahan
1) Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis yang lain.

7. Therapi
Therapi diberikan berdasarkan klasifikasi dismenore. Pada nyeri primer diberikan
agen antiinflamasi nonsteroid, yang menyekat sistensis prostaglandin melaluo
penghambatan enzim siklooksigenase, misalnya : ibuprofen (Motrin), naproxen, alleve,
Anaprox, Naproxyn, dan as. Mefenamat (ponstel).
Dengan pemberian obat-obatan ini biasanya wanita akan mengalami efek samping
pada gastrointestinal. Kontra indikasi obat-obatan ini adalah pada wanita dengan alergi,
riwayat ulkus peptikum, sensitive terhadap aspirin, asma dan terjadinya kehamilan.
(Brunner & Suddarth, 2002) terapi akan baik bila dilaksanakan sebelum gejala menstruasi
sampai gejala berkurang. Dapat juga diberikan kontrasepsi oral, yang berfungsi
menghambat prostaglandin endometrium oleh progesterone. Obat-obatan ini akan
menurunkan jumlah menstruasi sehingga menurunkan konsentrasi prostaglandin. (Price,
2002). Pemberian analgesic sebelum kram mulai, juga dapat mengurangi rasa nyeri.
Aspirin, inhibitor prostaglandin ringan juga dapat di berikan sesuai dosis, biasanya
dianjurkan setiap 4 jam.
Sedangkan, tindakan yang dapat dilakukan untuk nyeri sekunder adalah
mengobati penyakit yang mendasarinya.

Primer Sekunder
Gejala Kram dan disertai gejala sistemik Nyeri, yang terjadi beberapa
yang berlangsung sebelum awitan hari sebelum awitan, pada
sampai 2 – 3 hari setelah awitan ovulasi, dan pada saat
pada wanita melakukan hubungan
seksual
Penyebab Produksi prostaglandin yang berlebih Adanya penyakit patologis
yang mendasari
Penanganan Antiprostaglandin, latihan dan Evaluasi dan pengobatan
kontrasepsi oral untuk penyebab yang
spesifik (penyakitnya)
(Brunner & Suddarth, 2002)

8. Penatalaksanaan
Pada dismenorea primer, penyebab rasa nyaman dijelaskan dan pasien
ditenangkan bahwa menstruasi adalah fungsi normal dari sistem reproduktif. Jika pasien
muda dan ditemani ibunya, ibunya juga harus ditenangkan dan diberikan pengetahuan
mengenai hal ini.
Banyak anak perempuan yang menduga bahwa mereka akan mengalami periode
haid yang sangat menyakitkan apabila ibu mereka mengalaminya juga. Keram yang tidak
nyaman dapat diatasi jika kecemasan dan kekawatiran terhadap signifikansi gejala
tersebut dijelaskan secara adekuat. Gejala biasanya menghilang dengan medikasi yang
sesuai.
Pasien dianjurkan untuk melakukan aktivitas normalnya dan untuk meningkatkan
latihan fisik karena latihan memberikan dasar neurofisiologis untuk peredaan.
Terapi lain yang bisa dilakukan misalnya :
1. Therapi kompres hangat : Kompres hangat ditujukan agar memperlancar sirkulasi
darah, mengurangi rasa sakit, memperlancar pengeluaran cairan, merangsang
peristaltik usus dan memberikan rasa nyaman klien.
2. Therapy Relaksasi Progresif :
a. Tarik nafas, arahkan nafas ke ujung kaki dan relaksasikan bagian tersebut.
Arahkan nafas ke telapak kaki dan tumit dan relaksasikan bagian tersebut,
kemudian hembuskan
b. Tarik nafas, arahkan nafas ke otot kaki bagian bawah dari tumit ke lutut dan
relaksasikan. Pertama kaki kiri kemudian kaki kanan. Hembuskan nafas, rasakan
relaksasi dari ujung kaki ke atas.
c. Tarik nafas, arahkan nafas ke bokong dan panggul kemudian relaksasikan.
Hembuskan nafas.
d. Tarik nafas arahkan ke perut dan otot pinggang, relaksasikan dan hembuskan.
e. Tarik nafas arahkan ke dada dan otot punggung, relaksasikan dan hembuskan
nafas.
f. Tarik nafas arahkan ke bahu, tangan dan ujung jari, relaksasikan dan hembuskan
nafas.
g. Tarik nafas arahkan ke otot dahi, pipi, alis dan rahang. Biarkan rahang turun,
rasakan kenyamanan saat otot tersebut relaksasi. Biarkan perasaan relaksasi ini
menyebar ke otot leher, tenggorokan dan lidah, hembuskan nafas.
h. Bernafaslah secara perlahan dan teratur dalam latihan.
3. Imagery Guided

Merupakan kegiatan yang menggunakan imajinasi untuk menciptakan gambaran


mental yang serealistik mungkin dari keadaan atau perilaku baru yang ingin kita
bentuk. Secara berkala kegiatan difokuskan pada perhatian tentang gambaran mental
tersebut, sehingga diharapkan akhirnya dapat menjadi kenyataan. Sebaiknya
dilakukan di pagi hari dan hari yang sama (bila dilakukan sesaat setelah bangun tidur
pagi hari, akan mengangkat semangat sepanjang hari). Sebaiknya dilakukan 2 kali
sehari, selama 5-15 menit. Dilakukan dengan posisi duduk tegak dan usahakan posisi
yang nyaman, boleh dilakukan dengan posisi duduk di lantai dengan punggung
bersandar pada dinding atau duduk di kursi dengan kaki di lantai dan kedua tangan
diletakkan di paha atau di lutut. Rilekskan tubuh dan fikiran sedalam mungkin
sehingga fokus perhatian dapat dilakukan secara penuh tertuju pada gambaran mental
yang ingin diciptakan.
4. Yoga
Yoga dipercaya sangat efektif mengurangi cairan yang menumpuk di bagian
pinggang yang menyebabkan nyeri haid, lakukan latihan yoga sekitar 30 menit
dengan kombinasi gerakan dan nafas dalam ( tehnik relaksasi progresif) sebagai
berikut:
a. Duduk dengan posisi kedua tangan diletakkan di atas kaki.
b. Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang (lakukan selama 2
menit)
c. Posisi telentang, kaki ditekuk, kedua tangan melingkar di atas kepala, lakukan
selama 2 menit.
d. Posisi duduk bersila, kedua tangan memegang jari kaki, lakukan selama 1 menit.
e. Posisi kaki kiri ditekuk, kaki kanan diluruskan, badan membungkuk dengan kedua
tangan ke arah kaki kanan sambil mencium lutut kanan, lakukan selama 2 menit.
Selanjutkan ganti ke posisi berlawanan.
f. Posisi kedua kaki diluruskan, badan membungkuk mencium kedua lutut, tangan
memegang kedua jari kaki, lakukan selama 2 menit.
g. Posisi duduk dengan kedua kaki dibuka lebar, tangan dan badan sujud ke depan,
lakukan selama 2 menit.
h. Posisi tengkurap dengan badan ditengadakan keatas, tumpuan pada kedua lengan,
lakukan selama 2 menit.
i. Posisi duduk dengan kaki kiri diluruskan, kaki kanan ditekuk dan dipegang tangan
kiri, badan memutar kearah belakang, lakukan selama 3 menit
j. Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang, lakukan selama 2 menit.
k. Posisi telentang, kedua kaki diangkat ke atas, kedua tangan diatas kepala
melingkar, lakukan selama 3 menit.
l. Posisi telentang dengan kedua kaki dibuka, kedua tangan diletakkan disamping
badan, posisi rileks, lakukan selama 5-10 menit.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Biodata klien
Umur : pasien berada dalam usia masa menstruasi
Pendidikan      : pendidikan pasien sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan
pasien mengenai menstruasi
Pekerjaan        : pekerjaan pasien (kegiatan rutinitas pasien) juga mempengaruhi
terjadinya gangguan menstruasi
b. Alasan MRS
Keluhan utama :
Merasakan nyeri yang berlebihan ketika haid pada bagian perut disertai dengan mual
muntah, pusing dan merasakan badan lemas.
c. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus
haid.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai
saat ini atau kambuh berulang–ulang
e. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang pasien alami.

Pola Kebutuhan Dasar (Gordon)


a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau kurangnya
informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada umumnya klien dengan dismenorre mengalami penurunan nafsu makan,
frekuensi minum klien juga mengalami penurunan.
c. Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun
begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola
eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya,
warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Klien dengan disminorre mengalami nyeri pada daerah perut sehingga pola tidur klien
menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum)
e. Pola Aktivitas
Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan disminorre di anjurkan
untuk istirahat.
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien tidak akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena
klien tidak harus menjalani rawat inap.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau kurangnya
informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore.
h. Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien Dismenore, daya rabanya tidak terjadi gangguan, sedangkan pada indera
yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami
gangguan. Namun timbul rasa nyeri pada perut bagian bagian bawah.
i. Pola Reproduksi Seksual
Kebiasaan penggunaan pembalut sangat mempengaruhi terjadinya gangguan
menstruasi.
j. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien Dismenore timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu mengenai
adanya kelainan pada sistem reproduksinya.
k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien Dismenore tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik
terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan
keterbatasan gerak klien.

l. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :
1) Kepala : Pemeriksaan konjungtiva, pemeriksaan membrane mukosa bibir
2) Dada :
Paru : peningkatan frekuensi nafas
Jantung : Peningkatan denyut jantung
3) Payudara dan ketiak : Adanya nyeri pada payudara
4) Abdomen : Nyeri pada bagian bawah abdomen, kaji penyebab nyeri, Kualitas
nyeri, Region nyeri, Skala Nyeri, Awitan terjadinya nyeri, sejak kapan dan berapa
lama
5) Genetalia : Kaji siklus menstruasi pasien
6) Integumen : kaji turgor kulit

2. Diagnosa
a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
c. Ansietas b/d ancaman terhadap konsep diri
3. Intervensi dan Implementasi keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri akut b/d agen pencedera Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I. 08238)
fisiologis (D.0077) (L.08066)
1. Observasi
1. Keluhan nyeri  Lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
DEFINISI menurun
 Identifikasi skala nyeri
Pengalaman sensorik atau 2. Meringis menurun  Identifikasi respon nyeri non
emosional yang berkaitan dengan verbal
3. Sikap protegtif  Identifikasi faktor yang
kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset menurun memperberat dan memperingan nyeri
mendadak atau lambat dan  Identifikasi pengetahuan dan
4. Gelisah menurun keyakinan tentang nyeri
berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 5. Kesulitasn tidur  Identifikasi pengaruh budaya
bulan. terhadap respon nyeri
menurun  Identifikasi pengaruh nyeri
PENYEBAB 6. Berfokus pada diri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
1. Agen pencedera fisiologis sendiri menurun komplementer yang sudah diberikan
(mis. Inflamasi, iskemia, 7. Ketegangan otot  Monitor efek samping
neoplasma) penggunaan analgetik
2. Agen pencedra kimiawi menurun 2. Terapeutik
(mis. Terbakar, bahan kimia 8. Muntan menurun  Berikan teknik
iritan) nonfarmakologis untuk mengurangi
3. Agen pencidra fisik (mis. 9. Mual menurun rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
Abses, trauma, amputasi, 10. Frekuensi nadi akupresur, terapi musik, biofeedback,
terbakar, terpotong, terapi pijat, aroma terapi, teknik
mengangkat berat,prosedur membaik imajinasi terbimbing, kompres
operasi,trauma, latihan fisik hangat/dingin, terapi bermain)
11. Pola nafas
berlebihan  Control lingkungan yang
membaik memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
12. Tekanan darah
 Fasilitasi istirahat dan tidur
membaik  Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan strategi
13. Fokus membaik
meredakan nyeri
14. Nafsu makan 3. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode,
membaik
dan pemicu nyeri
15. Pola tidur  Jelaskan strategi meredakan
nyeri
membaik  Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Pemberian Analgetik (I.08243)

1. Observasi
 Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas,
lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat alergi
obat
 Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
 Monitor efektifitas analgesik
2. Terapeutik
 Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
 Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk mengoptimalkan
respon pasien
 Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic dan efek yang
tidak diinginkan
3. Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik, sesuai indikasi

2 Intoleransi Aktivitas (D.0056) Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I. 05178)


Definisi :
Meningkat (L.05047)
Ketidakcukupan energi untuk 1. frekuensi nadi
melakukan aktivitas sehari-hari 1. Observasi
meningkat
 Identifkasi gangguan fungsi
PENYEBAB 2. kemudahan dalam tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan
 Ketidak seimbangan melakukan
emosional
antara suplai dan kebutuhan aktivitas sehari-  Monitor pola dan jam tidur
oksigen  Monitor lokasi dan
 Tirah baring hari meningkat
ketidaknyamanan selama melakukan
 Kelemahan 3. kecepatan berjalan aktivitas
 Imobilitas 2. Terapeutik
 Gaya hidup monoton meningkat
 Sediakan lingkungan nyaman
4. kekuatan tubuh dan rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
bagian atas
 Lakukan rentang gerak pasif
meningkat dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi
5. kekuatan tubuh
yang menyenangkan
bagaian bawah  Fasilitas duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah atau
meningkat
berjalan
6. keluhan lelah 3. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
menurun
 Anjurkan melakukan aktivitas
7. perasaan lemah secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
menurun
perawat jika tanda dan gejala
8. tekanan darah kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk
membail
mengurangi kelelahan
9. frekuensi nafas 4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
membaik
tentang cara meningkatkan asupan
makanan

Terapi Aktivitas (I.05186)

1. Observasi
 Identifikasi deficit tingkat
aktivitas
 Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivotas tertentu
 Identifikasi sumber daya
untuk aktivitas yang diinginkan
 Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas
 Identifikasi makna aktivitas
rutin (mis. Bekerja) dan waktu luang
 Monitor respon emosional,
fisik, social, dan spiritual terhadap
aktivitas
2. Terapeutik
 Fasilitasi focus pada
kemampuan, bukan deficit yang
dialami
 Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi danrentang
aktivitas
 Fasilitasi memilih aktivitas
dan tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan social
 Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
 Fasilitasi makna aktivitas
yang dipilih
 Fasilitasi transportasi untuk
menghadiri aktivitas, jika sesuai
 Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasikan aktivitas
yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas fisik rutin
(mis. Ambulansi, mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai kebutuhan
 Fasilitasi aktivitas pengganti
saat mengalami keterbatasan waktu,
energy, atau gerak
 Fasilitasi akvitas motorik
kasar untuk pasien hiperaktif
 Tingkatkan aktivitas fisik
untuk memelihara berat badan, jika
sesuai
 Fasilitasi aktivitas motorik
untuk merelaksasi otot
 Fasilitasi aktivitas dengan
komponen memori implicit dan
emosional (mis. Kegitan keagamaan
khusu) untuk pasien dimensia, jika
sesaui
 Libatkan dalam permaianan
kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
 Tingkatkan keterlibatan
dalam aktivotasrekreasi dan
diversifikasi untuk menurunkan
kecemasan ( mis. Vocal group, bola
voli, tenis meja, jogging, berenang,
tugas sederhana, permaianan
sederhana, tugas rutin, tugas rumah
tangga, perawatan diri, dan teka-teki
dan kart)
 Libatkan kelarga dalam
aktivitas, jika perlu
 Fasilitasi mengembankan
motivasi dan penguatan diri
 Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
 Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
 Berikan penguatan positfi
atas partisipasi dalam aktivitas
3. Edukasi
 Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari-hari, jika perlu
 Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
 Anjurkan melakukan aktivitas
fisik, social, spiritual, dan kognitif,
dalam menjaga fungsi dan kesehatan
 Anjurka terlibat dalam
aktivitas kelompok atau terapi, jika
sesuai
 Anjurkan keluarga untuk
member penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan terapi
okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika
sesuai
 Rujuk pada pusat atau
program aktivitas komunitas, jika
perlu

3. Ansietas b/d ancaman terhadap Tingkat ansietas Resuksi Ansietas (I.09314)


konsep diri (L.09093) 1. Observasi
1. Variabel khawatir  Identifikasi saat tingkat ansietas
Definisi : berubah
akibat kondisi yang
Kondisi emosi dan pengalaman  Identifikasi kemampuan mengambil
di hadapi menurun keputusan
subjektif individu terhadap objek  Monitor tanda-tanda ansietas
2. Perilaku gelisah
yang tidak jelas dan spesifik
menurun 2. Terapeautik
akibat antisipasi bahaya yang
3. Perilaku tegang  Ciptakan suasana terapeautik untuk
memungkinkan individu menumbuhkan kepercayaan
menurun
melakukan tindakan untuk  Temani pasien untuk mengurangi
4. Anoreksia menurun kecemasan
menghadapi ancaman
5. Frekuensi  Pahami situasi yang membuat ansietas
Penyebab :
pernapasan  Dengarkan dengan penuh perhatian
1. Krisis situasional  Gunakan pendekatan yang tenang dan
menurun
2. Kebutuhan tidak terpenuhi meyakinkan
6. Tekanan darah  Motivasi mengidentivikasi situasi
3. Krisis maturasional
menurun yang memicu kecemasan
4. Ancaman terhadap konsep 3. Edukasi
7. Pucat menurun
diri  Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
8. Tremor menurun
5. Ancaman terhadap kematian yang mungkin dialami
9. Konsentrasi  Anjurkan keluarga tetap bersama
6. Kekhawatiran mengalami pasien
membaik
kegagalan  Anjurkan melakukan kegiatan yang
10. Pola tidur membaik tidak kompetitif
7. Disfungsi sistem keluarga  Anjurkan mengungkapkan perasaan
11. Kontak mata
8. Hubungan orang tua-anak dan presepsi
membaik  Latih kegiatan untuk pengalihan
tidak memuaskan ketegangan
9. Faktor keturunan  Latih teknik relaksasi
10. Penyalahgunaan zat 4. Kolaborasi
11. Terpapar bahaya lingkungan  Kolaborai pemberian obat ansietas
12. Kurang terpapar informasi Terapi Relaksasi (I.09326)
1. Observasi
 Identifikasi penurunan tingkat nergi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
 Identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
 Identifikasi kesediaan, kemampuan,
dan penggunaan teknik sebelumnya
 Monitor respon terhadap terapi
relaksasi

2. Terapeautik
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan
tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruangan yang nyaman
 Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
 Gunakan pakaian yang longgar
 Gunakan nada suara yang lembut
dengan irama yang lambat
 Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang digunkan
 Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil posisi yang
nyaman
 Anjurkan pasien rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
 Anjurkan pasien sering ngulangi atau
melatih teknin yang dipilih
 Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi
LAPORAN KASUS
SIKLUS KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. S DENGAN DISMINORE

ZIQNI ILMA AL WASI

PROGRAM B PRODI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS

2021
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA MASALAH GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

I. PENGKAJIAN
Hari/ tanggal : ..................................
Oleh : ...............................................

A. Identitas Pasien Penanggung Jawab :


Nama : Nn. S Nama : Ny. L
Umur : 18 Tahun Umur : 49 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Komplek Bumi Bunda Persada Alamat : Kmp. Bumi Bunda Persada
Tanggal masuk RS :
Tanggal Pengkajian : 08 Februari 2021

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nn. S saat ini mengeluh perut sakit dibagian bawah sampai pinggang,

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 8 Februari 2021, pasien mengatakan saat ini
sedang menstruasi hari pertama, pasien mengatakan selalu nyeri ketika akan menstruasi dan
satu hari setelah menstruasi, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti mual, melilit,
dan terasa seperti ditusuk tusuk pada perut bagian bawah sampai pinggang, ketika menstruasi
pasien selalu membatasi aktivitas yang berlebihan dikarenakan nyeri, pengkajian nyeri
menggunakan numeric scale didapatkan skala nyeri pasien 6-7. Pasien mengatakan nyeri yang
dirsakan sampai membuat pasien tidak sanggup berjalan. Pasien mengatakan cemas akan
kondisinya
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan nyeri menstruasi mulai terasa pada saat pasien berada di bangku SMP.
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit akibat nyeri menstruasi. Namun pasien pernah
dirawat dengan penyakit DBD

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan dalam keluarga ibu pasien juga mengalami nyeri pada saat menstruasi.
Pasien mengatakan ayah pasien menderita hipertensi

5. Riwayat Obstetri sebelumnya


Pasien pernah melakukan pemeriksaan di rumah sakit.

6. Riwayat Menstruasi
Pasien mendapat menarche pada usia 15 tahun, siklus menstruasi 28 hari, menstruasi selama
6-7 hari dengan frekuensi ganti duk 5-6 x sehari untuk hari pertama. Selanjutnya hari ke dua
4-5 x sehari dan hari selanjutnya hanya 3-4 kali ganti duk. Darah menstruasi berwarna merah
kehitaman, pada hari 1-3 darah sering terlihat seperti gumpalan darah.

7. Riwayat KB
Pasien masih gadis, tidak pernah memakai alat kontrasepsi

C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda-tanda vital :
TD : 120/90 Nafas : 20x/i
Nadi : 95 x/i Suhu : 36,80C
c. Pengukuran Antropometri :
TB : 163 cm
BB : 54 kg
IMT : 20,32
d. Pemeriksaan Head to Toe :
1) Kepala : bentuk kepala simetris, tidak ada luka, tidak teraba benjolan
2) Rambut : pasien memakai jilbab
3) Mata : bentuk simetris,sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
4) Hidung : bentuk hidung simetris
5) Telinga : Paien memakai jilbab
6) Mulut dan tenggorokkan: mukosa bibir lembab
7) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjeng tiroid dan tidak terdapat kaku kuduk
8) Wajah : ekspresi wajah sedang menahan nyeri atau menyeringit
9) Dada dan thorax :
a) Paru-paru :
o Inspeksi : simetris kiri dan kanan
o Palpasi : vocal fremitus kiri dan kanan sama
o Perkusi : tympani
o Auskultasi : suara nafas vesikuler
b) Jantung
o Inspeksi : ictus tidak terlihat
o Palpasi : ictus tidak teraba
o Perkusi : pekak
o Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan II lup-dup
10) Abdomen
o Inspeksi : bentuk simetris
o Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan
o Perkusi : timpani
o Auskultasi : Bising usus 14 permenit
11) Eksremitas atas/bawah
o Papasi : capillary refill < 2 detik, tidak terdapat edema,
e. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan nyeri menstruasi yang dirasakan pasien pertama kali pada saat
pasien berada di bangku SMP, selama ini jika nyeri menstruasi muncul pasien akan
Mengkonsumsi jahe dan madu serta ditambah dengan istirahat
2) Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum menstruasi pasien makan 3x dalam sehari dan minum 6-8 gelas air putih/hari,
tetapi pada saat nyeri menstruasi datang pasien mengatakan bahwa pola makan sangat
terganggu karena pasien merasa mual dan muntah.
3) Pola eliminasi
Pasien mengatakan BAB sekali sehari, dengan konsistensi lunak, BAK 5-6 x/hari tidak
ada nyeri BAK, tidak ada hemoroid
4) Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan pada saat pasien merasakan nyeri haid pola tidur dan istirahat
pasien akan terganggu karna nyeri yang dirasakan
5) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasein mengatakan nyeri pada skala 6-7 dengan memakai numeric scale, nyeri
dirasakan di daerah perut bawah, bertambah parah kalau pasien beraktifitas berlebih,
nyeri terjadi hilang timbul, nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk. Nyeri berlangsung
selama 5-6 jam dan akan hilang setelah psien beristirahat
6) Persepsi dan konsep diri
Status mental pasien sadar, bicara normal, memakai bahasa Indonesia, tidak terdapat
gangguan penglihatan dan pendengaran. Hal yang difikirkan pasien saat ini adalah
cemas terhadap kondisi penyakitnya,
7) Pola hubungan dengan orang lain
Selama ini pasein mengatakan selalu berinteraksi dengan baik dengan teman, keluarga
dan tetangganya.
8) Pola reproduksi dan seksual
Pasien belum menikah, belum memakai alat kb, tidak pernah paps smear, tidak
menderita keputihan
9) Pola mekanisme koping
Pasien mengatakan semua kebutuhan sehari-hari masih tergantung orang tua, pasien
masih sekolah dan belum bekerja. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obat
penghilang stress.
10) Pola nilai dan keyakinan
Pasien beragama islam, dan rutin melaksanakan ibadah sholat 5 waktu, dan mengaji.

f. Data Penunjang
1) Radiologi (rontgen)
2) Pemeriksaan diagnostik (USG, Patologi antomi/PA)
3) Laboratorium : darah, sekret, sputum, cairan mani

D. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Agen pencedera Nyeri Akut
P : Pasien mengatan nyeri ketika sebelum dan fisiologis
selama menstruasi pada hari pertama. Nyeri
terasa 5-6 jam dan akan hilang jika pasien
beristirahat. Klien mengatakan nyeri akan
diperparah karena pasien kelelahan, kurang
tidur, kurang olah raga teratur 1 minggu
sebelu, haid
Q : Pasien mengatan nyeri seperti di tusuk tusuk
R :Pasien mengatan nyeri di daerah perut bawah
sampai ke pinggang
S : Pasien mengatkan skala nyeri 6-7 dengan
memakai numeric scale
T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul, nyeri
bertambah jika pasien beraktifitas berlebih
- Pasien mengatakan membatasi aktivitas fisik
ketika mentruasi
DO:
- Pasien tampak meringis
- Tampak gelisah
- TD : 120/90 mmHg
- N : 95x/i
- RR : 20 x/i
- Suhu : 36,80C
2. DS : Kelemahan Intoleransi
- Pasien mengatakan lemah saat melakukan aktifitas
aktivitas
DO :
- Pasien tampak pucat
- TD : 120/90 mmHg
- N : 95x/i
3. DS: Ancaman Ansietas
- Pasien mengatakan bahwa khawatir dengan terhadap konsep
nyeri mesntruasi yang dirasakan diri
- Pasien mengatakan sulit berkonsentrasi akibat
nyeri menstruasi
DO:
- Pasien tampak gelisah
- Pasien sering bertanyadengan kondisi yang
dialaminya
E. Perencanaan Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri akut b/d agen pencedera Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I. 08238)
fisiologis (D.0077) 16. Keluhan nyeri menurun 5. Observasi
17. Meringis menurun  Lokasi, karakteristik,
DEFINISI 18. Sikap protegtif menurun durasi, frekuensi, kualitas,
Pengalaman sensorik atau 19. Gelisah menurun intensitas nyeri
emosional yang berkaitan dengan 20. Kesulitasn tidur menurun  Identifikasi skala
kerusakan jaringan aktual atau 21. Berfokus pada diri sendiri nyeri
fungsional, dengan onset menurun  Identifikasi respon
mendadak atau lambat dan 22. Ketegangan otot menurun nyeri non verbal
berintensitas ringan hingga berat 23. Muntan menurun  Identifikasi faktor
yang berlangsung kurang dari 3 24. Mual menurun yang memperberat dan
bulan. 25. Frekuensi nadi membaik memperingan nyeri
PENYEBAB 26. Pola nafas membaik  Identifikasi
4. Agen pencedera fisiologis 27. Tekanan darah membaik pengetahuan dan keyakinan
(mis. Inflamasi, iskemia, 28. Fokus membaik tentang nyeri
neoplasma) 29. Nafsu makan membaik  Identifikasi
5. Agen pencedra kimiawi 30. Pola tidur membaik pengaruh budaya terhadap
(mis. Terbakar, bahan kimia respon nyeri
iritan)  Identifikasi
6. Agen pencidra fisik (mis. pengaruh nyeri pada kualitas
Abses, trauma, amputasi, hidup
terbakar, terpotong,  Monitor
mengangkat berat,prosedur keberhasilan terapi
operasi,trauma, latihan fisik komplementer yang sudah
berlebihan diberikan
 Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
6. Terapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Control lingkungan
yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
7. Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian analgetik, jika
perlu
Pemberian Analgetik (I.08243)
5. Observasi
 Identifikasi
karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas,
lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
 Identifikasi riwayat
alergi obat
 Identifikasi
kesesuaian jenis analgesik
(mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan
nyeri
 Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
 Monitor efektifitas
analgesik
6. Terapeutik
 Diskusikan jenis
analgesik yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal,
jika perlu
 Pertimbangkan
penggunaan infus kontinu,
atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
 Tetapkan target
efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon
pasien
 Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesic dan efek yang tidak
diinginkan

7. Edukasi
 Jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
8. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi
2 Intoleransi Aktivitas (D.0056) Toleransi Aktivitas Meningkat Manajemen Energi (I. 05178)
Definisi : (L.05047) 5. Observasi
Ketidakcukupan energi untuk 1. frekuensi nadi meningkat  Identifkasi gangguan
melakukan aktivitas sehari-hari 2. kemudahan dalam fungsi tubuh yang
PENYEBAB melakukan aktivitas mengakibatkan kelelahan
 Ketidak seimbangan sehari-hari meningkat  Monitor kelelahan
antara suplai dan kebutuhan 3. kecepatan berjalan fisik dan emosional
oksigen meningkat  Monitor pola dan
 Tirah baring 4. kekuatan tubuh bagian jam tidur
 Kelemahan atas meningkat  Monitor lokasi dan
 Imobilitas 5. kekuatan tubuh bagaian ketidaknyamanan selama
 Gaya hidup monoton bawah meningkat melakukan aktivitas
6. keluhan lelah menurun 6. Terapeutik
7. perasaan lemah menurun  Sediakan lingkungan
8. tekanan darah membail nyaman dan rendah stimulus
9. frekuensi nafas membaik (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
 Lakukan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas
distraksi yang menyenangkan
 Fasilitas duduk di
sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
7. Edukasi
 Anjurkan tirah
baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
 Anjurkan
menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
 Ajarkan strategi
koping untuk mengurangi
kelelahan
8. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Terapi Aktivitas (I.05186)
5. Observasi
 Identifikasi deficit
tingkat aktivitas
 Identifikasi
kemampuan berpartisipasi
dalam aktivotas tertentu
 Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas yang
diinginkan
 Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
 Identifikasi makna
aktivitas rutin (mis. Bekerja)
dan waktu luang
 Monitor respon
emosional, fisik, social, dan
spiritual terhadap aktivitas

6. Terapeutik
 Fasilitasi focus pada
kemampuan, bukan deficit
yang dialami
 Sepakati komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi danrentang
aktivitas
 Fasilitasi memilih
aktivitas dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan social
 Koordinasikan
pemilihan aktivitas sesuai
usia
 Fasilitasi makna
aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi
transportasi untuk
menghadiri aktivitas, jika
sesuai
 Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasikan
aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas
fisik rutin (mis. Ambulansi,
mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
 Fasilitasi aktivitas
pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energy,
atau gerak
 Fasilitasi akvitas
motorik kasar untuk pasien
hiperaktif
 Tingkatkan aktivitas
fisik untuk memelihara berat
badan, jika sesuai
 Fasilitasi aktivitas
motorik untuk merelaksasi
otot
 Fasilitasi aktivitas
dengan komponen memori
implicit dan emosional (mis.
Kegitan keagamaan khusu)
untuk pasien dimensia, jika
sesaui
 Libatkan dalam
permaianan kelompok yang
tidak kompetitif, terstruktur,
dan aktif
 Tingkatkan
keterlibatan dalam
aktivotasrekreasi dan
diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan
( mis. Vocal group, bola voli,
tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana,
permaianan sederhana, tugas
rutin, tugas rumah tangga,
perawatan diri, dan teka-teki
dan kart)
 Libatkan kelarga
dalam aktivitas, jika perlu
 Fasilitasi
mengembankan motivasi dan
penguatan diri
 Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
 Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas sehari-hari
 Berikan penguatan
positfi atas partisipasi dalam
aktivitas
7. Edukasi
 Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-hari, jika
perlu
 Ajarkan cara
melakukan aktivitas yang
dipilih
 Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif, dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
 Anjurka terlibat
dalam aktivitas kelompok
atau terapi, jika sesuai
 Anjurkan keluarga
untuk member penguatan
positif atas partisipasi dalam
aktivitas
8. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
terapi okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program aktivitas,
jika sesuai
 Rujuk pada pusat
atau program aktivitas
komunitas, jika perlu
3. Ansietas b/d ancaman terhadap Tingkat ansietas (L.09093) Resuksi Ansietas (I.09314)
konsep diri 12. Variabel khawatir akibat 5. Observasi
Definisi : kondisi yang di hadapi  Identifikasi saat tingkat
Kondisi emosi dan pengalaman menurun ansietas berubah
subjektif individu terhadap objek 13. Perilaku gelisah menurun  Identifikasi kemampuan
yang tidak jelas dan spesifik 14. Perilaku tegang menurun mengambil keputusan
akibat antisipasi bahaya yang 15. Anoreksia menurun  Monitor tanda-tanda ansietas
memungkinkan individu 16. Frekuensi pernapasan 6. Terapeautik
melakukan tindakan untuk menurun  Ciptakan suasana
menghadapi ancaman 17. Tekanan darah menurun terapeautik untuk
Penyebab : 18. Pucat menurun menumbuhkan kepercayaan
13. Krisis situasional 19. Tremor menurun  Temani pasien untuk
14. Kebutuhan tidak terpenuhi 20. Konsentrasi membaik mengurangi kecemasan
15. Krisis maturasional 21. Pola tidur membaik  Pahami situasi yang
16. Ancaman terhadap konsep 22. Kontak mata membaik membuat ansietas
diri  Dengarkan dengan penuh
17. Ancaman terhadap kematian perhatian
18. Kekhawatiran mengalami  Gunakan pendekatan yang
kegagalan tenang dan meyakinkan
19. Disfungsi sistem keluarga  Motivasi mengidentivikasi
20. Hubungan orang tua-anak situasi yang memicu
tidak memuaskan kecemasan
21. Faktor keturunan 7. Edukasi
22. Penyalahgunaan zat  Jelaskan prosedur, termasuk
23. Terpapar bahaya lingkungan sensasi yang mungkin
24. Kurang terpapar informasi dialami
 Anjurkan keluarga tetap
bersama pasien
 Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan presepsi
 Latih kegiatan untuk
pengalihan ketegangan
 Latih teknik relaksasi
8. Kolaborasi
 Kolaborai pemberian obat
ansietas
Terapi Relaksasi (I.09326)
4. Observasi
 Identifikasi penurunan
tingkat nergi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
 Identifikasi teknik relaksasi
yang pernah efektif
digunakan
 Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
 Monitor respon terhadap
terapi relaksasi

5. Terapeautik
 Ciptakan lingkungan yang
tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruangan yang nyaman
 Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
 Gunakan pakaian yang
longgar
 Gunakan nada suara yang
lembut dengan irama yang
lambat
 Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik
6. Edukasi
 Jelaskan tujuan manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang digunkan
 Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
 Anjurkan mengambil posisi
yang nyaman
 Anjurkan pasien rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
 Anjurkan pasien sering
ngulangi atau melatih teknin
yang dipilih
 Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi
F. Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1 12 Februari Nyeri akut b/d MANAJEMEN NYERI S:
2021 agen Observasi - Klien mengatakan lebih tenang
pencedera  Mengidentifikas dan nyaman
fisiologis i Lokasi, karakteristik, - Klien mengatakan nyerinya
durasi, frekuensi, kualitas, berkurang
intensitas nyeri - Klien mengatakan mendapatkan
 Mengidentifikas ilmu baru untuk mengurangi
i skala nyeri rasa nyeri haid.
 Mengidentifikas - Klien mengatakan mengerti cara
i respon nyeri non verbal dan kapan saja saat yang tepat
 Mengidentifikas untuk dilakukan latihan
i faktor yang memperberat
abdominal stretching dan
dan memperingan nyeri
music klasik
Terapeutik
- O:
 Memberikan teknik
- Klien tampak nyaman
nonfarmakologis untuk
- Klien tampak paham cara
mengurangi rasa nyeri
melakukan terapi
dengan latihan abdominal
nonfarmakologis latihan
stretching dan musik
abdominal stretching dan
klasik
music klasik
 Dokumentasi hasil
- Klien tampak senang saat
pemantauan
dilakukan latihan abdominal
stretching dan music klasik
- Klien tampak antusias
- TD : 110/80 mmHg
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi di lanjutkan
2. 13 Februari Nyeri akut b/d S:
2021 agen - Pasien mengatakan tidak
pencedera merasakan nyeri
fisiologis - Pasien mengatakan dapat
melakukan aktivitas biasa
- Pasien mengtakan sudah
memahami latihan abdominal

stretching dan music klasik


- Pasien mengatakan semoga
dengan teknik ini nyeri dapat
teratasi
O:
- Pasien tampak bergerak dengan
bebas
- Pasien tidak meringis
- Pasien tampak antusias dalam
melakukan teknik latihan
abdominal stretching dan music
klasik
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
No Judul Penulis Metode Hasil Kesimpulan
1 Pengaruh Latihan Mey fidiarti, Quasy Berdasarkan uji statistik Wilcoxon  Tidak terdapat perbedaan
Eksperimen didapatkan bahwa ada perbedaan
Widyoningsih, intensitas nyeri haid pada remaja
Abdominal dengan yang signifikan antara intensitas
Engkartini menggunakan nyeri kelompok intervensi dan putri siswi kelas X di pada
Stretching Dan rancangan non kelompok control. sesudah
kelompok intervensi dan
equivalent kelompok intervensi melakukan
Musik control group / latihan abdominal stretching dan kelompok kontrol sebelum
non randomized musik klasik dalam mengurangi
kelompok intervensi diberikan
Klasik Terhadap control grup skala nyeri dysmenorrhea
pretest-posttest didapatkan hasil p=0,001, dimana latihan abdominal stretching dan
Intensitas Nyeri design. nilai p<0,05. Hasil tersebut
musik klasik.
menunjukkan bahwa ada
Haid Pada perbedaan yang bermakna antara  Terdapat perbedaan intensitas
intensitas nyeri haid pada remaja
putri kelompok intervensi dan nyeri haid pada remaja putri
Remaja Putri
kelompok kontrol sesudah siswi kelas X pada kelompok
kelompok intervensi diberikan
latihan abdominal stretching intervensi dan kelompok kontrol
dan musik klasik setelah kelompok intervensi
diberikan latihan abdominal
stretching dan musik klasik.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ABDOMINAL STRETCHING
EXERCISE

PENGERTIAN Abdominal stretching exercise merupakan salah satu tehnik


relaksasi yang bisa digunakan untuk mengurangi nyeri.
TUJUAN 1. Melatih cara relaksasi saat nyeri haid
2. Menstimulus aliran sistem getah bening
3. Mengurangi kram otot
4. Merelaksasikan otot uterus
5. Meningkatkan hormon endorphin
6. Mengontrol nyeri saat haid
KEBIJAKAN Bidan dan tenaga kesehatan lainnya dapat melakukan sesuai
dengan standar prosedur kerja yang berlaku.
PROSEDUR A.PERSIAPAN ALAT
-Bola

B. PERSIAPAN DIRI
1. Ucapkan Salam
2. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan dan
manfaatnya.
3. Kontrak waktu lamanya latihan senam nyeri haid.

C. PELAKSANAAN
1. Cat stetch
Posisi awal: tangan dan lutut di lantai
a. Punggung di lengkungkan, perut di gerakkan kearah
lantai senyaman mungkin, tegakkan dagu dan mata
melihat lantai, tahan selama 10 detik sambil di hitung
dengan bersuara lalu rilaks.
b. Punggung di gerakkan ke atas dan kepala menunduk
ke lantai, tahan selama 10 detik, sambil di hitung
dengan bersuara, lalu rilaks.

c. Duduk di atas tumit, rentangkan lengan ke depan se


jauh mungkin, tahan selama 20 detik, sambil di
hitung dengan bersuara, lalu rilaks. Latihan ini di
lakukan sebanyak 3 kali.

2. Lower trunk rotation


Posisi awal: berbaring terlentang, lutut di tekuk, kaki
di lantai, kedua tangan di lentangkan ke luar.
a. Putar perlahan lutut ke kanan sedekat mungkin
dengan lantai. Pertahankan bahu tetap di lantai.
Tahan selama 20 detik, sambil di hitung dengan
bersuara.

b. Putar perlahan kembali lutut ke kiri sedekat mungkin


dengan lantai. Pertahankan bahu tetap di lantai.
Tahan selama 20 detik, sambil di hitung dengan
bersuara. Kemudian kembali ke posisi awal. Latihan
di lakukan sebanyak 3 kali.
3. Buttock/hip stretch
Posisi awal: berbaring terlentang, lutut di tekuk.
a. Letakkan bagian luar pergelangan kaki kanan pada
paha kiri diatas lutut.
b. Pegang bagian belakang paha dan tarik kea rah dada
senyaman mungkin tahan selama 20 detik sambil di
hitung dengan bersuara, kemudian kembali ke posisi
awal dan rilaks. Latihan di lakukan sebanyak 3 kali.

4. Corl up
Posisi awal: berbaring terlentang, lutut di tekuk, kaki
di lantai tangan di bawah kepala.
a. Lengkungkan punggung dari lantai dan dorong ke
arah langit langit. Tahan selama 20 detik, sambil di
hitung dengan bersuara.

b. Ratakan punggung se jajar lantai dengan


mengencangkan otot otot perut dan bokong
c. Lengkungkan sebagian tubuh bagian atas ke arah
lutut, tahan selama 20 deti. Latihan di lakukan
sebanyak 3 kali.
5. Lower abdominal strengthening
Posisi awal: berbaring terlentang, lutut di tekuk,
lengan di bentangkan sebagian keluar.
a. Letakkan bola antara tumit dan bokong. Ratakan
punggung bawah ke lantai dengan mengencangkan
otot otot perut dan bokong

b. Perlahan tarik kedua lutut ke arah dada sambil


menarik tumit dan bola, kencangkan otot bokong,
jangan melengkungkan punggung. Latihan ini
dilakukan sebanyak 15 kali.

6. The bridge position


Posisi awal: berbaring terlentang, lutut di tekuk, kaki
dan siku di lantai, lengan di bentangkan sebagian
keluar.
a. Ratakan punggung di lantai dengan mengencangkan
otot otot perut dan bokong
b. Angkat pinggul dan punggung bawah untuk
membentuk garis lurus dari lutut ke dada. Tahan
selama 20 detik, sambil di hitung dengan bersuara,
kemudian perlahan kembali ke posisi awal dan rilaks.
Latihan ini di lakukan sebanyak 3 kali.

D. HAL-HAL YANG HARUS DI PERHATIKAN


1. Tidak dalam keadaan lemah
2. Tidak dalam keadaan nyeri haid yang hebat.
3. Tidak dalam keadaan stamina menurun akibat flu, atau
kurang tidur dan baru sembuh dari sakit.

Anda mungkin juga menyukai