Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN HIPERTENSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program Profesi Ners
Stase Gerontik

OLEH :
AHMAD WAHID ANWARUDIN, S. Kep

16.20.26368

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN HIPERTENSI

OLEH :
AHMAD WAHID ANWARUDIN, S. Kep

16.20.26368

Banjarmasin,

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan pada
pembuluh darah arteri, dimana tekanan darah sistolik sama dengan atau di atas
140 mmHg dan tekanan diastolik sama dengan atau di atas 90 mmHg (WHO,
2013).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
lebih dari 140/90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Kemenkes RI, 2014).
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah
di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatknya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal. (Wahyu Rahayu, 2015)
2. Etiologi
WHO (2013) membagi berdasarkan penyebabnya Hipertensi menjadi 2
golongan yaitu:
1. Hipertensi esensial (hipertensi primer)
Sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti, disebut juga
hipertensi idiopatik. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong
hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi primer
yaitu :
a. Faktor keturunan
Kemungkinan lebih besar mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
menderita hipertensi. Faktor ini tidak bisa anda kendalikan. Statistik
menunjukkan bahwa masalah hipertensi lebih tinggi pada kembar identik
daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah
tinggi.
b. Ciri seseorang
Ciri seseorang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis
kelamin,dan ras. Usia seseorang bertambah maka tekanan darahpun akan
meningkat.
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi, makanan berlemak / kolesterol
tinggi, kegemukan, stress dan kurang olahraga.
d. Pengaruh lain
1) Merokok karena merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan
tekanan darah.
2) Minum alkohol dan kafein.
3) Minum obat-obatan, seperti ephedrin, epinephrin, prednison.
2. Hipertensi sekunder (hipertensi renal)
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui dengan pasti, sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Pada
sekitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal,
1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat
tertentu. Penyebab hipertensi sekunder yaitu :
a. Penggunaan Estrogen
b. Penyakit ginjal
c. Hipertensi vaskular ginjal
d. Hiper aldosteronisme primer dan sindrom chusing (sekresi
kortisol yang berlebihan)
e. Feokromositoma
f. Koartasio aorta
g. Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, obat-obatan dan
lain- lain.
AHA (2016) menyatakan bahwa orang yaang berisiko lebih tinggi
terkenahipertensi adalah sebagai berikut :
a. Riwayat keluarga dengan hipertensi
b. Orang gemuk atau obesitas
c. Orang – orang yang tidak beraktivitas fisik
d. Orang yang mengkonsumsi sodium (garam) terlalu banyak
e. Orang yang mengkonsumsi alkohol terlalu banyak
f. Orang dengan diabetes, asam urat atau penyakit ginjal
g. Wanita hamil
3. Tanda dan Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan hipertensi (padahal dengan sesungguhnya tidak (WHO,
2013).
Hipertensi yang sudah mencapai taraf lanjut, yang berlangsung lama akan
menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek/sesak nafas, pandangan
mata kabur, mual, muntah, perdarahan dari hidung yang tiba-tiba, wajah
kemerahan, tampak kelelahan, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga
berdengung, gelisah dan terjadi gangguan tidur. Kadang hipertensi berat juga
mengalami penurunan kesadaran, kelumpuhan dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif,
yang memerlukan penanganan segera. (WHO, 2013)
4. Patofisiologi
Menurut WHO (2013), Mekanisme yang mengontrol vasokonstriksi dan
relaksasi pembuluh darah adalah terletak di pusat vasomotor, pada medula di
otak dari vasomotor ini bermula dari syaraf simpatis yang berlanjut ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis
di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem syaraf pusat simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini ganglion melepaskan asetilkolin, yang
merangsang serabut syaraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskanya norepineprin akan mengakibatkan vaso konstriksi pembuluh
darah.
Pada saat yang bersamaan dimana sistem syaraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medula adrenal
mensekresi epinephrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Kortek adrenal
mensekresi kortisol dan steroid yang dapat memperkuat vasokonsriktor
pembuluh darah vasokonstrkisi mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin menyebabkan pelepasan
angiotensin I yang diubah menjadi angiotensin II suatu konstriktor yang
kuat, kemudian merangsang sekresi aldosteron oleh kortek adrenal yang
menyebabkan retensi natrium dalam dan air oleh tubulus ginjal, yang
mengakibatkan volume intra vaskuler meningkat, hal tersebut yang
menyebabkan hipertensi.
PATHWAY :

Makanan, minuman, natrium (garam)

Meningkatnya a

Inflamasi Erosi Mukosa


lambung

Nyeri

Perdarahan

Gangguan
Gangguan sensori
rasa nyaman :
makan Difisit volume cairan
nyeri

Anoreksia

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
c. Tanda-tanda Vital
d. Kepala
- Kulit kepala bersih, tidak ada lesi, rambut warna hitam dan tidak ada
nyeri tekan.
- Wajah
Bentuk wajah simetris, tidak ada luka, tidak ada edema
- Mata simetris, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan
berkurang.
- Hidung
Bentuk hidung simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan
kelainan pada hidung.
- Telinga
Bentuk simetris, tidak ada menggunakan alat bantu pendengaran.
e. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
f. Dada dan Thorak
- Inspeksi : bentuk dada simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan pada dada
- Perkusi : suara jantung pekak, dan paru-paru sonor
- Auskultasi : tidak ada suara tambahan pada jantung dan paru-paru
g. Abdomen
- Inspeksi : perut simetris dan datar
- Palpasi : ada nyeri tekan pada abdomen (ulu hati )
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus ± 8x/menit
h. Ekstermitas
- Ekstermitas atas : tidak ada oedem
- Ekstermitas bawah : tidak terdapat luka, tidak terjadi lumpuh, dan
tidak ada oedem
i. Genetalia
Tidak ada oedem dan tidak ada terpasang kateter.
6. Pemeriksaan Penunjang
Guna memastikan diagnosis, beberapa pemeriksaan penunjang juga perlu
dilakukan, di antaranya:
a. Foto Rontgen dada.
Tes ini bertujuan untuk mengetahui adanya pembengkakan pada bilik kanan
jantung atau pembuluh darah paru-paru, yang merupakan tanda dari
hipertensi pulmonal.
b. Elektrokardiogram (EKG).
Untuk mengetahui aktivitas listrik jantung dan mendeteksi gangguan irama
jantung
c. Ekokardiografi.
Ekokardiografi atau USG jantung dilakukan untuk menghasilkan citra
jantung dan memperkirakan besarnya tekanan pada arteri paru-paru serta
kerja kedua bagian jantung untuk memompa darah.
d. Tes fungsi paru.
Tes fungsi paru dilakukan untuk mengetahui aliran udara yang masuk dan
keluar dari paru-paru, menggunakan sebuah alat yang bernama spirometer.
e. Kateterisasi jantung.
Tindakan ini dilakukan setelah pasien menjalani pemeriksaan
ekokardiografi untuk memastikan diagnosis hipertensi pulmonal sekaligus
mengetahui tingkat keparahan kondisi ini. Dengan katerisasi jantung kanan,
dokter dapat mengukur tekanan arteri pulmonal dan ventrikel kanan jantung.
f. Pemindaian.
Pemindaian seperti CT scan atau MRI digunakan untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas mengenai ukuran dan fungsi jantung,
penggumpalan pada pembuluh darah, dan aliran darah pada pembuluh darah
paru-paru. Pemindaian ini bertujuan mendeteksi adanya gumpalan darah
yang menyebabkan hipertensi pulmonal. Dalam pemindaian ini, zat
radioaktif khusus akan disuntikkan pada pembuluh vena di lengan guna
memetakan aliran darah dan udara pada paru-paru.
g. Tes darah.
Untuk melihat keberadaan zat seperti metamfetamin, atau penyakit lain
seperti penyakit hati yang dapat memicu hipertensi pulmonal.
h. Polisomnografi.
Digunakan untuk mengamati tekanan darah dan oksigen, denyut jantung,
dan aktivitas otak selama pasien tertidur. Alat ini juga digunakan untuk
mengenali gangguan tidur, seperti sleep apnea.
i. Biopsi paru.
Dilakukan dengan cara mengambil sampel jaringan paru-paru untuk melihat
kelainan di paru-paru yang dapat menjadi penyebab hipertensi pulmonal.
7. Penatalaksanaan Medis dan keperawatn
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obt-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh
seorang yang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi
yang terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu
pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu,
modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan, karena
berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi.
Menurut Rudianto (2013) berikut merupakan pengobatan non
farmakologis untuk penderita hipertensi:
1) Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2) Mengurangi asupan garam kedalam tubuh
3) Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti medatasi, yoga atau hipnotis dapat
mengontrol system saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan
darah.
4) Melakukan olahraga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30-
45 sebanyak 3-4 kali seminggu
5) Berhenti merokok dan mengurangi konsmumsi alcohol
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Menurut Rudianto (2013) terdapat banayk jenis obat antihipertensi yang
beredar sat ini. Untuk pemiihan obat yang tepat diharapkan menghubungi
dokter. Diantaranya:
1) Deuretik
Bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh : Hidroklorotiazid
2) Penghambat simpatetik
Bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja
pada saat kita beraktivitas).
Contoh : Metildopa, Klonidin dan Resepin
3) Betabloker
Mekanisme kerja obat anti hipertensi ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung dan tidak dianjurkan pada penderita yang mengidap
gangguan pernapasan seperti asma broncial. Pada orang tua terdapat
gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan), sehingga
pemberian obat harus berhati-hati.
Contoh : Metoprolol, propanolol, dan atenolol.
4) Vasodilator
5) Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah).
Contoh : Prasosin, Hidralasin.
6) Pengahambat Ensim Konvesi Angiotensi
Cara kerja obat ini mengahambat pembentukan Zat Angiotensi II
(Zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh : Kaptopril
7) Antagonis Kalsium
Menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi
jantung (kontraktilitas).
Contoh : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.
8) Penghambat Reseptor Angiotensi II
Menghalangi penempelan zat Angiotensi II pada reseptornya yang
mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Contoh : Valsartan.
c. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Sarankan pasien untuk menghindari minum alkohol
2) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk
yang encer atau cuka yang di encerkan.
3) Modifikasi diet, kurangi stress, dan farmakoterapi.
4) Mengurangi makan garam secara berlebihan dalam porsi kecil tapi
sering
5) Berhenti merokok.

8. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds : Pasien mengatakan nyeri Agen injury Nyeri akut
pada ulu hati dan nyerinya biologis
hilaang timbul

Do :

- Pasien terlihat lemah


- Pasien tampak meringis
kesakitan
- Pengakajian nyeri :
P : nyeri timbul saat makan
Q : nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R : nyeri pada ulu hati
S : skala nyeri 3
T : ketika terlambat makan

2 DS : Anoreksia, Perubahan nutrisi

- Pasien mengatakan mual dan muntah kurang dari

terkadang muntah kebutuhan tubuh

- Pasien mengatakan kurang


nafsu makan

DO :

- Pasien tampak lemah dan


kurang berenergi
- Mukosa pucat
- Penurunan BB

9. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, muntah

10. Nursing Care Planning

No. NOC NIC


1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, a. Lakukan pengkajian
diharapkan nyeri teratasi dengan kriteria : nyeri secara
Pain Level : komperenhensif
Indikator IR ER termasuk lokasi,
- Melaporkan adanya karakteristik, durasi,
nyeri frekuensi, kualitas
- Luas bagian tubuh yang dan factor
terpengaruh presipitasi
- Frekuensi nyeri b. Observasi reaksi
- Panjangnya episode non verbal dan
nyeri ketidaknyamanan
- Pernyataan nyeri c. Gunakan teknik
- Ekspresi nyeri pada komunikasi
wajah terapeutik untuk
- Posisi tubuh protektif mengetahui
- Kurang istirahat pengalaman nyeri
- Ketegangan otot d. Kaji kultur yang
- Perubahan frekuensi mempengaruhi
pernafasan respon nyeri
- Perubahan nadi e. Evaaluasi
- Perubahan tekanan darah pengalaman nyeri
- Perubahan ukuran pupil masa lampau
- Keringat berlebih f. Bantu pasien dan
- Kehilangan selera makan keluarga untuk
Keterangan : menemukan
1. Kuat dukungan
2. Berat g. Control lingkungan
3. Sedang yang dapat
4. Ringan mempengaruhi
5. Tidak ada h. nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
i. Kurangi factor
presipitasi nyeri
j. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
k. Kaji tipe dan
sumber nyeri
l. Ajarkan teknik non
farmakologi
m. Tingkatkan istirahat
n. Monitor penerimaan
pasien tentang
mnajemen nyeri
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji adanya alergi
selama …. Diharapkan masalah dapat makanan
teratasi. - Kolaborasi dengan
Kriteria Hasil : ahli gizi dalam
menentukan jumlah
Indikator IR ER kalori dan nutrisi yang
- Intake dibutuhkan pasien
makanan dan - Kaji kemampuan
cairan pasien untuk
- Energi mendapatkan nutrisi
- Berat badan yang dibutuhkan
- Monitor berat badan
Keterangan : - Monitor mual dan
1. Keluhan ekstrim muntah
2. Keluhan berat - Anjurkan makan
3. Keluhan sedang sedikit tapi sering
4. Keluhan ringan - Anjurkan makan
Tidak ada keluhan makanan yang lembek

DAFTAR PUSTAKA

Baughman dan Haskley. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2000.

Dipiro, J.T., et al. Penatalaksanaan Gastritis. Jakarta. EGC. 2005

Ester, Monica. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2001.

Lestari. Asuhan Keperawatan Pada Gastritis. Jakarta : EGC. 2008

Hirlan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI.2001.

Sineltzer dan Bare G. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2001.

Anda mungkin juga menyukai