Anda di halaman 1dari 7

NAMA : YOENIDEA DASENTA

NIM : 19513005

Inovasi-inovasi berupa desain alat atau teknologi yang berhubungan dengan faktor ergonomi.

1. Desain Meja dan Kursi Kerja untuk Proses Pemotongan Kerupuk

Gambar 1.1.1Pekerja
Pekerjamenggunakan
menggunakanmeja
mejadan
dan Gambar 1.2. Rancangan meja dan kursi
kursi kerja pemotongan krupuk

Gambar 1.3. 1Rancangan meja dan kursi


Gambar 1.4. Rancangan kursi
pemotongan krupuk

Gambar 1.5. Rancangan meja Gambar 1.6. Rancangan loyang


No Bagian kursi dan meja Ukuran
9cm)
1 Tinggi kursi 43,74
2 Panjang alas tempat duduk 41,43
3 Lebar alas tempat duduk 37,03
4 Tinggi sandaran kursi 56,9
5 Tinggi meja kerja 76,2
6 Panjang meja 70
7 Lebar meja 54,49
8 Tinggi tempat loyang 10
9 Panjang tempat loyang 35
10 Lebar tempat Loyang 30
11 Panjang alat transportasi kerja 100
12 Lebar alat transportasi kerja 30

Industri Barokah Jaya adalah sebuah industri yang bergerak dalam bidang industri
makanan ringan khususnya krupuk rambak. Dalam proses produksinya, untuk menghasilkan
produk krupuk tersebut meliputi beberapa tahapan yaitu proses pengadukan (pencampuran bahan
baku), perebusan, pemotongan, pengupasan (dari cetakan), penjemuran, pengumpulan,
pengepakan. Kursi dan meja ini dirancang khusus dengan penerapan prinsip ergonomi dan
antropometri ukuran tubuh manusia. Dalam merancang fasilitas meja dan kursi pada stasiun
kerja pemotongan ternyata dapat berpengaruh dalam merubah posisi serta kenyamanan kerja
operator yang semula dengan kondisi kerja duduk di kursi yang terlalu kecil (dingklik) tanpa
meja dengan posisi kerja kaki tertekuk dan badan membungkuk menjadi duduk pada kursi sesuai
ukuran tinggi popliteal operator. Adapun desain tempat pemotongan terbaru ini, dibuat kursi dan
meja dengan ukuran dan jarak yang sesuai standar saat bekerja, kemudian dibuat tempat untuk
transportasi kerupuk secara langsung berupa bidang miring untuk mempermudah perpindahan
krupuk yang akan dibuat, dan memperkecil tenaga dan resiko kelelahan ataupun cedera yang
mungkin terjadi. Selain itu, dibuatkan loyang untuk mempermudah proses pemotongan. Desain
kursi dan meja kerja pemotongan ini dapat memperbaiki posisi kerja operator, serta mengurangi
kelelahan sehingga produktivitas kerja akan tercapai dan pekerja merasa efektif, nyaman, aman,
sehat dan efisien dalam bekerja. Perancangan meja dan kursi fasilitas kerja ini dapat berpengaruh
terhadap waktu baku dan output standar untuk penyelesaian pemotongan. Waktu yang
dibutuhkan lebih sedikit, namun hasil atau output yang dihasilkan lebih banyak, dan mengurangi
resiko kelelahan dari pekerja.
2. Desain Kursi Kerja Operator Menjahit

Gambar 2.1 Rancangan kursi operator jahit

No Bagian kursi Ukuran


(cm)
1 Kedalaman alas duduk 40
2 Lebar alas duduk 50
3 Ketebalan alas duduk 4,499
4 Panjang kaki kursi 60
5 Diagonal penyangga kaki kursi 40

Kursi kerja operator jahit yang ergonomis adalah kursi kerja yang sesuai dengan
operatornya, hal ini dapat dilihat dari ukuran kursi kerja operator jahit dengan antropometri
tubuh operatornya sehingga operator dapat merasakan kenyamanan pada saat
menggunakannya. Sebelumnya, bentuk kursi kerja operator menjahit terdiri dari alas duduk,
penyangga alas duduk, kaki kursi, penyangga kaki kursi dan penyangga kursi. Ditinjau dari
segi ukuran, material penyusun maupun desain, bentuk fisik kursi kerja operator menjahit
kurang ergonomis. Hal ini dapat mempercepat terjadinya proses kelelahan sehingga dapat
menggangu aktifitas operator dalam bekerja. Padahal, rasa nyaman bagi para operator jahit
menjadi kunci banyaknya output yang dihasilkan bagi perusahaan. Oleh karena itu, desain
kursi kerja operator jahit diubah dengan lebih mempertimbangkan aspek ergonomi seperti
menggunakan bantalan kursi agar lebih nyaman dan tidak mudah cedera, dan tinggi yang
disesuaikan dengan standar saat bekerja. Desain kursi yang dirancang dengan baik akan
berpengaruh besar terhadap tingkat kenyamanan penggunanya. Perancangan yang tempat
duduk diupayakan sedemikian rupa sehingga berat badan yang disangga oleh tulang duduk
tersebar pada daerah yang cukup luas. Alas yang tepat pada landasan tempat duduk dapat
memenuhi kebutuhan tersebut. Harus juga diupayakan agar subyek yang duduk di atas tempat
duduk tersebut dapat mengubah-ubah posisi atau postur tubuhnya untuk mengurangi rasa
ketidaknyamanan.

3. Desain Alat untuk Membuat Gerabah

Gambar 3.1. Meja putar dan kursi rancangan


tampak perspektif

Gambar 3.2. Meja putar dan kursi rancangan Gambar 3.3. Meja putar dan kursi rancangan
tampak depan tampak samping

No Bagian alat pembuat Ukuran


gerabah (cm)
1 Tinggi dudukan kursi 42
2 Lebar dudukan kursi 36
3 Ketebalan bantalan kursi 2
4 Tinggi sandaran lumbar 26
5 Lebar sandaran lumbar 28
6 Tinggi meja 66
7 Panjang meja 114
8 Diameter pemutar atas 30
9 Diameter pemutar bawah 60
10 Ketebalan pemutar atas 4
11 Ketebalan pemutar bawah 6
12 Lebar meja 68

Fasilitas kerja yang digunakan oleh pekerja pembuat gerabah sebelumnya masih sangat
sederhana. Pekerja duduk pada kursi kecil, badan agak membungkuk pandangan ke arah benda
kerja dan posisi kaki ditekuk. Kemudian pekerja gerabah memutar dengan tangan kiri sedangkan
tangan yang kanan membentuk benda kerja. Ditinjau dari segi ergonomi sikap kerja pada pekerja
gerabah tersebut kurang ergonomis, sehingga dapat menyebabkan kelelahan pada punggung, dan
leher bagian belakang.

Prinsip kerja alat perancangan yang baru sama dengan prinsip kerja alat perancangan
yang lama yaitu pekerja duduk di tempat duduk yang tersambung dengan meja putar, kemudian
kaki mengayuh putaran bawah dan kedua tangan membentuk benda kerja. Dalam alat
perancangan baru posisi sandaran tempat duduk bisa disesuaikan dengan keinginan pekerja,
sehingga pekerja tidak membungkuk saat beraktivitas. Tinggi tempat duduk juga bisa
disesuaikan dengan kkeinginan pekerja, sehingga saat beraktivitas lutut pekerja tidak terbentur
bagian tepi meja. Pada putaran bawah juga telah ditambah laker, hal tersebut bertujuan agar pada
saat mengayuh putaran bawah terasa lebih ringan.

Alat rancangan meja putar dari hasil penelitian sebelumnya masih terdapat beberapa
kekurangan dalam spesifikasinya. Pada alat rancangan lama masih terdapat kekurangan pada
spesifikasinya antara lain pada bagian sandaran, putaran bawah, dan pada bagian tinggi kursinya.
Pada penelitian kali ini desain alat rancangan lama dimodifikasi dan ditambahkan beberapa
spesifikasi antara lain sandaran bisa di setting maju mundur sesuai kebutuhan pekerja, pada
putaran bawah diberi tambahan bearing sehingga dapat dikayuh dengan lancer, sedangkan pada
bagian kursi ditambahkan besi pipa sehingga dapat di setting naik turun sesuai dengan kebutuhan
pekerja.
4. Desain Alat Pemeras Sarang Madu

Gambar 4.1. Rancangan desain alat pemeras Gambar 4.2. Ukuran alat pemeras madu
madu

Gambar 4.3. Alat pemeras madu tampak luar Gambar 4.4. Alat pemeras madu tampak dalam

Perbedaan yang sangat mencolok pada alat yang baru dengan alat yang lama adalah alat
yang baru dalam proses pemerasan madu menggunakan bantuan mesin sedangkan pada alat yang
lama proses pemerasan madu masih menggunakan proses manual (dengan tangan). Sebelumnya,
proses pemerasan membutuhkan waktu yang cukup lama dan penggunaannya dengan cara
manual sehingga akan cukup menguras tenaga. Alat ini tidak mempunyai kaki sehingga pada
pengambilan madu hasil perasan akan terasa sulit dikarenakan antara jarak dari tanah ke kran
terlalu pendek sehingga harus dengan bantuan meja untuk memindahkan hasil kedalam ember
dan terkadang juga secara langsung menuangkan hasilnya melalui atas kedalam ember. Pada alat
pemeras sarang madu yang baru ini, dibuat jarak tanah ke kran yang pas, kemudian semua proses
dilakukan secara otomatis oleh mesin agar mengurangi resiko kelelahan jika melakukan
pemerasan secara manual. Beberapa kelebihan lain diantaranya mengoptimalkan waktu
pemerasan, lebih ergonomis karena dibuat berdasarkan antropometri tubuh manusia sehingga
mudah dalam pengoperasian, perawatan yang mudah karena spare part mudah di dapat, hasil
yang didapat lebih banyak yaitu berupa madu.

Anda mungkin juga menyukai