Anda di halaman 1dari 6

“COVID 19 MELANDA NEGARA DUNIA

TERMASUK INDONESIA”

OLEH : KHOFIFAH NAILIL M.


KELAS : X IPA 7

SMAN 1 KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2019/2020
Akhir-akhir ini dunia digemparkan dengan hadirnya virus corona atau covid-19. Virus
ini bermula di Kota Wuhan, Cina. Menurut situs WHO virus corona merupakan virus yang
dapat menyebabkan penyakit pernapasan pada manusia.Virus yang berasal dari negeri Cina
ini kini telah mewabah ke Indonesia, sejauh ini masyarakat di Indonesia telah diimbau oleh
pemerintah untuk tetap tenang dan tidak panik. Sehingga masyarakat akan mudah mengontrol
dan menangani masalah dengan baik. Menurut para ahli, gejala dari virus corona ini sangat
mirip dengan pilek. Sangat penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi
dan gejala virus corona sehingga Anda tidak mudah panik dengan setiap bersin atau batuk
yang terjadi.
Penyebaran virus corona telah melintasi banyak negara, sekitar 181 negara
terpapar, sehingga dinyatakan sebagai pandemi global oleh Badan Kesehatan Dunia
(WHO). Berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi pandemi, antara lain dengan
pembatasan interaksi antar anggota masyarakat (social distancing ).Dari proses itu kita
paham bahwa pembatasan merupakan tahap dini untuk mencegah penyebaran virus.
Pada tiap tahap penanggulangan wabah terjadi pengetatan ruang gerak individu hingga
ke level ekstrem: diisolasi atau dimakamkan secara khusus. Tentu saja hal itu
berpengaruh kepada kondisi kejiwaan pasien atau keluarga terdekatnya.
Karena itu, upaya apapun yang ditempuh untuk menanggulangi wabah – secara
medis atau nonmedis – harus mempertimbangkan konsekuensi psikologis dan sosial.
Implementasi pembatasan sosial harus berdasarkan pertimbangan epidemiologi,
besarnya ancaman, dukungan sumberdaya, teknis operasional, pertimbangan ekonomi,
sosial, budaya, dan keamanan; sehingga mungkin terjadi perbedaan kebijakan antara
pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan kondisi wilayah.
Terlepas dari praktek penanggulangan pandemi, dalam ilmu sosial, istilah Jarak
Sosial (social distance) merupakan konsep penting. Ada beberapa pengertian tentang
jarak sosial, intinya merupakan ukuran kedekatan yang dirasakan individu atau
kelompok terhadap individu atau kelompok lain dalam jejaring sosial.Jarak sosial
dapat dilihat dalam beberapa dimensi. Pertama, dimensi afektif, seberapa besar
simpati yang dirasakan anggota suatu kelompok terhadap kelompok lain. Gejala itu
diukur Bogardus (1947) dalam skala berdasarkan konsepsi subyektif pelaku di tengah
pergaulan sosial.
Kedua, dimensi normatif, mengacu pada norma-norma yang diterima secara luas
dan secara sadar diposisikan tentang siapa yang harus dianggap sebagai "orang dalam"
(kita) dan siapa "orang luar/asing" (mereka). Jarak sosial normatif berbeda dari
afektif, karena dipahami sebagai aspek struktural non-subyektif dari hubungan sosial
(Park: 1924).Dimensi ketiga, interaktif, berfokus pada frekuensi dan intensitas
hubungan antar individu atau kelompok. Konsepsi ini mirip dengan teori jaringan
(Garnovetter: 2005), di mana frekuensi interaksi antara dua pihak digunakan sebagai
ukuran "kekuatan" dari ikatan sosial.
Dimensi keempat ditark dari perspektif Bourdieu (1990) tentang modal kultural
dan kebiasaan seseorang yang akan membentuk “kelas sosial” tersendiri. Dalam
konteks ini, gaya hidup seseorang akan membedakannya dengan orang lain.Kita
merasakan pentingnya konsep jarak sosial untuk memahami kualitas hubungan antara
individu dan kelompok. Jarak sosial bisa menjadi kriteria apakah masyarakat memiliki
integrasi sosial yang kuat atau lemah. Bila jarak sosial antar kelompok bersifat jauh,
maka integrasi sosial akan lemah. Sebaliknya, jarak sosial yang dekat akan membuat
integrasi sosial lebih kuat.
Jarak sosial yang jauh ditandai prasangka (stereotip) yang berkembang antar
kelompok. Individu atau kelompok yang memiliki perasaan negatif terhadap
individu/kelompok yang berbeda akan membangun prasangka buruk berdasarkan
informasi parsial.Jarak sosial yang dekat ditunjukkan dengan rasa simpati dan empati
seseorang terhadap orang dan kelompok lain. Perbedaan latar belakang sosial-ekonomi
tidak merenggangkan hubungan, bahkan semakin mendekatkan karena kesadaran akan
kemajemukan dan semangat egaliterian.
Stereotip negatif yang berlangsung lama dan meluas di tengah masyarakat akan
menimbulkan efek berbahaya, yaitu munculnya stigma sosial berupa penolakan
terhadap seseorang atau kelompok karena orang tersebut dipandang melawan norma
yang ada. Akibat lebih jauh adalah terjadi diskriminasi sosial. Penyebaran virus corona
semakin meluas di Indonesia residen Joko Widodo (Jokowi) juga sudah mengimbau warga
untuk bekerja dan belajar dari rumah demi meminimalisir penyebaran virus corona. Tak ayal,
banyak masyarakat yang mengisolasi diri di rumah masing-masing karena masalah tersebut.
Meskipun demikian, tidak tahu sampai kapan virus corona terus menyebar di Indonesia. Yang
jelas, pemerintah belum bisa menekan penyebaran virus. Semakin hari, jumlah jumlah pasien
positif kian bertambah. Jika terus begini, aktivitas ekonmomi otomatis terganggu. Mereka,
salah satunya pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) banyak menderita karena situasi
ini.
Di tengah pandemi yang memprihatinkan tersebut, Indonesia menerapkan status
kedarutan kesehatan masyarakat. Presiden Joko Widodo juga telah memutuskan opsi
pembatasan sosial berskala besar atau PSBB, yang mengacu pada Undang-Undang No 6
Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan. Opsi ini diambil agar penerapan social distancing
dan pshycal distancing yang sudah berjalan kian maksimal diterapkan. Menurut Pengamat
Kebijakan Publik, Eko Sakapurnama, keputusan ini merupakan jalan tengah dari adanya
tekanan kepada pemerintah untuk mengambil langkah lockdown. Karena penutupan wilayah
dikhawatirkan akan memiliki dampak yang hebat terhadap perekonomian Indonesia.
Pandemi akibat virus corona atau Covid-19 ini, lanjut dia, memang membuat polarisasi
antara darurat kesehatan dan keselamatan manusia dengan berimbas terhadap krisis ekonomi
tingkat global. Dua kutub ini, tegas Eko, membuat masalah menjadi kompleks yang tidak
hanya terjadi di Indonesia, tapi juga seluruh dunia. Selanjutnya, kata dia, penerapan
pembatasan sosial berskala besar ini bisa berjalan efektif bila adanya keterlibatan aparat
penegak hukum. TNI-Polri dapat mengambil peran dalam menertibkan masyarakat yang
masih membandel terhadap aturan tersebut.
"Jadi tidak hanya sekadar imbauan tapi tindakan yang lebih represif. Secara nilai budaya,
masyarakat Indonesia itu kolektivis, senang berkumpul, nah budaya ini harus di-pause dulu
saat ini," ujar Eko.
Selain itu, nantinya kios-kios yang menyediakan barang-barang bukan logistik dan
kesehatan, dapat diminta dengan tegas untuk tutup sementara. Atau mereka bisa tetap
membuka tokonya namun bukan dengan tatap muka."Tapi dengan online dan pengiriman
melalui ojol (ojek online), sehingga denyut ekonomi masih berjalan secara minimalis (tidak
mati total)," kata dia.
Kebijakan PSBB ini juga disambut Polri. Seluruh Polda se-Indonesia telah diperintahkan
untuk mengawal dan mengambil tindakan bila masih ada warga yang membandel. Petugas
akan melakukan imbauan sebanyak tiga kali dan jika tidak diindahkan akan dilakukan
pembubaran serta membawa kelompok ke Polres atau Polda.
Pemandangan keramaian kedai makan yang berada di dekat gedung perkantoran saat jam
makan siang tak lagi terlihat. Belum lagi pusat perbelanjaan menjadi tempat yang juga
dihindari oleh masyarakat. Padahal, banyak pelaku UMKM hingga ritel besar di tempat itu.
Pedagang kaki lima juga akan ikut merasakan 'pahitnya' situasi ini. Omzet mereka berpotensi
turun drastis, sehingga mengancam daya beli masyarakat.

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko
Listyanto mengatakan ancaman krisis ekonomi di Indonesia bukan lagi isapan jempol belaka
jika pemerintah tak mampu menahan penyebaran virus corona sampai kuartal III 2020.
Ekonomi domestik diramal minus pada akhir 2020 atau awal tahun depan. asalahnya,
penurunan daya beli masyarakat akan membuat tingkat konsumsi rumah tangga melorot.
Padahal, konsumsi rumah tangga saat ini masih menjadi komponen pembentuk produk
domestik bruto (PDB) terbesar. Artinya, ekonomi Indonesia amat bergantung dengan
konsumsi masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat konsumsi
rumah tangga menyumbang hingga 56,62 persen terhadap ekonomi Indonesia sepanjang
2019. Diikuti dengan komponen investasi serta ekspor dan impor.

"Ini mempercepat menuju krisis. Tiga triwulan tidak teratasi bisa krisis. Ini skenario
terburuk tapi ya," ucap Eko kepada CNNIndonesia.com, Kamis (19/3).
Menurut dia, Indonesia sendiri saat ini sebenarnya sudah bisa disebut resesi. Pasalnya,
ekonomi dalam negeri sudah melambat sejak tahun lalu. Virus corona yang dihadapi tahun ini
tekanannya lebih besar daripada krisis global. Saat krisis 2009 hanya menyerang sektor
keuangan, kalau virus corona bisa semua aspek," jelas Eko.
Dia bilang kegiatan ekonomi yang terhenti bukan hanya di sektor kelas menengah
bawah, tapi juga industri besar seperti manufaktur. Kalau aktivitas operasional perusahaan
terhenti, maka omzet akan turun bahkan minus. Pembayaran gaji karyawan awalnya akan
tersendat. Selanjutnya, perusahaan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) jika
keuangan tak bisa diselamatkan.
Melawan pandemi Covid-19 yang penyebarannya meluas diperlukan gotong royong dari
semua pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Setidaknya diperlukan
gotong royong di tiga dimensi perlawanan terhadap penyebaran virus korona baru.
Virus corona berasal dari hewan liar yang dijual di Pasar Makanan Laut Huanan (Huanan
Seafood Market) yang terletak di pusat kota Wuhan. Menjual berbagai jenis makanan unik.
Mulai dari anak serigala, rubah hidup, buaya, salamander raksasa, ular, tikus, burung merak,
landak, daging unta hingga musang. Berbagai binatang yang dijual di pasar itu merupakan
spesies yang terkait dengan pandemi sebelumnya, yakni Server Acute Resporatory Syndrome
(SARS). Muncul dugaan virus mematikan ini disebarkan oleh sup kelelawar, sebuah
makanan populer di Wuhan.
Tanpa kita sadari betapa mengerikannya penyebaran virus ini. Bahkan ia dapat
mengancam siapapun juga. Hal ini di dasari oleh sistem kehidupan yang serba bebas
(liberal) . Bebas melakukan apa saja termasuk urusan makanan. Tanpa melihat dari sisi layak
atau tidak, halal ataupun haramnya. Selama bisa memenuhi perut yang kosong semua bisa
dimakan. Itulah prinsip hidup para kaum liberal.
Tapi semua itu harus mereka bayar dengan penderitaan baru. Yaitu Allah memberikan
peringatan melalui sebuah virus corona yang mematikan. Tak ada yang tak mungkin ketika
Allah sang Pencipta alam semesta berkehendak. Manusia tidak akan mampu melawan apa
yang telah Allah SWT gariskan. Karena Allah SWT punya aturan bagi hambanya yang wajib
dijalankan. Meskipun manusia berkilah mau berbuat semaunya tapi ia tidak mampu
menjangkau dibalik perintah dan laranganNya. Karena manusia makhluk yang lemah lagi
terbatas kemampuannya.
Maka tak sepatutnya manusia berlaku sombong dan acuh terhadap aturannya.Dalam
perkara mengkonsumsi makanan Allah SWT telah memberikan aturan. Karena tidak semua
jenis makanan yang boleh dikonsumsi. Kecuali makanan tersebut halal dan thayyib.

Menerapkan tindakan pencegahan dengan semaksimal mungkin adalah salah satu hal yang
wajib dilakukan. Seperti :

1. Cuci Tangan

Tindakan pertama yang dapat dilakukan untuk menangkal virus corona adalah dengan rajin
mencuci tangan. Sebab, tangan adalah salah satu anggota tubuh yang menjadi sumber
penyakit.
Cuci tangan dengan durasi minimal 20 detik untuk membunuh virus corona menggunakan
sabun dan air bersih yang mengalir. Setelah itu, keringkan tangan menggunakan kain yang
bersih atau tisu.

Tindakan pencegahan yang satu ini dianggap lebih efektif untuk membunuh kuman, bakteri,
termasuk virus corona. Cuci tangan merupakan langkah yang disarankan oleh banyak pihak,
termasuk Organisasi Kesehatan Dunia.

2. Hindari Sentuh Wajah

Telah diketahui bahwa tangan dapat menjadi sumber penyakit sebab sering terjadi kontak
dengan benda maupun orang lain. Sementara itu, virus corona disinyalir dapat masuk tubuh
manusia melalui segitiga wajah yakni mata, hidung, dan mulut.

Hindari untuk menyentuh wajah menggunakan tangan. Apabila terpaksa harus menyentuh
wajah, maka pastikan untuk mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun.

KESIMPULAN
Jadi, COVID-19 atau Corona virus ini merupakan ancaman bagi bangsa Indonesia.
Ancaman di berbagai bidang, seperti kesehatan, ekonomi dsb. Untuk saat ini sudah 2273
orang di Indonesia positif covid-19. Agar pandemic ini cepat berakhir, kita masyarakat dan
juga pemerintah agar bias bekerjasama memerangi pandemic ini. Dengan menerapkan nilai
moral nasionalisme, seperti mematuhi aturan pemerintah dan juga melaksanakan program
pemerintah untuk memutus rantai virus ini, seperti social distancing dan wajib masker saat
keluar rumah. Virus ini semata-mata ada juga sebagai teguran kepada umat manusia dari
Allah karena telah melewati batas-batas yang ditentukan oleh Allah.

Anda mungkin juga menyukai