Anda di halaman 1dari 5

Bangkitnya Semangat UKM di Indonesia

Senin (1/12/2020), sekira pukul 10.00 pagi, Edi (36 tahun) menemui saya. Sebelumnya, Edi sudah
berjanji, sebelum berangkat ke tempat kerja di daerah Tejoagung, Kota Metro akan mampir ke rumah,
mengambil laptop saya yang telah beberapa hari mogok, tak mau hidup.

Saya dan Edi telah lama berteman. Hanya karena perbedaan jam kerja dan waktu senggang membuat
kami jarang bertemu. Edi full beraktivitas di siang hari, sedangkan saya lebih banyak bekerja di malam
hari.

Kesempatan bertemu pagi itu, menjadi kesempatan berharga bagi saya untuk bertanya perkembangan
usahanya. Edi sebelum memutuskan keluar dan membuka usaha sendiri, adalah karyawan di salah satu
toko penjualan dan service komputer terbesar di Kota Metro.

Menurutnya, keinginan untuk berkembang dan mengajak kawan-kawannya terlibat menjadi alasan
terkuat ia membuka usaha sendiri.

"Saya memiliki keahlian di bidang servis elektronik dan saat membaca pasar, saya melihat ada peluang
untuk mendapatkan lebih besar keuntungan. Saya bisa mengajak kawan-kawan yang belum memiliki
pekerjaan tetap untuk berkembang bersama," tuturnya.

Kini, Edi setidaknya telah memiliki tiga karyawan tetap, selain siswa-siswa SMK yang secara bergantian
rutin praktik kerja lapangan (PKL) di tempat usahanya. Edi mengakui bahwa hasil yang diperolehnya dari
usaha tersebut, bisa membayar karyawan dengan upah yang layak, termasuk memberi sangu siswa PKL
di akhir tugas praktik mereka.

Lain cerita Edi lain pula cerita temannya W, yang memilih membuka bengkel. W sebelumnya adalah
karyawan di perusahaan pembiayaan. W memutuskan keluar karena tidak mampu bekerja dengan target
tertentu setiap bulan. Meski belum memiliki karyawan tetap, karena belum genap setahun ia merintis
usaha bengkelnya, W mengaku sering melibatkan teman-temannya bila ada pekerjaan yang tidak bisa
ditangani sendiri.

Pandemi Covid-19 sangat dirasakan dampaknya oleh banyak orang, pemutusan hubungan kerja (PHK)
dan kebijakan merumahkan karyawan menjadi pilihan sulit yang ditempuh banyak perusahaan.
Pilihannya adalah kembali pada sektor riil, UKM, sektor yang berhubungan langsung dengan kegiatan
ekonomi masyarakat.

Orang akan memutuskan untuk kembali berwirarausaha, merintis usaha mandiri, usaha yang tidak
melahirkan rasa was-was untuk di-PHK atau dirumahkan. Dan, sepertinya pilihan itu akan menjadi
kecenderungan dan kegandrungan banyak orang, di era virus yang entah kapan berujung-akhir, terlebih
era digital yang memberikan peluang besar bagi terciptanya usaha-usaha kecil, yang bisa digerakkan dari
mana saja, dengan hanya mengandalkan gerakan-gerakan jari pada papan ketik komputer atau gawai.

Badan Pusat Statistik (BPS), berdasarkan hasil Sensus Ekonomi (SE 2016) mencatat jumlah Usaha Mikro
Kecil (UMK) di Indonesia 26,26 juta usaha atau memiliki kontribusi 98,33 persen. Sedangkan data yang
dilansir Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia tentang
Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2016-2017,
pada tahun 2017 UMKM berjumlah sebesar 62.922.617 unit usaha dari 62.928.077 unit usaha yang ada
di Indonesia, atau memiliki persentase sebesar 99,9 persen, sedangkan UB (Usaha Besar) hanya
berjumlah sebesar 5.460 unit usaha atau memiliki persentase 1%.

Jumlah UMKM yang begitu memukau tersebut, menjadikan sektor riil ini sebagai bantalan ekonomi
nasional. Di era tahun 1998 sektor korporasi sempat kolaps akibat resesi ekonomi yang menimpa
Indonesia, meski tak sama, pengalaman UMKM yang terbukti mampu menyelamatkan perekonomian
Indonesia harus menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah perlu memberikan stimulus, dan
mendorong digitalisasi UKM, termasuk membangun database. Selama ini baru ada 13% pelaku UMKM
yang terkoneksi secara digital dari seluruh pelaku UMKM di Indonesia.

UKM di Era Digital

Yenita (32 tahun) menyadari pandemi covid-19 telah mengakibatkan usaha suaminya, Rinaldi (34 tahun)
yang berjualan bibit tanaman sembari membuka lapak es kelapa muda sepi pembeli, usahanya
membantu perekonomian keluarga dengan membuka les privat bahasa Inggris juga sudah tidak berjalan,
daya beli masyarakat benar-benar anjlok.

Siang dan malam, ibu dari Najma (3 tahun) itu memantau lowongan kerja di media sosial, tak jarang pula
ia mengetikkan kata kunci jenis pekerjaan yang diinginkannya di mesin pencari. Pekerjaan yang
dilakoninya sejak lulus kuliah, bedanya sekarang ia terlihat lebih sering mengunjungi mesin pencari itu.
Tak pernah lelah, tak pernah menyerah. Hingga akhirnya, ia secara tak sengaja mengklik marketplace,
sebuah fitur layanan jual beli di sebuah platform media sosial.

Iseng Yenita mencoba membeli sebuah produk mainan untuk anaknya, sukses. Barang diantar ke
rumahnya oleh si penjual. Yenita mulai berpikir, untuk mencoba berjualan lewat media sosial. Seluruh
akun media sosialnya kembali diaktifkan, beberapa toko grosir tempat ia bisa belanja dan beberapa toko
grosir baru pun didatanginya, dipilihnya barang-barang yang menurutnya laku di pasaran. Sebagian
dibeli, sebagian lagi hanya difotonya setelah mendapatkan izin pemilik toko.

Mulailah Yenita menekuni bisnis barunya, jualan online.

“Jalan rezeki itu selalu ada, selama kita mau berusaha,” jelas Yenita saat saya menemuinya di tokonya di
daerah Margodadi, Metro Selatan, Rabu (16/12/2020).

Menurut pengakuan Yenita, sebelum menywa toko, semula ia dan suaminya memanfaatkan garasi
rumah kontrakan mereka untuk menyimpan barang dagagannya. Garasi itu disulapnya seperti layaknya
toko dengan etalase kecil di depannya, ia berjualan pulsa dan kuota, serta pembayaran rekening listrik.

Kini usahanya telah berkembang, selain berjualan pulsa, mereka juga membuka pertamini dan jasa
transfer uang.

“Hal itu menuntut tempat lebih layak dan strategis, meski tidak di jalan utama, tapi paling tidak di jalan
kedua yang ramai dilalui orang,” Rinaldi mengemukakan alasannya pindah dari garasi dan menyewa toko.

Meski telah memiliki toko offline, Yenita tetap mempertahakan berjualan secara online. Ia
memanfaatkan fitur layanan marketplace di media sosial, menurutnya ada banyak kemudahan yang
didapat dari berjualan online tanpa harus takut rugi. Biasanya ia menawarkan preorder untuk setiap
barang yang pengirimannya membutuhkan waktu 2-5 hari. Ia juga memanfaatkan testimoni beberapa
kawan yang telah berbelanja untuk membangun kepercayaan pembeli.

Teknologi bagi Yenita adalah jalan pembuka rezekinya. Ia yang awalnya terkendala uang untuk menyewa
tempat di lokasi strategis, membayar listrik dan membeli perabot (rak, lemari, etalase), dengan bantuan
media sosial mendapatkan kemudahan menjalankan bisnisnya, bahkan pengakuannya, tak jarang ia tak
memiliki modal, tapi ia tetap bisa menjalankan bisnis.

“Modal posting di media sosial saja, begitu konsumen kirim uangnya, baru dibelanjakan! Jujur dan tepat
waktu justeru lebih utama membangun bisnis ini daripada uang,” tuturnya.

Saat saya menawarkan membangun website profesional untuk toko online sembari memperlihakan cara
Mencoba Produk trial Web1Menit di Masterweb, ia terlihat antusias dan memperhatikan dengan
seksama. Tapi, setelah selesai ia menunjukkan keraguan.

“Apa saya bisa, dan apakah bisa menjangkau konsumen saya yang rata-rata di pedesaan?” tanyanya ragu.

Peran Pemerintah

Kendala Yenita, Edi dan W untuk digitalisasi usaha sebenarnya adalah soal keyakinan perkembangan
usaha atau pertumbuhan usaha (value added). Mereka belum meyakini bahwa digitalisasi usaha menjadi
sesuatu yang krusial untuk dilakukan melalui pemanfaatan kemajuan teknologi yang berkembang
sedemikian pesat. Bahwa peningkatan pemanfaatan kekuatan ekonomi digital dapat membantu UMKM
lokal membuka pasar dan melebarkan permintaan yang potensial.

Yenita mungkin saja ragu, jika barang yang dijualnya adalah produk-produk yang diproduksi di Jawa akan
kalah bersaing di pasar, sehingga ia hanya terpaku menyasar konsumen di pedesaan. Menjadi berbeda,
jika barang yang ditawarkannya adalah produk-produk lokal yang dihasilkan dari home industri atau
kerajinan-kerajinan rumah tangga yang unik, memiliki kekhasan daerah dan bisa menarik pembeli
(konsumen) dari luar daerah (Lampung), misalnya Tapis Lampung, Batik Lampung, atau produk oleh-oleh
khas Lampung.

Begitu pun, Edi dan W, mereka bisa menjangkau konsumen lebih luas dengan digitalisasi, menjual
layanan dan keahlian melalui portopolio yang ditawarkan lewat media digital. Edi memiliki keahlian
merakit komputer dengan biaya yang murah, W bisa membuat mobilan-mobilan remote control (RC)
dengan kualitas terbaik, bahkan di atas rata-rata kualitas mobil RC yang dijual di toko-toko modern.

Stimulus dari pemerintah menjadi keniscayaan. Pemerintah penting untuk mendorong kreativitas,
digitalisasi dan sinergi dengan semua pihak, baik pemerintah di tingkat pusat hingga daerah maupun
dengan pihak swasta.
Kebijakan pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM yang menargetkan sebanyak 50% dari
total jumlah UMKM masuk ke sektor ekonomi digital pada 2024 mendatang sebagaimana dituangkan
dalam Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, dan menjadi
salah satu target kinerja pemerintahan Jokowi pada periode kedua, harus terus didorong dan diupayakan
melalui kebijakan turunan dari setiap pemerintah daerah. Kalau pemerintah secara terstruktur terus
melakukan pembinaan dari sisi produksi, kewirausahaan, pemasaran, keuangan, dan juga membentuk
klaster atau kelompok usaha, yang kemudian diikuti dengan digitalisasi, baik digitalisasi sistem
pembayaran maupun promosi (pemasaran) secara digital, serta sinergi semua pihak, maka bukan
mustahil target 50% UMKM yang go-online di tahun 2024 segera terwujud.

Keterlibatan dan sinergi semua pihak sangat penting. Google Indonesia selama lebih kurang tiga tahun
belakangan, juga telah berhasil melatih sekurangnya satu juta pelaku UMKM dalam memperluas jaringan
usahanya melalui pemasaran produk-produknya secara online. Termasuk juga penting menggandeng
penyedia domain hosting dan layanan jasa pembuatan web yang mudah dan murah, seperti Masterweb.

Keunggulan Layanan Masterweb

Sebenarnya keraguan Yenita bukan karena ketidakmampuannya menjalankan digitalisasi usaha, karena
semuanya sangat mungkin dan mudah dipelajari oleh lulusan sarjana bahasa Inggris tersebut.
Keraguannya lebih pada pertumbuhan usahanya (added value), apakah usahanya bisa lebih berkembang
dari yang telah dijalankan selama ini? Dan hal inilah yang perlu mendapatkan pendampingan,
pembinaan dan pelatihan dari semua pihak yang peduli terhadap kebangkitan UKM, utamanya
pemerintah.

Sedangkan soal membangun platform usaha digital telah banyak tutorial yang bertebaran diinternet,
bahkan ada banyak penyedia jasa layanan yang memberikan kemudahan. Salah satunya adalah
Masterweb.

Mengapa Masterweb?

Bagi saya, pengalaman, pelayanan dan respon cepat terhadap pelanggan menjadi jawaban utama dan
pertama. Di samping tentu saja ada deretan jawaban dan alasan lain yang pantas diajukan, seperti
layanan paket dengan harga murah dan layanan kemudahan.

Pengalaman Masterweb selama dua dekade sebagai perusahaan Webhosting di Indonesia yang
memberikan layanan domain murah, (bahkan domain gratis), dan hosting murah, menjadikan
Masterweb sebagai penyedia domain dan web hosting No. 1 di Indonesia.

Pelayanan yang diberikan Masterweb juga tidak hanya sebatas layanan domain dan hosting murah,
melainkan juga memberikan layanan pembuatan website (Website Builder) yang siap digunakan dengan
harga yang sangat terjangkau dengan fitur komplit yang memudahkan setiap orang terjun kedunia e-
Commerce. Bahkan, Masterweb juga membantu pelanggan yang sudah memiliki website
mengembangkan webnya agar lebih banyak dan ramai pengunjung, sehingga bisa meningkatkan
transaksi jual beli. Hal ini menjadikan Masterweb dipilih secara resmi oleh Google Indonesia menjadi
Mitra Premium UKM.

Pelayanan Masterweb didukung oleh 70 Customer Service yang mengedepankan keramahan kepuasan
pelanggan, untuk membatu merespon, menjawab dan menanggai pertanyaan pelanggan, khususnya
untuk layanan dukungan teknis diberikan 24 jam non-stop selama 1 minggu 7 hari, melalui telpon, email,
tiket maupun chat online.

Jadi, sinergi UKM, Pemerintah dan Masterweb sebagai Mitra Premium UKM akan sanngat membantu
UKM go-online, melampui batas wilayah dan waktu. Optimisme bangkitnya semangat UKM di Indonesia
menjadi sesuatu yang nyata. (*)

Anda mungkin juga menyukai