Anda di halaman 1dari 21

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN RISETNYA DI

ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Teguh Wibowo
FKIP, Univers itas Muhammadiyah
Purworejo email: twibo wo @u mp wr.ac.id

Abstrak
Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran matematika dan risetnya di
era revolusi industri 4.0. Penelitian ini termasuk desk riptif k ualitatif dengan metode
yang digunak an adalah studi literatur/pustak a. Revolusi industri 4.0 ditandai
dengan munculnya internet untuk semua aspek yang lebih dik enal dengan internet
of things. Kecak apan pembelajaran di era revolusi industri 4.0 meliputi
communication, collaborative, critical think ing and problem solving, creativity
and innovation. Pembelajaran matematika di era revolusi industri 4.0 berusaha
mengembangk an high order think ing sk ill (HOTS) yang dimilik i siswa, meliputi
penalaran, k emampuan analisis, pemecahan masalah, keterampilan berpikir k ritis
dan kreatif. Riset pendidik an matematik a di era revolusi industri 4.0 meliputi k
emampuan literasi matematis siswa, pemanfaatan dan pengembangan software
dalam pembelajaran matematik a, pengembangan model atau metode pembelajaran
matematik a yang relevan dengan era revolusi industri 4.0, grounded theory
psik ologi k ognitif dalam pembelajaran matematik a, dan review kurikulum
matematik a yang relevan dengan revolusi industri 4.0.

Kata kunci: revolusi industri 4.0, pembelajaran matematik a dan


risetnya

1. PENDAHULUAN mempromosikan komputerisasi


Industri Revolution (IR) yang manufaktur.
sering disebut dengan Revolusi
Industri (RI) merupakan perubahan
yang nyata dari kondisi yang ada.
Revolusi industri
1.0 diawali pada tahun 1784 ditandai
dengan munculnya mesin uap dan mesin
alat tenun dengan mekanisasi
produksi untuk menunjang efektifitas
dan efisiensi aktivitas manusia.
Revolusi industri 2.0 dimulai tahun
1870 dengan munculnya energi listrik
dicirikan oleh produksi massal dan
standarisasi mutu. Revolusi industri 3.0
diawali tahun 1969 dengan munculnya
komputer dan fleksibilitas manufaktur
berbasis otomatisasi dan robot.
Revolusi industri
4.0 selanjutnya hadir menggantikan
revolusi industri 3.0 yang
ditandai dengan cyber fisik dan
kolaborasi manufaktur (Irianto, 2017).
Istilah revolusi industri 4.0 diawali tahun
2018 oleh Prof. Klaus Schwab berasal
dari sebuah proyek yang diprakarsai
oleh pemerintah Jerman untuk

Prosiding Sendika: Vol 5, No 1, 676


2019
Sukartono (2018) mengatakan,
revolusi industri 4.0 ditandai dengan
peningkatan digitalisasi manufaktur
yang didorong oleh empat faktor: 1)
peningkatan volume data, kekuatan
komputasi, dan konektivitas; 2) munculnya
analisis, kemampuan, dan kecerdasan
bisnis; 3) terjadinya bentuk interaksi baru
antara manusia dengan mesin; dan 4)
perbaikan instruksi transfer digital ke
dunia fisik, seperti robotika dan 3D
printing. Industri 4.0 merupakan industri
yang menggabungkan teknologi otomatisasi
dengan teknologi cyber. Ini merupakan
tren otomatisasi dan pertukaran data
dalam teknologi manufaktur, termasuk
sistem cyber fisik, internet untuk
segala/semua atau Internet of Things
(IoT), komputasi awan dan komputasi
kognitif. Lewat internet untuk segala
(IoT), sistem cyber fisik berkomunikasi
dan bekerja sama satu sama lain
dengan manusia secara bersamaan.
Industri 4.0 merupakan
penggabungan teknologi fisik dan digital
melalui analitik, kecerdasan buatan
(artificial intelegence), teknologi

Prosiding Sendika: Vol 5, No 1, 677


2019
kognitif, dan Internet of Things (IoT) besar bagi pendidik khususnya
untuk menciptakan perusahaan guru dan calon tenaga pendidik.
digital yang saling terkait dan mampu Maka guru dan calon
menghasilkan keputusan yang
lebih tepat (Sukartono, 2018). Revolusi
ini menanamkan teknologi yang
cerdas dan terhubung tidak hanya di
dalam perusahaan, tetapi juga
kehidupan sehari-hari. Revolusi industri
4.0 adalah revolusi berbasis Cyber
Physical System yang secara garis besar
merupakan gabungan tiga domain
yaitu digital, fisik, dan biologi.
Saat ini kita menghadapi
revolusi industri keempat yang dikenal
dengan revolusi industri 4.0 (RI 4.0). Ini
merupakan era inovasi disruptif,
dimana inovasi ini berkembang sangat
pesat, sehingga mampu membantu
terciptanya pasar baru. Inovasi ini juga
mampu mengganggu pasar yang sudah
ada dan lebih dahsyat lagi mampu
menggantikan teknologi yang ada.
Menghadapi tantangan yang
besar tersebut maka pendidikan
dituntut untuk berubah juga.
Termasuk pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Era
pendidikan yang dipengaruhi oleh
revolusi industri 4.0 disebut
Pendidikan
4.0 (Darmawan, 2018). Pendidikan
4.0
merupakan pendidikan yang
bercirikan pemanfaatan teknologi
digital dalam proses pembelajaran
atau dikenal dengan sistem siber
(cyber system). Sistem ini mampu
membuat proses pembelajaran dapat
berlangsung secara kontinu tanpa
batas ruang dan batas waktu.
Era revolusi industri 4.0 juga
mengubah cara pandang tentang
pendidikan. Perubahan yang dilakukan
tidak hanya sekadar cara mengajar,
tetapi jauh yang lebih esensial, yakni
perubahan cara pandang terhadap
konsep pendidikan itu sendiri. Peserta
didik yang dihadapi saat ini
merupakan generasi milenial yang tidak
asing lagi dengan dunia digital.
Peserta didik sudah terbiasa dengan
arus informasi dan teknologi industri
4.0. Hal ini merupakan tantangan yang
pendidik harus terus belajar untuk
meningkatkan kompetensi sehingga mampu
menghadapi peserta didik generasi
milenial.
Menurut Sukartono (2018)
pendidikan setidaknya harus mampu
menyiapkan anak didiknya menghadap
tiga hal: a) menyiapkan anak untuk bisa
bekerja yang pekerjaannya saat ini
belum ada; b) menyiapkan anak untuk
bisa menyelesaikan masalah yang
masalahnya saat ini belum muncul, dan c)
menyiapkan anak untuk bisa menggunakan
teknologi yang sekarang teknologinya
belum ditemukan. Sungguh sebuah
pekerjaan yang tidak mudah bagi dunia
pendidikan. Untuk bisa menghadapi
tantangan tersebut syarat penting yang
harus dipenuhi adalah bagaimana
menyiapkan kualifikasi dan kompetensi
guru yang berkualitas.

2. PENDIDIKAN DI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Informasi dan teknologi di era
saat ini mempengaruhi aktivitas sekolah
dengan sangat masif. Informasi dan
pengetahuan baru menyebar dengan mudah
dan aksesibel bagi siapa saja yang
membutuhkannya. Pendidikan mengalami
disrupsi yang sangat hebat. Peran guru yang
selama ini sebagai satu- satunya penyedia
ilmu pengetahuan sedikit banyak
bergeser menjauh darinya. Di masa
mendatang, peran dan kehadiran guru di
ruang kelas akan semakin menantang dan
membutuhkan kreativitas yang sangat
tinggi (Sukartono, 2018).
Era revolusi industri 4.0 merupakan
tantangan berat bagi guru Indonesia. Jika
tidak mengubah cara mendidik dan belajar
mengajar, 30 tahun mendatang kita akan
mengalami kesulitan besar (Jack Ma dalam
Darmawan, 2018). Pendidikan dan
pembelajaran yang hanya menekankan
muatan pengetahuan mengesampingkan
muatan sikap dan keterampilan sebagaimana
saat ini terimplementasi, akan menghasilkan
peserta didik yang tidak mampu
berkompetisi di era RI 4.0.
Dominasi pengetahuan dalam pembelajaran di era RI 4.0 harus
pendidikan dan pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan
diubah agar siswa-siswa Indonesia pada masa pengetahuan. Bahan
mampu bersikap bijak dalam pembelajaran harus memberikan desain
menggunakan mesin untuk yang lebih otentik untuk melalui
kemaslahatan. tantangan, dimana peserta didik dapat
Era revolusi industri 4.0 akan berkolaborasi dalam mencari solusi
berdampak pada pendidikan khususnya pemecahan masalah.
peran pendidiknya. Jika peran P21 (Partnership for 21st
pendidik masih mempertahankan Century Learning) mengembangkan
penyampaian ranah pengetahuan, maka framework pembelajaran abad 21 yang
mereka (guru) akan kehilangan peran menuntut peserta didik untuk memiliki
seiring dengan perkembangan teknologi keterampilan, pengetahuan dan
dan perubahan metode kemampuan dibidang teknologi,
pembelajarannya. Kondisi tersebut media dan informasi, keterampilan
harus diatasi dengan menambah pembelajaran dan inovasi serta
kompetensi pendidik yang mendukung keterampilan hidup dan karir
penguasaan teknologi informasi, (Sukartono, 2018). Framework ini juga
jaringan, internet, dan software yang menjelaskan tentang keterampilan,
mendukung proses pembelajaran. Guru pengetahuan dan keahlian yang harus
dituntut untuk mengubah cara pandang dikuasai agar siswa dapat
pendidikan baik metode pembelajaran berhasil dalam proses pembelajaran.
maupun konsep pendidikan sesuai
dengan tuntutan era revolusi industri 4.0
(Wahyuni, 2018). Guru 4.0
merupakan guru yang
mampu menguasai dan memanfaatkan
teknologi digital dalam pembelajaran
(Darmawan,
2018).
Pembelajaran di era revolusi dan teknologi digital yang disebut
industri 4.0 adalah pembelajaran dengan information super highway
yang menerapkan kreativitas, berpikir Model atau metode kegiatan
kritis, kerjasama, keterampilan
komunikasi, kemasyarakatan,
ketrampilan teknik, dan keterampilan
karakter. Pemanfaatan berbagai aktifitas
pembelajaran yang mendukung RI 4.0
merupakan keharusan dengan model
resource sharing dengan siapapun
dan dimanapun, pembelajaran kelas dan
laboratorium dengan augmented dengan
bahan virtual, bersifat interaktif,
menantang, serta pembelajaran
yang kaya isi bukan sekedar lengkap
(Sukartono, 2018).
Dunia pendidikan pada
era
revolusi industri 4.0 berada di masa
pengetahuan (k nowledge age)
dengan percepatan peningkatan
pengetahuan yang luar biasa.
Percepatan peningkatan pengetahuan
ini didukung oleh penerapan media
Gambar 1. Framework
Pembelajaran Era Revolusi Industri 4.0

Pada Gambar 1 di atas


framework pembelajaran era revolusi
industri 4.0 meliputi sebagai berikut: (a)
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan
masalah (critical think ing and problem
solving sk ills), yaitu siswa mampu berpikir
secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama
dalam konteks pemecahan masalah; (b)
kemampuan berkomunikasi dan
bekerjasama (communication and
collaboration sk ills), siswa mampu
berkomunikasi dan berkolaborasi
secara efektif dengan berbagai pihak;
(c) kemampuan mencipta dan
membaharui (creativity and innovation
sk ills), siswa mampu mengembangkan
kreativitas yang dimilikinya untuk
menghasilkan berbagai terobosan yang
inovatif; (d) literasi teknologi informasi
dan komunikasi (information
and
communications technology literacy), pendidikan modern mengenai
siswa mampu memanfaatkan literasi yang digunakan sebagai
teknologi informasi dan komunikasi pembelajaran untuk memahami
untuk meningkatkan kinerja dan gagasan melalui media kata-kata.
aktivitas sehari-hari; (e) kemampuan Arithmatic dapat memunculkan
belajar kontekstual (contextual learning pendidikan modern yang berkaitan
sk ills), siswa mampu menjalani dengan angka yang artinya bisa
memahami angka melalui
aktivitas pembelajaran mandiri yang
kontekstual sebagai bagian dari
pengembangan pribadi, dan (f)
kemampuan informasi dan literasi
media, siswa mampu memahami dan
menggunakan berbagai media
komunikasi untuk menyampaikan
beragam gagasan dan melaksanakan
aktivitas kolaborasi serta interaksi
dengan beragam pihak
(Sukartono,
2018). Dapat disimpulkan secara
operasional kemampuan siswa di era
RI
4.0 meliputi: pertama, cara berpikir,
termasuk berkreasi, berinovasi,
bersikap kritis, memecahkan masalah,
membuat keputusan, dan belajar pro-
aktif. Kedua, cara bekerja/belajar,
termasuk berkomunikasi,
berkolaborasi, bekerja dalam
tim/kelompok. Ketiga, cara
hidup/beradaptasi sebagai warga
sekolah ataupun masyarakat dan
global, dan keempat, alat untuk
mengembangkan ketrampilan di era
RI
4.0, yaitu teknologi
informasi,
jaringan digital, dan
literasi.
Dalam menghadapi
pembelajaran di era RI 4.0, setiap
orang harus memiliki keterampilan
berpikir kritis, pengetahuan dan
kemampuan literasi digital,
literasi informasi, literasi media
dan menguasai teknologi informasi
dan komunikasi. Skema yang
dikembangkan pada pembelajaran era
RI 4.0 (Gambar 1) diperjelas dengan
tambahan core subject
3R. Dalam konteks pendidikan, 3R
adalah singkatan dari reading, writing
dan arithmatic, diambil lafal “R”
yang kuat dari setiap kata. Reading dan
writing, dapat memunculkan gagasan
matematika. 3R di atas ekuivalen dengan
keterampilan fungsional literasi, numerasi,
dan ICT yang relevan dengan sistem
pendidikan era revolusi industri
4.0 saat ini. Core subject 3R dalam konteks
pembelajaran era RI 4.0 diterjemahkan
sebagai life and career sk ills, learning
and innovation sk ills, dan information
media and technology sk ills.
Dari penjelasan di atas, muatan
kecakapan pembelajaran di era RI 4.0
adalah sebagai berikut.
1. Communication (komunikasi)
Komunikasi merupakan salah satu hal
yang terpenting dalam
peradaban manusia. Komunikasi
efektif terjadi apabila sesuatu
(pesan) yang diberitahukan
komunikator dapat diterima
dengan baik oleh komunikan,
sehingga tidak terjadi salah
persepsi. Komunikasi antar siswa
dengan siswa, siswa dengan guru
ataupun sebaliknya harus terjalin
secara efektif selama proses
pembelajaran.
2. Collaborative (kolaborasi)
Siswa mampu berkolaborasi atau
bekerja sama, saling bersinergi,
beradaptasi dalam berbagai peran dan
tanggung jawab, bekerja secara
produktif, memiliki empati, dan
menghormati perspektif yang berbeda.
3. Critical think ing and Problem
Solving (berpikir kritis dan pemecahan
masalah)
Critical think ing merupakan
kemampuan siswa dalam bernalar,
memahami dan membuat suatu
pilihan, memahami interkoneksi antar
sistem, menyusun, mengungkapkan,
menganalisis, dan menyelesaikan
masalah. Problem solving adalah
kemampuan siswa untuk memahami
suatu problem/masalah,
mengkoneksikan informasi satu
dengan informasi lain sehingga
muncul berbagai perspektif, dan
menemukan solusi dari suatu
permasalahan.
4. Creativity and Innovation tingkat tinggi sebagai transfer
(Kreativitas dan of
inovasi) k nowledge erat kaitannya
Adalah kemampuan siswa untuk dengan
mengembangkan, melaksanakan, keterampilan berpikir sesuai
dan menyampaikan gagasan- dengan ranah kognitif, afektif, dan
gagasan baru dari psikomotor yang menjadi satu
problematika atau potensi yang kesatuan. Guru matematika di era
muncul, bersikap terbuka dan RI 4.0 harus mampu
responsif terhadap perspektif baru
dan berbeda.
Kemampuan kecapakan ini dapat kita
gunakan untuk mengkonstruk kecapakan
siswa dalam pembelajaran
matematika di era revolusi industri 4.0.

3. PEMB ELAJARAN
MATEMATIKA DI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Salah satu tujuan
diberikannya
pelajaran matematika di pendidikan
dasar, menengah atau tinggi pada era
RI
4.0 adalah untuk mengembangkan
high order think ing sk ill (HOTS)
yang dimiliki siswa. HOTS adalah
proses berpikir kompleks dalam
menguraikan materi, membuat
kesimpulan, membangun representasi,
menganalisis, dan membangun
hubungan dengan melibatkan
aktivitas mental yang paling
dasar. HOTS yang lebih spesifik
meliputi penalaran, kemampuan
analisis, pemecahan masalah,
keterampilan berpikir kritis dan kreatif.

Gambar 2. Aspek Ketrampilan HOTS


Dalam
pembelajaran
matematika, keterampilan berpikir
menstimulasi ketiga kemampuan siswa ini
berjalan secara seimbang di dalam proses
pembelajaran. Pengkaitan materi
matematika dengan software pembelajaran
matematika perlu dioptimalkan untuk
menunjang kemampuan psikomotor siswa.
Aspek kognitif untuk mengoptimalkan
HOTS juga dikembangkan dengan
membiasakan soal-soal atau problem
yang masuk adalam kategori analisis,
evaluasi dan mencipta.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi
sebagai critical and creative think ing
sangat relevan dengan pembelajaran
matematika era RI 4.0. Berpikir kritis
secara esensial sebagai sebuah proses aktif,
dimana seseorang berpikir segala hal secara
mendalam, mengajukan berbagai
pertanyaan, menemukan informasi yang
relevan daripada menunggu informasi
secara pasif. Dalam pembelajaran
matematika berpikir kritis merupakan
proses dimana segala pengetahuan dan
keterampilan dikerahkan dalam
memecahkan permasalahan matematika
yang muncul, mengambil keputusan,
menganalisis semua asumsi yang muncul
dan melakukan investigasi atau
penyelidikan berdasarkan data dan informasi
yang telah didapat sehingga menghasilkan
informasi atau simpulan yang diinginkan.
Sedangkan berpikir kreatif merupakan
kemampuan siswa dalam menghasilkan
berbagai macam gagasan/ide yang berbeda
dalam menyelesaikan masalah
matematika yang muncul. Berpikir
kreatif dapat berupa pemikiran imajinatif
yang dapat menstimulasi munculnya
imajinasi matematis siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika
(Wibowo dkk,
2017), menghasilkan banyak kemungkinan
solusi, berbeda, dan bersifat lateral.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi
sebagai problem solving diperlukan dalam
proses pembelajaran matematika. Soal atau
problem dalam matematika menuntut
kemampuan siswa dalam pemecahan
masalah. Pembelajaran matematika
dirancang
dengan pendekatan/ metode yang disukai oleh peserta didik.
pembelajaran yang berorientasi untuk Media sosial
mengoptimalkan kreativitas siswa
dalam pemecahan masalah. Ada
berbagai macam strategi pemecahan
masalah yang dapat guru berikan dalam
menyelesaikan masalah-masalah non
rutin dalam matematika.
Selain itu pemanfaatan
teknologi informatika dan komunikasi
(TIK) dalam pembelajaran matematika
merupakan salah satu konsep
kontekstual yang harus dikenalkan
oleh guru kepada siswa. Materi
yang bersifat abstrak dalam
pembelajaran matematika mampu
disajikan menjadi lebih real dan
kontekstual menggunakan TIK. Proses
pembelajaran geometri lebih mudah
dilakukan dengan menggunakan TIK
untuk menunjukkan animasi gerakan
suatu bangun geometri. Penggunaan
software Wingeom, Winplot,
Geogebra, Maple, SPSS dll dapat
membantu guru dalam memperjelas
konsep dan mempercepat proses
pembelaran matematika. Peran
teknologi dalam pembelajaran
matematika dapat dimanfaatkan
sebagai alat bantu perhitungan,
memberikan berbagai representasi dan
visualisasi konsep, serta sebagai alat
bantu siswa untuk dapat mengakses
pembelajaran matematika dimanapun
mereka berada. Namun yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam
pembelajaran matematika adalah
pemahaman konsep dan kemampuan
pemecahan masalah yang dikuasai siswa
lebih penting daripada cepatnya proses
pembelajaran yang dilakukan. Langkah
yang perlu dilakukan adalah tanamkan
pemahaman konsep dan cara
menyelesaikan masalah kepada siswa,
software atau aplikasi yang tersedia
sebagai pendukung untuk membantu di
dalam proses pembelajaran. Sehingga
guru harus mampu mengkolaborasikan
antara proses pembelajaran secara
instruksional/kooperatif dengan
pemanfaatan TIK.
Disisi lain, era sekarang
banyak media informasi bersifat sosial
dapat dijadikan media komunikasi yang
efektif digunakan peserta didik
dan guru. Media sosial bisa menjadi
media pembelajaran matematika yang dapat
dimanfaatkan guru era RI 4.0.
Pemanfaatan e-learning, google classroom,
moodle, pembelajaran daring, ataupun
yang lain dapat digunakan guru matematika
untuk menunjang proses pembelajaran di
era milenial ini. Kehadiran kelas digital
bersifat media sosial ini dapat dimanfaatkan
guru, agar pembelajaran berlangsung
tanpa batas ruang, tenaga, biaya, dan juga
waktu.
Di era revolusi industri 4.0,
diupayakan pendidikan matematika yang
dapat membentuk generasi kreatif, inovatif,
serta kompetitif. Salah satunya dapat
dicapai dengan mengoptimalisasi
penggunaan teknologi sebagai alat bantu
pembelajaran matematika sehingga
diharapkan mampu
menghasilkan output yang dapat
mengikuti perubahan zaman. Integrasi
teknologi dalam pembelajaran paling
tidak memiliki tiga dampak yang positif
dalam pembelajaran matematika, yaitu
teknologi dapat meningkatkan capaian
pembelajaran matematika, teknologi dapat
meningkatkan efektivitas pengajaran
matematika, dan integrasi teknologi dapat
mempengaruhi apa dan bagaimana
matematika itu seharusnya dipelajari dan
dibelajarkan (Hakim,
2019). Metode pembelajaran matematika
harus mulai beralih menjadi proses
pembelajaran yang kooperatif, kolaboratif,
kontekstual dengan pemanfaatan TIK untuk
menghasilkan pemikir yang visioner,
termasuk mengasah kemampuan berpikir
kritis, kreatif, dan inovatif. Hal ini
diperlukan untuk menghadapi berbagai
perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan. Kemampuan yang diharapkan
dimiliki siswa dalam pembelajaran
matematika era revolusi industri 4.0 adalah:
1. Penalaran matematis (mathematical
reasoning)
Berkembangnya penalaran
matematis siswa yang meliputi
penalaran induktif maupun bijak oleh setiap guru matematika.
deduktif sehingga dapat membantu Penggunaan alat peraga/media yang
dalam menyelesaikan masalah selama ini digunakan
dalam
matematis.
2. Komunikasi
matematis (mathematical
communication) Berkembangnya
kemampuan komunikasi
matematis siswa meliputi
kemampuan visualisasi dan
representasi konsep secara
verbal ataupun non verbal
sehingga mampu menstimulus
kemampuan kolaborasi.
3. Berpikir kritis (critical think ing)
Mampu menstimulus
kemampuan berpikir kritis
meliputi focus, reason,
inference, situation, clarity,
overview yang lebih dikenal
dengan istilah FRISCO
dalam pembelajaran matematika.
4. Berpikir kreatif (creative think
ing) Pemanfaatan TIK diharapkan
mampu mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif dan
inovatif siswa dalam pembelajaran
matematika.
5. Imajinasi matematis
(mathematical imagination)
Munculnya imajinasi matematis
sensory, creative, dan recreative
siswa dalam pembelajaran
matematika yang mampu
membantu dalam menyelesaikan
masalah matematika.
6. Berpikir reflektif
(reflective think ing)
Mengintegrasikan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif sehingga
mampu menstimulus munculnya
berpikir reflektif dalam
pembelajaran matematika.
7. Pemecahan Masalah
(problem solving)
Kemampuan utama dalam
pembelajaran matematika era
revolusi industri 4.0 adalah siswa
mampu menyelesaikan masalah
matematika dengan berbagai
strategi pemecahan masalah.
Datangnya era revolusi
industri
4.0 harus segera disikapi dengan
pembelajaran matematika perlu
dikolaborasikan dengan pemanfaatan
software atau aplikasi yang bisa di
download oleh siswa. Guru matematika
era revolusi industri 4.0 diharapkan
mempunyai karakteristik adaptor,
visioner, kolaborator, pembelajar,
komunikator, model, dan pemimpin.
Guru abad 21 harus dapat beradaptasi
dengan kurikulum dan persyaratan yang
dibutuhkan tersebut untuk mengajar
dengan peralatan digital. Guru
matematika harus dapat berdaptasi
dengan hardware dan software
matematika untuk memfasilitasi
pembelajaran. Guru matematika
diharapkan dapat memanfaatkan media
(elektronik) sebagai alat untuk
memperkaya wawasan dan menarik
siswanya. Guru matematika yang
visioner juga mampu berpikir lintas
disiplin dan memperkaya kurikulum
matematika untuk belajar siswanya.
Guru matematika harus dapat
beradaptasi dengan berbagai gaya
belajar dan model pembelajaran. Oleh
karena itu, para guru mesti saling
berbagi ide dan berkontribusi dalam
pengembangan pembelajaran
matematika.

4. RISET PENDIDIKAN
MATEMATIKA DI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Riset merupakan sarana penting
untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Komponen riset terdiri dari: latar
belakang, prosedur, pelaksanaan, hasil
riset dan pembahasan serta publikasi
hasil riset (Subekti dkk, 2018). Seluruh
komponen tersebut memberikan makna
penting yang dapat dilihat cara
memformulasi dan menyelesaikan
permasalahan serta kemampuan dalam
mengomunikasikan manfaat hasil penelitian.
Hal ini sesuai dengan ide
pembelajaran yang mengembangkan
keterampilan riset (research sk ills).
Keterampilan riset dalam penelitian diukur
menggunakan tes tulis dan produk
dengan memperhatikan 6 aspek Research
Sk ill Development (Subekti
dkk, 2018), yaitu: (1) memulai Indonesia, kemampuan literasi
penyelidikan (mengajukan pertanyaan matematis siswa juga masih
atau rumusan masalah, mendesain rendah apalagi menghadapi
eksperimen, membuat hipotesis, dan
membuat prediksi), (2) menemukan
informasi atau menghasilkan data
(boolean, truncation, file type, and
phrase searching dan mengumpulkan
data) (3) mengevaluasi informasi atau
data (mengevaluasi informasi), (4)
mengelola informasi atau data
(menyajikan data), (5) menganalisis,
mensintesis dan menerapkan
pemahaman baru (menganalisis
data), dan (6) mengkomunikasikan
hasil riset (artikel [baca dan tulis],
poster [visual] dan presentasi [aural])
dengan kesadaran akan etika, sosial dan
budaya (menggunakan information
secara legal
& etis).
Salah satu solusi bagi
lembaga pendidikan dalam menghadapi
revolusi pendidikan 4.0 adalah dengan
menggunakan big data. Big data sendiri
merupakan sistem teknologi yang
diperkenalkan untuk menanggulangi
“ledakan informasi” seiring dengan
pertumbuhan ekosistem pengguna
mobile dan data internet yang
semakin tinggi. Pertumbuhan tersebut
sangat memengaruhi perkembangan
volume serta jenis data yang terus
meningkat secara signifikan di dunia
maya. Big data dapat dimanfaatkan
dalam bidang pendidikan karena
dengan penggunaannya seorang
pengajar dapat meneliti dan menganalisa
kemampuan anak didik dengan mudah.
Tidak hanya individu, namun juga salam
satu kelas, tingkat sekolah,
maupun universitas. Beberapa
universitas di Indonesia telah
memanfaatkan b ig d a ta dengan
memanfaatkan penerapan e- lea rning
untuk mempe rmudah pengambilan dan
pengumpulan da ta .
Penelitian di bidang
literasi matematis masih perlu
dilakukan karena penggunaan
teknologi pembelajaran masih
kurang, siswa kurang
membangun sendiri
pengetahuan matematisnya. Di
revolusi industri 4.0. Agar lulusan bisa
kompetitif, kurikulum perlu orientasi baru,
tidak hanya cukup literasi lama (membaca,
menulis, dan matematika) sebagai modal
dasar untuk berkiprah di masyarakat. Perlu
literasi baru yaitu literasi data, literasi
teknologi, literasi manusia. Oleh karena
itu, para peneliti mesti saling berbagi ide
dan berkontribusi dalam pengembangan
pembelajaran matematika. Gerakan literasi
sangat penting untuk mendukung dalam
pengetahuan dasar tentang karya ilmiah
(Ratnaningsih, 2019). Harapan dari
adanya gerakan literasi, peneliti harus
menyadari untuk tidak melakukan tindakan
plagiasi dan mencintai literasi sebagai dasar
dalam penulisan karya ilmiah.
Era revolusi industri 4.0 juga
menghendaki pembelajaran matematika
yang berbeda. Tidak lagi seperti
pembelajaran konvensional, namun
pembelajaran matematika yang mampu
meningkatkan kemampuan berpikir tinggat
tinggi. Oleh karena itu, pembelajaran
matematika perlu terus dikembangkan. Di
era revolusi industri
4.0 mengajar matematika lebih kepada
pemanfaatan software atau aplikasi yang
bisa di download oleh siswa. Diperlukan
riset pengembangan untuk menemukan
software atau aplikasi yang mampu
mendukung pembelajaran matematika di
era revolusi industri 4.0.
Pendidik di era revolusi industri
4.0 diharapkan memiliki kemampuan dalam
TIK mulai dari pendidik anak usia
dini, sekolah dasar, menengah, hingga
pendidikan tinggi. Besar harapan agar
pendidik memiliki keterampilan dalam TIK
sehingga mampu mendampingi anak
dalam memanfaatkan teknologi yang ada
dan mampu memberikan kemudahan
pendidikan untuk seluruh masyarakat. Salah
satu contoh dalam pendidikan anak usia
dini, pendidik yang mampu menggunakan
peralatan TIK maka diharapkan pula mampu
mengarahkan anak untuk memanfaatkan
gadget sesuai dengan tahap perkembangan
anak. Perlu riset yang lebih
mendalam
kebermanfaatan gadget dalam tentang pengorganisasian bahan
pembelajaran matematika yang sesuai ajar, strategi penyampaian dan
dengan perkembangan anak. pengelolaan
Penelitian di bidang psikologi
kognitif yang bersifat matematis masih
perlu dikembangkan. Ilmu ini
mencakup pertemuan ilmu saraf,
psikologi kognitif, dan teknologi
pendidikan menggunakan teknologi
digital dan mobile berbasis
web. Penelitian psikologi kognitif
dalam pembelajaran matematika yang
bersifat gounded theory semakin
berkembang dewasa ini. Teori yang
muncul bisa menjadi dasar untuk
penelitian lanjutan seperti
eksperimental, komparasi, korelasi,
ataupun penelitian pengembangan.
Masih dimungkin untuk penelitian yang
lebih spesifik dan mendalam dalam
bidang psikologi kognitif pembelajaran
matematika di era revolusi industri 4.0.
Hal penting yang
membedakan mesin dengan manusia
adalah dari segi nilai kemanusiaan
yang tidak dimiliki oleh mesin
(Syamsuar & Reflianto,
2018). Penanaman nilai
kemanusian inilah yang perlu diperkuat
untuk mengangkat harkat dan martabat
bangsa khususnya di dunia
pendidikan. Sehingga terbentuk karakter
yang baik dalam siswa. Karakter adalah
tanda yang membuat seseorang berbeda
atau menonjol (Iswan & Herwina, 2018).
Karakter merupakan kombinasi dari
beberapa unsur yang membentuk
seseorang berbeda atau lebih
menonjol. Karakter merupakan,
kualitas mental dan moral, kualitas
diri, landasan berpikir yang membuat
seseorang berbeda dengan yang
lainnya. Diperlukan riset lebih lanjut
mengenai pembentukan karakter
melalui pembelajaran matematika di
era revolusi industri 4.0.
Disisi lain, untuk
menghadapi
revolusi industri 4.0, diperlukan
berbagai persiapan, termasuk metode
pembelajaran pendidikan yang tepat.
Reigeluth (2011) mengartikan bahwa
inovasi pendidikan dalam metode
pembelajaran mencakup rumusan
kegiatan dengan memperhatikan tujuan,
hambatan, dan karakteristik peserta
didik sehingga diperoleh hasil yang
efektif, efisien, dan menimbulkan daya tarik
pembelajaran. Hal ini menunjukkkan
bahwa sebaik apapun seorang guru dalam
merancang dan mendesain suatu program
pembelajaran, kiranya tidak akan dapat
secara optimal mewujudkan ketercapaian
kompetensi yang diharapkan apabila tidak
didukung oleh pemilihan sekaligus
penggunaan metode secara tepat (Syamsuar
& Reflianto, 2018). Pada era revolusi
industri 4.0, pembelajaran diharapkan
lebih banyak memberikan kesempatan pada
siswa untuk kreatif, memecahkan masalah,
mengoptimalkan kemampuan literasi dan
numeracy, kolaborasi, dan berpikir kritis.
Diperlukan riset pengembangan metode
pembelajaran matematika (termasuk
perangkat pembelajaran) apa yang tepat
dalam revolusi industri 4.0 ini.
Chai & Chain (2016) dalam
hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa
beberapa negara di Asia (Hongkong,
Singapura, dan Taiwan) telah
menyiapkan tenaga pendidik profesional
yaitu pendidik yang mampu mengunakan
e-learning. Dalam penelitian tersebut juga
memaparkan bahwa kemampuan pendidik
dalam menggunakan TIK merupakan salah
satu solusi untuk menyiapkan generasi
millineal yang kompeten. Faktanya di
Indonesia saat ini, tidak semua pendidik
mampu dalam memanfaatkan teknologi.
Hasil penelitian menunjukkan 62,15%
guru jarang menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran, dan 34,95% guru kurang
menguasai teknologi informasi dan
komunikasi (Syamsuar & Reflianto,
2018). Diperlukan riset lebih lanjut
untuk dapat mengatasi masalah di atas.
Di era revolusi industri 4.0 ini
adalah kesempatan berkarya untuk kaum
disabilitas karena terbantu sistem yang serba
online akibat sudah adanya penggunaan
mesin kecerdasan buatan (artificial
intellegence) disegala bidang. Peralatan
yang memadai tidak akan
berguna jika tidak diiringi dengan ini. Guru sebagai garda terdepan
sumber daya manusia yang mampu dalam revolusi pendidikan 4.0
memanfaatkannya. Peluang ini dapat harus memiliki kemampuan dalam
dikembangkan untuk penelitian lebih teknologi informasi dan komunikasi
lanjut dalam memanfaatkan artificial yang saat ini sudah melekat
intellegence untuk kaum disabilitas pada peserta didik.
dalam pembelajaran matematika.
Effendy (Ahmad, 2018)
bidang
pendidikan perlu merevisi kurikulum
dengan menambahkan lima kompetensi
dalam memasuki era revolusi
industri
4.0,
yakni:
1. Diharapkan peserta didik
memiliki kemampuan berpikir
kritis.
2. Diharapkan peserta
didik
memiliki kreatifitas dan
memiliki kemampuan yang
inovatif.
3. Perlu adanya kemampuan dan
keterampilan berkomunikasi
yang dimiliki peserta didik.
4. Bekerjasama dan
berkolaborasi.
5. Peserta didik memiliki
kepercayaan diri.
Kurikulum 4.0 merupakan
kurikulum yang merespon tantangan era
revolusi industri 4.0 yang sedang
berlangsung. Diperlukan riset untuk
merumuskan kurikulum pembelajaran
matematika di pendidikan dasar dan
menengah di era revolusi industri 4.0.

5. KESIMPULAN
Era sekarang sudah
memasuki
era revolusi industri 4.0, merupakan era
tren otomatisasi dan pertukaran
data dalam teknologi manufaktur,
termasuk sistem cyber fisik, Internet
of Things (IoT), komputasi awan dan
komputasi kognitif. Lewat IoT, sistem
cyber fisik berkomunikasi dan bekerja
sama satu sama lain dengan manusia
secara bersamaan. Hal ini juga akan
berimbas pada pendidikan untuk
menghadapi era revolusi pendidikan
4.0. Peran pendidik sangat dituntut agar
mampu beradaptasi dengan perubahan
Pengembangan metode pembelajaran,
kurikulum, kemampuan siswa yang
relevan dengan era revolusi industri 4.0
harus diupayakan melalui riset dalam
pendidikan matematika.

6. REFERENSI
Ahmad, I. (2018). Pendidik an Tinggi
“4.0” Yang
Mampu Meningk atk an Daya
Saing Bangsa. Direktur Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan,
Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi. Makassar, 16
Februari
2018.
Chai & Chain. 2016. Professional Learning
For 21st Century Education. Journal
Computer Education, 4 (1) 1 – 4.
Darmawan, J. 2018. Menjadi Guru Era
Pendidik an 4.0. Diambil dari
http://aceh.tribunnews.com/2018/
11/27/menja di-guru-era-
pendidikan-40?page=2. Diakses 2
April 2019.
Hakim, A. R. 2019. Menjawab
Tantangan Era Industry 4.0
Dengan Menjadi Wirausahawan Di
Bidang Pendidikan Matematika.
Prosiding Seminar Nasional
Pendidik an KALUNI. Volume 2 –
Januari 2019.
Irianto, D. 2017. Industry 4.0; The
Challenges of Tomorrow. Prosiding
Seminar Nasional Tek nik Industri,
Batu-Malang.
Iswan & Herwina. 2018. Penguatan
Pendidikan Karakter Perspektif
Islam Dalam Era Millenial Ir.
4.0. Prosiding Seminar Nasional
Pendidik an Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam
Penguatan Pendidik an Karak ter
pada Era IR 4.0” Universitas
Muhammadiyah Jakarta, Indonesia,
24 Maret 2018.
Ratnaningsih, A. 2019. Pengaruh
Penerapan Pendek atan
Komunik atif Digital Terhadap
Kemampuan Berpik ir Kritis
Mahasiswa Pemula Pada
Pembelajaran Bahasa .
Laporan
Penelitian. UM Purworejo. Reigeluth,
C.M. 2011. Desain
Instruk sional Teori dan
Model- Model (Alih Bahasa: Ary
Nilandari). Bandung: Alfabeta.
Subekti, H., Taufiq, M., Susilo, H.,
Ibrohim, & Suwono, H. 2018.
Mengembangkan Literasi
Informasi Melalui Belajar
Berbasis Kehidupan Terintegrasi
Stem Untuk Menyiapkan Calon
Guru Sains Dalam
Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0: Revieu Literatur.
Education and Human
Development Journal, Vol. 3, No.
1, April 2018.
Sukartono. 2018. Revolusi Industri 4.0
dan Dampak nya terhadap
Pendidik an di
Indonesia.http://pgsd.ums.ac.id/
w
pcontent/uploads/site s/73/2018/12
/Materi-Sukartono.pdf. Di akses
1
April 2019.
Syamsuar & Reflianto. 2018.
Pendidikan Dan Tantangan
Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi Di Era Revolusi
Industri 4.0. Jurnal Ilmiah
Tek nologi Pendidik an. Vol 6,
No
2 (2018).
Wahyuni, D. 2018. Peningkatan
Kompetensi Guru Menuju Era
Revolusi Industri 4.0. Info
Singk at. Vol. X,
No.
24/II/Puslit/Desember/2018. Wibowo,
T., Sutawidjaja, A., As’ari, A.
R., & Sulandra, I. M. 2017.
The
Stages of Student Mathematical
Imagination in Solving
Mathematical Problems.
International Education Studies;
Vol. 10, No. 7.

Anda mungkin juga menyukai