Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN AKHIR PSP2N ANGK.

XXVI
STASE KEPERAWATAN GERONTIK DI PUSKESMAS JENGGAWAH
KABUPATEN JEMBER
PERIODE 4 : Tanggal 15-20 Februari 2021

Kelompok A
Cantik Bahirah Zakarija.,S. Kep NIM 202311101072
M. Nazeh Aminudin., S. Kep NIM 202311101088
Fitri Handayani., S. Kep NIM 202311101102

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
LAPORAN AKHIR PSP2N ANGK.XXVI
STASE KEPERAWATAN GERONTIK DI PUSKESMAS JENGGAWAH
KABUPATEN JEMBER
PERIODE 4: Tanggal 15-20 Februari 2021

Diajukan guna melengkapi tugas akhir stase Keperawatan Gerontik Program Studi Profesi Ners
dan mencapai gelar Ners Keperawatan (Ners)

Kelompok A
Cantik Bahirah Zakarija.,S. Kep NIM 202311101072
M. Nazeh Aminudin., S. Kep NIM 202311101088
Fitri Handayani., S. Kep NIM 202311101102

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan
Tugas Laporan Akhir PSP2N ANGK. XXVI GELOMBANG 3 STASE KEPERAWATAN
GERONTIK PUSKESMAS JENGGAWAH ini. Laporan akhir ini berisikan laporan
pembelajaran luring periode 15 Februari - 20 Februari 2021 di PKM Jenggawah. Kami
menyadari bahwa laporan ini tidak bisa selesai tanpa bantuan-bantuan dari berbagai pihak. Kami
berterima kasih kepada siapapun yang telah membantu menyelesaikan tugas ini. Semoga Allah
membalas kebaikan dan ketulusannya. Kami menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dan
begitu pula dengan laporan akhir ini. Kami menyadari bahwa kami masih membutuhkan
bimbingan mengingatkan keterbatasan informasi, ilmu dan pengetahuan. Oleh sebab itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang membangun. Semoga laporan akhir ini bisa bermanfaat bagi
kita semua. Terima Kasih.

Penulis

Kelompok A
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I. PENDAHULUAN

Lansia atau lanjut usia adalah seorang yang telah berusia diatas 60 tahun, menurut WHO
(2019) yaitu kelompok umur dimana telah memasuki tahapan akhir fase kehidupannya. Usia
lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam
puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan
psikologis yang semakin menurun. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain
(Soejono.,2000). Meningkatnya populasi lansia menyebabkan munculnya beberapa masalah
kesehatan pada fungsi organ, yang akan memicu terjadinya penyakit degenerative. Penyakit
degenerative dapat menurunkan kualitas hidup lansia karena meningkatkan angka morbilitas dan
dapat menyebabkan kematian (Hermawan dan Rosyid, 2017). Penyakir degeneratif lansia yaitu :
Hipertensi, katarak, stroke, Diabetes Melitus, low back pain, asam urat, gastritis (RISKESDAS,
2018).
Proporsi penduduk di atas 60 tahun di dunia diperkirakan akan terus meningkat. Perkiraan
peningkatan dari tahun 2000 sampai 2050 akan berlipat ganda dari sekitar 11% menjadi 22%,
atau secara absolut meningkat dari 605 juta menjadi 2 milyar lansia( WHO,2014). Dari tahun
2010-2014 pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun terus meningkat, dari 3,54 juta per
tahun menjadi 3,70 juta per tahun. Saat ini Jumlah penduduk usia lanjut Berkisar antara 27 juta
(angka nasional), dan diprediksi pada tahun 2020 akan menjadi sekitar 38 juta atau 11,8% dari
seluruh jumlah penduduk usia lanjut yang ada pada saat ini di kota Surakarta sebesar 11,3%
(DKK Surakarta, 2016).
Berdasarkan hasil pengkajian kepada lansia yang berada pada wilayah Puskesmas
Jenggawah didapatkan sebanyak 18 orang yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang
sedangkan perempuan sebanyak 12 orang. Permasalahan kesehatan yang dialami oleh lansia
tersebut yaitu Hipertensi 6 kasus, katarak 1 kasus, ISPA 2 kasus, LBP 1 kasus, Asam urat 1
kasus, penyakit jantung 1 kasus, Gastritis 1 kasus, ISK 1 kasus, Diabetes Melitus 2 kasus,
penyakit kulit 1 kasus, dan TB Paru 1 kasus.
BAB II. HASIL PENGUMPULAN DATA PRIMER
2.1 Data Demografi
Berdasarkan hasil pengkajian kepada lansia didapat sebanyak 18 orang dengan pembagian jenis
kelamin laki-laki sebanyak 6 orang dan perempuan sebanyak 12 orang. Setelah dilakukan
pengkajian terdapat beberapa lansia yang memiliki permasalahan lebih dari satu. Permasalahan
kesehatan yang dialami lansia yaitu Hipertensi, Diabetes Melitus, Gastritis, Asam urat, Katarak,
ISPA, TBC, penyakit jantung, ISK, penyakit kulit, dan LBP. Berdasarkan pengkajian rata-rata
pekerjaan lansia yaitu bertani, berdagang, dan juga ibu rumah tangga.

Tabel 1. Jumlah Kasus Temuan pada Lansia di Puskesmas Jenggawah


No. Kasus Jumlah kasus temuan Persentase (%)
1 Hipertensi 6 33,3
2 Diabetes Melitus 2 11,1
3 Katarak 1 5,6
4 ISPA 2 11,1
5 LBP 1 5,6
6 Asam urat 1 5,6
7 Penyakit jantung 1 5,6
8 ISK 1 5,6
9 Gastritis 1 5,6
10 Penyakit Kulit 1 5,6
11 TBC 1 5,6
Total 18 100

2.2 Profil Puskesmas


Puskesmas Jenggawah berada di jalan Kawi No. 139, krajan, Jenggawah, Kabupaten Jember
Jawa Timur 68171. Puskesmas Jenggawah adalah salah satu puskesmas di Kabupaten Jember,
Puskesmas ini melayani berbagai program puskesmas seperti periksaan kesehatan (check up),
pembuatan surat keterangan sehat, rawat jalan, lepas jahitan, ganti balutan, jahit luka, cabut gigi,
periksa tekanan darah, tes kehamilan, bersalin/persalinan, periksa anak, tes golongan darah, asam
urat, kolesterol, gula darah, dan lain-lain.
BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Hipertensi
Hipertensi yang merupakan salah satu penyakit tidak menular dapat menjadi masalah
kesehatan yang serius. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menjadi peluang dalam timbulnya
stroke, penyakit jantung kongestif dan serangan jantung (Smeltzer & Bare, 2002). Hipertensdi
sendiri dapat di deteksi dengan cara melakukan pemantauan tanda-tanda vital (TTV).
Pemantauan TTV dilakukan bertujuan untuk mengontrol hipertensi klien berada dalam tahap apa.
Faktor penyebeb hipertensi sendiri dapat dibagi menjadi faktor yang dapat diubah dan tidak dapat
dibah. Faktor yang dapat diubah biasanya yaitu terait dengan polamakan, kebiasaan olah raga dan
lain-lain, sedangakan yang tidak dapat di ubah yaitu jenis kelamin, usia, genetik dan lan-lain
(Depkes RI, 2006). Pada penelitian sebelumnya dijalaskan bahwa penyebab munculnya
Hipertensi bermula dari stres, obsitas, kurang olah raga, merokok, alkohol dan makanan yang
mengandung tinggi lemak (Imelda dkk, 2020). Kebiasaan masyarakat yang mengkonsumsi
makanan capat saji, makanan yang tinggi lemak, protein dan tinggi garam juga memicu
terjadinya perekembangan penyakit degeneratif seperti hipertensi.
Kebiasaan klien yang berhubungan dengan gaya hidup klien dapat diubah dengan
meningkatkan kesadaran klien melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan atau edukasi kesehatan
selain dapat menambah pengetahuan juga dapat membantu upaya pencegahan terjadinya
hipertensi atau upaya pencegahan memburuknya hipertensi yang dimiliki klien. Edukasi yang
dapat dilakukan yaitu edukasi kesehatan terkait gaya hidup sehat dan edukasi terkait diet atau
nutrisi yang sesuai untuk dianjurkan pada klien dengan hipertensi (Tarigan dkk, 2018). Hal ini
berpengaruh agar klien dan keluarga lebih memahami terkait makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan bagi penderita Hipertensi (Wardani dkk, 2018). Selain itu gejala yang muncul pada
hipertensi dapat berupa nyeri yang biasanya muncul pada bagian belakang kepala. Manajemen
nyeri yang dapat dilakukan dan mudah dilakukan untuk mengatasi hal ini yaitu teknik
nonfarmakologi berupa teknik relaksasi nafas dalam dan kompres hangat (Fadlilah, 2019).
Tindakan tersebut memberikan efek relaksasi pada klien sehingga berguna untuk mengurangi
nyeri, menurunkan skala nyeri dan mengontrol nyeri klien.
3.2 Katarak
Katarak merupakan penyakit yang ditandai dengan terganggunya penglihatan akibat
terganggunya struktur lenda dan akumulasi pigmen. Individu kan merasa membutuhkan lebih
banyak cahaya untuk melihat hal hal dengan jelas, silau, dan peruabah persepsi warna baik dari
kontras atau kekuningan. Pederita katarak 55% merupakan orang dengan usia 60-80 tahun (Aini
& Santik, 2018). Pada klien yang mengalami katarak diagnosa keperawatan yang muncul berupa
gangguan persepsi sensori penglihatan dan resiko cidera hal ini diakibatkan menurunnya
kemampuan klien dalam melihat. Pada klien yang sudah mendapatkan jadwal untuk oprasi
katarak diagnosa keperawatan yang paling sering muncul berupa defisit pengetahuan dan ansietas
terkait tindakan invasif yang akan dilaksanakan, sedangkan setelah operasi yang paling sering
muncul yaitu nyeri. Berdasarkan hal tersebut intervensi yang dapat dilakukan yaitu pemenuhan
kebutuhan dasar manusia, pencegahan cidera, edukasi praoperasi dan manajemen nyeri (Warow
dkk, 2018).

3.3 TBC
TBC (Tuberkulosis) merupakan menyait yang disbebkan oleh mycobacterium Tuberkulosis
dan dapat muncul dalam bentuk aten atau aktif, TBC menular melalui udara dan droplet
(Syamsudin dan Sesilia,2010). Masalah keperawatan yang sering muncul pada TBC yaitu terkait
kepatuhan minum obat (Handono, 2020). Perawat perlu memberikan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan terkait pengobatan TBC dan pentingnya patuh pada pengobatan yang
dijalanani. Tujuan pengobatan TBC yaitu penyembuahan secara individual serta mengurangi
trasmsi penularan kepada orang lain. Selain itu keluarga klien juga harus memberikan dukungan
dalam pengobatan TBC misalnya dalam hal dukungan mental terkait pegobatan TBC yang harus
terus-menerus dan membutuhkan waktu lama, juga mengingatkan klien untuk rutin dan tepat
waktu dalam meminum obatnya.
Klien dengan TBC juga dapat diajarkan terkait teknik batuk efektif. Teknik batuk efektif
fapat membantu klien untuk membersihkan jalan nafas dan memaksimalkan proses pengeluaran
sekresi dan mencega resiko tingginya retensi sekresi (Listiana dkk, 2020). Batuk efektif yang
dilakukan dengan teknik yang tepat dapat bermanfaat bagi klien berupa klien menghemat energi
sehingga tidak mudah lela dan dapat mengeluarkan dahan secara maksimal, mengatasi kesulitan
bernafas, gangguan pertukaran gas, sianosis, dan obstruksi jalan nafas.
3.4 Low Back Pain (nyeri punggung bawah)
Low Back Pain atau nyeri punggung bawah bukanlah suatu diagnosis, melainkan suatu
gejala yang dimana pada beberapa kasus sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan
yang tinggi, namun pada sebagian besar kasus, diagnosis tidak pasti dan berlangsung lama.
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya low back pain pada lansia seperti
kebiasaan duduk lama, mudah lelah atau bisa juga karena penyakit tertentu seperti jatuh terduduk
yang mengakbatkan hernia nukleus pulposus pada daerah tulang lumbal. Pada lansia sendiri,
gangguan keseimbangan dapat berpotensi untuk terjadinya risiko jatuh yang mengakibatkan
patah tulang, pergeseran tulang, dan/atau pergeseran sendi. Selain itu juga akan muncul gangguan
gerak pada lansia, misalnya pada leher, bahu, punggung bawah, lutut dan kaki(Sipayung dkk.,
2020).

3.5 Asam Urat


Dari penelitian yang sudah dilakukan didapatkan hasil bahwa lansia sangat berisiko
terkena asam urat. Nilai normal asam urat 3,4-7,0 mg/dl pada laki-laki dan 2,5-5,7 pada
perempuan. Pada usia dewasa muda laki-laki lebih banyak yang terkena asam urat karena hormon
androgen pada pria dewasa lebih aktif. Sedangkan pada wanita, hormon esterogen mampu
menurunkan risiko penumpukan asam urat. Namun saat memasuki usia lanjut esterogen wanita
sudah tidak aktif sehingga meningkatkan risiko asam urat. Tanda gejala yang biasanya muncul
pada penderita asam urat adalah adanya rasa nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sendi disertai
gejala pembengkakan. Metode pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah menggunakan metode
Tes Strip dan metode Enzymatic Colorimetic yang masing-masing mempunyai keunggulan dan
kelemahan sendiri. Kesalahan hasil pemeriksaan biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor mulai
dari pra analitik, suhu dan waktu inkubasi, reagen yang rusak, tips da tabung reaksi yang
digunakan berulang, serat alat fotometer yang tidak baik (Nasir, 2017).

3.6 ISK (Infeksi Saluran Kemih)


Perempuan usia lanjut mempunyai risiko lebih tinggi daripada laki-laki untuk mendererita
ISK. Lansia yang tinggal di panti juga lebih mudah menderita ISK daripada lansia yang tinggal di
tengah masyarakat. Gangguan fungsi kognitif seperti demensia, kemampuan yang berkaitan
kemandirian, menurunnya minat, depresi dan lain sebagainya. Keadaan tersebut juga
meningkatkan kemungkinan ISK pada penderita geriatri dengan gangguan mood. Menurunnya
minat mempengaruhi terhadap asupan nutrisi. Defisiensi esterogen mengakibatkan daerah
genitalia menjadi lebih kering sehingga lebih mudah terinfeksi. Pengosongan kandung kemih
yang tidak maksimal akan menyebabkan kandung kemih selalu terdapat air yang menjadi media
berkembangnya kuman. Perempuan usia lanjut dengan status fungsional yang rendah berisiko
2,66 kali lebih tinggi terjadi ISK dibandingkan lansia mandiri. Penderita inkontinensia urin
sebagai bentuk sindroma geriatri akan memerlukan ketrampilan dan keseksamaan yang memadai
untuk menjamin daerah genitalia tetap kering dan tidak lembab. Prostatitis kronis merupakan
salah satu faktor yang paling sering terjadi pada lansia laki-laki, dan harus dipertimbangkan
apabila terjadi ISK berulang(Torayraju, tanpa tahun).

3.7 Gastritis
Kejadian gastritis pada lansia bervariasi dari tingkat gastritis akut hingga kronik.
Penyebab paling umum terjadinya gastritis adalah akibat peningkatan produksi asm lambung
atau menurunnya daya tahan dinding lambung. Gejala yang muncul biasanya perut kembung
disertau rasa panan di ulu hati samai nyeri ke kepala. Penatalaksanaan yang dapat digunakan pada
pasien gastritis adalah diet makanan yang didalamnya menghindari makanan pedas, asam, pola
makan, tidak merokok dan stres. Perubahan penurunan fungsi sistem tubuh lansia akan
mempengaruhi pada status gizi lansia, misalnya merasa kenyang meskipun belum makan.hal
tersebut menjadikan pola maka sebagai salah satu penyebab munculnya gastritis pada lansia
(Muhith dan Siyoto, 2016).

3.8 Diabetes Melitus


Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak
dapat memproduksi cukup insulin atau insulin tidak dapat bekerja secara efektif. (Depkes RI,
2005).Berdasarkan etiologi penyakitnya, diabetes melitus dibedakan menjadi 4 jenis yaitu
diabetes tipe 1, diabetes tipe 2,diabetes gestasional dan diabetes tipe lain. Diabetes melitus tipe
dua merupakan 90% dari seluruh kasus diabetes (Depkes RI, 2005). Penyakit yang ditandai
dengan kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau
gangguan kerja insulin atau keduanya. Tubuh pasien dengan diabetes mellitus tidak dapat
memproduksi atau tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas,
sehingga kadar gula darah meningkat dan dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek mau
punjangka panjang pada pasien tersebut. (Depkes RI, 2005). Penyebab DM bermacam-macam
salah satunya faktor usia >50 tahun berisiko memiliki penyakit DM, sebab penyakit DM bisa
dipicu oleh frekuensi olah raga yang berkurang saat kita makin tua (Tandra H., 2008).
Seiring dengan proses penuaan, semakin banyak lansia yang berisiko terhadap terjadinya
DM, sehingga sekarang dikenal istilah prediabetes. Prediabetes merupakan kondisi tingginya gula
darah puasa (gula darah puasa 100-125mg/ dL) atau gangguan toleransi glukosa (kadar gula
darah 140- 199mg/dL, 2 jam setelah pembebanan 75 g glukosa). Modifikasi gaya hidup
mencakup menjaga pola makan yang baik, olah raga dan penurunan berat badan dapat
memperlambat perkembangan prediabetes menjadi DM. Bila kadar gula darah mencapai >200
mg/dL maka pasien ini masuk dalam kelas Diabetes Melitus (DM).1 Gangguan metabolisme
karbohidrat pada lansia meliputi tiga hal yaitu resistensi insulin, hilangnya pelepasan insulin fase
pertama sehingga lonjakan awal insulin postprandial tidak terjadi pada lansia dengan DM,
peningkatan kadar glukosa postprandial dengan kadar gula glukosa puasa normal (Indra
Kurniawan., 2010).

3.9 ISPA (infeksi saluran pernapasan atas)


ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah
oleh bakteri, virus maupun ricketsia tanpa atau disertai radang parenkim paru (Martinus Ruku.,
2014). Faktor pendukung terjadinya ISPA meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan
lingkungan. Selain itu faktor tingkat pengetauan juga sangat mempengaruhi seorang lansia
terkena ISPA, semakin tinggi pengetahuan seseorang maka ia akan mengerti tentang penyakit
tersebut dan berusaha untuk menghindarinya. Kesehatan dan status fungsional seorang ;ansia
ditentukan oleh resultante faktor-faktor fisis, psikologis, dan sosioekonomis orang tersebut
(Martinus Ruku., 2014).
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajia lansia yang didapatkan jumlah temuan kasus terbanyak yaitu
kasus masalah kesehatan lansia yaitu hipertensi dengan jumlah 6 dari 18 kasus yang ditemukan.
Sedangkan untuk jenis kelamin terbanyak yaitu jenis kelamin perempuan. Penyebab tingginya
kasus hipertensi pada lansia tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti kebiasaan makan
gorengan, dan mengkonsumsi makanan yang tinggi garam. Selain itu juga kurangnya
pengetahuan tentang hipertensi juga jadi penyebab nya, dan juga kurangnya istirahat.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil pengkajian, implementasi dan juga higga evaluasi di Puskesmas
Jenggawah, diperlukan adanya promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan secara individu
pada klien yang melakukan kunjungan ke poli. Masa pandemik seperti sekarang posyandu lansia
ditiadakan, jadi untuk melakukan promosi kesehatan bisa dilakukan secara individu. Pendidikan
kesehatan yang diperlukan yaitu mengenai diet garam, pola makan, dan juga pengetahuan tentang
hipertensinya tersebut.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Kegiatan Mahasiswa a/n Cantik Bahira., S. Kep NIM 202311101072

Gambar 1: Kegiatan melakukan latihan pergerakan kaki dan ROM

Gambar 2: Promosi kesehatan kepada Lansia mengenai materi Katarak


Lampiran 1. Foto Kegiatan Mahasiswa a/n M. Nazeh Aminudin., S. Kep NIM 202311101088

Gambar 1: Promosi keperawatan kepada lansia mengenai diabetes mellitus dan nutrisi

Gambar 2 : melakukan pemeriksaan tekanan darah


Lampiran 1. Foto Kegiatan Mahasiswa a/n Fitri Handayani., S. Kep NIM 202311101102

Gambar 1 : melakukan pemeriksaan tekanan darah dan promosi kesehatan tentang diet garam
pada klien dengan hipertensi

Gambar 2 : Melakukan pemerksaan tekanan darah pada klien dengan hipertensi


DAFTAR PUSTAKA

Aini, AN & Santik, YDP. Kejadian katarak Senilis di RSUD Tugurejo. HIGEIA. Vol. 2(2): 295-
306.

Depertemen Kesehatan RI. (2006). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta:
Depkes RI.

Fadlilah, Siti. (2019). Pengaruh kompres hangat terhadap nyeri leher pada penderita hipertensi
esensial di wilayah Puskesmas Depok I, Sleman Yogyakarta. Jurnal Keperawatan. Vol 8
(1): 23-31.

Handono, Hugroho P. (2020). Efektivitas Kepatuhan Minum Obat Terhadap Status Gizi
PadaPenderita Tuberkulosis Paru (TBC) di UPT Puskesmas Baturetno. Jurnal
Keperawatan GSH. Vol. 9(2): 38-44

Imelda, dkk. 2020. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi pada Lansa di
Puskesmas Air Diengein Lubuk Minturun. Heme. Vol. 2(2): 68-77

Listiana, D., Keraman, B & Yanto, A. 2020. Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran
Sputum Pada Pasien TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Tes Kabupaten Lebong. CHMK
NURSING SCIENTIFIC JOURNAL. Vol. 4(2): 220-227

Muhith, A. dan S. Siyoto. 2016. Pengaruh Pola Makan dan Merokok Terhadap Kejadian Gastritis
pada Lansia. Jurnal Keperawatan. 9(3):136–139.
Nasir, M. 2017. Gambaran Asam Urat pada Lansia di Wilayah Kampung Selayar Kota Makassar.
Jurnal Media Analisis Kesehatan. 8(2):78–82.
Sipayung, I. J. F., L. Anggiat, dan Soeparman. 2020. Terapi Konvensional dan Metode Mckenzie
pada Lansia dengan Kondisi Low Back Pain karena Hernia Nukleus Pulposus Lumbal :
Studi Kasus. Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi (JFR). 4(2):44–57.
Smeltzer, SC & Bare, BG. (2002). Buku Ajar keperawara Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
Edisi 8. Jakarta: EGC.

Tarigan, A.R., Zukhaida, L., & Syarifah. (2018). PengaruhPengetahuan, Sikap dan Dukungan
Keluargaterhadap Diet Hipertensi di Desa Hulu kecamatanPancur Batu Tahun 2016. Jurnal
Kesehatan. Vol. 11(1): 1-10
Wardani, R., Widyastika, KS., Ardianan, OJ., Sila, IM., & Asri, RLT. (2018). Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Hipertensi terhadapPengetahuan Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan
Manisrenggo. Journal of Community Engagement in Health. Vol. 1(2): 25-28.

Mahardhika W. 2013. Pengaruh aktivitas fisik terhadap kadar gula darah klien diabetes melitus
tipe II di kelurahan gebang wilayah kerja puskesmas patrang jember [skripsi]. Jember:
Universitas Jember.
Ruku M. 2014. Survey faktor-faktor yang mendukung terjadinya ISPA pada lansia di Poliklinik
dalam RSUD Ende. Jurnal Info Kesehatan
Tandra H. 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: Gramedia.
Torayraju, K. tanpa tahun. Infeksi Saluran Kemih pada Geriatri. 2(1):8–11.

Anda mungkin juga menyukai