Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KEPERAWATAN ANAK 1

“HEALTH PROMOTION PADA INFANT-REMAJA”

Oleh :

Nama : Dewi A Luturmas

Npm : 12114201190053

Kelas : D KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

AMBON

2021
HEALTH PROMOTION PADA INFANT - REMAJA

A. Defenisi Health Promotion


Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat agar mereka dapat mandiri menolong diri sendiri juga
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat
sesuai dengan kondisi sosial budaya local dan didukung oleh
kebijakan masyarakat yang berwawasan kesehatan (Depkes RI,
2007).
Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan
memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan
dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas
mengenai pemberdayaan diri sendiri. Proses pemberdayaan
tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat serta
sesuai dengan sosial budaya setempat. Demi mencapai derajat
kesehatan yang sempurna, baik dari fisik, mental maupun sosial,
masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasi dan
kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (Kemenkes, 2011).

B. Tujuan Health Promotion


Tujuan Promosi Kesehatan menurut WHO
1. Tujuan Umum :
Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang Kesehatan
2. Tujuan Khusus :
a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi
masyarakat.
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat
sarana pelayanan kesehatan yang ada.
C. Sasaran Health Promotion
Menurut Maulana (2009), pelaksanaan promosi kesehatan dikenal
memiliki 3 jenis sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.
a. Primer
Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
Masyarakat diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang
tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS). Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung
oleh sistem nilai dan norma sosial serta norma hukum yang
dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para pemuka
masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal.
b. Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan
lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan,
pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan
dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam
upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) dengan cara: berperan sebagai panutan dalam
mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan informasi
tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi
PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group)
guna mempercepat terbentuknya PHBS (Maulana, 2009).
c. Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang
berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan
dan bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat
memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka
diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS
pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan
cara:
a. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan
yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan
mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat.
b. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan
lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS di
kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada
umumnya (Maulana, 2009).

D. Ruang Lingkup Health Promotion pada Infant-Remaja


A. Health promotion pada Infant/bayi
Beberapa promosi kesehatan yang dapat dilakukan pada ibu
dalam menangani bayi baru lahir adalah:
1. Memberikan dukungan dan edukasi kepada ibu dalam
pemberian ASI. Beberapa cara yang dapat dilakukan
perawat untuk mendukung ibu dalam pemberian ASI:
a) Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir
selama beberapa jam pertama.
Bayi mulai meyusui sendiri segera setelah lahir sering
disebut dengan inisiasi menyusu dini (early initiation)
atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan
peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak
kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat
memberikan kehangatan. Selain itu, dapat
membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi
b) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada
ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran
susu, sehingga pengeluaran ASI lancar.
c) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah
lahir sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap
puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin
lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan
rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan
hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos
untuk memeras ASI.
d) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu
dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keinginannya (on
demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya.
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik,
karena isapan bayi sangat berpengaruh pada
rangsangan produksi berikutnya.
e) Menghindari susu botol
Pemberian susu dengan botol dapat membuat bayi
bingung puting dan menolak menyusu atau hisapan bayi
kurang baik. Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap
dari puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.

2. Memberikan promosi kesehatan tentang imunisasi


Upaya mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas pada
anak salah satunya dengan pemberian imunisasi. Imunisasi
merupakan salah satu strategi yang efektif dan efisien dalam
meningkatkan derajat kesehatan nasional dengan mencegah
enam penyakit mematikan, yaitu: tuberculosis, dipteri,
pertusis, campak, tetanus dan polio.
Peran pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar sangat
berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada
bayi (Dewi, dkk, 2013). Pengetahuan berpengaruh pada
kepatuhan dan kesadaran orang tua untuk membawa
bayinya imunisasi. Ibu yang tidak bersedia
mengimunisasikan bayinya dapat disebabkan karena belum
memahami secara benar dan mendalami mengenai
imunisasi dasar. Selain itu kurang memperhatikan dalam
membawa bayinya untuk imunisasi sesuai jadwal. Perawat
harus memiliki strategi untuk meningkatkan kepatuhan ibu
dalam melaksanakan imunisasi. Suparyanto (2011)

3. Memberikan ibu edukasi tentang perawatan tali pusat


Tujuan merawat tali pusat adalah mencegah terjadinya infeksi
dan tetanus pada bayi baru lahir sehingga talipusat tidak
terinfeksi dan tidak menimbulkan penyakit pada tali pusat.

4. Upaya Advokasi
Peran penentu kebijakan dirasa cukup penting agar
diperoleh komitmen yang kuat.

B. Health promotion pada Balita


Pada umumnya kekurangan gizi terjadi pada balita, karena
pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat
dan termasuk kelompok yang rentan gizi, karena pada masa itu
merupakan masa peralihan antara saat disapih dan mulai
mengikuti pola makan orang dewasa. Kurangnya pengetahuan
tentang gizi dan kesehatan pada orang tua, khususnya ibu
merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi
pada balita. Keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan banyak
mempengaruhi pola makan di daerah pedesaan. Terdapat
pantangan makan pada balita misalnya anak kecil tidak
diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan, kacang-
kacangan juga tidak diberikan karena dapat menyebabkan sakit
perut atau kembung.
Adanya promosi kesehatan diharapkan kepada orang tua,
sedapat mungkin memenuhi kebutuhan anak, mengusahakan
pertumbuhan dan perkembangan yang baik, juga memenuhi
kebutuhan organis (makanan bergizi, kebutuhan psikis
(perhatian dan kasih sayang) dan kebutuhan intelektual.
Promosi kesehatan kepada balita dapat dilakukan melalui
penyuluhan dengan metode ceramah yaitu salah satu cara
menerangkan atau menjelaskan suatu ide, pengertian atau
peran secara lisan kepada sekelompok pendengar yang disertai
diskusi dan tanya jawab, sehingga ibu memahami apa yang
diberikan dan disampaikan. Selain itu, materi juga ditampilkan
melaui leaflet yang berisi informasi penting mengenai posyandu
disertai gambar menarik sehingga informasi dapat ditangkap
dengan mudah.

C. Health promotion pada Pre-school


Anak usia prasekolah banyak mengalami permasalahan
kesehatan yang sangat menentukan kualitas anak dikemudian
hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum,
gangguan perkembangan, gangguan perilaku, gangguan
belajar. Pada anak usia prasekolah anak sering menggunakan
fungsi biologisnya untuk menemukan berbagai hal yang ada di
dalam dunianya. Dimana anak lebih suka bermain dengan
segala sesuatu yang dekat dengan dirinya, seperti meletakkan
suatu barang dimulutnya, makan, dan membuang sekretnya
sendiri (Wong, 2009).
Perilaku yang kurang sehat dapat berdampak pada tingginya
kejadian infeksi pada anak usiaprasekolah karena memudahkan
penyebaran infeksi melalui tangan. Bibit penyakit akan mudah
masuk kedalam tubuh melalalui tangan yang mengakibatkan
timbulnya penyakit seperti diare, cacingan, TB, infeksi tangan
dan mulut dan ISPA (Depkes, 2011).
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas),
pelaksanaan bidang pengembangan pembiasan perilaku di
Taman Kanak-kanak dapat dilakukan dengan cara kegiatan
rutin, kegiatan spontan, kegiatan teladan, kegiatan terprogram.
Pengembangan perilaku mencuci tangan disampaikan oleh
pihak sekolah melalui kegiatan rutin setiap harinya ketika waktu
istirahat/makan/bermain dengan pembiasaan perilaku mencuci
tangan, terutama sebelum dan sesudah makan.
Pendidikan kesehatan pada anak usia empat tahun sampai
dengan enam tahun diperlukan metode yang memungkinkan
anak dapat belajar secara nyata. Promosi kesehatan dapat
dilakukan di sekolah dengan menggunakan berbagai media.
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya
untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin
disampaikan oleh komunikator, baik itu dari media cetak, media
elektronika (televisi (TV), radio, komputer dan lain sebagainya)
dan media luar ruang, agar sasaran dapat meningkatkan
pengetahuannya yang akhirnya diharap dapat berubah perilaku
ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2007,
hlm.290).
Ada beberapa metode pembelajaran untuk anak usia
prasekolah, diantaranya bercerita, demontrasi, bercakap-cakap,
pemberian tugas, bermain peran, karyawisata, eksperimen,
bernyanyi, dan pembelajaran terpadu (Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI, 2014).
a) Metode Bercakap-cakap/ Tanya Jawab
Seorang pendidik dapat mengarahkan berbagai pikiran dan
perasaan yang sedang dialami anak dengan mengajak
mereka bercakap-cakap tentang berbagai hal. Banyak topik
bisa dijadikan bahan percakapan, contohnya adalah
bercakap-cakap tentang topik yang disukai oleh anak-anak
seperti makanan kesukaan, binatang kesayangan, cita-cita,
dan termasuk percakapan tentang kesehatan.
b) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi memiliki makna yang penting bagi anak
usia dini, karena melalui metode ini maka dapat membantu
mengembangkan kemampuan untuk melakukan segala
pekerjaan secara teliti, cermat dan tepat; dan membantu
mengembangkan kemampuan peniruan dan pengenalan
secara tepat.
c) Metode Bermain Peran
Bermain peran adalah permainan yang dilakukan anak untuk
memainkan peran tertentu, dengan menirukan perilaku
seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Perkembangan anak yang dapat dikembangkan melalui
metode bermian peran adalah perkembangan kognitif, afektif
dan psikomotor. Menggunakan metode bermain peran
pendidik dapat mengembangkan imajinasi anak tentang
pentingnya perilaku hidup sehat.
d) Metode Praktek Langsung
Metode praktek langsung ini disamping melibatkan aktivtas
pikiran dan penalaran dalam memecahkan masalah
kehidupan seharihari, juga dapat mengembangkan sikap
dan keterampilan motorik dalam area kesehatan.
e) Metode Bercerita
Bercerita dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai
media seperti menggunakan buku cerita bergambar, boneka,
atau media lainnya sehingga lebih menarik bagi anak usia
dini. Metode bercerita dapat melatih anak untuk belajar
mendengarkan.
f) Metode Bermain
Melalui kegiatan bermain akan mengembangkan seluruh
aspek kecerdasan anak, baik kecerdasan logika berpikir,
bahasa, keterampilan motorik, kemandirian, maupun
kecerdasan sosial emosional anak. Berbagai bentuk
permainan bisa dipilih dalam mengambangkan perilaku
hidup sehat pada anak, dan anak sebaiknya diberi
kesempatan untuk memilih permainan yang disukainya.
g) Pembiasaan
Melalui metode pembiasaan yang dilakukan dalam perilaku
hidup sehat sejak usia dini makan itu akan menjadi gaya
hidupnya sampai dewasa kelak.
h) Metode Bernyanyi
Melalui kegiatan menyanyi banyak sekali pesan-pesan
pendidikan yang bisa kita sampaikan kepada anak. Dengan
demikian maka pengetahuan dan keterampilan perilaku
hidup sehat bisa kita sampaikan kepada anak melalui
kegiatan bernyanyi.

D. Health promotion pada Anak Usia Sekolah


Usia Sekolah Dasar (SD) merupakan usia yang sangat
potensial untuk melakukan upaya promosi kesehatan agar anak
dapat mengadopsi kebiasaan sehat dan karakter yang kuat
untuk memenangkan tantangan dan persaingan hidup di masa
depan karena pada masa ini anak mengalami banyak kemajuan
perkembangan secara keseluruhan, dari seorang pra sekolah
yang belum matang ke masa remaja. Kemampuan kognitif anak
meningkat secara dramatis, didukung dengan adanya keinginan
untuk menguasai tugas-tugas dan kemampuan untuk
mengembangkan penilaian moral. Dunia anak juga berkembang
pesat di luar keluarga ketika sekolah dan teman sebaya mulai
memberikan pengaruh yang besar.
Prinsip dalam memberikan promosi kesehatan kepada anak
usia sekolah yaitu bisa menggunakan prinsip caring, caring
disini berarti dengan kasih sayang dan kepedulian (caring),
anak-anak dapat memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan
oleh keluarga, teman, dan orang- orang di sekitarnya.
Pengembangan dukungan sosial akan sangat berkontribusi
positif terhadap pencegahan munculnya efek negatif dari
peristiwa hidup yang menimbulkan banyak tekanan. Nilai kasih
sayang dan kepedulian (caring) akan menjadi bekal anak untuk
dapat menjalankan perannya secara optimal dalam keluarga
dan mampu mengatasi beban hidup yang dihadapi keluarga,
baik secara fisik, psikologis dan sosial. Tujuan umum dari
pengembangan sikap “caring” pada anak usia sekolah adalah
untuk menanamkan kasih sayang, kepedulian dan kerjasama
agar dapat menjalankan perannya secara optimal dalam
keluarga dan masyarakat.
Anak usia sekolah berada pada stadium industry versus
inferiority confussion. Pada stadium ini, anak mengembangkan
kapasitas untuk bekerja dan bekerjasama dengan orang lain.
Inferiority berkembang ketika pengalaman negatif di rumah, di
sekolah, atau dengan teman sebaya menyebabkan perasaan
incompetence dan inferiority.
Masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah salah
satunya yaitu masalah PBHS dengan cara melakukan promosi
kesehatan pada lingkungan sekolah. Banyak sekolah yang
dapat dimanfaatkan untuk menanamkan nilai PHBS melalui
promosi kesehatan terintegrasi dg program Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) Guru dan Masyarakat Sekolah menjadi mitra
pengembangan promosi kesehatan di sekolah Anak sekolah
menjadi kader kesehatan bagi keluarga dan masyarakat.
Upaya meningkatkan kemampuan peserta didik, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah agar mandiri dalam mencegah
penyakit, memelihara kesehatan, menciptakan dan memelihara
lingkungan sehat, terciptanya kebijakan sekolah sehat serta
berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
sekitarnya.
a. Tujuan Promosi Kesehatan di Sekolah
1. Meningkatkan peserta didik, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah untuk ber-PHBS.
2. Meningkatkan lingkungan sekolah yang sehat, aman dan
nyaman.
3. Meningkatkan pendidikan kesehatan di sekolah
4. Meningkatkan akses (kesempatan) untuk pelaksanaan
pelayanan kesehatan di sekolah
5. Meningkatkan peran aktif peserta didik, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah
6. Meningkatkan penerapan kebijakan sehat dan upaya di
sekolah untuk mempromosikan kesehatan
b. Strategi Promosi Kesehatan di Sekolah
WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di
sekolah yaitu:
a. Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah
sangat ditentukan oleh dukungan dari berbagai pihak
yang terkait dengan kepentingan kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan masyarakat sekolah. Guna
mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak
terkait tersebut perlu dilakukan upaya-upaya advokasi
untuk menyadarkan akan arti penting program kesehatan
sekolah. Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai pihak
yang akan menentukan kebijakan program, termasuk
kebijakan yang terkait dana untuk kegiatan
b. Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat
bermanfaat bagi jalannya programpromosi kesehatan
sekolah. Dalam kerjasama ini berbagai pihak dapat
saling belajar danberbagi pengalaman tentang
keberhasilan dan kekurangan program, tentang
caramenggunakan berbagai sumber daya yang ada,
serta memaksimalkan investasi dalampemanfaatan untuk
melakukan promosi kesehatan.
c. Penguatan kapasitas
Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di
sekolah harus dapat dilaksanakansecara optimal. Untuk
itu berbagai sektor terkait harus diyakini dapat
memberikan dukunganuntuk memperkuat program
promosi kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor
inidapat terkait dalam rangkapenyusunan rencana
kegiatan, pelaksanaan, monitoring danevaluasi program
promosi kesehatan sekolah
d. Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik
pemerintah, LSM maupun usaha swasta akansangat
mendukung pelaksanaan program promosi kesehatan
sekolah. Disamping itu, dengankemitraan akan dapat
mendorong mobilisasi guna meningkatkan status
kesehatan di sekolah.
e. Penelitrian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari
pengembangan dan penilaian programpromosi
kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian merupakan
akses untuk masuk dalammengembangkan promosi
kesehatan di sekolah baik secara nasional maupun
regional, disamping untuk melakukan evaluasi
peningkatan PHBS siswa sekolah.
f. Hasil yang Diharapkan
1. Anak sekolah menerapkan PHBS
2. Anak sekolah menjadi kader kesehatan bagi
keluarganya
3. Sekolah menjadi lembaga pembelajaran dalam
promkes
4. Para guru menjadi mitra pengembangan promkes di
sekolah
5. Anak sekolah tumbuh sehat & berprestasi
g. Kegiatan promosi kesehatan PHBS di Sekolah
1) Jajan di kantin sekolah yang sehat
2) Membuang sampah pada tempatnya
3) Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah
4) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi
5) Badan setiap 3-6 bulan
6) Tidak merokok di sekolah
7) Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara
rutin
8) Buang air besar dan buang air kecil di
jamban sekolah
9) Menerapkan cuci tangan dimana saja dan kapan
saja
h. Program promosi kesehatan pada anak usia sekolah di
Sekolah
Promosi kesehatan disekolah pada prinsipnya adalah
menciptakan sekolah sebagai komunitas yang mampu
meningkatan kesehatannya (health promoting school).
Oleh sebab itu, program promosi kesehatan sekurang-
kurangnya mencakup 3 usaha pokok, yakni:
1. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat
(healthful school living): Lingkungan sekolah yang
sehat, mencakup 2 aspek, yakni sosial (non-fisik)
dan fisik.
2. Pendidikan Kesehatan (Health Education)
Pendidikan kesehatan, khususnya bagi murid
utamanya untuk menanamkan kebiasaan hidup
sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap
kesehatan diri sendiri serta lingkungannya serta
ikut aktif didalam usaha-usaha kesehatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tahap-
tahap:
a. Memberikan pengetahuan tentang prinsip
dasar hidup sehat.
b. Menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat.
c. Membentuk kebiasaan hidup sehat.
3. Pelayanan kesehatan disekolah (health services in
school)
Karena sekolah adalah sebuah komunitas,
meskipun interaksi efektif diantara anggota
komunitas hanya sekitar 6-8 jam, namun perlu
adanya pemeliharaan kesehatan, khususnya bagi
murid-murid sekolah. Pemeliharaan kesehatan
disekolah ini mencakup:
1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala, baik
pemeriksaan umum atau khusus, misalnya:
gigi, paru-paru, kulit, gizi, dan sebagainya.
2) Pemeriksaan dan pengawasan kebersihan
lingkungan.
3) Usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular, antara lain dengan
imunisasi.
4) Usaha perbaikan gizi.
5) Usaha kesehatan gizi sekolah.
6) Mengenal kelainan-kelainan yang
mempengaruhi pertumbuhan jasmani, rohani,
dan sosial. Misalnya, penimbangan berat
badan, dan pengukuran tinggi badan.
7) Mengirimkan murid yang memerlukan
perawatan khusus atau lanjutan ke puskesmas
atau rumah sakit.
8) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan
pengobatan ringan.
E. Health promotion pada Remaja
Menurut Sarwono (2012), remaja adalah suatu masa ketika
individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan
tanda-tanda sosial seksual sekundernya sampai saat mencapai
kematangan seksual. Indivudu mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi
yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Perkembangan yang sangat menonjol terjadi pada masa remaja
adalah pencapaian kemandirian serta identitas (pemikiran
semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak
menghabiskan waktu di luar keluarga. Remaja pada masa
perkembangannya dihadapkan pada tuntutan yang sering
bertentangan, baik dari orangtua, guru, teman sebaya, maupun
masyarakat di sekitar.
Remaja memiliki suatu kemandirian tersendiri di dalam dirinya.
Kemandirian merupakan hasrat/keinginan seorang remaja untuk
melakukan segala sesuatu bagi dirinya sendiri tanpa bantuan
orang lain. Kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab
atas apa yang dilakukan tanpa harus membebani orang
lain. Salah satu tugas perkembangan bagi remaja untuk belajar
dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternative,
membuat keputusan serta tanggung jawab atas segala sesuatu
yang dilakukannya. Kemandirian merupakan sikap otonomi dari
seorang remaja yang relative bebas dari pengaruh, penilaian,
pendapat dan keyakinan orang lain.
Proses perkembangan kemandirian yaitu Kemandirian anak
remaja berkembang melalui latihan yang dilakukan secara
terus-menerus dan dilakukan sejak dini. Dalam proses
pencarian identitas diri, remaja mulai ingin melepaskan diri dari
ikatan phisikis orang tuanya.  Remaja juga ingin mulai
diperlakukan dan dihargai seperti orang dewasa.  Kemandirian
seorang remaja diperkuat melalui proses sosialisasi yang terjadi
antara remaja dengan peer groupnya, dengan tujuan
mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompoknya.

1. Masalah Kesehatan pada Remaja


a. Narkotika
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi
mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke
dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa
pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat,
halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang
menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya.
b. Aborsi
Aborsi adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang
disengaja (abortus provokatus), yakni kehamilan yang
diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga
terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah
kehamilan yang berhenti karena faktor – faktor alamiah
atau disebut abortus spontaneous.
c. HIV/AIDS
HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam
cairan tubuh seseorang seperti darah, cairan sindrom
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.
Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh
berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh
penderita telah menurun.HIV dapat menular ke orang lain
melalui: Hubungan seksual, Jarum suntik/tindik/tato yang
tidak steril dan dipakai bergantian, Mendapatkan transfusi
darah yang mengandung virus HIV, dan Ibu penderita HIV
Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan.

2. Tingkatan Promosi Kesehatan pada Remaja


Promosi kesehatan menggunakan pendekatan pada klien
sebagai pusat dalam pemberian pelayanan dan membantu
mereka untuk membuat pilihan dan keputusan. Sasaran
Promosi Kesehatan pada Remaja
3. Strategi Promosi Kesehatan pada Remaja
a. Advokasi
Strategi advokasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Wajo, berupa bentuk pengusulan bantuan
dana ke Pemerintah Daerah. Tujuan dari pengusulan
bantuan dana ini akan digunakan untuk melakukan
penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan pergaulan
bebas, seks bebas, narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya (napza). Keberhasilan sebuah advokasi dapat
dilihat dari tenaga advokator yang mampu memperoleh
dukungan, yang dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
melakukan komunikasi interpersonal untuk mengajukan
usulan maupun tawaran konsep kepada pemberi
kebijakan dalam hal ini Pemerintah Daerah. Menurut
Notoatmodjo (2005 dalam Ricky Saida, 2012) bahwa
dalam advokasi, peran komunikasi sangat penting sebab
advokasi merupakan aplikasi dari komunikasi
interpersonal maupun massa yang ditujukan kepada para
penentu kebijakan (policy makers) atau pada pembu-at
keputusan (decission makers) pada semua tingkat dan
tatanan sosial.

b. Kemitraan
Selain melakukan tahap advokasi, Dinkes selanjutnya
membangun strategi kemitraan. Strategi ini dijalankan
dengan bekerjasama dengan beberapa instansi terkait,
yang dianggap mampu membantu proses
penanggulangan narkoba di Kabupaten Wajo. Adapun
instansi yang terlibat kerjasma lintas sektor yaitu
puskesmas, sekolah dan polres.
Bentuk kemitraan yang dilakukan antara dinas kesehatan
dan puskesmas berupa penyuluhan kepada remaja yang
bertujuan menambah tingkat pengetahuan remaja tentang
dampak pergaulan bebas, seks bebas, dan napza bagi
kesehatan, sehingga diharapkan terciptanya
pemberdayaan remaja terhadap penanggulangan narkoba
berupa pembentukan kader kesehatan remaja. Bentuk
kemitraan yang dilakukan antara dinas kesehatan dan
sekolah dalam penanggulangan narkoba yaitu membatu
mengumpulkan remaja pada saat dinas kesehatan
melakukan penyuluhan di sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh
informasi mengenai manfaat kemitraan yang disampaikan
oleh informan berupa terciptanya efektifitas penyuluhan,
pekerjaan terasa ringan dan dianggap mampu membantu
pemberantasan narkoba, pencegahan seks bebas dan
pergaulan bebas pada remaja.
c. Pemberdayaan
Pemberdayaaan yang dilakukan dinas kesehatan
terhadap upaya penanggulangan narkoba dengan cara
membentuk kader kesehatan remaja di sekolah.
Tujuannya adalah memberikan pemahaman terhadap
remaja tentang bahaya penyalahgunaan napza, seks
bebas bagi kesehatan, sehingga remaja memiliki
kesadaran untuk ikut terlibat memerangi tindak
penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas dan seks
bebas.
Pembentukan kader kesehatan remaja yang ditujukan
kepada siswa remaja diharapkan dapat menumbuhkan
partisipasi aktif dari siswa akan pentingnya
penanggulangan narkoba dalam segala aktivitasnya
sehari-hari. Partisipasi yang bertanggung jawab sebaiknya
dimiliki setiap masyarakat dan organisasi lokal.
d. Program Promosi Kesehatan pada Remaja
1. Sosialisasi
Sosialisa pada remaja dimulai dari dalam lingkungan
yaitu keluarga, tetangga, sekolah, dan organisasi
umum. Remaja sebagai permasalahan, seperti masa
peralihan, kebutuhan untuk mandiri, menyebabkan
timbulnya gejolak yang macam-macam. faktor
lingkungan bagi remaja dalam proses sosialisasi
memegang peranan penting, sebab proses sosialisasi
pemuda terus berlanjut dengan segala daya imitasi
dan identitasnya. lebih-lebih pada masa peralihan atau
transisi dari masa muda menjelang dewasa, ketika
sering terjadi konflik nilai, wadah pembinanya harus
lebih fleksible, mampu dan mengerti dalam membina
remaja tanpa harus mematikan jiwa mudanya yang
penuh dengan vitalitas hidup.
2. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dikalangan remaja sangat
dibutuhkan dalam   membibing remaja untuk lebih
memperhatikan kesehatan hidup. Batasan pendidikan
kesehatan meliputi:
1) Perbaikan sanitasi lingkungan
2) Perubahan perilaku sehat pada remaja
3) Mencegah penyakit menular
4) Pendidikan kebersihan perorangan
5) Pelayanan medis
6) Untuk menjamin setiap orang hidup yang layak
dalam pemeliharaan kesehatan.
Pendidikan kesehatan remaja mencakup masalah
kesehatan reproduksi, sexsualitas, kebersihan diri dan lain
sebagainya, agar remaja bisa lebih menjaga dan
memperhatikan perilaku kesehatannya.
3. Pendidikan Pergaulan
Pergaulan dikalangan remaja adalah salah satu
kebutuhan hidup dari manusia, sebab manusia adalah
makhluk sosial yang dalam kesehariannya
membutuhkan orang lain, dan hubungan antar
manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal
relationship). Pergaulan   yang terjadi saat ini sudah
sangat memperhatikan. Banyak sekali terjadi perilaku
yang telah menyimpang dan melanggar nilai sosial
yang ada dalam masyarakat. Perilaku anak muda atau
remaja zaman sekarang telah jauh dari norma agama
sebagi pegangan hidup. Sehingga, pergaulan remaja
saat ini harus lebih dipilah dan dipilih untuk
menentukan yang baik dan yang buruk dengan
diberikannya Pendidikan pergaulan pada remaja

Bentuk-bentuk pergaulan bebas di kalangan remaja :


a. Penyalahgunaan narkoba dan narkotika
b. Perilaku seksual yang menyimpang dari norma-
norma agama
c. Pesta Miras (minuman keras) atau mabuk-
mabukan dan masih banyak lagi.

Cara menangani pergaulan bebas dikalangan remaja


yaitu pendidikan pergaulan yang harus dilakukan
antara lain sebagai berikut:

1) Tidak menonton film – film, media - media yang


menyimpang
2) Para remaja harus bisa memfilter pergaulan yang
mana yang harus diikuti
3) Memberikan pendidikan tentang kesehatan secara
terbuka, sabar dan bijaksana
4) Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang
penyimpngan perilaku sehat serta segala akibat
baik dan buruk
5) Menghindari hal – hal yang menyimpang dari
norma- norma agama dan kesusilaan
6) Menumbuhkan rasa malu untuk melakukan hal –
hal yang dianggap buruk
7) Menumbuhkan rasa takut untuk melakukan
penyimpangan perilaku kesehatan
8) Menjauhi atau “Say No To Drugs”
9) Orang tua harus selalu mengontrol apa yang
dilakukan oleh anak remajanya
10) Orang tua harus lebih memberi perhatian pada
anak remajanya
11)  Adanya rasa keterbukaan antara orang tua dengan
anak remajanya
4. Pendidikan pada Orang Tua Remaja
Pada promosi kesehatan ini peranan orang tua sangat
penting dalam perubahan sikap dan perilaku remaja
terhadap kesehatan.
1. Memperlakukan anak sesuai karak teristiknya
masing-masing, tidak untuk disamakan atau
disbanding-bandingkan
2. Memantau kegiatan anak mulai dari yang di dalam
rumah dan di lar rumah
3. Mengajarkan, membiasakan serta mempraktikan
langsung perilaku-perilaku sehat sehingga anak
mudah dan terbiasa mencontoh kebiasaan baik
orang tua di dalam rumah.
4. Mengantarkan anak ke dalam religious yang kuat
dalam membangun komunikasi dan hubungan
spiritual yang kokoh baik dengan cara
habluminallah maupun habluminannas.
5. Memfasilitasi anak dalam berbagai keterampilan
praktis, serta di berbagai sektor kehidupan sesuai
dengan kemampuan dan bakat, serta kepribadia
anak.
6. Melatih anak untuk belajar mengambil keputusan
yang konsisten dan responbility.
7. Mengerti perasaan dan keinginan anak
8. Tegas namun lembut dalam mengambil suatu
kebijakn yang nantinya akan di terapkan pada
remaja tersebut.

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas KMB Iii - Gracya
    Tugas KMB Iii - Gracya
    Dokumen4 halaman
    Tugas KMB Iii - Gracya
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Uas Kmb-Nerlyn
    Uas Kmb-Nerlyn
    Dokumen10 halaman
    Uas Kmb-Nerlyn
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • EMERGENCY PLAN
    EMERGENCY PLAN
    Dokumen8 halaman
    EMERGENCY PLAN
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Syok Hipovolemi
    Syok Hipovolemi
    Dokumen15 halaman
    Syok Hipovolemi
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN KEGIATAN KKN-PPM 56 Jemaat Sersing Siwang
    LAPORAN KEGIATAN KKN-PPM 56 Jemaat Sersing Siwang
    Dokumen26 halaman
    LAPORAN KEGIATAN KKN-PPM 56 Jemaat Sersing Siwang
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen6 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • LP Supervisi Hipertensi Rina
    LP Supervisi Hipertensi Rina
    Dokumen3 halaman
    LP Supervisi Hipertensi Rina
    Yayah Agung Fadilah
    0% (1)
  • UAS KMB III (Thelma)
    UAS KMB III (Thelma)
    Dokumen8 halaman
    UAS KMB III (Thelma)
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Salinan KUNCI BAGIAN 9 - KOREKSI FISKAL
    Salinan KUNCI BAGIAN 9 - KOREKSI FISKAL
    Dokumen5 halaman
    Salinan KUNCI BAGIAN 9 - KOREKSI FISKAL
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • KESEHATAN LANSIA
    KESEHATAN LANSIA
    Dokumen12 halaman
    KESEHATAN LANSIA
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Syok Hipovolemi
    Syok Hipovolemi
    Dokumen15 halaman
    Syok Hipovolemi
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Pandangan Agama dalam Perawatan Paliatif
    Pandangan Agama dalam Perawatan Paliatif
    Dokumen7 halaman
    Pandangan Agama dalam Perawatan Paliatif
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen6 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Askep Infertilitas
    Askep Infertilitas
    Dokumen9 halaman
    Askep Infertilitas
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen4 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • SKP Keperawatan
    SKP Keperawatan
    Dokumen4 halaman
    SKP Keperawatan
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • SKP DOKUMEN
    SKP DOKUMEN
    Dokumen5 halaman
    SKP DOKUMEN
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen6 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Dokumentasi Tindakan Keperawatan Harian
    Dokumentasi Tindakan Keperawatan Harian
    Dokumen6 halaman
    Dokumentasi Tindakan Keperawatan Harian
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen6 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen4 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • SKP Keperawatan
    SKP Keperawatan
    Dokumen6 halaman
    SKP Keperawatan
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen3 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen4 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen3 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • SKP DOKUMEN
    SKP DOKUMEN
    Dokumen5 halaman
    SKP DOKUMEN
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen6 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen3 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen4 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen5 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat