Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar Premium dengan Variasi Timing Pengapian


Tabel 1. Rerata konsumsi bahan bakar premium dengan variasi timing pengapian

IG Timing Konsumsi premium (ml/detik)


(°BTDC) 1000 rpm 1500 rpm 2000 rpm
15 0,325 0,49 0,675
10 0,34 0,53 0,67
8 0,39 0,58 0,8
5 0,38 0,565 0,78
0 0,39 0,595 0,815

0.9
Konsumsi Bahan Bakar Premium (ml/detik)

0.8

0.7

0.6

0.5 15
10
0.4
8
0.3 5
0
0.2

0.1

0
1000 1500 2000
Putaran Mesin (rpm)

Gambar 11. Grafik rerata konsumsi bahan bakar premium dengan variasi timing
pengapian

19
B. Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar Pertalite dengan Variasi Timing Pengapian

Tabel 2. Rerata konsumsi bahan bakar pertalite dengan variasi timing pengapian

IG Timing Konsumsi Pertalite (ml/detik)


(°BTDC) 1000 rpm 1500 rpm 2000 rpm
15 0,315 0,485 0,64
10 0,345 0,52 0,725
8 0,345 0,53 0,74
5 0,415 0,58 0,77
0 0,405 0,62 0,83

0.9

0.8
Konsumsi Bahan Bakar Pertalite

0.7

0.6
(ml/detik)

0.5 15
10
0.4
8
0.3
5
0.2 0
0.1

0
1000 1500 2000
Putaran Mesin (rpm)

Gambar 12. Grafik rerata konsumsi bahan bakar pertalite dengan variasi
timing pengapian

Dapat kita lihat dalam gambar 12 dan gambar 13 bahwa pada timing pengapian 0° sebelum TMA konsumsi bahan bakar yang paling boros karena mengalami
keterlambatan

20
pembakaran dan penutupan katup masuk bahan bakar lebih lama. Penutupan katup intake
yang terlalu lama ini menyebabkan banyak bahan bakar yang terpakai banyak namun daya
dorong yang dihasilkan rendah. Pada timing pengapian ini dorongan yang dihasilkan lebih
sedikit karena piston sudah terlalu turun dan sudut antara batang torak dan poros engkol juga
menjadi lebih kecil.

Pada timing pengapian 15 ° sebelum TMA konsumsi bahan bakar yang paling irit
karena pada langkah hisap bahan bakar yang masuk lebih sedikit. Hal ini juga dipengaruhi
penutupan katup masuk yang lebih lebih awal. Dalam timing pengapian ini pembakaran juga
terlalu awal yang dapat menimbulkan terjadinya engine knocking sehingga pada timing
pengapian ini tidak cocok digunakan karena mesin cepat mengalami kerusakan yang
disebabkan knocking tersebut.
C. Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar
Pada tabel 1 dan 2 dapat dilihat ada perbedaan dalam hal konsumsi bahan bakar antara
premium dan pertalite. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 11 dibawah ini.

0.9

0.8 0.8
0.74
Konsumsi Bahan Bakar (ml/detik)

0.7

0.6
0.58
0.53
0.5
premium
0.4 0.39
0.345 pertalite
0.3

0.2

0.1

0
1000 1500 2000
Putaran Mesin (rpm)

Gambar 13. Grafik perbandingan konsumsi premium dan pertalite pada timing
pengapian 8° BDTC

21
Dalam keadaan timing pengapian standar ( 8° sebelum TMA ) terdapat perbedaan
konsumsi bahan bakar sekitar 0,05 ml/ detik. Terlihat bahwa penggunaan bahan bakar
pertalite sedikit lebih irit dibandingkan bahan bakar premium.Konsumsi bahan bakar pada
timing ini pun terbilang ideal karena bahan bakar dapat terbakar secara sempurna.

Pada timing pengapian ini putaran mesin juga lebih stabil dibanding saat pengapian
dimajukan atau dimundurkan. Hal ini disebabkan karena tekanan pembakaran maksimum
saat pengapian yang tepat berada sekitar 10° setelah TMA, sehingga dapat menekan secara
o
optimal torak dimana sudut engkolnya 90 maka dorongan yang dihasilkan tegak lurus untuk
bergerak ke TMB.

Sedangkan pada timing pengapian 0° dan 5° perbedaan konsumsi bahan bakar dapat
dilihat pada gambar 14 dan 15.

Perbandingan Konsumsi Premium dan Pertalite pada


Timing Pengapian 0° BDTC
0.9

0.8
Konsumsi Bahan Bakar (ml/detik)

0.7

0.6

0.5

0.4 premium
0.3 pertalite

0.2

0.1

0
1000 1500 2000
Putaran Mesin (rpm)

Gambar 14. Perbandingan konsumsi premium dan pertalite pada timing pengapian 0°
BDTC

22
Perbandingan Konsumsi Premium dan Pertalite pada
Timing Pengapian 5° BDTC
0.9

0.8
Konsumsi Bahan Bakar (ml/detik)
0.7

0.6

0.5

0.4 premium
0.3 pertalite

0.2

0.1

0
1000 1500 2000
Putaran Mesin (rpm)

Gambar 15. Perbandingan konsumsi premium dan pertalite pada timing pengapian 5°
BDTC

Pada gambar 14 yaitu timing pengapian 0° sebelum TMA hanya terdapat sedikit
perbedaan antara konsumsi premium dan pertalite yaitu sekitar 0,01 sampai 0,02 ml/detik.
Pada timing ini konsumsi bahan bakar lebih boros dan putaran mesin tidak stabil. Bahkan
saat start, mesin tersendal-sendal dan susah dinyalakan. Hal ini diakibatkan karena timing
pengapian yang terlambat sehingga tidak didapat tenaga yang maksimum. Karena tekanan
pembakaran maksimum terjadi jauh setelah piston melewati TMA, dimana ini akan
menyebabkan terjadinya kerugian langkah usaha. Tidak hanya itu campuran udara dan bahan
bakar juga tidak terbakar dengan sempurna, bisa dikatakan bahan bakar boros karena
terbuang sia-sia.

Sedangkan pada gambar 15 yaitu timing pengapian 5° sebelum TMA juga hanya terdapat
sedikit perbedaan antara konsumsi premium dan pertalite yaitu sekitar 0,01 ml/detik. Untuk
konsumsi bahan bakar, pada timing ini hampir sama dengan timing pengapian standar (8°
sebelum TMA) dan putaran mesin pun cukup stabil.

Untuk perbandingan konsumsi bahan bakar pada timing 10° dan 15° sebelum TMA
dapat dilihat pada gambar 16 dan 17.

23
onsums
K
0.8

i Bahan Bakar (ml/detik)


0.7

0.6

0.5

0.4
premium

0.3 pertalite

0.2

0.1

0
1000 1500 2000
Putaran Mesin (rpm)

Gambar 16. Perbandingan konsumsi premium dan pertalite pada timing pengapian 10°
BDTC

0.8
(ml/detik)

0.7

0.6

0.5
Konsumsi Bahan Bakar

0.4
premium
pertalite
0.3

0.2

0.1

0
1000 1500 2000
Putaran Mesin (rpm)

24
Gambar 17. Perbandingan konsumsi premium dan pertalite pada timing pengapian 15°
BDTC

Pada gambar 16 yaitu timing pengapian 10° sebelum TMA, konsumsi bahan bakar
premium dan pertalite hampir sama pada putaran mesin 1000 dan 1500 rpm. Namun pada
putaran mesin 2000 rpm terdapat perbedaan konsumsi bahan bakar yang cukup signifikan
yaitu sebesar 0,05 ml/detik. Pemakaian pertalite sedikit lebih boros daripada premium. Hal
ini mungkin dapat disebabkan human error saat pengambilan data. Pada timing ini, konsumsi
bahan bakar sedikit lebih irit dibandingkan timing pengapian standar dan putaran mesin yang
dihasilkan pun cenderung stabil. Untuk memperoleh daya yang maksimal maka posisi batang
o o
torak harus mempunyai besar sudut sebesar 10 . Pada posisi sebesar 10 ini mempunyai torsi
o
yang besar karena posisi sudut engkol membentuk sudut 90 . Pada saat itu pula tekanan
pembakaran mencapai titik tertinggi karena pada titik tersebut gaya putarnya maksimal.
o
Untuk membentuk sudut batang torak sebesar 10 maka perlu penyetingan pada derajat
pengapian motor. Pada timing pengapian inilah dapat dikatakan bahwa konsumsi bakar bakar
lebih efisien baik untuk bahan bakar premium maupun pertalite.

Sedangkan pada gambar 17 yaitu timing pengapian 15° sebelum TMA, konsumsi
premium dan pertalite hanya terdapat perbedaan 0,01 sampai 0,02 ml/detik. Pada timing
inilah konsumsi bahan bakar yang paling irit namun putaran mesin sangat tidak tidak stabil
terutama pada putaran mesin 2000 rpm. Putaran mesin sedikit tersendal-sendal (pincang) dan
timbul suara ketukan pada mesin (engine knocking).Timbulnya suara ini disebabkan karena
ketika piston akan naik keatas, sebelum sampai ke titik mati atas sudah ditekan kembali ke
bawah oleh tekanan hasil pembakaran.

Perbedaan variasi timing pengapian dapat berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar
premium maupun pertalite. Hal ini di sebabkan karena kemajuan saat pengapian
mempengaruhi kecepatan pembakaran. Semakin bertambah derajat pengapian maka
pembakarannya semakin cepat, sehingga kebutuhan bahan bakar semakin cepat. Semakin
cepat kebutuhan bahan bakar maka dapat dikatakan konsumsi bahan bakar semakin boros.

Anda mungkin juga menyukai