Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN JIWA


“RESIKO BUNUH DIRI”

NAMA : RIZKA ADHAINI


NPM : 1914901110069

PROGRAM PROFESI NERS A


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

1. PENGERTIAN
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam
kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku
untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang
tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme
koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu
mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat
menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan,
bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri
keputusasaan (Stuart, 2006).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000),

2. RENTANG RESPON

Adaptif Maladaptif
Pengambilan Perilaku
Peningkatan Resiko Yang Destruktif- Pencederaan
Bunuh Diri
Diri Meningkatkan Diri Tidak Diri
Pertumbuhan Langsung

3. FAKTOR PREDISPOSISI
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko
bunuh diri meliputi:
1. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
2. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini,
dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
untuk perilaku resiko bunuh diri
5. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan
perilaku resiko bunuh diri.
Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan
masalah. Terbagi menjadi:
a. Faktor Genetik
b. Faktor Biologis lain
c. Faktor Psikososial & Lingkungan

4. FAKTOR PRESIPITASI
1. Peristiwa kehidupan yang memalukan
2. Masalah hubungan interpersonal
3. Dipermalukan di depan umum
4. Kehilangan pekerjaan
5. Ancaman penahanan
6. Bisa juga pengaruh media yang mengekspos peristiwa bunuh diri

5. MANIFESTASI KLINIS
1. Pasien Mengungkapkan keinginan bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Mengungkapkan dirinya tidak berguna lagi
5. Merasa putus asa untuk hidup
6. Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan.
7. Mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
6. PHATWAY

7. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
b. Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
c. Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri
merupakan masalah.
d. Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh
diri / penyalahgunaan zat.
e. Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang
dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social.
f. Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.
g. Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko
mengalami perilaku bunuh diri.

Subjektif Objektif
memiliki riwayat penyakit mental mengalami depresi, cemas, dan perasaan
putus asa
menyatakan pikiran, harapan, dan respon kurang dan gelisah
perencanaan bunuh diri
menyatakan bahwa sering mengalami menunjukkan sikap agresif
kehilangan secara bertubi-tubi dan
bersamaan
menderita penyakit yang prognosisnya tidak koperatif dalam menjalani
kurang baik pengobatan
menyalahkan diri sendiri, perasaan berbicara lamban, keletihan, menarik diri
gagal dan tidak berharga dari lingkungan sosial
menyatakan perasaan tertekan penurunan berat badan

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri

3. Rencana Tindakan Keperawatan


Kriteria hasil:
Pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik
Tujuan Intervensi Rasional
pasien tidak pindahkan benda yang prioritaskan tertinggi diberikan
melakukan membahayakan pada aktivitas penyelamatan
aktivitas yang hidup pasien
observasi dengan ketat perilaku pasien harus diawasi
mencederai
sampai kendali diri memadai
dirinya
untuk keamanan
siapkan lingkungan yang aman memberikan kenyamanan pada
pasien
pasien dapat identifikasi kekuatan pasien perilaku bunuh diri
mengidentifikasi mencerminkan depresi yang
aspek positif pada mendasar dan terkait dengan
dirinya harga diri rendah serta
kemarahan terhadap diri sendiri
ajak pasien untuk berperan dijadikan sebagai salah satu cara
serta dalam aktivitas yang mengendalikan perilaku ingin
disukai dan dapat dilakukannya bunuh diri
pasien akan bantu pasien mengenal mekanisme koping maladaptive
mengimplementa mekanisme koping yang tidak harus diganti dengan mekanisme
sikan respons adaptif koping yang sehat untuk
protektif-diri mengatasi stress dan ansietas
identifikasi alternatif cara untuk menumbuhkan dan
yang adaptif
koping meningkatkan mekanisme
koping pasien
pasien akan bantu orang terdekat untuk isolasi sosial menyebabkan
mengidentifikasi berkomunikasi secara harga diri rendah dan depresi,
sumber dukungan konstruktif dengan pasien mencetuskan perilaku destruktif-
sosial yang diri
tingkatkan hubungan keluarga meningkatkan kepercayaan diri
bermanfaat
yang sehat pasien dan mencegah perilaku
destruktif-diri
pasien akan libatkan pasien dan orang pemahaman dan peran serta
mampu terdekat dalam perencanaan dalam perencanaan pelayanan
menjelaskan asuhan kesehatan meningkatkan
rencana kepatuhan
jelaskan karakteristik dari pemahaman dalam proses
pengobatan dan
kebutuhan pelayanan perawatan dan pengobatan
rasionalnya
kesehatan yang telah meningkatkan kepatuhan dan
diidentifikasi, kebutuhan mendukung proses
asuhan keperawatan, diagnosis penyembuhan
medis, pengobatan, dan
medikasi yang
direkomendasikan

8. STRATEGI PELAKSANAAN

SP pada pasien SP pada keluarga


SP 1 Sp 1

1. Identifikasi beratnya masalah resiko 1. Diskusikan masalah yang dirasakan


bunuh diri : isyarat ancaman, percobaan keluarga dalam merawat pasien
(jika percobaan, segera rujuk) 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala
2. Identifikasi benda – benda berbahaya dan serta proses terjadinya resiko bunuh diri
mengamankannya (lingkungan aman 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan
untuk pasien) resiko bunuh diri
3. Latihan cara mengendalikan diri dari 4. Latih cara memberikan pujian hal positif
dorongan bunuh diri : buat daftar aspek pasien, memberi dukungan pencapaian
positif diri sendiri, latihan masa depan
afirmasi/berpikir aspek positif yang 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
dimiliki dan memberikan pujian
4. Masukkan pada jadwal latihan berpikir
positif 5 kali perhari

SP 2 SP 2

1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam


diri sendiri. Beri pujian. Kaji ulang resiko memberikan pujian dan penghargaan atas
bunuh diri keberhasilan dan aspek positif pasien.
2. Latih cara mengendalikan diri dari Beri pujian
dorongan bunuh diri : buat daftar aspek 2. Latih cara memberi penghargaan pada
positif keluarga dan lingkungan, latih pasien dan menciptakan suasana positif
afirmasi/berpikir positif keluarga dan dalam keluarga : tidak membicarakan
lingkungan keburukan anggota keluarga
3. Masukkan pada jadwal alithan berpikir 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
positif keluarga dan lingkungan dan memberikan pujian

SP 3 SP 3

1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam


diri sendiri. Beri pujian. Kaji ulang resiko memberikan pujian dan penghargaan
bunuh diri pada pasien serta menciptakan suasana
2. Diskusikan harapan dan masa depan positif dalam keluarga. Beri pujian
3. Diskusikan cara mencapai harapan dan 2. Bersama keluarga berdiskusi dengan
masa depan pasien tentang harapan masa depan dan
4. Latih cara-cara mencapai harapan dan langkah-langkah mencapainya.
masa depan secara bertahap (setahap 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
demi setahap) dan memberikan pujian
5. Masukkan pada jadwal latihan befikir
positif diri sendiri, keluarga dan
lingkungan, dan tahapan keiatan yang
dilatih.

SP 4 SP 4

1. Evaluasi kegiatan berpikir positif diri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam


sendiri, keluarga dan lingkungan, serta memberikan pujian dan penghargaan
kegiatan yang dipilih. Beri pujian pada pasien serta menciptakan suasana
2. Latih tahap kedua latihan mencapai masa positif dalam keluarga. Beri pujian
depan 2. Bersama keluarga berdiskusi tentang
3. Masukan pada jadwal latihan berpikir langkah dan kegiatan untuk harapan masa
positif diri sendiri, keluarga dan depan
lingkungan, serta kegiatan yang dipilih 3. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM< tanda
untuk persiapan masa depan. kambuh, rujukkan.
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
dan memberikan pujian

SP 5 – 12 SP 5 – 12

1. Evaluasi kegiatan latihan peningkatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam


positif diri, keluarga dan lingkungan, beri memberikan pujian, penghargaan,
pujian menciptakan suasana positif dan
2. Evaluasi tahap kegiatan mencapai membimbing langkah – langkah dalam
harapan dan masa depan mencapai harapan masa depan. Beri
3. Latih kegiatan harian pujian
4. Nilai apakah resiko bunuh diri teratasi 2. Nilai kemampuan keluarga merawat
psien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
control RSJ/PKM

Contoh Strategi Pelaksanaan Resiko Bunuh Diri


SP 1 & 2 Pasien
Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
ORIENTASI
”Assalamu’alaikum A kenalkan saya adalah perawat B yang bertugas di ruang Mawar
ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai 2 siang.”
”Bagaimana perasaan A hari ini?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang A rasakan selama ini.
Dimana dan berapa lama kita bicara?”

KERJA
“Bagaimana perasaan A setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A
merasa paling menderita di dunia ini? Apakah A kehilangan kepercayaan diri?
Apakah A merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang lain? Apakah
A merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering mengalami
kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh
diri atau berharap bahwa A mati? Apakah A pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa
sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A rasakan?” Jika pasien telah
menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan
untuk melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan: “Baiklah, tampaknya A
membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”.
”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk memastikan tidak ada benda-
benda yang membahayakan A.”
”Nah A, Karena A tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup A, maka saya tidak akan membiarkan A sendiri.”
”Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau keinginan itu
muncul, maka untuk mengatasinya A harus langsung minta bantuan kepada perawat
di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi A jangan
sendirian ya, katakan pada perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk
mengakhiri kehidupan”.
”Saya percaya A dapat mengatasi masalah, OK A?”

TERMINASI
”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin
bunuh diri?”
”Coba A sebutkan lagi cara tersebut”
”Saya akan menemani A terus sampai keinginan bunuh diri hilang”
( jangan meninggalkan pasien )

SP 3 Pasien
Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri
ORIENTASI
”Assalamu’alaikum B!, masih ingat dengan saya khan?Bagaimana perasaanB hari
ini? O... jadi B merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada perasaan
ingin bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang
bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana?”Disini
saja yah!

KERJA
“Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup”. ”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk memastikan
tidak ada benda-benda yang membahayakan B.”
”Nah B, karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”
”Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau keinginan itu
muncul, maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat
atau keluarga dan teman yang sedang besuk. Jadi usahakan B jangan pernah sendirian
ya..”.

TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa yang
telah kita bicarakan tadi? Bagus B. Bagimana Masih ada dorongan untuk bunuh diri?
Kalau masih ada perasaan / dorongan bunuh diri, tolong panggil segera saya atau
perawat yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan bunh diri saya akan ketemu B
lagi, untuk membicarakan cara meninngkatkan harga diri setengah jam lagi dan disini
saja.

SP 4 Pasien
Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri
ORIENTASI
“Assalamu’alaikum B! Bagaimana perasaan B saat ini? Masih adakah dorongan
mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu sekarang kita akan
membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih B miliki. Mau
berapa lama? Dimana?”

KERJA
Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi
kalau B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B. Keadaan
yang bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan B masih
ada yang baik yang patut B syukuri. Coba B sebutkan kegiatan apa yang masih dapat
B lakukan selama ini”.Bagaimana kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut,
Mari kita latih.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa
saja yang B patut syukuri dalam hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam
kehidupan B jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (affirmasi). Bagus B. Coba
B ingat-ingat lagi hal-hal lain yang masih B miliki dan perlu disyukuri! Nanti jam 12
kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah.
Tapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera hubungi saya ya!”

SP 5 Pasien
Berikut ini percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah pada pasien isyarat bunuh diri
ORIENTASI
”Assalamu’alaikum, B. Bagaimana perasaannyai? Masihkah ada keinginan bunuh
diri? Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus! Sekarang kita akan
berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul. Mau
berapa lama? Di saja yah ?”

KERJA
« Coba ceritakan situasi yang membuat B ingin bunuh diri. Selain bunuh diri, apalagi
kira-kira jalan keluarnya. Wow banyak juga yah. Nah coba kita diskusikan
keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi
masalah yang paling menguntungkan! Menurut B cara yang mana? Ya, saya setuju. B
bisa dicoba!”Mari kita buat rencana kegiatan untuk masa depan.”

TERMINASI
Bagaimana perasaan B, setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi masalah
yang B akan gunakan? Coba dalam satu hari ini, B menyelesaikan masalah dengan
cara yang dipilih B tadi. Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk
membahas pengalaman B menggunakan cara yang dipilih”.

9. DAFTAR PUSTAKA
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika :
Jakarta.
Stuart, G. . 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, I. 2010. Kepera[=P=P=-P09Kwatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Agungmajestic.files.wordpress.com/2011/10/lp-resiko-bunuh-diri.doc (diakses pada
14 Januari 2017)

Banjarmasin, 16 Juli 2020

Ners Muda,

Rizka Adhaini, S.Kep

Perseptor Akademik,

Muhammad Anwari, Ns., M.Kep

Anda mungkin juga menyukai