Anda di halaman 1dari 4

INDIKATOR DESA SEHAT

1. Peningkatan kapasitas kader PKK dan Posyandu


Kader Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dituntut untuk
meningkatkan peran pemberdayaan guna mendukung terwujudnya kesejahteraan
keluarga. Meliputi : kebersihan lingkungan, PHBS), gizi keluarga, pendidikan keluarga,
home industri (peningkatan pendapatan keluarga).
Bentuk usaha peningkatan kapasitas (kemampuan) kader PKK adalah meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan dalam
a. menciptakan keluarga sehat (melalui PHBS, gizi seimbang, kebersihan
lingkungan keluarga, dan lain-lain)
b. menciptakan keluarga yang pusat pendidikan anak
c. meningkatkan pendapatan keluarga

Tugas Kader Posyandu


Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah
tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal
ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis
pelayanan.
Adapun kegiatan pokok kader baik yang menyangkut didalam maupun diluar Posyandu
antara lain:
a. Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu adalah:
 Melaksanan pendaftaran.
 Melaksanakan penimbangan bayi dan balita.
 Melaksanakan pencatatan hassil penimbangan.
 Memberikan penyuluhan.
 Memberi dan membantu pelayanan.
 Merujuk.
b. Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KB-kesehatan adalah:
1) Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulan
diare.
2) Mengajak ibi-ibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu.
3) Kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan
permasalahan yang ada:
 pemberantasan penyakit menular.
 Penyehatan rumah.
 Pembersihan sarang nyamuk.
 Pembuangan sampah.
 Penyediaan sarana air bersih.
 Menyediakan sarana jamban keluarga.
 Pembuatan sarana pembuangan air limbah.
 Pemberian pertolongan pertama pada penyakit.
 P3K
 Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.
\
c. Peranan Kader diluar Posyandu KB-kesehatan:

1) Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan dan melaksanakan survey


mawas diri, membahas hasil survei, menyajikan dalam MMd, menentukan
masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan
penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat, membahas
pembagian tugas menurut jadwal kerja.
2) Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi wawan muka (kunjungan),
alat peraga dan percontohan.
3) Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk gotong royong,
memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan
dilaksanakan dan lain-lain.

1) Memberikan pelayanan yaitu, :


a) Membagi obat
b) Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan
c) Mengawasi pendatang didesanya dan melapor
d) Memberikan pertolongan pemantauan penyakit
e) Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya

2) Melakukan pencatatan, yaitu:


a) KB atau jumlah Pus, jumlah peserta aktif dsb
b) KIA : jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya
c) Imunisasi : jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang
diimunisasikan
d) Gizi: jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang
naik timbangan
e) Diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan dirujuk

3) Melakukan pembinaan mengenai laima program keterpaduan KB-kesehatan dan


upanya kesehatan lainnya.
4) Keluarga pembinaan yang untuk masing-masing untuk berjumlah 10-20KK atau
diserahkan dengan kader setempat hal ini dilakukan dengan memberikan informasi
tentang upanya kesehatan dilaksanakan.
5) Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan.
6) Melakukan pertemuan kelompok.

2. Gerakan Sadar Gizi


Indikator KADARZI (keluarga sadar gizi) berdasarkan SK Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 747/MENKES/SK/VI/2007 TANGGAL 21 Juni 2007 tentang
Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga:
a) Menimbang berat badan secara teratur
b) Memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eklusif),
c) Makan beraneka ragam
d) Menggunakan garam beryodium
e) Minum suplemen gizi (Tablet tambah darah, kapsul Vitamin A dosis tinggi)
sesuai anjuran.

3. Gerakan PHBS (CTPS dan SGPM)

Membudayakan kebiasaan cuci tangan pakai sabun serta sikat gigi pagi malam
dengan benar dan tepat baik cara dan waktu pelaksanaannya.

4. Gerakan Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri dengan memisahkan sampah


organik dan anorganik kemudian diolah menjadi produk bermanfaat. Sampah organik
dilakukan pengkomposan untuk memperoleh pupuk organik menggunakan metode
TAKAKURA, sedangkan sampah anorganik diolah menjadi kerajinan tangan yang bernilai
jual. Sampah organik terutama daun-daunan (bukan sisa rumah tangga) bisa dimanfaatkan
sebagai kerajinan.

5. Gerakan Jamban Sehat

Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat.


Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut:

a. Tidak mencemari air


 Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar
lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika
keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus
dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
 Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
 Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air
kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.\
 Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan,
empang, danau, sungai, dan laut
b. Tidak mencemari tanah permukaan
 Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan,
dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.
 Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras
kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang
galian.
c. Bebas dari serangga
 Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras
setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya
nyamuk demam berdarah
 Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat
menjadi sarang nyamuk.
 Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang
bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya
 Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
 Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup
d. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
 Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup
setiap selesai digunakan
 Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus
tertutup rapat oleh air
 Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi
untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran
 Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin.
Pembersihan harus dilakukan secara periodic
e. Aman digunakan oleh pemakainya
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang
kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan
penguat lain yang terdapat di daerah setempaT
f. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
 Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran
 Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran
kotoran karena dapat menyumbat saluran
 Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena
jamban akan cepat penuh
 Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan
pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan
minimal 2:100
g. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
 Jamban harus berdinding dan berpintu
 Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari kehujanan dan kepanasan.
 Membentuk arisan jamban sehat bagi warga dan gotong royong
pembangunannya.

Anda mungkin juga menyukai