NAMA KELOMPOK:
1. ANJELINA ROSADALIMA LUKA (1909010002)
2. NADYA PUTRI MELVIN LOE (1909010004)
3. VELICIA GEMALA NINO (1909010010)
4. MARIA IMACULATA NONA BULU BEOANG (1909010016)
5. JESICA AVINDRYANI PRATAMA UDIN (1909010022)
6. ABIGAIL SIONA A. PADALADO (1909010030)
7. SESARIUS WAHYU PAGUNG JAMPUR (1909010040)
8. STEFY ANGELIQUE BASUKI (1909010042)
9. JOSHUA LUBIS (1909010044)
10. LOUISA BLANDINA DA GAMA (1909010046)
11. YUSRI MARIA FERNALDHA HERA (1909010052)
12. DHINO CHRISTOPEL DJARI (1909010054)
13. MEGA PERKASA PUTRA NUGROHO (1909010056)
Informasi penggunaan antibiotik kepada masyarakat sangatlah penting. Antibiotik adalah zat-zat
kimia yang diproduksi oleh fungi dan bakteri yang memiliki efek menghambat pertumbuhan atau
membunuh kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Neal , 2006). Antibiotik
biasanya digunakan untuk terapi empiris, definitif, dan pencegahan (profilaksis). Terapi empiris
merupakan terapi awal yang digunakan sebelum data laboratorium ada. Pemberian antibiotik
sebaiknya dilakukan dengan pertimbangan educated guess (dugaan berbasis pengetahuan) dari
penelitian terkini berdasarkan gambaran penyakit tertentu yang mengarah pada kuman tertentu
sesuai dengan kuman terbanyak di daerah tersebut (Leekha, Terrel, & Edson, 2011). Pada
beberapa penelitian mengenai penggunaan antibiotik untuk pasien rawat jalan, diketahui hanya
69% dari pasien di seluruh dunia yang menyelesaikan pengobatan antibiotik hingga tuntas atau
hingga obat yang diberikan seluruhnya habis (Pechere, 2001).
Rendahnya pengetahuan tentang penggunaan antibiotik dan kepatuhan terhadap pengobatan
seperti inilah yang menyebabkan terjadinya resiko resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Resistensi antibiotik terjadi karena penggunaannya yang meluas dan tidak rasional. Pasien di
rumah sakit lebih dari separuh mendapatkan terapi antibiotik sebagai pengobatan ataupun
profilaksis. Sebagian besar penggunaan antibiotik dipakai untuk kepentingan manusia (80%) dan
penggunaan antibiotik digunakan dengan indikasi yang kurang tepat (sedikitnya 40%), misalnya
infeksi virus (KEMENKES RI, 2011). Disinilah peran kader kesehatan untuk membantu
menurunkan kejadian resistensi antibiotik.
KESIMPULAN
Antibiotic sangat diperlukan untuk mencegah, menghambat bakteri untuk berkembang di dalam
sel makhluk hidup. Pemakaina antibiotic harus sesuai dengan resep dokter agar tidak terjadi
resistensi.
Perlunya penyuluhan edukasi kepada masyarakat tentang resistensi antibiotic dan factor
penyebabya serta tindakan pencegahan terjadinta resistensi antimicroba.