Anda di halaman 1dari 22

JENIS DAN APLIKASI ANTIPARASIT PADA HEWAN

NAMA KELOMPOK :

1. Maria Anastasia Novia Woi (1709010029)

2. Marianus Triyanto Sado (1709010039)

3.Marike J.M Rabila (1709010043)

4.Velicia Gemala Nino (1909010010)

5. Theodora Patrisia Ngindang (1909010014)

6.Maria Imaculata Nona Bulu Beoang (1909010016)

7.Jesica avindryani Pratama udin (1909010022)

8. Abigial Siona A. Padalado (1909010030)

9. Maria Trisiana Dhue Nay (1909010045)

10.Mega P. Putra Nugroho (1909010056)

11. Zadewi Saraswati Nggoek (1909010058


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, misalnya cacing atau kutu.
Infeksi parasit terjadi ketika parasit masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi, gigitan serangga, atau kontak langsung dan tidak langsung dengan penderita
infeksi parasit.Parasit adalah mikroorgansme yang hidup dan menggantungkan hidup dari
organisme lain. Sebagian parasit tidak berbahaya, sedangkan sebagian lain dapat hidup dan
berkembang di dalam tubuh manusia kemudian menyebabkan infeksi.Infeksi parasit kadang
dapat sembuh dengan sendirinya. Infeksi parasit terjadi ketika parasit masuk ke dalam tubuh
hewan melalui mulut atau kulit. Di dalam tubuh, parasit akan berkembang dan menginfeksi
organ tubuh tertentu.Terdapat tiga jenis parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada hewan
yaitu protozoa,ccing dan ektoparasit.Parasit dapat hidup di dalam atau di luar tubuh hewan.
Mikroorganisme ini bisa ditemukan di tanah, air, tinja, serta benda yang terkontaminasi
tinja.Untuk mencegah agar infeksi parasit tidak menimbulkan keluhan yang lebih serius dan
tidak menular maka harus segera dilakukan pegobatan.Pengobatan infeksi parasit tergantung
pada jenis parasit yang menyerang tubuh dan tingkat keparahannya. Pada beberapa kasus, infeksi
parasit bisa pulih dengan sendirinya. Sementara pada kasus lainnya, infeksi parasit perlu
ditangani dengan pemberian obat-obatan antiparasit,

1.2 Tujuan

tujuan pembuatan makalah ini adalah agar penulis dan pembaca dapat mengetahui jenis dan
aplikasi anti parasite pada hewan
BAB II

ISI

2.1 Anti Protozoa

Protozoa yaitu suatu mikroorganisme bersel satu yang dapat menyebabkan infeksi pada
sirkulasi darah, saluran pencernaan dan kandung kemih. Infeksi akibat protozoa yang paling
terkenal adalah Malaria, Disentri dan Trikomoniasis.
a. Malaria : Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit
yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan
nyamuk Ano pheles.
 Patofisiologi : Perubahan patosiologi pada malariaterutama berhubungan dengan
gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung
parasit pada endotelium kapiler.
 Obat-obat malaria : Doksisiklin, Hidrokloroquin, Meflokuin, Primaquin, Pirimetamin,
Kuinin, Sulfadoksin pirimetamin.
1. Kloroquin :
i. Indikasi : pengobatan dan profilaksis malaria, diindikasikan juga untuk artritis
rematoid danlupus eritematosus.
ii. Efek Samping : gangguan saluran cerna, sakit kepala, kejang,gangguan
penglihatan, rambutrontok, reaksi kulit (ruam, pruritus); jarang terjadi, depresi
sumsumtulang, reaksi hipersensitifitasseperti urtikaria, dan angioedema.
 Mekanisme kerja :
1. Mencegah polimerisasi heme menjadi hemozoin.Akumulasi heme intrasel adalah
toksik bagi parasit, dengan cara klorokuin memasuki sel darah merah.
2. Sel parasit menghuni, vakuola pencernaan olehdifusi
3. Kemudian menjadi diprotonasi untuk (cq2+) ,sebagai vakuola pencernaan dikenal
sebagai asam (pH 4.7)
b. Disentri : Disentri adalah radang usus yang menimbulkan gejalameluas, tinja lendir
bercampur darah, selain diare, gejaladisentri yang lain meliputi kram perut, mual, dan
muntah. Etiologi Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica.
 Patofisiologi: Perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu : Faktor yang
meningkatkan kerentanan terhadap diare, Umur, Variasi musiman
 Obat disentri : Dosisiklin, Klorokuin, Dehidroemetin, Metronidazol.
1. Paromomycin :
i. Indikasi : untuk pengobatan infeksi intestinal seperticyptosporidiosisdan
amoebiasis misalnya diare, serta penyakit lain sepertileishmaniasis.
ii. Efek samping : Yang umum terjadi pada salurangastrointestinal adalah mual,
muntah, diare dan perut yangtidak nyaman, terutama jika diberikan dalam dosis
tinggi (biasanya lebih dari 3 gram /hari).

c. Trikomoniasis : trikomoniasis adalah suatu penyakit menular seksual pada vagina atau uretra
yang disebabkan oleh trichomonas vaginalis. Trichomonas vaginalis yaitu organisme bersel
tunggal yang memiliki ekor seperti cambuk.
 Patofisiologis : trikomonas vaginalis menginfeksi selepitel vagina sehingga terjadi proses
kematian sel pejamu (host cell death). Komponen yang berperan dalam proses kematian
sel tersebut adalah mikrofilamen dari T. vaginalis. Selama proses invasi, T. vaginalis
tidak hanya merusaksel epitel namun eritrosit.
 Obat trikomiasis :
1. METRONIDAZOL :
i. Indikasi : infeksi Karena bakteri Anaerob Atau bakteri yang Sensitiif terhadap
Metrodinazol, urethritis, dan trikomonas vaginal.
ii. Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap Metronidazol, Hamil trimester Satu.

 Obat-obat lain antiprotozoal :


 Amprolium : Amprolium adalah analog tiamin yang digunakan untuk mencegah
dan mengobati koksidiosis usus. Ini tersedia sebagai aditif pakan untuk ternak dan
kadang-kadang diberikan dalam makanan atau air minum untuk anak anjing dan anak
kucing. Efek samping anoreksia atau diare jarang terjadi dan terutama terjadi pada dosis
tinggi dan dengan penggunaan jangka panjang. Tanda-tanda sistem saraf pusat (SSP)
dapat terjadi akibat defisiensi tiamin, yang dapat disembuhkan dengan penambahan
tiamin ke dalam makanan. Namun, suplementasi tiamin dapat mengganggu kemanjuran
obat.
 Benzimidazoles : Fenbendazole dan Albendazole
Benzimidazol mengikat β-tubulin dalam berbagai cacing dan protozoa. Hal ini
menyebabkan penghambatan polimerisasi tubulin dan pembentukan mikrotubulus,
dengan gangguan pembelahan sel. Serapan glukosa oleh parasit juga terganggu.
Resistensi dapat terjadi akibat produksi β-tubulin yang diubah oleh parasit, yang
mengurangi pengikatan obat benzimidazol.Fenbendazole banyak digunakan untuk
mengobati giardiasis pada anjing dan kucing. Ini lebih aman daripada metronidazol,
dapat diberikan pada hewan muda, dan memiliki kemanjuran yang lebih tinggi, meskipun
kegagalan pengobatan masih dapat terjadi. Pengobatan atau pemberian fenbendazole
kedua yang dikombinasikan dengan metronidazol dapat efektif dalam kasus yang sulit
disembuhkan. Pemberian makanan dapat meningkatkan penyerapan, tetapi kandungan
lemak makanan tidak mempengaruhi penyerapan.Efek samping fenbendazole sangat
jarang, tetapi dapat berupa penurunan nafsu makan, muntah, diare, dan pansitopenia yang
jarang reversibel. Pada dosis tinggi digunakan untuk mengobati Mesocestoides spp.
peritonitis (100 mg / kg q12h), tanda-tanda neurologis telah diamati. Febantel
dimetabolisme menjadi senyawa benzimidazol dan telah digunakan dalam kombinasi
dengan praziquantel dan pyrantel (Drontal Plus) untuk mengobati Giardia spp. infeksi
pada anjing, meskipun kemanjuran pada dosis label bervariasi dan beberapa anjing dapat
mengembalikan jumlah kista yang rendah ketika pengobatan dihentikan. Albendazole
memiliki afinitas untuk membelah sel dengan cepat, dan meskipun digunakan secara luas
untuk pengobatan infeksi parasit pada pasien manusia, albendazol telah dikaitkan dengan
anoreksia dan penekanan sumsum tulang yang reversibel pada anjing dan kucing
terutama ketika dosis tinggi diberikan selama lebih dari 5 hari. Akibatnya, fenbendazole
digunakan lebih umum pada hewan kecil.
 Nitroimidazol : Protozoa mereduksi nitroimidazol menjadi radikal bebas nitro
anion, yang menyebabkan kerusakan DNA parasit. Beberapa nitroimidazol adalah
mutagen dan karsinogen, tetapi karsinogenesis belum dibuktikan pada anjing dan kucing
dengan penggunaan jangka panjang. Metronidazole, ronidazole, dan tinidazole terutama
digunakan untuk mengobati infeksi protozoa enterik. Benznidazole secara khusus
digunakan untuk mengobati infeksi Trypanosoma cruzi.
 Metronidazol : Metronidazole digunakan untuk mengobati giardiasis pada anjing
dan kucing, meskipun kemanjurannya mungkin serendah 50%. Ia juga memiliki aktivitas
melawan infeksi amuba. Dosis metronidazol yang digunakan untuk pengobatan giardiasis
berpotensi dikaitkan dengan neurotoksisitas, jadi fenbendazol lebih disukai karena
keamanan dan kemanjuran yang lebih tinggi. Metronidazole dapat dikombinasikan
dengan fenbendazole untuk giardiasis refrakter.
 Tinidazole : Tinidazole adalah 5-nitroimidazole yang memiliki aktivitas
bakterisida amoebicidal, giardicidal, trichomonicidal, dan anaerobic. Kadang-kadang
digunakan sebagai pengobatan dosis tunggal untuk giardiasis pada pasien manusia.
Kemanjuran tinidazole untuk pengobatan giardiasis pada anjing dan kucing belum
dievaluasi, dan waktu paruh pada anjing (4,4 jam) dan kucing (8,4 jam) lebih pendek
dibandingkan pada pasien manusia (> 12 jam). Tinidazole sangat baik diserap pada anjing
dan kucing, dengan ketersediaan hayati 100%. Efek simpang serupa dengan
metronidazole. Seperti metronidazole, tinidazole memiliki rasa pahit.
 Ronidazole : Ronidazole adalah obat pilihan untuk pengobatan infeksi janin
Tritrichomonas , yang kurang responsif terhadap metronidazole dan tinidazole.
Resistensi terhadap ronidazole telah diidentifikasi pada beberapa isolat T. fetus dan
dikaitkan dengan kegagalan pengobatan pada kucing yang terinfeksi. Resistensi
diperkirakan hasil dari peningkatan kapasitas pemulung oksigen oleh parasit, di mana
oksigen bersaing secara efektif dengan ronidazol dan nitroimidazol lain untuk elektron
yang terikat ferredoksin.Ronidazole diserap dengan cepat dan sempurna setelah
pemberian oral pada kucing. Beberapa formulasi gabungan mungkin telah menurunkan
kemanjuran sebagai akibat dari kandungan ronidazol yang rendah atau perbedaan dalam
pelepasan obat di tempat kerja (usus besar). Formulasi pelepasan yang dimodifikasi yang
dikirim ke usus besar mungkin telah meningkatkan kemanjuran. Penurunan nafsu makan,
muntah, dan tanda neurologis dapat terjadi pada anjing dan kucing, terutama pada dosis
di atas 30 mg / kg q12h pada kucing dan pada dosis serendah 10 mg / kg / hari pada
anjing. Dosis sekali sehari mungkin cukup karena paruh obat yang lama pada kucing.
Dosis 20 mg / kg atau kurang mungkin tidak efektif membersihkan infeksi T. fetus.
Tanda-tanda neurologis dihasilkan dari antagonisme asam γ-aminobutyric (GABA) di
SSP dan termasuk ataksia, penurunan mental, agitasi, tremor, dan hiperestesi, yang terjadi
hingga 9 hari setelah dimulainya pengobatan dan sembuh ketika obat dihentikan.
 Nitozoxanide : Nitazoxanide merupakan turunan nitrothiazolyl-salicylamide yang
memiliki aktivitas melawan Giardia spp., Cryptosporidium spp., Sarcocystis neurona,
beberapa bakteri anaerob, Helicobacter spp., Dan Campylobacter jejuni . Ini menghambat
reaksi transfer elektron tergantung enzim piruvat-ferredoksin / flavodoksin
oksidoreduktase yang penting untuk metabolisme anaerobik dalam organisme ini.
Resistensi telah didokumentasikan di Giardia spp. Laporan penggunaan nitazoxanide
pada anjing dan kucing jarang terjadi, dan kemanjurannya pada anjing dan kucing
sebagian besar tidak diketahui. Formula kuda (Navigator) yang digunakan untuk
mengobati meningoensefalitis protozoa kuda yang disebabkan oleh Sarcocystis neurona
telah dihapus dari pasaran. Dosis telah diekstrapolasi dari yang digunakan untuk pasien
manusia. Pengobatan nitazoxanide pada kucing koinfeksi Cryptosporidium spp. dan T.
fetus menyebabkan penghentian pelepasan selama pengobatan, tetapi infeksi tidak dapat
dihilangkan. Muntah sering terjadi, terutama pada dosis yang lebih tinggi (75 mg / kg PO
q12h). Pada manusia, nitazoxanide dengan cepat diserap dari saluran pencernaan dan
dimetabolisme menjadi metabolit tizoxanide aktif, yang sangat terikat dengan protein.
Setelah glukuronidasi hati, itu diekskresikan dalam urin dan empedu.
Obat antiprotozoa:
A. Anti malaria
1. Permetrin
Penggunaan: Pencegahan penularan oleh nyamuk,
Comment: Penggunaan repelen/ spray dg insektisida
2. Quinin, klorokuin,hidroksi kloroquin, meflokuin,pirimetamin
Penggunaan: Untuk penanganan serangan akut,
Comment: a. Agen schizontisidal darah yang beraksi pada fase eritrositik infeksi
P.vivax, P.ovale b. Tidak rekomen utk infeksi P. Falciparum, P. malaria
3. Primakuin, tafenokuin
Penggunaan: Untuk penyembuhan secara radikal
Comment: a. Agen schizontisidal jaringan, aksi thd parasit dalam hati b. Kedua obat
ini memiliki aksi mengahncurkan gametosit dan menurunkan penyebaran infeksi
(aksi pada seksual)
4. Klorokuin, meflokuin, proguanil,pirimeta min,dapson, doksisiklin
Penggunaan: Untuk kemoprofilaksis –causal prophylactic agents
Comment: Mengeblok link antara fase eksoeritrositik (dalam hati) dan fase eritrositik
(dalam darah) sehingga mencegah serangan malaria.
5. Primakuin, proguil, pirimetamin
Penggunaan: Untuk mencegah penularan
Comment : a. Mengahancurkan gametosit (aksi pada fase seksual) b. Pencegahan
penularan oleh nyamuk thd manusia

Efek samping :
• Mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, anoreksia, malaise, kaburnya penglihatan,
dan urtikaria jarang terjadi.
• Aturan minum setelah makan dapat mengurangi beberapa efek samping.
B. Obat Amoebisidal
• Amoebiasis-- infeksi oleh Entamaoeba histolyca karena masuknya kista dari amoeba
dalam saluran pencernaan manusia.
• Dalam usus, kista berkembang–) tropozoit---) menempel pada sel epitelium kolon.
• Tropozoit tsb melisis sel inang dan menginvasi menuju kelapisan submukosa, dan
menghambat makrofag yang diaktivasi IFNg sehingga mengakibatkan disentri.

Treatment pada amoebiasis


1.) Obat untuk amoebiasis usus infasif akut meghasilkan disentri amoea parah dan akut,
contoh metronidazole atau tinidazole dengan dilosanid
2.) Obat untuk amoebiasis usus kronik, contoh diloxsanid
3.) Obat untuk amoebiasis hepatik yaitu metronidazole dengan diloxsanid
4.) Obat untuk status karier, contoh diloxsanid
 8 aminoquinoline / (8-AQ) --) menghambat transport elektron
 Primaquine Phosphat
Kucing --) Babesia felis, 0,5 mg/lg bb, p.o, 3 kali pemberian interval 3 hari
o Margin of safety pada kucing rendah, dosis 0,1 mg/kg bb mati
o Efek toksik --) met Hb, hemolisa
o Ekskresi metabolit --) urine
 Aminoacridine --)menghambat sintesa asam nukleat
 Quinacrine (mepacrine) hidrochloride
Giardiosis , 6,6 mg/kg bb, PO (12 jam) --)3-5 hari
 Absorbsi GIT cepat, Distribusi ke seluruh tubuh, hati, limpa, paru-paru, cortex adrenal
 Ekskresi melalui urine
 Efek toksik --) anemia,vomintus, diare
 Selama pengobatan urine/kulit warna kuning
 Aromatic diamidine --) mekanisme kerja tdk jelas
 Diminazene diaceturate (45%diminazene,55%antipyrine)
o Babesia canis/gibsoni, 3,5-4,2 mg/kg bb IM
o Trypanosoma brucei/congolense 3,5-7vvmg/kg bb IM, 14 hari
o Hepatozoon canis 3,5 mg/kg bb IM
o Cytauxzoon felis 2mg/kg 2kali interval 7 hari
 Cepat didistribusi di hati, lambat redistribusi ke jaringan
 Tanda toksik pd anjing seperti gejala syaraf, anaphylaksis, vomintus.
 Kucing lebih sensitif
 Imidocarb dipropionat
Babesia canis/gibsoni 2-6,6 mg/kg SC/IM interval 14 hari
Hepatozoon canis 5mg/kg sekali
 Pentamidine
Babesia canis/gibsoni16,5 mg/kg IM , 2 hari
Leishmaniosis 4mg/kg IM, tiap 48 jam , 30 hari
Pada hati,ginjal, limpa, kemudian disebarkan dgn lambat selama beberapa minggu.
Efek negatif, nyeri pada tempat injeksi, hypotensi, vomintus, diare, hypoglycaemia,
Diabetes mellitus, hypocalcemia, gagal ginjal.
 Phenamidine isethionate
Babesia gibsoni 17,5 – 15 mg/kg IM, 1-2 hari
Absorbsi baik, beberapa anjng yg hypersensitif akan hipersalivasi, vomintus, diare dan
bengkak pada wajah.
 Azo dye
Melibatkan DNA dan menghambat sintesa protein dan replikasi sel
 Trypan Blue
Babesia canis 10 mg/kg IV, pelan, 1% solution
Efek negatif : terjadi shock dan periphlebitis bila injeksinya cepat
 Azole
Hanya untuk protozoa tertentu
Ketoconazole > Leismania spp dan acanthamoeba spp
Albaconazole. (uji coba) > Trypanooma cruzi

 Benzimidazole/pro benzimidazole (Anti protozoa & anthelmintik)


 Albendazole --) giardia , 25mg/kg,12 jam.,Kucing/anjing 2-5 hari
 Febantel (enzymatis --) oxfendazole dan fenbendazole ) fenbendazole yg efektif utk Giar
 Fenbendazole --) Anjing/kucing pada penyakit giardia 25 mg/kg, 12 jam, 5 hari
 Hydroxynaphthoquinone
Secara selektif memblokir transport elektron mitochondria yang akan menghambat
biosynthesa ATP dan pyrimidine pada protozoa yang peka
 Atovaquone
Larut lemak, mudah diabsorbsi di GIT bila bersamaan makanan berlemak
Babesia sp, Toxoplasma sp.
Parvaquone , Buparvaquone
 Hydroxyquinoline (Quinolat group)
Inhibitor potensial yang menghambat respirasi mitochodria protozoa tertentu
 Decoquinate --) Anjing /kucing --) Hepatozoon americanum,PO, 12 jam
 Poultry--) coccidiostat utk Eimeria Tenella, E.necatrix, E. brunetti, E. maxima,
E.averculina, E. mivati, E. mitis dan E. hagani
 Nitrofuran group,
 sbg anti bacteria dan anti protozoa (furazolidon, nitrofurazon, nifurtimox)
 Menghambat reaksi oksidasi, termasuk decarboxylasi pyruvat menjadi acetyl coenzym A
mereduksi energi sel.
o Furazolidon
anjing/kucing --) giardia 4,4 mg/kg PO, 12 jam, 5-7 hari
o Cytoisospora, 8-20 mg/kg PO, 24 jam, 7 hari
o Entamoeba, 2,2 mg/kg PO, 8 jam , 7 hari
Poultry --) E.tenella, E.necatrix (25%nitrofurazone+3,6% furazolidon ),dlm pakan
0,006% utk pencegahan, 0,025% utk pengobatan
o Nitrofurazone
Poultry --) E.tenella dalam pakan 0,005%,kontinyu 0,01%-0,02 % dlm pakan atau air
minum utk pengobatan
o Nifurtimox
Anjing/kucing --) Trypanosoma cruzi 2-7 mg/kg , PO,6 jam, 3-5 bln
o Nitro imidazole
Bekerja secara selektif terhadap mikroorganisme anaerob atau mikroaerophilik
o Metronidazole (komponen sintetis 5-nitroimidazole)
Farmakokinetiknya , mudah diabsorbsi dgn baik di GIT setelah pemberian PO. Sedikit
sekali berikatan dgn protein plasma
Ekskresi melalui urine
Indikasi : Balantidiasis, trichomoniasis, amoebiasis, giardiasis
Anjing/kucing --) Balantidium coli 15-20 mg/kg,PO/12-24 jam , 5-7 hari
Entamoeba histolytica, Giardia duodenalis>25 mg/kg, PO 12 jam, 5-7 hari
Tidak untuk hewan bunting
o Ipronidazole & Ronidazole --) lebih aktif membasmi Trichomonas fetus dp
Metronidazole.
o Tinidazole.
o Benznidazole (komponen sintetis 2-nitroimidazole) per oral, cepat diabsorbsi dan
didistribusi kan termasuk ke paru 2, hati,ginjal dan otak
 Poliene Antifungal (anti fungal dan anti protozoa)
 Amphotericin B
Pada anjing > Leshminiasis, dosis satu atau dua kali lebih banyak daripada dosis systemic
mycosis
 Purine analog
 Allopurinol
o Aksi allopurinol membasmi protozoa tdk ada hubungannya dengan menghambat enzym
xanthine oksidase, dimana enzym tsb tidak terdapat pada Leishmania maupun
Trypanosoma spp.
o Aktif thd selektif protozoa , yang pada akhirnya akan menghambat sintesa protein dan
menyebabkan kematian parasit.
o Anjing/kucing >Leishmaniasis 15mg/kg,PO, 12 jam, 3-6 bulan,
o 6-10 mg/kg 8 jam/PO, 3-24 bulan
o Maintenance treatment 20mg/kg, PO , 24 jam, 1 minggu/bulan
 Thiamine inhibitor
 Amprolium
o Strukturnya analog dgn thiamin, yg akan berkompetisi dgn thiamin protozoa yg
sensitif . Sistem transport thiamin protozoa lebih sensitif thd amprolium.
o Pemberian amprolium dalam jangka panjang akan menyebabkan defisiensi thiamine,
terutama pada hewan muda
o Anjing/kucing 300-400 mg/kg PO,24 jam, 5 hari
o Poultry > 0,0125% dlm pakan tiap hari

2.2 Antihelmintik
Antihelmintik adalah Obat untuk mengurangi/memusnahkan parasit dalam tubuh.

Golongan Antihelmintik :
 Piperazine
Piperazine citrate digunakan untuk cacing perut (ascarids) dan cacing kremi
 Benzimidazoles
o Bekerja pada beta tubulin, mencegah pembentukan mikrotubulus dan
mengganggu pembelahan sel
o albendazole (Valbazen) untuk sapi dan domba
o fenbendazole (Safe-Guard, Panacur) untuk kuda, sapi, domba, kambing
o oxfendazole (Benzelmin, Synanthic) untuk kuda dan sapi
 Imidazothiazoles
o Bekerja sebagai nicotinic agonist, menstimulasi reseptor nACh memicu kontraksi
yang berakhir tonik paralisis
o Bekerja pada sel parasit dan inang, margin safety pendek.
 Tetrahydropyrimidines
o Bekerja sebagai nicotinic agonist
o Menyebabkan tonik paralisis
 Macrocyclic Lactones
o Berfungsi pada Influx ion Cl, terjadi hiperpolarisasi, menghambat inisiasi atau
propagasi potensial menghambat inisiasi atau propagasi potensial aksi normal
pada sel neuron parasit
o Paralisis dan kematian
o Sebagai nematosida dan ektoparasitisida
 Isoquinolones
o Efektif untuk cestoda
o Menyerang neuromuscular junction menyebabkan kontraksi dan paralisis

Mekanisme Aksi Antihelmintik

 Toksisitas selektif
o Menghambat proses metabolisme parasite
o Sifat farmakokinetik bawaan senyawa/obat
 Parasit helmin harus menjaga ‘feeding site’
o Nematoda dan Trematoda – aktif mengingesti dan transpor makanan melalui sal
digestinya – butuh koordinasi neuromuskular
 Merusak struktur, integritas atau metabolisme sel parasit
o Hambatan tubulin atau polimerisasi – BZD dan Pro-BZD
o Melepaskan atau menguraikan fosforilasi oksidatif – Salisilanilid dan Fenol
Pengsubstitusi
o Hambatan enzim dalam proses glikolisis – Clorsulon
 Gangguan koordinasi neuromuskular
o Meniru aktivitas neurotransmitter – paralisis spastik/flaccid
 Efek kerja antelmintik
 BZD dan Pro-BZD – depolarisasi tubulin – hambatan transpor dan metabolisme energi
seluler
o Salisilanilid dan Fenol pengsubstitusi (Fasciolisida) – protonofor (menyebabkan ion
hidrogen masuk kedalam membran mitokondria)
o Clorsulon – hambatan glikolisis dan produksi energy

Keamanan Obat Antihelmintik :

 BZD memiliki batas keamanan yang luas – efek antimitosis


 Toksisitas Lev – salivasi, tremor otot, ataksia, defekasi, urinasi dan kolaps – asfiksia dan
kegagalan respirasi
 Tetrahydropirimidin –toksisitas meningkat – kombinasi dengan obat kolinergik.
 Ops – batas keamanan sempit
 Salisilanilid, fenol pengsubstitusi dan amida aromatik Sinya << dari antelmintik lain
(Anoreksia ringan)
 Turunan amino-asetonitril (Monepantel) profil sangat aman
 Kombinasi derquantel dan abamectin – tanpa efek samping
 Abamectin dan Moxidectin KI pada hewan muda < 4 bulan.
o Efek toksik pada anjing ras Collie (tidak ada pglikoprotein)

Resistensi Obat Antihelmintik :

 Resistensi lebih lambat >> antibiotika


 Mekanisme aksi yang hampir sama – site resistance (terutama kelas BZD)
 Resistensi silang BZD dan Lev – belum ada data
 Resistensi silang Lev dan Morantel – MoA mirip
 Resistensi sisi antara Avermectin dan Myilbemycin
 Praktek manajemen peternakan untuk resistensi
o Terapi berbasis biologi, ekologi dan epidemiologi parasit (iklim setempat)
o Rekomendasi terapi hanya hewan yang menunjukkan tanda – tanda klinis

Anthelmintik ideal

 Membasmi semua stadium cacing


 Spektrum luas untuk berbagai species cacing
 Tidak toksik untuk host atau setidaknya margin safety lebar Cepat dikeluarkan dari tubuh
(withdrawal time pendek) •Mudah diadministrasikan
 Biaya obat murah terutama untuk hewan ternak/ekonomis

2.3 Anti Insekta dan Acarisida

a. Anti insekta

Insektisida merupakan pembasmi serangga yang biasa digunakan pada hewan untuk
mengendalikan tungau, kutu, kutu, dan lalat di lokasi untuk mengendalikan lalat dan serangga
lainnya, dan di atas pakan.

Jenis- jenis insektisida:

1. Organososfat
Organofosfat (OP). Banyak OP masih tersedia sebagai insektisida. Dengan penarikan
hidrokarbon terklorinasi dari pasar meningkatkan pentingnya OP, karena menyebabkan
masalah residu nihil. Namun, mereka bisa menyebabkan hal yang serius toksisitas akut.
Kecenderungan untuk menggunakan insektisida lain yang lebih aman adalah mengurangi
penggunaannya agen.
 Senyawa aktif : coumaphos, fenthion, diazinon, ethion, famphur,
phosmet, dan pirimiphos.
 Senyawa oksi termasuk dichlorvos dan tetrachlorvinphos
 Mekanisme aksi. Insektisida OP menghambat kerusakan ACh dengan
menghambat ChE tidak dapat diubah. Senyawa thio adalah inhibitor ChE lemah
dan harus dimetabolisme menjadi senyawa oksi untuk menghambat ChE secara
efektif.
 Farmakokinetik
Absorpsi : OP bersifat lipofilik; dengan demikian, mereka terserap dengan baik
melalui kulit dan saluran GI.
Metabolisme. Metabolisme OP terjadi terutama di hati.
(1) Metabolisme OP mungkin penting untuk detoksifikasi. Beberapa OP memiliki
bagian alkil dan beberapa tidak. Mekanisme detoksifikasi yang paling penting
dari OP adalah penghilangan bagian nonalkyl ester oleh fosfatase atau dengan
reaksi oksidatif. O-dealkilasi OP dikategorikan oleh fosfatase, mikrosomal
oksidase, dan alkil transferase. Itu OP terhidroksilasi dapat membentuk konjugasi
dengan glukuronida atau sulfat.
(2) Metabolisme OP dengan tiada henti menjadi yang memiliki kemauan oksidasi
aktifkan senyawa untuk menghambat ChE secara efektif.
Ekskresi : Organofosfat tidak menimbulkan masalah residu karena metabo lites
biasanya diekskresikan ke dalam urin
Rute pemberian : Organofosfat diterapkan pada hewan secara topikal atau
diberikan secara oral.
Dampak buruk
Toksisitas
(1) Tanda klinis meliputi SLUDD (salivasi, lakrimasi, buang air kecil, buang air
besar,dan dispnea), fasikulasi, ataksia, dan kejang.
(2) Toksisitas kronis atau toksisitas tertunda yang terlihat pada beberapa OP
dikaitkan dengan kelumpuhan onset tertunda karena demylinasi progresif dari
neuron motorik.
(3) Perawatan melibatkan dekontaminasi dan pemberian atropin sulfat.
Pralidoxime methiodide (2-PAM, sebuah reaktivator ChE) dapat diberikan
bersama dengan atropin. 2-PAM tidak boleh digunakan sendirian untuk
mengobati overdosis organofosfat, karena tidak dapat meredakan efek OP pada
SSP, yang berkontribusi pada depresi pernapasan. Itu toksisitas kronis, yang
dimanifestasikan dengan kelumpuhan, tidak dapat diobati.
2. Karbamat
Karbamat, merupakan ester asam N metil karbamat. Bekerja menghambat asetilkolinesterase
seperti insektisida Organofosfat, tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut tidak
berlangsung lama, karena prosesnya cepat dan reversibel. Kalau timbul gejala, gejala itu
tidak bertahan lama dan cepat kembali normal. Karbamat yang sering digunakan termasuk
karbaril dan propoksur. karbamat digunakan dalam pengobatan ektoparasit pada hewan kecil
sebagai bedak,sampo, dan formulasi kerah.

Mekanisme kerja. Karbamat menghambat ChE melalui karbamilasi. Efeknya adalah lebih
reversibel dibandingkan OP, karena pengikatan antara karbamat dan ChE tidak kovalen.

3. Lindane (γ-BHC, a hexachlorocyclohexane)


Lindane digunakan terutama untuk mengendalikan serangan cacing sekrup dan kutu
telinga sapi, kuda, babi, domba, dan kambing.
Mekanisme aksi : Lindane meningkatkan rangsangan sel yang bersemangat dengan
memblokir saluran klorida berpagar GABA untuk menginduksi depolarisasi.
Dampak buruk : Jika tertelan efek keracunan nya lebih parah dari insektisida lainnya
terkhusus Hewan muda seperti anak sapi, dan anjing sangat sensitif terhadap keracunan
lindane.
Tanda-tanda toksisitas antara lain : tremor, ataksia, kejang, sujud, dan takipnea
4. Insect development inhibitors (IDI) Diflubenzuron dan lufenuron.
Keduanya adalah senyawa yang sangat lipofilik.
 Mekanisme kerja : IDI menghambat sintesis kitin pada larva dan telur serangga;
mereka tidak berpengaruh pada serangga dewasa. Kitin merupakan konstituen penting
dari tulang luar dan kulit telur.
 Penggunaan terapeutik
A. Diflubenzuron digunakan sebagai pakan aditif pada kuda (0,15 mg / kg / hari)
untuk menghambat tahap perkembangan lalat. Itu dikelola dari awal musim semi
hingga musim gugur.
B. Lufenuron diberikan secara oral pada anjing (10 mg / kg) dan kucing (30 mg / kg)
sekali sebulan untuk menghambat tahap perkembangan kutu. Lufenuron harus
diberikan secara oral setelah makan untuk meningkatkan sekresi empedu dan
dengan demikian obat penyerapan. Lufenuron juga diberikan SC (10 mg / kg)
setiap 6 bulan sekali pada kucing untuk mengendalikan kutu juga. Kedua
insektisida tidak berpengaruh pada serangga dewasa.
 Farmakokinetik : Absorpsi GI kedua IDI ditingkatkan oleh empedu, karena
empedu dapat membantu melarutkan insektisida. Lufenuron mudah terakumulasi
dalam adipose jaringan, dan pelepasannya dari lemak memungkinkan
pemeliharaan tingkat darah yang efektif obat selama berminggu-minggu. Setelah
pemberian dosis oral, lufenuron mencapai konsentrasi terapeutik dalam 6-12 jam
dan tingkat darah terapeutik dipertahankan selama lebih dari satu bulan.
 Dampak buruk. Kedua persiapan itu aman. Lufenuron aman untuk hewan muda(>
6 minggu), pada saat bereproduksi dan menyusui anjing dan kucing beserta
keturunannya. Anoreksia, muntah, dan kelesuan terlihat setelah pemberian
lufenuron.
5. Amitraz (Mitaban R, Taktic R, ProMeris Duo R, dll.) Adalah insektisida formamidine
untuk digunakan pada anjing, babi, dan sapi.
 Mekanisme aksi: Amitraz mengaktifkan reseptor octopamine di arthropoda,yang
menghambat transmisi saraf, menyebabkan paralisis.
 Penggunaan terapeutik
Amitraz digunakan untuk membasmi tungau, kutu, dan kutu pada anjing, babi,
dan ternak. Pada anjing, amitraz digunakan sebagai emulsi untuk aplikasi topikal
(Mitaban R), tick collar (Preventic R Collar), dan produk spot-on.(ProMeris R),
Amitraz digunakan sebagai semprotan emulsi (pada babi dan sapi).
 Dampak buruk : Pada hewan, amitraz mengaktifkan reseptor α2-adrenergik. Oleh
karena itu, efek samping amitraz mirip dengan efek farmakologis xylazine
(misalnya, sedasi, bradikardia, hiperglikemia, stasis GI). α2-Adrenergik antagonis
seperti yohimbine dapat digunakan sebagai penawar.
 Kontraindikasi
(1) Amitraz tidak boleh diterapkan pada babi dalam waktu 3 hari setelah penyembelihan.
(2) Amitraz dapat menyebabkan impaksi usus besar yang fatal pada kuda.

b. Acarisida
Acarisida atau sering disiebut dengan mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia
beracun yang digunakan untuk membunuh tungu, caplak dan laba-laba.

1. Curacron 500EC
Curacron 500EC merupakan salah satu insektisida yang tergolong kedalam akarisida
yang diproduksi oleh PT. Syngenta Indonesia dengan kandungan bahan aktif yaitu
Profenofos 500g/l.
Pestisida ini mempunyai sifat sebagai racun yang kontak dengan lambung serta
mempunyai efek translaminar yang dapat menjangkau hama yang ada dibalik daun
dengan formulasi EC (Emulsible Concentrate) yang berupa cairan berwarna kuning
kecoklatan pekat yang larut dengan air. Hama yang mampu dikendalikan oleh pestisida
Curacron 500 EC yaitu diantaranya kutu daun, lalat buah, ulat grayak, penggerek buah,
ulat tanah, penggerek daun, jangkrik, penggerek batang.
2. Yosan
Tergolong dalam acarisida berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan berguna untuk
membasmi hama tungau pada cabai. Bahan aktifnya ialah propargit 575 g/l, toksikologi
LD50 oral, cara dan waktu aplikasinya apabila populasi hama dan intensitas serangan
telah melebihi ambang ekonomi.
3. Samite
Akarisida racun kontak berbentuk pekatan berwarna kuning yang dapat diemulsikan,
digunakan untuk megendalikan hama tungau pada tanaman cabai, jeruk dan teh. Bahan
aktifnya Piridaben 135 g/l. 1. Cara aplikasinya ialah disemprotkan dengan larutkan 1 ml
Samite 135EC dalam 1 liter air dan semprotkan pada batang dan daun secara merata,
4. Marshal
Marshal 200 EC merupakan Insektisida yang berbahan aktif Karbosulfan 200,11 gr/lt dan
berbentuk pekatan kuning muda jernih yang dapat diemulsikan dalam air, yang artinya
setiap 1 liter Marshal 200 EC mengandung 200,11 gram Karbosulfan.
Insektisida ini sangat efektif untuk mengendalikan kumbang Apogonia, Ulat kantong,
Kutu daun (Aphis sp.), Lalat bibit, hama rayap dan ulat grayak. Untuk tanamannya antara
lain kelapa sawit, cengkeh, cabe, kedelai, tanaman karet, bawang merah dll.
5. Demolish
Insektisida Demolish 18EC Merupakan insektisida dan juga akarisida yang efektif
mengendalikan Tungau, hama Thrips sp, Kutu Daun, Tungau, Ulat daun, dan wereng
coklat.
Thrips merupakan hama utama pada tanaman terutama tanaman Cabai, Tomat, dan
Tembakau, Demolish 18EC mampu membrantas hama trips dan sejenisnya secara tuntas
dan cepat, karena Demolish 18EC merupakan jenis Insektisida racun kontak yang
berkerja secara langsung tepat pada sasaran. Bahan aktif : Abamektin 18 g/l
6. Numectin
Numectin 20 EC merupakan Insektisida dan sekaligus juga akarisida racun kontak dan
lambung yang berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan berwarna kuning untuk
mengendalikan hama pada tanaman cabai dan kentang. Cara kerja akarisida ini, yaitu
dengan menghentikan aktivitas makan dan peletakan telur hama segera setelah terkena
kemudian mati. Selain itu juga akarisida NUMECTIN 20 EC juga efektif mengendalikan
kutu (mite), pengorok daun (leaf miner) dan serangga penghisap (sucker insect).
Hsu, Walter H. 2008. Handbook of Veterinary Pharmacology. Wiley Blackwell. Hal.
404-407.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Infeksi parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, misalnya cacing atau kutu.
Infeksi parasit terjadi ketika parasit masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi, gigitan serangga, atau kontak langsung dan tidak langsung dengan penderita
infeksi parasit. Parasite dapat hidup dan berkembang di dalam tubuh manusia kemudian
menyebabkan infeksi.Infeksi parasite sebaiknya segera diobati menggunakan obat anti parasite
dengan anjuran dokter agar tidak menyebabkan gejala serius dan juga menular. Ada tiga jenis
obat antiparasit yaitu antiparasit,antihelminthik,antiprotozoal dan juga acarisida.
Daftar Pustaka

Hsu, Walter H. 2008. Handafdbook of Veterinary Pharmacology. Wiley Blackwell. Hal. 404-407
Hsu, Walter H. 2008. Handbook of Veterinary Pharmacology. Wiley Blackwell. Hal.
404-407. Riauzi, Agus. Antiprotozoa. Diakses pada 23 Maret 2021 melalui :
https://www.academia.edu/24437076/Anti_protozoa_riauzy
Sykes, Jane. E (Penerjemah). 2016. Obat Antiprotozoa. Veteriankey : Internal Medicine. Diakses
pada 23 Maret 2021 melalui : https://translate.google.com/translate?
hl=id&sl=en&u=https://veteriankey.com/antiprotozoal-drugs/&prev=search&pto=aue
https://farmasi.fkunissula.ac.id/sites/default/files/antiprotozoa%2C%20antieltementik%2C
%20antivirus_0.pdf

http://blog.ub.ac.id/gedeekodarmono/files/2013/05/ANTI-PROTOZOA-ANTI-FUNGAL-
SM-IV-PKH-UB-2013.pdf

Anda mungkin juga menyukai