NAMA KELOMPOK :
PENDAHULUAN
Infeksi parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, misalnya cacing atau kutu.
Infeksi parasit terjadi ketika parasit masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi, gigitan serangga, atau kontak langsung dan tidak langsung dengan penderita
infeksi parasit.Parasit adalah mikroorgansme yang hidup dan menggantungkan hidup dari
organisme lain. Sebagian parasit tidak berbahaya, sedangkan sebagian lain dapat hidup dan
berkembang di dalam tubuh manusia kemudian menyebabkan infeksi.Infeksi parasit kadang
dapat sembuh dengan sendirinya. Infeksi parasit terjadi ketika parasit masuk ke dalam tubuh
hewan melalui mulut atau kulit. Di dalam tubuh, parasit akan berkembang dan menginfeksi
organ tubuh tertentu.Terdapat tiga jenis parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada hewan
yaitu protozoa,ccing dan ektoparasit.Parasit dapat hidup di dalam atau di luar tubuh hewan.
Mikroorganisme ini bisa ditemukan di tanah, air, tinja, serta benda yang terkontaminasi
tinja.Untuk mencegah agar infeksi parasit tidak menimbulkan keluhan yang lebih serius dan
tidak menular maka harus segera dilakukan pegobatan.Pengobatan infeksi parasit tergantung
pada jenis parasit yang menyerang tubuh dan tingkat keparahannya. Pada beberapa kasus, infeksi
parasit bisa pulih dengan sendirinya. Sementara pada kasus lainnya, infeksi parasit perlu
ditangani dengan pemberian obat-obatan antiparasit,
1.2 Tujuan
tujuan pembuatan makalah ini adalah agar penulis dan pembaca dapat mengetahui jenis dan
aplikasi anti parasite pada hewan
BAB II
ISI
Protozoa yaitu suatu mikroorganisme bersel satu yang dapat menyebabkan infeksi pada
sirkulasi darah, saluran pencernaan dan kandung kemih. Infeksi akibat protozoa yang paling
terkenal adalah Malaria, Disentri dan Trikomoniasis.
a. Malaria : Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit
yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan
nyamuk Ano pheles.
Patofisiologi : Perubahan patosiologi pada malariaterutama berhubungan dengan
gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung
parasit pada endotelium kapiler.
Obat-obat malaria : Doksisiklin, Hidrokloroquin, Meflokuin, Primaquin, Pirimetamin,
Kuinin, Sulfadoksin pirimetamin.
1. Kloroquin :
i. Indikasi : pengobatan dan profilaksis malaria, diindikasikan juga untuk artritis
rematoid danlupus eritematosus.
ii. Efek Samping : gangguan saluran cerna, sakit kepala, kejang,gangguan
penglihatan, rambutrontok, reaksi kulit (ruam, pruritus); jarang terjadi, depresi
sumsumtulang, reaksi hipersensitifitasseperti urtikaria, dan angioedema.
Mekanisme kerja :
1. Mencegah polimerisasi heme menjadi hemozoin.Akumulasi heme intrasel adalah
toksik bagi parasit, dengan cara klorokuin memasuki sel darah merah.
2. Sel parasit menghuni, vakuola pencernaan olehdifusi
3. Kemudian menjadi diprotonasi untuk (cq2+) ,sebagai vakuola pencernaan dikenal
sebagai asam (pH 4.7)
b. Disentri : Disentri adalah radang usus yang menimbulkan gejalameluas, tinja lendir
bercampur darah, selain diare, gejaladisentri yang lain meliputi kram perut, mual, dan
muntah. Etiologi Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica.
Patofisiologi: Perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu : Faktor yang
meningkatkan kerentanan terhadap diare, Umur, Variasi musiman
Obat disentri : Dosisiklin, Klorokuin, Dehidroemetin, Metronidazol.
1. Paromomycin :
i. Indikasi : untuk pengobatan infeksi intestinal seperticyptosporidiosisdan
amoebiasis misalnya diare, serta penyakit lain sepertileishmaniasis.
ii. Efek samping : Yang umum terjadi pada salurangastrointestinal adalah mual,
muntah, diare dan perut yangtidak nyaman, terutama jika diberikan dalam dosis
tinggi (biasanya lebih dari 3 gram /hari).
c. Trikomoniasis : trikomoniasis adalah suatu penyakit menular seksual pada vagina atau uretra
yang disebabkan oleh trichomonas vaginalis. Trichomonas vaginalis yaitu organisme bersel
tunggal yang memiliki ekor seperti cambuk.
Patofisiologis : trikomonas vaginalis menginfeksi selepitel vagina sehingga terjadi proses
kematian sel pejamu (host cell death). Komponen yang berperan dalam proses kematian
sel tersebut adalah mikrofilamen dari T. vaginalis. Selama proses invasi, T. vaginalis
tidak hanya merusaksel epitel namun eritrosit.
Obat trikomiasis :
1. METRONIDAZOL :
i. Indikasi : infeksi Karena bakteri Anaerob Atau bakteri yang Sensitiif terhadap
Metrodinazol, urethritis, dan trikomonas vaginal.
ii. Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap Metronidazol, Hamil trimester Satu.
Efek samping :
• Mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, anoreksia, malaise, kaburnya penglihatan,
dan urtikaria jarang terjadi.
• Aturan minum setelah makan dapat mengurangi beberapa efek samping.
B. Obat Amoebisidal
• Amoebiasis-- infeksi oleh Entamaoeba histolyca karena masuknya kista dari amoeba
dalam saluran pencernaan manusia.
• Dalam usus, kista berkembang–) tropozoit---) menempel pada sel epitelium kolon.
• Tropozoit tsb melisis sel inang dan menginvasi menuju kelapisan submukosa, dan
menghambat makrofag yang diaktivasi IFNg sehingga mengakibatkan disentri.
2.2 Antihelmintik
Antihelmintik adalah Obat untuk mengurangi/memusnahkan parasit dalam tubuh.
Golongan Antihelmintik :
Piperazine
Piperazine citrate digunakan untuk cacing perut (ascarids) dan cacing kremi
Benzimidazoles
o Bekerja pada beta tubulin, mencegah pembentukan mikrotubulus dan
mengganggu pembelahan sel
o albendazole (Valbazen) untuk sapi dan domba
o fenbendazole (Safe-Guard, Panacur) untuk kuda, sapi, domba, kambing
o oxfendazole (Benzelmin, Synanthic) untuk kuda dan sapi
Imidazothiazoles
o Bekerja sebagai nicotinic agonist, menstimulasi reseptor nACh memicu kontraksi
yang berakhir tonik paralisis
o Bekerja pada sel parasit dan inang, margin safety pendek.
Tetrahydropyrimidines
o Bekerja sebagai nicotinic agonist
o Menyebabkan tonik paralisis
Macrocyclic Lactones
o Berfungsi pada Influx ion Cl, terjadi hiperpolarisasi, menghambat inisiasi atau
propagasi potensial menghambat inisiasi atau propagasi potensial aksi normal
pada sel neuron parasit
o Paralisis dan kematian
o Sebagai nematosida dan ektoparasitisida
Isoquinolones
o Efektif untuk cestoda
o Menyerang neuromuscular junction menyebabkan kontraksi dan paralisis
Toksisitas selektif
o Menghambat proses metabolisme parasite
o Sifat farmakokinetik bawaan senyawa/obat
Parasit helmin harus menjaga ‘feeding site’
o Nematoda dan Trematoda – aktif mengingesti dan transpor makanan melalui sal
digestinya – butuh koordinasi neuromuskular
Merusak struktur, integritas atau metabolisme sel parasit
o Hambatan tubulin atau polimerisasi – BZD dan Pro-BZD
o Melepaskan atau menguraikan fosforilasi oksidatif – Salisilanilid dan Fenol
Pengsubstitusi
o Hambatan enzim dalam proses glikolisis – Clorsulon
Gangguan koordinasi neuromuskular
o Meniru aktivitas neurotransmitter – paralisis spastik/flaccid
Efek kerja antelmintik
BZD dan Pro-BZD – depolarisasi tubulin – hambatan transpor dan metabolisme energi
seluler
o Salisilanilid dan Fenol pengsubstitusi (Fasciolisida) – protonofor (menyebabkan ion
hidrogen masuk kedalam membran mitokondria)
o Clorsulon – hambatan glikolisis dan produksi energy
Anthelmintik ideal
a. Anti insekta
Insektisida merupakan pembasmi serangga yang biasa digunakan pada hewan untuk
mengendalikan tungau, kutu, kutu, dan lalat di lokasi untuk mengendalikan lalat dan serangga
lainnya, dan di atas pakan.
1. Organososfat
Organofosfat (OP). Banyak OP masih tersedia sebagai insektisida. Dengan penarikan
hidrokarbon terklorinasi dari pasar meningkatkan pentingnya OP, karena menyebabkan
masalah residu nihil. Namun, mereka bisa menyebabkan hal yang serius toksisitas akut.
Kecenderungan untuk menggunakan insektisida lain yang lebih aman adalah mengurangi
penggunaannya agen.
Senyawa aktif : coumaphos, fenthion, diazinon, ethion, famphur,
phosmet, dan pirimiphos.
Senyawa oksi termasuk dichlorvos dan tetrachlorvinphos
Mekanisme aksi. Insektisida OP menghambat kerusakan ACh dengan
menghambat ChE tidak dapat diubah. Senyawa thio adalah inhibitor ChE lemah
dan harus dimetabolisme menjadi senyawa oksi untuk menghambat ChE secara
efektif.
Farmakokinetik
Absorpsi : OP bersifat lipofilik; dengan demikian, mereka terserap dengan baik
melalui kulit dan saluran GI.
Metabolisme. Metabolisme OP terjadi terutama di hati.
(1) Metabolisme OP mungkin penting untuk detoksifikasi. Beberapa OP memiliki
bagian alkil dan beberapa tidak. Mekanisme detoksifikasi yang paling penting
dari OP adalah penghilangan bagian nonalkyl ester oleh fosfatase atau dengan
reaksi oksidatif. O-dealkilasi OP dikategorikan oleh fosfatase, mikrosomal
oksidase, dan alkil transferase. Itu OP terhidroksilasi dapat membentuk konjugasi
dengan glukuronida atau sulfat.
(2) Metabolisme OP dengan tiada henti menjadi yang memiliki kemauan oksidasi
aktifkan senyawa untuk menghambat ChE secara efektif.
Ekskresi : Organofosfat tidak menimbulkan masalah residu karena metabo lites
biasanya diekskresikan ke dalam urin
Rute pemberian : Organofosfat diterapkan pada hewan secara topikal atau
diberikan secara oral.
Dampak buruk
Toksisitas
(1) Tanda klinis meliputi SLUDD (salivasi, lakrimasi, buang air kecil, buang air
besar,dan dispnea), fasikulasi, ataksia, dan kejang.
(2) Toksisitas kronis atau toksisitas tertunda yang terlihat pada beberapa OP
dikaitkan dengan kelumpuhan onset tertunda karena demylinasi progresif dari
neuron motorik.
(3) Perawatan melibatkan dekontaminasi dan pemberian atropin sulfat.
Pralidoxime methiodide (2-PAM, sebuah reaktivator ChE) dapat diberikan
bersama dengan atropin. 2-PAM tidak boleh digunakan sendirian untuk
mengobati overdosis organofosfat, karena tidak dapat meredakan efek OP pada
SSP, yang berkontribusi pada depresi pernapasan. Itu toksisitas kronis, yang
dimanifestasikan dengan kelumpuhan, tidak dapat diobati.
2. Karbamat
Karbamat, merupakan ester asam N metil karbamat. Bekerja menghambat asetilkolinesterase
seperti insektisida Organofosfat, tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut tidak
berlangsung lama, karena prosesnya cepat dan reversibel. Kalau timbul gejala, gejala itu
tidak bertahan lama dan cepat kembali normal. Karbamat yang sering digunakan termasuk
karbaril dan propoksur. karbamat digunakan dalam pengobatan ektoparasit pada hewan kecil
sebagai bedak,sampo, dan formulasi kerah.
Mekanisme kerja. Karbamat menghambat ChE melalui karbamilasi. Efeknya adalah lebih
reversibel dibandingkan OP, karena pengikatan antara karbamat dan ChE tidak kovalen.
b. Acarisida
Acarisida atau sering disiebut dengan mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia
beracun yang digunakan untuk membunuh tungu, caplak dan laba-laba.
1. Curacron 500EC
Curacron 500EC merupakan salah satu insektisida yang tergolong kedalam akarisida
yang diproduksi oleh PT. Syngenta Indonesia dengan kandungan bahan aktif yaitu
Profenofos 500g/l.
Pestisida ini mempunyai sifat sebagai racun yang kontak dengan lambung serta
mempunyai efek translaminar yang dapat menjangkau hama yang ada dibalik daun
dengan formulasi EC (Emulsible Concentrate) yang berupa cairan berwarna kuning
kecoklatan pekat yang larut dengan air. Hama yang mampu dikendalikan oleh pestisida
Curacron 500 EC yaitu diantaranya kutu daun, lalat buah, ulat grayak, penggerek buah,
ulat tanah, penggerek daun, jangkrik, penggerek batang.
2. Yosan
Tergolong dalam acarisida berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan berguna untuk
membasmi hama tungau pada cabai. Bahan aktifnya ialah propargit 575 g/l, toksikologi
LD50 oral, cara dan waktu aplikasinya apabila populasi hama dan intensitas serangan
telah melebihi ambang ekonomi.
3. Samite
Akarisida racun kontak berbentuk pekatan berwarna kuning yang dapat diemulsikan,
digunakan untuk megendalikan hama tungau pada tanaman cabai, jeruk dan teh. Bahan
aktifnya Piridaben 135 g/l. 1. Cara aplikasinya ialah disemprotkan dengan larutkan 1 ml
Samite 135EC dalam 1 liter air dan semprotkan pada batang dan daun secara merata,
4. Marshal
Marshal 200 EC merupakan Insektisida yang berbahan aktif Karbosulfan 200,11 gr/lt dan
berbentuk pekatan kuning muda jernih yang dapat diemulsikan dalam air, yang artinya
setiap 1 liter Marshal 200 EC mengandung 200,11 gram Karbosulfan.
Insektisida ini sangat efektif untuk mengendalikan kumbang Apogonia, Ulat kantong,
Kutu daun (Aphis sp.), Lalat bibit, hama rayap dan ulat grayak. Untuk tanamannya antara
lain kelapa sawit, cengkeh, cabe, kedelai, tanaman karet, bawang merah dll.
5. Demolish
Insektisida Demolish 18EC Merupakan insektisida dan juga akarisida yang efektif
mengendalikan Tungau, hama Thrips sp, Kutu Daun, Tungau, Ulat daun, dan wereng
coklat.
Thrips merupakan hama utama pada tanaman terutama tanaman Cabai, Tomat, dan
Tembakau, Demolish 18EC mampu membrantas hama trips dan sejenisnya secara tuntas
dan cepat, karena Demolish 18EC merupakan jenis Insektisida racun kontak yang
berkerja secara langsung tepat pada sasaran. Bahan aktif : Abamektin 18 g/l
6. Numectin
Numectin 20 EC merupakan Insektisida dan sekaligus juga akarisida racun kontak dan
lambung yang berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan berwarna kuning untuk
mengendalikan hama pada tanaman cabai dan kentang. Cara kerja akarisida ini, yaitu
dengan menghentikan aktivitas makan dan peletakan telur hama segera setelah terkena
kemudian mati. Selain itu juga akarisida NUMECTIN 20 EC juga efektif mengendalikan
kutu (mite), pengorok daun (leaf miner) dan serangga penghisap (sucker insect).
Hsu, Walter H. 2008. Handbook of Veterinary Pharmacology. Wiley Blackwell. Hal.
404-407.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Infeksi parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, misalnya cacing atau kutu.
Infeksi parasit terjadi ketika parasit masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi, gigitan serangga, atau kontak langsung dan tidak langsung dengan penderita
infeksi parasit. Parasite dapat hidup dan berkembang di dalam tubuh manusia kemudian
menyebabkan infeksi.Infeksi parasite sebaiknya segera diobati menggunakan obat anti parasite
dengan anjuran dokter agar tidak menyebabkan gejala serius dan juga menular. Ada tiga jenis
obat antiparasit yaitu antiparasit,antihelminthik,antiprotozoal dan juga acarisida.
Daftar Pustaka
Hsu, Walter H. 2008. Handafdbook of Veterinary Pharmacology. Wiley Blackwell. Hal. 404-407
Hsu, Walter H. 2008. Handbook of Veterinary Pharmacology. Wiley Blackwell. Hal.
404-407. Riauzi, Agus. Antiprotozoa. Diakses pada 23 Maret 2021 melalui :
https://www.academia.edu/24437076/Anti_protozoa_riauzy
Sykes, Jane. E (Penerjemah). 2016. Obat Antiprotozoa. Veteriankey : Internal Medicine. Diakses
pada 23 Maret 2021 melalui : https://translate.google.com/translate?
hl=id&sl=en&u=https://veteriankey.com/antiprotozoal-drugs/&prev=search&pto=aue
https://farmasi.fkunissula.ac.id/sites/default/files/antiprotozoa%2C%20antieltementik%2C
%20antivirus_0.pdf
http://blog.ub.ac.id/gedeekodarmono/files/2013/05/ANTI-PROTOZOA-ANTI-FUNGAL-
SM-IV-PKH-UB-2013.pdf