LO. 2. Stroke
2.1 Definisi
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat
terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya
pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat
pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan
memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala
stroke.
2.2 Etiologi
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah yang
disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. penyumbatnya adalah plak atau
timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam darah. Penyumbatan bisa terjadi
pada pembuluh darah besar (arteri karotis), atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau
pembuluh darah kecil. Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam
pembuluh darah (arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan tertahan. Oleh
karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan terjadi gumpalan darah
(trombosis), sehingga aliran darah makin lambat dan lama-lama menjadi sumbatan pembuluh
darah. Akibatnya, otak mengalami kekurangan pasokan darah yang membawah nutrisi dan
oksigen yang diperlukan oleh darah.
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya
pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan
sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak akan
menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak.
Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral
hemorage) atau dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak (subarachnoid
hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai pada kematian.
2.3 Epidemiologi
Stroke Ischemic
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 15 juta orang menderita stroke di seluruh
dunia setiap tahun. Dari jumlah tersebut, 5 juta meninggal, dan 5 juta lainnya menjadi cacat
permanen. Pria berisiko lebih tinggi terkena stroke dibandingkan wanita; pria kulit putih
memiliki kejadian stroke 62,8 per 100.000, dengan kematian menjadi hasil akhir pada 26,3%
kasus, sedangkan wanita memiliki kejadian stroke 59 per 100.000 dan tingkat kematian 39,2%.
Meskipun stroke sering dianggap sebagai penyakit orang lanjut usia, sepertiga dari stroke terjadi
pada orang yang berusia kurang dari 65 tahun. Risiko stroke meningkat seiring bertambahnya
usia, terutama pada pasien yang berusia lebih dari 64 tahun, di mana 75% dari semua stroke
terjadi.
Stroke Hemorrhagic
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 15 juta orang menderita stroke di seluruh
dunia setiap tahun. Dari jumlah tersebut, 5 juta meninggal dan 5 juta lainnya cacat permanen.
Insiden global stroke setidaknya memiliki variasi sederhana dari satu negara ke negara lain,
menunjukkan pentingnya faktor genetik dan lingkungan, seperti disparitas dalam akses ke
perawatan kesehatan di negara berkembang. Insiden stroke total yang disesuaikan dengan usia
per 1000 orang-tahun untuk orang yang berusia 55 tahun atau lebih telah dilaporkan dalam
kisaran 4,2 hingga 6,5. Insiden tertinggi telah dilaporkan di Rusia, Ukraina, dan Jepang. Dalam
studi registri prospektif berbasis populasi dari Italia, tingkat kejadian tahunan kasar perdarahan
intraserebral adalah 36,9 per 100.000 populasi. Saat distandarisasi dengan populasi Eropa 2006,
angkanya adalah 32,9 per 100.000 penduduk; standar untuk populasi dunia, angkanya adalah
15,9 per 100.000 penduduk.
Secara keseluruhan, kejadian stroke akut telah menunjukkan penurunan yang konstan
selama beberapa dekade terakhir, terutama selama tahun 1970-an-1990-an, meskipun dalam
beberapa tahun terakhir tren angka tersebut mulai stabil. Namun, peningkatan kelangsungan
hidup di antara korban stroke akan meningkatkan permintaan pada sistem perawatan kesehatan
secara global.
2.4 Klasifikasi (Hemorragik dan Iskemik)
Stroke Ischemic
Pengertian Kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi otak akut baik
fokal maupun global yang mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah
pada parenkim otak, retina atau medulla spinalis, yang dapat disebabkan oleh penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah arteri maupun vena, yang dibuktikan dengan pemeriksaan imaging
dan/atau patologi.
Macam atau derajat dari stroke iskemik berdasarkan dari perjalanan klinisnya adalah
sebagai berikut:
a. TIA (Transient Ischemic Attack)
TIA atau sering disebut dengan serangan stroke sementara atau dikenal sebagai
mini stroke merupakan gejala neurologis yang hanya berlangsung kurang dari 24 jam.
Meskipun hanya sesaat, Tia merupakan peringatan akan datangnya serangan yang
lebih parah. Jika pernah mengalami TIA berarti penderita memiliki resiko lebih tinggi
untuk terkena stroke dan serangan jantung
b. RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficits)
Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam, biasanya
RIND akan membaik dalam waktu 24–48 jam.
c. Stroke Progresif (Stroke in evolution)
Stroke Progresif adalah kelainan atau gejala klinisnya secara bertahap
berkembang dari yang ringan sampai semakin berat. Pada keadaan ini gejala atau
tanda neurologis fokal terus berkembang dimana terlihat semakin berat dan
memburuk setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul berlangsung bertahap dari
ringan sampai menjadi berat.
d. Stroke Komplit (Completed Stroke)
Stroke Komplit adalah stroke dengan defisit neurologis yang menetap dan sudah
tidak berkembang lagi. Kelainan neurologis yang muncul bermacam-macam
tergantung daerah otak yang mengalami lesi / luka.
Stroke Hemorrhagic
Stroke hemoragik ialah suatu gangguan organik otak yang disebabkan adanya darah di
parenkim otak atau ventrikel. Beberapa jenis stroke hemoragik yaitu:
2.5 Patofisiologi
Stroke Ischemic
stroke iskemik akut terjadi akibat oklusi vaskular akibat penyakit tromboemboli (lihat
Etiologi). Iskemia menyebabkan hipoksia sel dan menipisnya sel adenosin trifosfat (ATP). Tanpa
ATP, tidak ada lagi energi untuk mempertahankan gradien ionik melintasi membran sel dan
depolarisasi sel. Masuknya ion natrium dan kalsium dan aliran pasif air ke dalam sel
menyebabkan edema sitotoksik.
Stroke Hemorrhagic
Pada perdarahan intraserebral, perdarahan terjadi langsung ke dalam parenkim otak.
Mekanisme yang biasa diduga adalah kebocoran dari arteri kecil intraserebral yang rusak akibat
hipertensi kronis. Mekanisme lain termasuk diatesis perdarahan, antikoagulasi iatrogenik,
amiloidosis serebral, dan penyalahgunaan kokain.
Perdarahan intracerebral memiliki kecenderungan untuk tempat-tempat tertentu di otak,
termasuk talamus, putamen, serebelum, dan batang otak. Selain area otak yang terluka akibat
perdarahan, otak di sekitarnya bisa rusak akibat tekanan yang dihasilkan oleh efek massa
hematoma. Peningkatan umum pada tekanan intrakranial dapat terjadi.
Pemeriksaan Fisik
• Penurunan GCS
• Kelumpuhan saraf kranial
• Kelemahan motorik
• Defisit sensorik
• Gangguan otonom
• Gangguan neurobehavior
Kriteria Diagnosis
Terdapat gejala defisit neurologis global atau salah satu/beberapa defisit neurologis fokal
yang terjadi mendadak dengan bukti gambaran neuroimaging (CT-Scan atau MRI)
Pemeriksaan Penunjang
• CT Scan + CT Angiografi /MRI + MRA Otak
• EKG • Doppler Carotis
• Transcranial Doppler
• TCD Bubble Contrast & VMR
• Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi ginjal (ureum, kreatinin), Activated
Partial Thrombin Time (APTT), waktu prothrombin (PT), INR, gula darah puasa dan 2
jam PP, HbA1C, profil lipid, C-reactive protein (CRP), laju endap darah, dan
pemeriksaan atas indikasi seperti: enzim jantung (troponin / CKMB), serum elektrolit,
analisis hepatik dan pemeriksaan elektrolit.
• Thorax foto
• Urinalisa
• Echocardiografi (TTE/TEE)
• Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
• DSA Serebral
Diagnosis Banding
Stroke Hemoragik (bila belum dilakukan CT/MRI Otak)
Stroke Hemorrhagic
Anamnesis
• Gejala prodomal yaitu : Gejala peningkatan tekanan intrakranial dapat berupa : sakit
kepala, muntah-muntah, sampai kesadaran menurun.
• Gejala penekanan parenkim otak (perdarahan intraserebral), memberikan gejala
tergantung daerah otak yang tertekan/terdorong oleh bekuan darah
Pemeriksaan Fisik
• GCS
• Kelumpuhan saraf kranial
• Kelemahan motorik
• Defisit sensorik
• Gangguan otonom
• Gangguan neurobehavior
Kriteria Diagnosis
Defisit neurologis fokal atau global yang muncul secara tiba-tibda, dapat disertai tanda
peningkatan tekanan intrakranial dan dibuktikan dengan adanya lesi perdarahan pada
pemeriksaan neuroimaging otak (CT-Scan atau MRI)
Pemeriksaan Penunjang
• CT Scan/ MRI Brain
• CT/MR Angiografi Brain
• EKG • Doppler Carotis
• Transcranial Doppler
• Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi ginjal (ureum, kreatinin), Activated
Partial Thrombin Time (APTT), waktu prothrombin (PT), INR, gula darah puasa dan 2
jam PP, HbA1C, profil lipid, C-reactive protein (CRP), laju endap darah, dan
pemeriksaan atas indikasi seperti: enzim jantung (troponin / CKMB), serum elektrolit,
analisis hepatik dan pemeriksaan elektrolit.
• Thorax foto
• Urinalisa
• Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
• DSA Serebral
Diagnosis Banding
Stroke Iskemik (bila belum dilakukan CT /MRI Otak)
2.9 Komplikasi
Gejala akibat komplikasi akut menyebabkan kematian 5 kali lebih banyak dibanding
akibat lesinya sendiri, dan keduanya bersama-sama menyebabkan sekitar 20% kematian pada
hari 1.
Komplikasi akut yang terjadi adalah kenaikan tekanan darah. Keadaan ini biasanya
merupakan mekanisme kompensasi dalam upaya mengejar kekurangan pasokan darah di
tempat lesi. Oleh karena itu, kecuali bila nilainya sangat tinggi (sistol >220/diastol >130)
tekanan darah tidak perlu diturunkan, karena akan turun sendiri setelah 48 jam.Pada
penderita hipertensi kronis tekanan darah juga tidak perlu segera diturunkan. Komplikasi
akut yang terjadi antara lain:
Gangguan respirasi
Baik akibat infeksi maupun akibat penekanan di pusat nafas
Ulser stress
Yang sering menyebabkan terjadinya hematemesis dan melena
Komplikasi kronis akibat stroke yang sering terjadi dan perlu diperhatikan adalah:
· Tirah baring lama di tempat tidur bisa terjadi pneumonia, dekubitus, inkontinensia serta
berbagai akibat imobilisasi lain.
· Rekurensi stroke
· Gangguan social-ekonomi
· Gangguan psikologik
2.10 Pencegahan
American Heart Associaton (AHA) mengeluarkan beberapa rekomendasi preventif diantaranya:
1. Preventif Stroke pada Hipertensi
Hipertensi harus dikendalikan untuk mencegah terjadinya stroke (preventif
primer) dan ) Pengendalian hipertensi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu
pengendalian gaya hidup (lifestyle) dan pemberian obat anti hipertensi. Pengendalian
gaya hidup untuk masalah hipertensi menurut Bethesda stroke center (2007) adalah:
a. Mempertahankan berat badan normal untuk dewasa dengan perhitungan
indeks masa tubuh 20-25kg/m2 .
b. Mengurangi asupan garam, kurang dari 6 gram dapur atau kurang dari 2,4
gr Na+/hari.
c. Olahraga 30 menit/hari, jalan cepat lebih baik dari pada angkat besi
d. Makan buah dan sayur.
e. Mengurangi konsumsi lemak baik yang jenuh maupun tidak jenuh.
2.11 Prognosis
Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yakni: death, disease, disability, discomfort,
dissatisfaction, dan destitution. Keenam aspek prognosis tersebut terjadi pada stroke fase awal
atau pasca stroke. Untuk mencegah agar aspek tersebut tidak menjadi lebih buruk maka semua
penderita stroke akut harus dimonitor dengan hati-hati terhadap keadaan umum, fungsi otak,
EKG, saturasi oksigen, tekanan darah dan suhu tubuh 20 secara terus-menerus selama 24 jam
setelah serangan stroke (Asmedi & Lamsudin, 1998). Asmedi & Lamsudin (1998) mengatakan
prognosis fungsional stroke pada infark lakuner cukup baik karena tingkat ketergantungan dalam
activity daily living (ADL) hanya 19 % pada bulan pertama dan meningkat sedikit (20 %)
sampai tahun pertama. Bermawi, et al., (2000) mengatakan bahwa sekitar 30-60 % penderita
stroke yang bertahan hidup menjadi tergantung dalam beberapa aspek aktivitas hidup sehari-hari.
Dari berbagai penelitian, perbaikan fungsi neurologik dan fungsi aktivitas hidup sehari-hari
pasca stroke menurut waktu cukup bervariasi. Suatu penelitian mendapatkan perbaikan fungsi
paling cepat pada minggu pertama dan menurun pada minggu ketiga sampai 6 bulan pasca
stroke. Prognosis stroke juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dan keadaan yang terjadi pada
penderita stroke. Hasil akhir yang dipakai sebagai tolok ukur diantaranya outcome fungsional,
seperti kelemahan motorik, disabilitas, quality of life, serta mortalitas. Menurut Hornig et al.,
prognosis jangka panjang setelah TIA dan stroke batang otak/serebelum ringan secara signifikan
dipengaruhi oleh usia, diabetes, hipertensi, stroke sebelumnya, dan penyakit arteri karotis yang
menyertai. Pasien dengan TIA memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan pasien dengan
TIA memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan pasien dengan stroke minor. Tingkat
mortalitas kumulatif pasien dalam penelitian ini sebesar 4,8 % dalam 1 tahun dan meningkat
menjadi 18,6 % dalam 5 tahun.