Anda di halaman 1dari 20

Sasaran Belajar

LO. 1. Anatomi dan Fisiologi Saraf Kranial

SARAF OLFAKTORIUS (N.I)


Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius. Sistem ini
terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal, fila olfaktoria,
bulbus subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis.
Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran
mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus
olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus
temporal bagian medial sisi yang sama. 
Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang impulsnya mencapai
korteks tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu makan
dan induksi salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah
menunjukkan bahwa sistem ini ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang
menghubungkan sistem penciuman dengan area otonom adalah medial forebrain bundle dan stria
medularis talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke serat
yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.

SARAF OPTIKUS (N. II)


Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-serabut
saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf
dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi spasial serabut-
serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah
retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya. 
Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina) menyilang
kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut
untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana
terjadi hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan
kiasma berhubungan dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus menuju korpus
genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika melewati bagian
posterior kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus oksipital.
Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-serabut
untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus
temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut
yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.

SARAF OKULOMOTORIUS (N. III)


Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea periakuaduktal
(Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea (Nukleus otonom).
Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot rektus medialis, superior,
dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra superior. Nukleus otonom atau
nukleus Edinger-westhpal yang bermielin sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata inferior
yaitu spingter pupil dan otot siliaris.
SARAF TROKLEARIS (N. IV)
Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di depan substansia grisea
periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus okulomotorius. Saraf ini merupakan satu-satunya
saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal batang otak. Saraf troklearis mempersarafi otot oblikus
superior untuk menggerakkan mata bawah, kedalam dan abduksi dalam derajat kecil.

SARAF TRIGEMINUS (N. V)


Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut motorik dan serabut-
serabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot temporalis. Serabut-
serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang utama yatu saraf oftalmikus,
maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya mencakup daerah kulit, dahi, wajah, mukosa
mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah
bagian anterior telinga luar dan kanalis auditorius serta bagian membran timpani.

SARAF ABDUSENS (N. VI)


Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian bawah dekat
medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens mempersarafi otot
rektus lateralis.

SARAF FASIALIS (N. VII)


Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal dari
Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat
medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus
motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna.
Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri dari otot
orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus,
otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan
bagian anterior lidah.
SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)
Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang
mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang mengurusi
keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan menuju
inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial dan
kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai
dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di
dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan
menyebar melewati batang dan serebelum.

SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)


Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada waktu
meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus mempunyai dua ganglion,
yaitu ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen,
saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di
antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa
faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.

SARAF VAGUS (N. X)


Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau jugulare dan
ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah foramen jugularis, saraf vagus
mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding usus,
jantung dan paru-paru.

SARAF ASESORIUS (N. XI)


Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis. Radiks kranial adalah akson dari
neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron dari saraf vagus. Saraf aksesoris
adalah saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian atas otot
trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping dan otot trapezius
memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.
SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)
Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi garis tengah dan
depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum hipoglosus. Saraf hipoglosus
merupakan saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus,
hipoglosus dan genioglosus.

LO. 2. Stroke
2.1 Definisi
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat
terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya
pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat
pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan
memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala
stroke.

2.2 Etiologi
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah yang
disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. penyumbatnya adalah plak atau
timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam darah. Penyumbatan bisa terjadi
pada pembuluh darah besar (arteri karotis), atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau
pembuluh darah kecil. Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam
pembuluh darah (arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan tertahan. Oleh
karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan terjadi gumpalan darah
(trombosis), sehingga aliran darah makin lambat dan lama-lama menjadi sumbatan pembuluh
darah. Akibatnya, otak mengalami kekurangan pasokan darah yang membawah nutrisi dan
oksigen yang diperlukan oleh darah.
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya
pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan
sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak akan
menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak.
Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral
hemorage) atau dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak (subarachnoid
hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai pada kematian.

2.3 Epidemiologi
Stroke Ischemic
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 15 juta orang menderita stroke di seluruh
dunia setiap tahun. Dari jumlah tersebut, 5 juta meninggal, dan 5 juta lainnya menjadi cacat
permanen. Pria berisiko lebih tinggi terkena stroke dibandingkan wanita; pria kulit putih
memiliki kejadian stroke 62,8 per 100.000, dengan kematian menjadi hasil akhir pada 26,3%
kasus, sedangkan wanita memiliki kejadian stroke 59 per 100.000 dan tingkat kematian 39,2%.
Meskipun stroke sering dianggap sebagai penyakit orang lanjut usia, sepertiga dari stroke terjadi
pada orang yang berusia kurang dari 65 tahun. Risiko stroke meningkat seiring bertambahnya
usia, terutama pada pasien yang berusia lebih dari 64 tahun, di mana 75% dari semua stroke
terjadi.

Stroke Hemorrhagic
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 15 juta orang menderita stroke di seluruh
dunia setiap tahun. Dari jumlah tersebut, 5 juta meninggal dan 5 juta lainnya cacat permanen.
Insiden global stroke setidaknya memiliki variasi sederhana dari satu negara ke negara lain,
menunjukkan pentingnya faktor genetik dan lingkungan, seperti disparitas dalam akses ke
perawatan kesehatan di negara berkembang. Insiden stroke total yang disesuaikan dengan usia
per 1000 orang-tahun untuk orang yang berusia 55 tahun atau lebih telah dilaporkan dalam
kisaran 4,2 hingga 6,5. Insiden tertinggi telah dilaporkan di Rusia, Ukraina, dan Jepang. Dalam
studi registri prospektif berbasis populasi dari Italia, tingkat kejadian tahunan kasar perdarahan
intraserebral adalah 36,9 per 100.000 populasi. Saat distandarisasi dengan populasi Eropa 2006,
angkanya adalah 32,9 per 100.000 penduduk; standar untuk populasi dunia, angkanya adalah
15,9 per 100.000 penduduk.
Secara keseluruhan, kejadian stroke akut telah menunjukkan penurunan yang konstan
selama beberapa dekade terakhir, terutama selama tahun 1970-an-1990-an, meskipun dalam
beberapa tahun terakhir tren angka tersebut mulai stabil. Namun, peningkatan kelangsungan
hidup di antara korban stroke akan meningkatkan permintaan pada sistem perawatan kesehatan
secara global.
2.4 Klasifikasi (Hemorragik dan Iskemik)
Stroke Ischemic
Pengertian Kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi otak akut baik
fokal maupun global yang mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah
pada parenkim otak, retina atau medulla spinalis, yang dapat disebabkan oleh penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah arteri maupun vena, yang dibuktikan dengan pemeriksaan imaging
dan/atau patologi.
Macam atau derajat dari stroke iskemik berdasarkan dari perjalanan klinisnya adalah
sebagai berikut:
a. TIA (Transient Ischemic Attack)
TIA atau sering disebut dengan serangan stroke sementara atau dikenal sebagai
mini stroke merupakan gejala neurologis yang hanya berlangsung kurang dari 24 jam.
Meskipun hanya sesaat, Tia merupakan peringatan akan datangnya serangan yang
lebih parah. Jika pernah mengalami TIA berarti penderita memiliki resiko lebih tinggi
untuk terkena stroke dan serangan jantung
b. RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficits)
Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam, biasanya
RIND akan membaik dalam waktu 24–48 jam.
c. Stroke Progresif (Stroke in evolution)
Stroke Progresif adalah kelainan atau gejala klinisnya secara bertahap
berkembang dari yang ringan sampai semakin berat. Pada keadaan ini gejala atau
tanda neurologis fokal terus berkembang dimana terlihat semakin berat dan
memburuk setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul berlangsung bertahap dari
ringan sampai menjadi berat.
d. Stroke Komplit (Completed Stroke)
Stroke Komplit adalah stroke dengan defisit neurologis yang menetap dan sudah
tidak berkembang lagi. Kelainan neurologis yang muncul bermacam-macam
tergantung daerah otak yang mengalami lesi / luka.
Stroke Hemorrhagic
Stroke hemoragik ialah suatu gangguan organik otak yang disebabkan adanya darah di
parenkim otak atau ventrikel. Beberapa jenis stroke hemoragik yaitu:

1. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural)


kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Stroke ini biasanya
diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri meningens
lainnya. Pasien harus diatasi beberapa jam setelah mengalami cedera untuk dapat
mempertahankan hidup.
2. Hemoragi subdural (termasuk subdural akut)
hematoma subdural yang robek adalah bagian vena sehingga pembentukan
hematomanya lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.
3. Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid)
dapat terjadi sebagai akibat dari trauma atau hipertensi tetapi penyebab paling
sering adalah kebocoran aneurisma.
4. Hemoragi interaserebral
hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak yang paling umum terjadi pada
pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral karena perubahan degeneratif
karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.

2.5 Patofisiologi
Stroke Ischemic
stroke iskemik akut terjadi akibat oklusi vaskular akibat penyakit tromboemboli (lihat
Etiologi). Iskemia menyebabkan hipoksia sel dan menipisnya sel adenosin trifosfat (ATP). Tanpa
ATP, tidak ada lagi energi untuk mempertahankan gradien ionik melintasi membran sel dan
depolarisasi sel. Masuknya ion natrium dan kalsium dan aliran pasif air ke dalam sel
menyebabkan edema sitotoksik.
Stroke Hemorrhagic
Pada perdarahan intraserebral, perdarahan terjadi langsung ke dalam parenkim otak.
Mekanisme yang biasa diduga adalah kebocoran dari arteri kecil intraserebral yang rusak akibat
hipertensi kronis. Mekanisme lain termasuk diatesis perdarahan, antikoagulasi iatrogenik,
amiloidosis serebral, dan penyalahgunaan kokain.
Perdarahan intracerebral memiliki kecenderungan untuk tempat-tempat tertentu di otak,
termasuk talamus, putamen, serebelum, dan batang otak. Selain area otak yang terluka akibat
perdarahan, otak di sekitarnya bisa rusak akibat tekanan yang dihasilkan oleh efek massa
hematoma. Peningkatan umum pada tekanan intrakranial dapat terjadi.

2.6 Manifestasi Klinis


Stroke Ischemic
Tanda dan gejala stroke yang umum meliputi:
 Onset mendadak hemiparesis, monoparesis, atau (jarang) quadriparesis
 Defisit hemisensori
 Kehilangan penglihatan monokuler atau binokuler
 Defisit bidang visual
 Diplopia
 Disartria
 Wajah terkulai
 Ataxia
 Vertigo (jarang terpisah)
 Nystagmus
 Afasia
 Penurunan tingkat kesadaran secara tiba-tiba
Meskipun gejala tersebut dapat terjadi sendiri, mereka lebih mungkin terjadi dalam
kombinasi. Tidak ada gambaran riwayat yang membedakan iskemik dari stroke hemoragik,
meskipun mual, muntah, sakit kepala, dan perubahan tingkat kesadaran mendadak lebih sering
terjadi pada stroke hemoragik. Pada pasien yang lebih muda, riwayat trauma baru-baru ini,
koagulopati, penggunaan obat-obatan terlarang (terutama kokain), migrain, atau penggunaan
kontrasepsi oral harus diketahui.
Stroke Hemorrhagic
Pasien dengan perdarahan intraserebral lebih mungkin mengalami sakit kepala, perubahan status
mental, kejang, mual dan muntah, dan / atau hipertensi dibandingkan mereka dengan stroke
iskemik. Meski begitu, tidak satupun dari temuan ini yang dapat membedakan antara stroke
hemoragik dan stroke iskemik.

Defisit neurologis fokal


Jenis defisit tergantung pada area otak yang terlibat. Jika belahan dominan (biasanya kiri)
terlibat, sindrom yang terdiri dari berikut ini dapat terjadi:
 Hemiparesis kanan
 Hilangnya hemisensori kanan
 Preferensi pandangan ke kiri
 Potongan bidang visual yang tepat
 Afasia
Jika belahan nondominan (biasanya kanan) terlibat, sindrom yang terdiri dari berikut ini dapat
terjadi:
 Hemiparesis kiri
 Hilangnya hemisensori kiri
 Preferensi pandangan yang tepat
 Potongan bidang visual kiri

2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding


Anamnesis
Gangguan global berupa gangguan kesadaran Gangguan fokal yang muncul mendadak, dapat
berupa :
a. Kelumpuhan sesisi/kedua sisi, kelumpuhan satu extremitas, kelumpuhan otot-otot
penggerak bola mata, kelumpuhan otot-otot untuk proses menelan, wicara dan
sebagainya
b. Gangguan fungsi keseimbangan
c. Gangguan fungsi penghidu
d. Gangguan fungsi penglihatan
e. Gangguan fungsi pendengaran
f. Gangguan fungsi Somatik Sensoris
g. Gangguan Neurobehavioral yang meliputi :
• Gangguan atensi
• Gangguan memory
• Gangguan bicara verbal
• Gangguan mengerti pembicaraan
• Gangguan pengenalan ruang
• Gangguan fungsi kognitif lain

Pemeriksaan Fisik
• Penurunan GCS
• Kelumpuhan saraf kranial
• Kelemahan motorik
• Defisit sensorik
• Gangguan otonom
• Gangguan neurobehavior

Kriteria Diagnosis
Terdapat gejala defisit neurologis global atau salah satu/beberapa defisit neurologis fokal
yang terjadi mendadak dengan bukti gambaran neuroimaging (CT-Scan atau MRI)

Pemeriksaan Penunjang
• CT Scan + CT Angiografi /MRI + MRA Otak
• EKG • Doppler Carotis
• Transcranial Doppler
• TCD Bubble Contrast & VMR
• Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi ginjal (ureum, kreatinin), Activated
Partial Thrombin Time (APTT), waktu prothrombin (PT), INR, gula darah puasa dan 2
jam PP, HbA1C, profil lipid, C-reactive protein (CRP), laju endap darah, dan
pemeriksaan atas indikasi seperti: enzim jantung (troponin / CKMB), serum elektrolit,
analisis hepatik dan pemeriksaan elektrolit.
• Thorax foto
• Urinalisa
• Echocardiografi (TTE/TEE)
• Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
• DSA Serebral

Diagnosis Banding
Stroke Hemoragik (bila belum dilakukan CT/MRI Otak)

Stroke Hemorrhagic
Anamnesis
• Gejala prodomal yaitu : Gejala peningkatan tekanan intrakranial dapat berupa : sakit
kepala, muntah-muntah, sampai kesadaran menurun.
• Gejala penekanan parenkim otak (perdarahan intraserebral), memberikan gejala
tergantung daerah otak yang tertekan/terdorong oleh bekuan darah

Pemeriksaan Fisik
• GCS
• Kelumpuhan saraf kranial
• Kelemahan motorik
• Defisit sensorik
• Gangguan otonom
• Gangguan neurobehavior

Kriteria Diagnosis
Defisit neurologis fokal atau global yang muncul secara tiba-tibda, dapat disertai tanda
peningkatan tekanan intrakranial dan dibuktikan dengan adanya lesi perdarahan pada
pemeriksaan neuroimaging otak (CT-Scan atau MRI)

Pemeriksaan Penunjang
• CT Scan/ MRI Brain
• CT/MR Angiografi Brain
• EKG • Doppler Carotis
• Transcranial Doppler
• Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi ginjal (ureum, kreatinin), Activated
Partial Thrombin Time (APTT), waktu prothrombin (PT), INR, gula darah puasa dan 2
jam PP, HbA1C, profil lipid, C-reactive protein (CRP), laju endap darah, dan
pemeriksaan atas indikasi seperti: enzim jantung (troponin / CKMB), serum elektrolit,
analisis hepatik dan pemeriksaan elektrolit.
• Thorax foto
• Urinalisa
• Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
• DSA Serebral

Diagnosis Banding
Stroke Iskemik (bila belum dilakukan CT /MRI Otak)

2.8 Tatalaksana (Farmakoterapi: Dosis, farmakokinetik, farmakodinamik, es, indikasi,


kontraindikasi)
Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar dalam menentukan hasil
akhir pengobatan. Betapa pentingnya pengobatan stroke sedini mungkin, karena ‘jendela terapi’
dari stroke hanya 3-6 jam. Hal yang harus dilakukan adalah:
 Stabilitas pasien dengan tindakan ABC (Airway, breathing, Circulation)
 Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal napas
 Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9 % dengan kecepatan
20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5 % dalam air dan
salin 0, 45 %, karena dapat memperhebat edema otak
 Berikan oksigen 2-4 liter/menit melalui kanul hidung
 Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut
 Buat rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto rontgen toraks
 Ambil sampel untuk pemeriksaan darah: pemeriksaan darah perifer lengkap dan
trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan kreatinin), masa
protrombin, dan masa tromboplastin parsial
 Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut: kadar alkohol, fungsi hati, gas darah
arteri, dan skrining toksikologi
 Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik - CT Scan atau
resonansi magnetik bila alat tersedia

Tatalaksana spesifik Stroke Iskemik


• Trombolisis intravena : alteplase dosis 0.6-0.9 mg/kgBB, pada stroke
• iskemik onset <6 jam
• Terapi endovascular : trombektomi mekanik, pada stroke iskemik
• dengan oklusi karotis interna atau pembuluh darah intrakranial, onset <8
• jam
• Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor, Calcium
• Antagonist, Beta blocker, Diuretik)
• Manajemen gula darah (insulin, anti diabetik oral)
• Pencegahan stroke sekunder (antiplatelet :aspirin, clopidogrel, cilostazol atau
antikoagulan : warfarin, dabigatran, rivaroxaban)
• Neroprotektor (citicholin, piracetam, pentoxyfiline, DLBS 1033)
• Perawatan di Unit Stroke
• Neurorestorasi / Neurorehabilitasi
Tindakan Intervensi/Operatif
• Carotid Endartersctomy (CEA), sesuai indikasi
• Carotid Artery Stenting (CAS), sesuai indikasi
• Stenting pembuluh darah intracranial, sesuai indikasi

Tatalaksana Spesifik Stroke Hemorrhagic


Tatalaksana Spesifik
• Koreksi koagulopati (PCC/Prothrombine Complex Concentrate, jika perdarahan karena
antikoagulan)
• Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor, Calcium Antagonist, Beta
blocker, Diuretik)
• Manajemen gula darah (insulin, anti diabetik oral)
• Pencegahan stroke hemoragik (manajemen factor risiko)
• Neuroprotektor • Perawatan di Unit Stroke
• Neurorestorasi / Neurorehabilitasi
Tindakan Operatif
• Kraniotomi evakuasi hematom, sesuai indikasi
• Kraniotomi dekompresi, sesuai indikasi
• VP Shunt / external drainage, sesuai indikasi

2.9 Komplikasi
Gejala akibat komplikasi akut menyebabkan kematian 5 kali lebih banyak dibanding
akibat lesinya sendiri, dan keduanya bersama-sama menyebabkan sekitar 20% kematian pada
hari 1.
Komplikasi akut yang terjadi adalah kenaikan tekanan darah. Keadaan ini biasanya
merupakan mekanisme kompensasi dalam upaya mengejar kekurangan pasokan darah di
tempat lesi. Oleh karena itu, kecuali bila nilainya sangat tinggi (sistol >220/diastol >130)
tekanan darah tidak perlu diturunkan, karena akan turun sendiri setelah 48 jam.Pada
penderita hipertensi kronis tekanan darah juga tidak perlu segera diturunkan. Komplikasi
akut yang terjadi antara lain:

 Kadar gula darah


Penderita stroke seringkali merupakan penderita DM sehingga kadar gula darah pasca
stroke tinggi. Akan tetapi seringkali kenaikan gula darah terjadi sebagai reaksi kompensasi
atau akibat mekanisme stress. Namun tindakan yang terlalu antusias dapat menyebabkan gula
darah menjadi terlalu rendah juga
 Gangguan jantung
Dapat terjadi sebagai penyebab maupun sebagai komplikasi. Sebagai penyebab proses yang
utama adalah fibrilasi atrium dan keadaan jantung yang menyebabkan terjadinya thrombus,
antara lain MIA dan endokarditis bakterialis. Keadaan ini memerlukan perhatian yang khusus
karena seringkali memperburuk keadaan stroke bahkan sering menjadi penyebab kematian.

 Gangguan respirasi
Baik akibat infeksi maupun akibat penekanan di pusat nafas

 Infeksi dan sepsis


Merupakan komplikasi stroke yang serius

 Gangguan ginjal dan hati

 Gangguan cairan, elektrolit, asam dan basa


Antara lain pada keadaan dimana syok hipovolemik sebagai penyebab stroke

 Ulser stress
Yang sering menyebabkan terjadinya hematemesis dan melena
 
Komplikasi kronis akibat stroke yang sering terjadi dan perlu diperhatikan adalah:
·    Tirah baring lama di tempat tidur bisa terjadi pneumonia, dekubitus, inkontinensia serta
berbagai akibat imobilisasi lain.
·    Rekurensi stroke
·    Gangguan social-ekonomi
·    Gangguan psikologik

2.10 Pencegahan
American Heart Associaton (AHA) mengeluarkan beberapa rekomendasi preventif diantaranya:
1. Preventif Stroke pada Hipertensi
Hipertensi harus dikendalikan untuk mencegah terjadinya stroke (preventif
primer) dan ) Pengendalian hipertensi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu
pengendalian gaya hidup (lifestyle) dan pemberian obat anti hipertensi. Pengendalian
gaya hidup untuk masalah hipertensi menurut Bethesda stroke center (2007) adalah:
a. Mempertahankan berat badan normal untuk dewasa dengan perhitungan
indeks masa tubuh 20-25kg/m2 .
b. Mengurangi asupan garam, kurang dari 6 gram dapur atau kurang dari 2,4
gr Na+/hari.
c. Olahraga 30 menit/hari, jalan cepat lebih baik dari pada angkat besi
d. Makan buah dan sayur.
e. Mengurangi konsumsi lemak baik yang jenuh maupun tidak jenuh.

2. Preventif Stroke pada Diabetes Mellitus


Penderita DM rentan terhadap komplikasi vaskuler termasuk stroke. DM
merupakan suatu faktor resiko untuk stroke iskemik dan pasien DM beresiko tinggi untuk
terkena stroke pada pembuluh darah besar atau kecil Kontrol DM yang ketat terbukti
mencegah komplikasi vaskuler yang lain dan dapat menurunkan resiko stroke, juga selain
itu perbaikan Kontrol DM akan mengurangi progresi pembentukan atherosclerosis.
Pengendalian glukosa direkomendasikan sampai kadar yang hampir normoglikemik pada
pasien diabetes mikrovaskular. ACE-1 Dan ARB lebih efektif dalam menurunkan
progresivitas penyakit hipertensi dan ginjal dan direkomendasikan sebagai pilihan
pertama untuk pasien diabetes mellitus

3. Preventif Stroke pada Gaya Hidup Sehat


Jika kita menjalankan pola hidup yang sehat, maka berbagai penyakit akan jauh
dari kita. Gaya hidup atau pola hidup utama yang tidak sehat sangat erat kaitannya
dengan faktor resiko stroke penyakit pembuluh darah. Upaya merubah gaya hidup yang
tidak benar menjadi gaya hidup yang sehat sangat diperlukan untuk upaya mendukung
prevensi sekunder. Usia merupakan salah satu faktor resiko stroke, namun kini stroke
mulai mengancam usia-usia produktif dikarenakan perubahan pola hidup yang tidak sehat
seperti banyak mengkonsumsi makanan siap saji yang sarat akan kolesterol, merokok,
minuman keras, kurangnya berolahraga dan stress. Karena gaya hidup sehat meliputi
pengaturan gizi yang seimbang, olah raga secara teratur, berhenti merokok, dan
mengurangi alcohol

2.11 Prognosis
Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yakni: death, disease, disability, discomfort,
dissatisfaction, dan destitution. Keenam aspek prognosis tersebut terjadi pada stroke fase awal
atau pasca stroke. Untuk mencegah agar aspek tersebut tidak menjadi lebih buruk maka semua
penderita stroke akut harus dimonitor dengan hati-hati terhadap keadaan umum, fungsi otak,
EKG, saturasi oksigen, tekanan darah dan suhu tubuh 20 secara terus-menerus selama 24 jam
setelah serangan stroke (Asmedi & Lamsudin, 1998). Asmedi & Lamsudin (1998) mengatakan
prognosis fungsional stroke pada infark lakuner cukup baik karena tingkat ketergantungan dalam
activity daily living (ADL) hanya 19 % pada bulan pertama dan meningkat sedikit (20 %)
sampai tahun pertama. Bermawi, et al., (2000) mengatakan bahwa sekitar 30-60 % penderita
stroke yang bertahan hidup menjadi tergantung dalam beberapa aspek aktivitas hidup sehari-hari.
Dari berbagai penelitian, perbaikan fungsi neurologik dan fungsi aktivitas hidup sehari-hari
pasca stroke menurut waktu cukup bervariasi. Suatu penelitian mendapatkan perbaikan fungsi
paling cepat pada minggu pertama dan menurun pada minggu ketiga sampai 6 bulan pasca
stroke. Prognosis stroke juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dan keadaan yang terjadi pada
penderita stroke. Hasil akhir yang dipakai sebagai tolok ukur diantaranya outcome fungsional,
seperti kelemahan motorik, disabilitas, quality of life, serta mortalitas. Menurut Hornig et al.,
prognosis jangka panjang setelah TIA dan stroke batang otak/serebelum ringan secara signifikan
dipengaruhi oleh usia, diabetes, hipertensi, stroke sebelumnya, dan penyakit arteri karotis yang
menyertai. Pasien dengan TIA memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan pasien dengan
TIA memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan pasien dengan stroke minor. Tingkat
mortalitas kumulatif pasien dalam penelitian ini sebesar 4,8 % dalam 1 tahun dan meningkat
menjadi 18,6 % dalam 5 tahun.

LO. 3 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Mengenai Kewajian Suami


Terhadap Istri
Lima hal hak istri yang harus ditunaikan oleh suami :
1. Suami tidak membiarkan istrinya keluar rumah tanpa ada hal penting, karena istri
merupakan aurat dan keluarnya dihadapan orang banyak menyebabkan dosa dan merusak
kesopanan.
2. Suami harus mengajarkan ilmu agama, terutama ilmu dalam beribadah yang wajib seperti
cara beruwudhu, sholat, puasa dan lainya.
3. Memberikannya makanan yang halal, karena makanan yang haram akan menjadikan
daging yang tumbuh karenanya menjadi bahan bakar api neraka. Memberikannya pun
akan diganjar pahala oleh allah SWT, Rosullulah Muhammad SAW bersabda, “ Dinar itu
ada empat macam, yakni yang kamu nafkahkan di jalan allah, dinar yang kamu berikan
untuk orang miskin, dinar yang kamu belanjakan untuk memerdekakan budak, dan dinar
yang kamu nafkahkan untuk keluiargamu. Yang paling banyak pahalanya adalah dinar
yang kamu belanjakan untuk keluargamu .”
4. Tidak boleh menganiaya nya, karena istri adalah amanat baginya. Dari Abu Hurairah RA,
rosullullah SAW bersabda,“ Barang siapa mengawini seorang perempuan dengan mas
kawin yang telah ditentukan, sedangkan ia berniat untuk tidak memenuhinya maka ia
berbuat zina dan barangsiapa yang mempunyai hutang sedangkan ia berniat untuk tidak
mengembalikannya maka ia adalah pencuri.” Dari abul Qasim asy-syananadzi dengan
sanad dari Al-hasan al-bashri dari rosullullah SAW ,” Berpesan pesanlah yang baik
dengan para istri karena sesungguhnya mereka tidak memiliki apa-apa atas diri mereka
sendiri di sisimu, dan sesungguhnya kamu mengambil mereka dengan amanat allah dan
kamu menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah SWT .”
5. Bila timbul perasaan yang tidak baik, hendaklah bersabar dan anggaplah sebagai
peringatkan baginya, jangan sampai terjadi yang lebih berbahaya dari yang telah terjadi.”
Yang paling penting dan harus selalu di ingat oleh para suami adalah bahwa mereka
adalah pemimpin dalam rumah tangga, suatu saat apa yang dilakukan terhadap istri
mereka di dunia kelak akan diminta pertanggung jawaban nya di hadapan Allah SWT.
Hak Bersama Suami Istri
1. Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum:
21)
2. Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya. (An-
Nisa’: 19 – Al-Hujuraat: 10)
3. Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19)
4. Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan. (Muttafaqun Alaih)Adab Suami Kepada
Istri
5. Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama.
(At-aubah: 24)
6. Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah clan Rasul-Nya. (At-
Taghabun: 14)
7.  Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AI-Furqan:
74)
8. Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi nafkah
(makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil jika beristri
lebih dari satu. (AI-Ghazali)
9. Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara
berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan pukulan yang
tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami
dalam hal ketaatan kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai