Anda di halaman 1dari 21

ASKEP GANGGUAN TELINGA DALAM

Telinga dalam terdapat jauh didalam bagian petrous tulang temporal, didalamnya terdapat
organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis) dan saraf carnial
VII (nervus fasialis) dan nervus VIII (nervus kokleovestibularis).

A. TINNITUS
1. Pengertian Tinnitus
Tinnitus adalah gangguan pendengaran berupa bunyi mendenging pada satu atau
kedua telinga padahal tidak ada rangsangan suara dari luar. Dapat diartikan juga
sebagai sensasi bising atau persepsi suara yang ditimbulkan oleh telinga atau kepala
dari penderita sendiri, di saat tidak ada suara apapun di sekitarnya.
Bunyi yang terdengar bisa beragam, ada yang mendenging, ada yang menderu, ada
yang seperti raungan, desisan, dan lain-lain. Kekuatan bunyinya pun berbeda-beda
pada setiap penderita, ada yang hanya mendengar suara bising yang halus dan tidak
terlalu terasa, tetapi ada juga yang mendengar suara yang keras sampai sulit tidur.
Gangguan ini bisa terjadi secara terus-menerus ataupun hilang-timbul.
Tinnitus sering dikaitkan dengan penurunan fungsi pendengaran karena faktor usia
(degenerasi), trauma pada telinga, atau penyakit pendengaran lainnya. Penelitian
menyebutkan bahwa 1 dari 5 orang yang berusia 55-65 tahun mengalami tinnitus.
Sehingga tinnitus disebut sebagai salah satu dari keluhan umum di usia lanjut.
2. Etiologi Tinnitus
Penyebab tinnitus bermacam-macam, dapat terjadi karena faktor dari luar, tengah,
dalam telinga, seperti yang dijelaskan berikut ini:
1. Kotoran yang mengeras dan menempel di gendang telinga sehingga sulit
dibersihkan. Pada kasus ini, diperlukan penanganan dokter dengan semprotan
spuit dan air.
2. Cedera kepala atau leher yang membuat trauma pada bagian pendengaran
3. Terlalu sering mendengar suara yang keras, seperti pada saat konser music rock,
balapan mobil, dekat dengan pesawat, dsb.
4. Infeksi akut ataupun kronis di bagian telinga tengah oleh jamur atau bakteri
5. Penurunan fungsi pendengaran karena sudah lanjut usia (degeneratif)
Penyakit Meniere di mana terjadi peningkatan tekanan cairan di dalam koklea / rumah
siput sehingga menekan dan merusak saraf pendengaran. Peningkatan tekanan cairan
ini dapat disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi karena mengonsumsi makanan
bergaram dan berlemak.

3. Patologi Tinnitus
Salah satu penyebab terbanyak dalam kasus tinnitus adalah paparan bunyi yang
sangat keras selama kurun waktu yang lama. Bunyi keras ini berada di atas ambang
normal pendengaran manusia (biasanya di atas 80 dB) dan menimbulkan dengingan
dan gaung selama beberapa saat di dalam telinga.
Rangsangan bunyi yang terlalu kuat dan sering akan menggetarkan cairan di dalam
koklea dengan keras hingga mampu merusak rambut-rambut pendengaran di
dekatnya. Kondisi ini menyebabkan tinnitus. Jika penderita tidak berhati-hati dan
tidak segera menghindari sumber bunyi yang kuat tersebut, lama-kelamaan rambut-
rambut pendengaran itu akan mati dan menyebabkan tuli. 
Proses elektrik yang abnormal juga menyebabkan tinnitus, di mana penderita akan
merasakan adanya bunyi bukan karena rangsangan dari luar, melainkan karena bunyi
yang dihasilkan dari dalam telinganya sendiri. Sumber bunyi abnormal itu bisa
berasal dari denyut nadi yang terdengar pada saat seseorang menderita aterosklerosis,
atau bisa berasal dari terbukanya tuba eustachius (lapisan yang berada di antara
rongga telinga dan rongga mulut) sehingga tiap kali bernafas akan menggetarkan
gendang telinga dan menghasilkan bunyi. Selain itu, bunyi juga dapat dihasilkan oleh
kontraksi yang kuat dari otot-otot pendengaran.
4. Manifestasi Klinis Tinnitus
Bunyi yang terdengar bisa saja berfrekuensi rendah (low tone) seperti gemuruh, atau
berfrekuensi tinggi (high tone) seperti dengingan. Pada beberapa kasus, suara tinnitus
dapat juga didengar oleh pemeriksanya (dokter). Tinnitus ini disebut tinnitus objektif.
Namun, jika bunyinya hanya terdengar oleh penderita, tinnitus itu disebut tinnitus
subjektif.
Jika yang terjadi adalah tinnitus subjektif, maka masih ada tanda yang dapat diamati
dari penderita tinnitus, seperti mudah emosi, pusing, mual, gangguan keseimbangan
tunbuh, bahkan sampai depresi apabila bunyi yang didengarnya sudah sangat sering
dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
5. Pemeriksaan Tinnitus
Beberapa langkah berikut ini dapat ditempuh untuk memeriksa keparahan dan
mencari penyebab tinnitus:
a. Melakukan anamnesis, mendengarkan keluhan penderita secara lengkap:
intensitas dan frekuensi terjadinya tinnitus, kapan terjadi (siang atau malam),
berapa lama, dan adakah gejala lain yang mengiringi seperti vertigo, mual, dan
sebagainya
b. Pemeriksaan fisik kedua telinga dengan otoskop untuk mengetahui apakah
termasuk tinnitus subjektif atau objektif. Jika bunyinya seirama dengan denyut
nadi, kemungkinan besar tinnitus itu disebabkan oleh penyakit aneurisma, tumor
vaskular, atau vascular malformation. Jika seirama dengan pernafasan, mungkin
bisa karena tuba eustachius yang terbuka.
c. Pada tinnitus subjektif, pemeriksaan audiometri seperti Pure Tone Audiometry
atau BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) untuk mengetahui
penyebab khusus tinnitus tersebut. Jika hasil tes BERA-nya normal, maka tinnitus
tersebut bisa diakibatkan oleh paparan suara bising, konsumsi obat ototoksik, atau
Meniere. Sedangkan jika hasil tesnya neuroma akustik, kompresi vaskular, atau
tumor.
d. Jika berbagai pemeriksaan di atas tidak mampu mengidentifikasi penyebab pasti
tinnitusnya, maka dilakukan CT Scan atau MRI untuk memeriksa lebih detail
apakah telah terjadi kelainan saraf atau tidak.

6. Penatalaksanaan Kasus Tinnitus


a. Elektrofisiologik: memberi rangsangan bunyi dengan intensitas yang lebih tinggi
dari tinnitus yang diderita. Rangsangan ini akan menjadi distraksi (pengalih
perhatian) agar tidak merasakan sensasi bunyi tinnitus.
b. Psikologik: memberi dukungan psikologis untuk meyakinkan kepada penderita
bahwa kondisi ini tidak membahayakan dan dapat disembuhkan. Selain itu,
penderita dilatih untuk melakukan relaksasi pada saat bunyi itu terdengar.
c. Terapi Medikametosa: penanganan medis seperti pemberian transquilizer,
antidepresan sedatif, vitamin, mineral, dan neurotonik. Selain itu, dapat juga
diberikan obat tidur karena umumnya penderita mendengar bunyi tinnitus lebih
jelas pada malam hari khususnya pada saat berangkat tidur di mana kondisinya
sedang sepi dan sunyi.
d. Edukasi: mendorong gaya hidup sehat, hindari konsumsi nikotin dan kafein,
kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan tekanan
darah yang menjadi salah satu pemicu tinnitus, serta tidak mendekati sumber
bunyi yang memekakkan telinga. 

7. Diagnosis Tinnitus
Saat pengidap mengalami telinga berdengung, maka dokter spesialis THT akan
meminta pengidapnya untuk mendeskripsikan jenis bunyi yang ia dengar, dan
melakukan pemeriksaan fisik pada telinga pengidap. Tidak hanya itu, pemeriksaan
menggunakan tes audiometri juga akan dilakukan. Bahkan jika diperkukan, dokter
akan melakukan pemindaian dengan CT scan atau MRI jika diduga terdapat
kerusakan atau kelainan pada organ dalam telinga.

B. Vertigo
1. Definisi
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat
dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan
diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan
system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan
diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan
dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya  bergerak atau
dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar
namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang
vertikal. Pada  penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya
nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata.
(Lumban Tobing. S.M, 2003)

2. Etiologi
a. Otologi 24-61% kasus
1) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
2) Meniere Desease
3) Parese N VIII Uni/bilateral
4) Otitis Media
b. Neurologik 23-30% kasus
1) Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum  
2) Ataksia karena neuropati
3) Gangguan visus
4) Gangguan serebelum
5) Gangguan sirkulasi LCS
6) Multiple sklerosis
7) Vertigo servikal
c. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
1) Tekanan darah naik turun  
2) Aritmia kordis
3) Penyakit koroner
4) Infeksi
5) < glikemia
6) Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
d. Psikiatrik > 50% kasus
1) Depresi
2) Fobia
3) Anxietas
4) Psikosomatis
e. Fisiologik
Melihat turun dari ketinggian.
3. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-
kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa
kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi
lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala,  penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata
merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis. Pasien Vertigo
akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan
merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur,
berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari,
mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya
vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan
seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan
berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan
vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial
tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan
akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi
kadang-kadang dapat juga sampai  beberapa tahun. Pada anamnesis, pasien
mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala dengan
posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan
berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu.
Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji
kalori tidak ada paresis kanal.
a. Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan
melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada
kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke
satu sisi.
Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1) Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik
dirinya sendiri atau lingkungan
2) Merasakan mual yang luar biasa
3) Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4) Gerakan mata yang abnormal
5) Tiba - tiba muncul keringat dingin
6) Telinga sering terasa berdenging
7) Mengalami kesulitan bicara
8) Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9) Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan
4. Komplikasi
a. Cidera fisik Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan
akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
b. Kelemahan otot Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan
aktivitas. Mereka lebih sering untuk  berbaring atau tiduran, sehingga berbaring
yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
5. Patofisiologi
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese
N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut
menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena
penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan
visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya.
Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf
III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi
kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII
dalam mempertahankan keseimbangan. Hipertensi dan tekanan darah yang tidak
stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke
pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan
menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat
mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat
menyebabkan parese N VIII. Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis
yang dapat mempengaruhi tekanan darah  pada seseorang. Sehingga menimbulkan
tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya
seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.
6. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk
pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus
vertigo antara lain:
a. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan mata  
2) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
3) Pemeriksaan neurologik
4) Pemeriksaan otologik
5) Pemeriksaan fisik umum
b. Pemeriksaan khusus
1) ENG
2) Audiometri dan BAEP
3) Psikiatrik
c. Pemeriksaan tambahan
1) Radiologik dan Imaging  
2) EEG, EMG

7. Penatalaksanaan
a. Anti kolinergik
b. Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
c. Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam  
d. Simpatomimetika
e. Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
f. Menghambat aktivitas nukleus vestibuler

8. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)  
b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

C. Sindrome Meniere
1. Pengertian
Penyakit meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui dan 
mempunyai trias gejala yang khas,yaitu gangguan pendengaran,tinnitus dan serangan
vertigo (Kapita Selekta Edisi 3).
Pengertian vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar.
Pengertian vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat
gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu
gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala
somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan
pusing.
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi,
namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari
tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan
penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya.
2. Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit meniere belum diketahui. Beberapa teori melaporkan
beberapa faktor yang dapat menimbulkan penyakit ini :
a. Gangguan lokal keseimbangan garam dan air yang menyebabkan edema
endolimfe.
b. Gangguan regulasi otonom sistem endoloimfe.
c. Alergi lokal telinga dalam yang menyebabkan edema dan gangguan kontrol
otonom.
d. Gangguan vaskularisasi telinga dalam, terutama stria vaskularisasi.
e. Gangguan duktus / sakus endolimfatik yang mengganggu absorbsi endolimfe.
f. Perubahan hubungan dinamika tekanan perilimfe dan endolimfe yang mungkin
berhubungan dengan perubahan anatomik di dalam pembuluh endolimf  dan akua
duktus koklea.
g. Manifestasi lokal labirin pada penyakit sistemik metabolik yang mengenai baik
tiroid maupun metabolisme glukosa atau keduanya.
h. Berkaitan dengan beberapa kelainan os temporal termasuk berkurangnya
pneumatisasi dari mastoid dan hipoplasi akuaduktus vestibuler. Kantong endolimf
terlalu kecil dan berada dalam posisi abnormal di bawah labirin.
i. Terdapat bukti adanya penimbunan kompleks imun dalam endolimfe pada pasien
dengan penyakit meniere memperkuat dugaan bahwa penyakit ini suatu gangguan
imun.
3. Patofisiologi.
Hidrops (pembengkakan) endolif akibat endolif dalam skala media oleh stria
vaskularis terhambat.
4. Manifestasi Klinik
Meniere ditandai oleh gejala-gejala sebagai berikut:
a. Gejalanya berupa seangan vertigo, mual dan muntah mendadak, yang berlangsung
selama 3-24 jam dan kemudian menghilang secara perlahan.
b. Secara periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya
tekanan di dalam telinga.
c. Pendengaran di telinga yang terkena berfluktuasi (kadang jelas, kadang kurang)
tetapi semakin lama semakin memburuk.
d. Tinnitus bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum,
setelah maupun selama serangan vertigo.
e. Pada kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada 10-
15% penderita, penyakit ini menyerang kedua telinga.
f. Setelah serangan vertigo mulai, bisa terjadi perbaikan fungsi pendengaran.
g. Pada salah satu bentuk penyakit Meniere, tuli dan tinnitus terjadi beberapa bulan
atau beberapa tahun sebelum seangan vertigo.
Tanda dan gejala penyakit meniere berdasarkan tipenya:
a. Penyakit Meniere vestibular
Penyakit Meniere vestibular ditandai dengan adanya vertigo episodic sehubungan
dengan tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear.
Tanda dan gejala:
- Vertigo hanya bersifat episodic
- Penurunan respons vestibuler atau tak ada respons total pada telinga yang
sakit
- Tak ada gejala koklear
- Tak ada kehilangan pendengaran objektif
- Kelak dapat mengalami gejala dan tanda koklear
b. Penyakit Meniere klasik
Tanda dan gejala:
- Mengeluh vertigo
- Kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi
- Tinitus
- Penyakit Meniere koklea
c. Penyakit Meniere koklea
Penyakit Meniere koklea dikenali dengan adanya kehilangan pendengaran
sensorineural progresif sehubungan dengan tnitus dan tekanan dalam telinga tanpa
temuan atau gejala vestibuler.
Tanda dan gejala:
- Kehilangan pendengaran berfluktuasi
- Tekanan atau rasa penuh aural
- Tinnitus
- Kehilangan pendengaran terlihat pada hasil uji
- Tak ada vertigo
- Uji labirin vestibuler normal
- Kelak akan menderita gejala dan tanda vestibuler
Tingkat derajat keparahan penyakit Meniere;
Derajat I :
Gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan vagal
seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala vertigo menyerang,
pasien dapat merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit
hingga beberapa jam. Diantara, pasien sama sekali normal.
Derajat II :
Gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul gejala tuli
sensorineural terhadap frekuensi rendah.
Derajat III :
Gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif memburuk. Kali
ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo
mulaiberkurang atau menghilang.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes gliserin: pasien diberikan minuman gliserin 1,2 ml/kg BB setelah diperiksa
tes kalori dan audiogram.setelah dua jam diperiksa kembali dan dibandingkan.
- Audiogram: tuli sensorineural,terutama nada rendah dan selanjutnya dapat
ditemukan rekrutinen.
- Elektrokokleografi menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang
menderita penyakit meniere.
- Elektronistagmogram bisa normal atau menunjukkan penurunan respons
vestibuler.
- CT scan atau MRI kepala
- Elektroensefalografi
- Stimulasi kalorik
6. Penatalaksanaan
Pasien harus dirawat di rumah sakit, berbaring dalam posisi yang meringankan
keluhan diberikan diet rendah garam dan pemberian diuretik ringan.obat-obatan
sistomatik anti vertigo seperti dimenhidrinat 3x50 mg atau prometazin 3x25 mg,obat
vasodilator perofer seperti papaverin dan betahistin,atau operasi shunt.dapat pulah
diberikan obat antiiskemia dan neurotonik.adaptasi dengan latihan dan fisioterapi.

D. Neuroma Akustik
1. Definisi 
Neuroma akustik adalah tumor bersifat kanker (jinak) dan biasanya lambat tumbuh
yang berkembang pada saraf akustikus. Dapat tumbuh pada saraf keluar dari pons,
sepanjang perjalanan saraf di fosa kranialis posterior atau di dalam liang telinga
dalam menuju ke otak.Karena cabang-cabang saraf ini langsung mempengaruhi
keseimbangan dan pendengaran, tekanan dari neuroma akustik dapat menyebabkan
gangguan pendengaran, dering di telinga, dankegoyangan.
Neuroma akustik juga dikenal sebagai schwannoma vestibular. Neuroma
akustik adalah penyebab umum gangguan pendengaran. Neuromaakustik biasanya
tumbuh lambat sekaliyang dapat mengenai saraf akutikus, saraf fasialis, dan
kemudian mengenai ungulusserebelopotin. Satu telinga penderita semakin lama
semakin tuli, tetapi dalam beberapa kasusmungkin tumbuh pesat dan menjadi cukup
besar untuk menekan otak dan mengganggu fungsivital.

2. Etiologi
a. Idiopatik  
Neuroma Akustik dapat terjadi secara idiopatik (artinya masih belum di ketahui
secara pasti penyebabnya).
b. Neurofibromatosis (NF2)
Sebuah neuroma akustik disebabkan oleh perubahan atau tidak adanya kedua
gensupresor tumor di NF2 sel saraf. Setiap orang memiliki sepasang gen NF2 di
setiap sel tubuhmereka termasuk sel saraf mereka. Satu NF2 gen diwariskan dari
sel telur ibu dan NF2 satu gendiwariskan dari sel sperma dari ayah. NF2 gen
bertanggung jawab untuk membantu mencegah pembentukan tumor pada sel
saraf. Khususnya gen NF2 membantu mencegah neuromas akustik.
Hanya satu gen berubah dan berfungsi NF2 adalah diperlukan untuk mencegah
pembentukanneuroma akustik. Jika kedua gen NF2 menjadi berubah atau hilang
di salah satu sarung mielin selsaraf vestibular kemudian sebuah Neuroma akustik
biasanya akan berkembang.
3. Patofisiologi
Sebagian besar neuromas akustik berkembang dari investasi sel Schwann dari
bagianvestibular dari saraf vestibulocochlear. Kurang dari 5% timbul dari saraf
koklea. Saraf superior dan inferior vestibular tampaknya saraf asal dengan sekitar
frekuensi yang sama.Pola pertumbuhan yang terpisah dapat dibedakan dalam tumor
akustik yaitu
a. Tidak ada pertumbuhan atau sangat lambat pertumbuhan
b. Pertumbuhan yang lambat (yaitu 0,2 cm / y pada studi imaging)
c. Pertumbuhan cepat (yaitu ≥ 1,0 cm / y pada studi imaging).
Meskipun beberapa tumor mentaati satu atau dari pola-pola pertumbuhan, yang
laintampaknya alternatif antara periode pertumbuhan tidak ada atau lambat dan
pertumbuhan yangcepat. Tumor yang telah mengalami degenerasi kistik
(mungkin karena mereka telah melampauisuplai darah mereka) kadang-kadang
mampu ekspansi relatif cepat karena pembesarankomponen kistik mereka. Karena
tumor akustik timbul dari sel Schwann investasi, pertumbuhantumor umumnya
kompres serat vestibular di permukaan.Penghancuran serat vestibular lambat,
akibatnya, banyak pasien mengalamiketidakseimbangan sedikit atau tidak atau
vertigo. Setelah tumor telah berkembang cukup besar untuk mengisi kanal
auditori internal, hal itu mungkin melanjutkan pertumbuhan tulang baik dengan
memperluas atau dengan memperluas ke sudut cerebellopontine. Pertumbuhan
dalamsudut cerebellopontine umumnya bulat.Tumor akustik seperti lesi
menempati ruang-lain, menghasilkan gejala dengan salah satudari 4 mekanisme
dikenali kompresi atau distorsi dari ruang cairan tulang belakang, perpindahandari
batang otak, kompresi dapat mengakibatkan iskemia atau infark, atau kompresi
dan/atauatenuasi saraf. Karena sudut cerebellopontine relatif kosong, tumor dapat
terus tumbuh sampaimereka mencapai 3-4 cm sebelum mereka menghubungi
struktur penting.Pertumbuhan seringkali cukup lambat bahwa saraf wajah dapat
menampung ke peregangan dikenakan oleh pertumbuhan tumor tanpa kerusakan
klinis jelas fungsi. Tumor yangtimbul dalam pendengaran kanal internal dapat
menghasilkan gejala-gejala yang relatif awaldalam bentuk gangguan pendengaran
atau gangguan vestibular dengan menekan saraf koklea,saraf vestibular, atau
arteri labirin tulang dinding saluran pendengaran internal.Sebagai tumor
pendekatan 2,0 cm diameter, ia mulai untuk kompres permukaan lateral batang
otak. pertumbuhan lebih lanjut dapat terjadi hanya dengan penekanan atau
menggusur  batang otak ke sisi kontralateral. Tumor yang lebih besar dari 4 cm
sering memperpanjang cukup jauh anterior untuk menekan saraf trigeminal dan
menghasilkan hipestesia wajah. Sebagai tumor terus tumbuh di luar 4 cm,
penghapusan progresif dari saluran air otak dan ventrikel keempatterjadi dengan
perkembangan akhir hidrosefalus.

4. Manifestasi klinik 
Gejala-gejala neuroma akustik termasuk yang pertama dalam 90% dari mereka
dengantumor adalah:
a. Gangguan pendengaran pada satu telinga, sering disertai dengan dering di
telingaatau tinnitus. Hilangnya pendengaran biasanya halus dan memburuk secara
perlahan, meskipunkadang-kadang tiba-tiba kehilangan pendengaran dicatat tuli.
b. Hilangnya keseimbangan dan kegoyangan.
c. Vertigo berhubungan dengan mual dan muntah, dan tekanan di telinga,
yangsemuanya dapat dikaitkan dengan gangguan fungsi saraf vestibulocochlear.
Selain itu lebih dari80% pasien telah melaporkan tinnitus (paling sering sepihak
dering bernada tinggi, kadangkadang mesin seperti mengaum atau mendesis
suara, seperti ketel uap).
d. Karena bagian keseimbangan dari saraf kedelapan adalah tempat tumor
muncultumors besar yang memampatkan berdekatan batang otak dapat
mempengaruhi lokal saraf kranial lainnya Paradoksnya, saraf kranial ke 7 jarang
terlibat pra-bedah, keterlibatan dari saraf trigeminal (CN V) dapat menyebabkan
hilangnya sensasi di terlibat sisi wajah dan mulutKompresi saraf kranial ketujuh
dapat menyebabkan kejang, kelemahan atau kelumpuhan otot-otot wajah. Double
visi adalah langka gejala tetapi dapat terjadi ketika saraf kranial 6dipengaruhi.
Saraf Glossopharyngeal dan saraf vagus yang jarang terlibat, tetapi
keterlibatanmereka dapat mengakibatkan muntah atau menelan dan / atau
kesulitan berbicara diubah refleks.Tumor yang lebih besar dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial , Tumor terkaitmeningkatkan tekanan
intracranial dapat menyebabkan sakit kepala, kiprah kikuk dankebingungan
mental. Ini bisa menjadi komplikasi yang mengancam jiwa yang
memerlukan perawatan mendesak.

5. Komplikasi 
a. Gangguan pendengaran
b. Wajah mati rasa dan kelemahan
c. Kesulitan dengan adanya gangguan keseimbangan dan kaku
6. Penatalaksanaan
Pengobatan neuroma akustik dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode pengobatan yaitu:
a. Operasi
Mikro untuk neuroma akustik adalah teknik satu-satunya yang menghilangkan
tumor.Operasi pengangkatan tumor adalah paling umum untuk pengobatan
neuroma akustik.Penatalaksanaan denga radiasi tidak akan menghilangkan tumor,
namun hanya akanmemperlambat atau menghentikan pertumbuhannya.
b. Stereotactic terapi radiasi
Terapi radiasi dilakukan dalam berbagai cara, tetapi terutama oleh empat metode
gamma,radioterapi, terapi radiasi stereotactic juga disebut Radiosurgery atau
radioterapi. Radiasidiberikan dalam dosis tunggal yang besar. Tidak jelas berapa
persentase tumor dikendalikan olehmetode ini untuk waktu yang lama Di masa
lalu ketika dosis radiasi yang lebih tinggi digunakan,tingkat kegagalan sekitar
12% (yang kemudian diperlukan operasi). Kebanyakan ahli bedahmerasa bahwa
tumor ini jauh lebih sulit untuk dihilangkan setelah perawatan radiasi Radiasitidak
menghapus tumor dan ketika tumor iradiasi pembedahan sering ditemukan bahwa
merekatelah tumbuh sel-sel tumor di dalamnya.Tujuan dari operasi ini adalah
untuk menyebabkan penyusutan tumor atau membatasi pertumbuhan tumor.
Keberhasilan jangka panjang dan risiko ini pendekatan pengobatan
tidak diketahui. MRI periodik pemantauan seluruh kehidupan pasien
dianjurkan.Terapi radiasi dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang dapat
kadang-kadangterjadi bahkan bertahun-tahun kemudian. Terapi radiasi dapat juga
menyebabkan kerusakan padasaraf kranial tetangga, yang dapat mengakibatkan
gejala seperti mati rasa, nyeri atau kelumpuhanotot-otot wajah. Dalam banyak
kasus gejala-gejala ini sementara. pengobatan radiasi juga dapatmenginduksi
pembentukan dari schwannomas jinak atau ganas lainnya. Tipe ini
pengobatankarenanya mungkin kontraindikasi pada perawatan neuromas akustik
dari pada mereka yang NF2 yang cenderung untuk schwannomas
mengembangkan dan tumor lainnya.

E. Labirinitis
1. Definisi
Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin). Keadaan ini dapat ditemukan
sebagai bagian dari suatu proses sistemik atau merupakan suatu proses tunggal pada
labirin saja.
Labirinitis bakteri sering disebabkan oleh komplikasi intra temporal dari radang
telinga tengah. Penderita otitis media kronik yang kemudian tiba-tiba vertigo, muntah
dan hilangnya pendengaran harus waspada terhadap timbulnya labirinitis supuratif.

Labirinitis secara klinis terdiri dari 2 subtipe, yaitu:


a. Labirinitis lokalisata ( serosa ) merupakan komplikasi otitis media dan muncul
ketika mediator toksik dari otitis media mencapai labirin bagian membrane tanpa
adanya bakteri pada telinga dalam.
b. Labirinitis difusa ( supuratif ) merupakan suatu keadaan infeksi pada labirin yang
lebih berat dan melibatkan akses langsung mikroorganisme ke labirin tulang dan
membrane.

2. Etiologi Labirinitis
Secara etiologi labirinitis terjadi karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa.
Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif.
Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa
sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam labirinitis supuratif akut difus dan
labirinitis supuratif kronik difus.
Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang,
sedangkan pada labirin supurati dengan invasi sel radang ke labirin., sehingga terjadi
kerusakan yan iereversibel, seperti fibrosa dan osifikasi.
Pada kedua jenis labirinitis tersebut operasi harus esgera dilakukan untuk
menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang – kadang diperlukan juga drenase
nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang
adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik.

3. Manifestasi Klinis
Labirintitis ditandai oleh awitan mendadak vertigo yang melumpuhkan, bisanya
disertai mual dan muntah, kehilangan pendengaran derajat tertentu, dan mungkin
tinnitus. Episode pertama biasanya serangan mendadak paling berat, yang biasanya
terjadi selama periode beberapa minggu sampai bulan, yang lebih ringan. Pengobatan
untuk labirintitis balterial meliputi terapi antibiotika intravena, penggantian cairan,
dan pemberian supresan vestibuler maupun obat anti muntah. Pengobatan labirintitis
viral adalah sintomatik dengan menggunakan obatantimuntah dan antivertigo.

4. Klasifikasi
a. Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum
(general), dengan gejala fertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis
yang terbatas (labirinitis sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja / tuli
saraf saja.
b. Labirinitis terjadinya oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa. Terdapat
dua bentuk labirinitis yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis
serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta.
Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan
labirinitis supuratif kronik difus.
c. Labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang,
sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga
terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.
5. Patologi Labirinitas
Kira – kira akhir minggu setelah serangan akut telinga dalam hampir seluruhnya terisi
untuk jaringan gramulasi, beberapa area infeksi tetap ada. Jaringan gramulasi secara
bertahap berubah menjadi jaringan ikat dengan permulaan. Pembentukan tulang baru
dapat mengisi penuh ruangan labirin dalam 6 bulan sampai beberapa tahun pada 50 %
kasus.
6. Penatalaksanaan
Terapi local harus ditujukan kesetiap infeksi yang mungkin ada, diagnosa bedah
untuk eksenterasi labirin tidak diindikasikan, kecuali suatu focus dilabirin untuk
daerah perilabirin telah menjalar untuk dicurigai menyebar ke struktur intrakronial
dan tidak memberi respons terhadap terapi antibiotika bila dicurigai ada focus infeksi
di labirin atau di ospretosus dapat dilakukan drerase labirin dengan salah satu operasi
labirin setiap skuestrum yang lepas harus dibuang, harus dihindari terjadinya trauma
NUA. Bila saraf fosial lumpuh, maka harus dilakukan dengan kompresi saraf
tersebut. Bila dilakukan operasi tulang temporal maka harus diberikan antibiotika
sebelum dan sesudah operasi.

7. Pemeriksaan Penunjang
Fistula dilabirin dapat diketahui dengan testula, yaitu dengan memberikan tekanan
udara positif ataupun nrgatif ke liang telinga melalui otoskop siesel dengan corong
telinga yang kedap atau balon karet dengan bentuk elips pada ujungnya yang di
masukan ke dalam liang telinga. Balon karet di pencet dan udara di dalamnya akana
menyebabkan perubahan tekanan udara di liang telinga. Bila fistula yang terjadi
masih paten maka akan terjadi kompresi dan ekspansi labirin membrane. Tes fistula
positif akan menimbulkan ristamus atau vertigo. Tes fistula bisa negatif, bila
fistulanya bisa tertutup oleh jaringan granulasi atau bila labirin sudah mati atau
paresis kanal.
Pemeriksaan radiologik tomografi atau CT Scan yang baik kadang – kadang dapat
memperlihatkan fistula labirin, yang biasanya ditemukan dikanalis semisirkularis
horizontal.
Pada fistula labirin / labirintis, operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan
infeksi dan menutup fistula, sehingga fungsi telinga dalam dapat pulih kembali.
Tindakan bedah harus adekuat untuk mengontrol penyakit primer. Matriks
kolesteatom dan jaringan granulasi harus diangkat dari fistula sampai bersih dan
didaerah tersebut harus segera ditutup dengan jaringan ikat / sekeping tulang / tulang
rawan.

8. Komplikasi
Tuli total atau meningitis.
9. pemeriksaan penunjang
a. Tes Laboratorium
b. Tes radiologi
c. Tes Keseimbangan
10. Terapi
a. Mencegah terjadinya progresifitas penyakit dan kerusakan vestibulokoklea yang
lebih lanjut.
b. Penyembuhan penyakit telinga yang mendasari.

Anda mungkin juga menyukai