Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Membran plasma merupakan batas kehidupan, batas yang memisahkan sel hidup
dari sekelilingnya yang mati. Setiap sel yang hidup harus selalu memasukkan
materi yang diperlukan dan membuang sisa - sisa metabolismenya. Di
tubuh manusia, obat harus menembus sawar (berrier) sel di berbagai jaringan.
Umumnya obat melintasi lapisan sel ini dengan menembusnya, bukan dengan
melewati celah antar sel. Peristiwa ini dikenal dengan transport lintas membran.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya
transport lintas membran membran. Transport lintas membrane digolongkan
menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif untuk molekul - molekul yang
mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul
yang membutuhkan mekanisme khusus.

Umumnya absorbsi dan distribusi obat terjadi secara difusi pasif. Mula - mula
obat harus berada dalam larutan air pada permukaan membrane sel kemudian molekul
obat akan melintasi mebran dengan melarut dalam lemak membrane. Pada proses
ini obat bergerak dari sisi yang kadarnya lebih tinggi ke sisi lain. Setelah taraf mantap
dicapai, kadar obat bentuk non ion kedua sisi membran akan sama.Salah satu proses
difusi yang dikenal yaitu difusi terfasilitasi, yaitu suatu proses transport yang
terjadi dengan bantuan suatu faktor pembawa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Faktor sifat fisiko-kimia zat aktif.?
2. Faktor formulasi dan teknologi.?
3. Faktor fisiopatologi.?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor sifat fisiko-kimia zat aktif.

1
2. Untuk mengetahui faktor formulasi dan teknologi.
3. Untuk mengetahui faktor fisiopatologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor sifat fisiko-kimia zat aktif


A. PERTIMBANGAN FISIKOKIMIA
Suatu obat yang mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil akan
sulit sekali untuk diformulasi sebagai suatu bentuk sediaan intravena, akan
menjadi lebih mudah jika diformulasi dalamsuatu bentuk sediaan
intramuskular. Beberapa faktor fisikokimia yang penting untuk
dipertimbangkan dalam formulasi dapat dilihat pada Tabel berikut.

3
B. SIFAT FISIKA KIMIA BAHAN OBAT
1. Ukuran partikel
2. Kristalin atau amorf
3. Bentuk garam
4. Hidrasi, misal: ampisilin anhidrat lebih larut dari pada trihidrat
5. Kelarutan dalam air/lipid pH dan pKa
6. Luas permukaan

C. PKA BEBERAPA BAHAN OBAT

 Bahan obat yang bersifat asam


- asetosal 3,5
- benzil penisilin 2,8
- dikumarol 5,7
 Bahan obat yang bersifat basa
- atropin 9,7
- codein 7,9
- quinine 8,4

4
D. EFEK PH PADA IONISASI ELEKTROLIT LEMAH

E. STRUKTUR KRISTAL: KRISTALIN/AMORF


 Kristalin: mempunyai bentuk bangun tertentu
 Amorf: tidak teratur

Contoh kasus:
 Novobiocin dan kloramfenikol palmitat tidak aktif jika diberikan
dalam bentuk kristalin
 Penisilin G lebih stabil dalam bentuk amorf
 Sediaan insulin injeksi berbentuk kristalin Zink-insulin yang
durasi efeknya lebih lama

F. KELARUTAN, PH, DAN ABSORBSI OBAT


Profil pH-kelarutan merupakan suatu gambaran dari kelarutan obat
pada berbagai pH fisiologis - fisiologis. Informasi ini digunakan dalam
rancangan formulasi karena sifat pH lingkungan dari saluran cerna berbeda,
dari bersifat asam (di dalam lambung) sampai sedikit bersifat basa (dalam usus

5
halus). Suatu obat yang bersifat basa akan larut dalam media asam karena
pembentukan garam yang larut. Suatu obat yang bersifat asam akan menjadi
larut dalam usus dengan membentuk suatu garam yang larut pada pH yang
lebih basa.

Kelarutan dapat diperbaiki dengan penambahan suatu bahan tambahan


yang bersifat asam atau basa. Contoh: kelarutan aspirin dapat dinaikkan
dengan penambahan dapar alkali. Dalam formulasi obat pelepasan terkendali,
bahan pendapar dapat ditambahkan untuk memperlambat atau memodifikasi
laju pelepasan dari suatu pelarutan obat yang cepat. Bahan pendapar dapat
dilepaskan secara lambat sehingga obat tidak melarut dengan segera dalam
cairan pencernaan yang mengelilinginya.

G. STABILITAS, PH, DAN ABSORPSI OBAT


Profil pH-stabilitas obat merupakan suatu gambaran dari tetapan laju
reaksi terhadap pH. Jika peruraian obat terjadi baik melalui katalisis asam atau
basa, maka dapat dibuat beberapa prakiraan untuk kerusakan obat dalam
saluran cerna. Contoh: eritromisin mempunyai suatu profil stabilitas yang
bergantung pH. Dalam suatu media yang bersifat asam (lambung), peruraian
terjadi secara cepat, sedangkan pada pH netral atau alkali obat relatif stabil 􀃆
untuk melindungi kerusakan terhadap asam lambung, tablet eritromisin disalut
enterik.

H. UKURAN PARTIKEL DAN ABSORPSI OBAT


Studi ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel penting untuk
obat-obat yang mempunyai kelarutan rendah di dalam air. Beberapa obat
hidrofobik sangat aktif secara intravena tetapi sangat tidak efektif jika
diberikan secara oral, disebabkan oleh absorpsi yang sangat kecil.
Griseofulvin, nitrofurantoin, dan beberapa steroida merupakan obat-obat yang
memiliki kelarutan rendah > pengecilan ukuran partikel dapat menaikkan
jumlah obat terabsorpsi.

I. WAKTU TRANSIT OBAT DALAM SALURAN CERNA

6
Usus halus, terutama mukosa duodenum, mempunyai luas permukaan
yang besar untuk absorpsi obat. Untuk memastikan absorpsi cepat suatu obat
setelah pemberian oral, maka obat tersebut harus mencapai duodenum secara
cepat. Secara anatomik, obat yang ditelan pertama kali akan mencapai
lambung. Selanjutnya lambung mengosongkan isinya kedalam usus halus,
yang mempunyai kapasitas terbaik untuk absorpsi obat > berbagai factor yang
mempengaruhi motilitas pencernaan dapat mempengaruhi laju absorpsi obat.

J. ALIRAN (PERFUSI) DARAH DARI SALURAN CERNA


Aliran darah ke saluran cerna merupakan hal yang penting untuk
membawa obat ke sirkulasi
sistemik dan kemudian ke tempat kerja. Daerah usus diperfusi oleh pembuluh-
pembuluh darah mesentrika. Obat dilepaskan ke dalam hati melalui vena porta
hepatik dan kemudian ke sirkulasi umum atau sirkulasi sistemik.
Berbagai penurunan aliran darah mesentrika, seperti pada kegagalan
jantung kongestif, akan menurunkan laju pemindahan obat dari saluran usus >
menurunkan laju bioavailabilitas obat.

7
8
K. FAKTOR FISIOLOGIS
 Waktu pengosongan lambung
 Waktu transit pada usus
 Abnormalitas saluran cerna
 Isi lambung: obat lain, makanan, cairan
 pH saluran cerna
 Metabolisme pada hepar (first pass)

9
L. SALURAN PENCERNAAN
Pengosongan pada kondisi normal: lambung 2-4 jam, usus 4-10 jam.
Obat yang mempercepat pengosongan lambung: laksansia, Obat yang
memperlama pengosongan lambung: amitriptilin HCl Contoh obat yang
berkurang dengan percepatan pengosongan lambung: digoxin.

M. METABOLISME HEPAR
LOW First-Pass:
 Analgesik aspirin
 Antiangina nitrogliserin
 Calcium chanel bloker verapamil

N. PADA LANSIA
 Keasaman lambung meningkat
 Aliran darah pada saluran cerna berkurang
 Jumlah sel untuk absorpsi berkurang
 Peristalitik usus dan lambung berkurang

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Absorpsi Obat, antara lain :


1.  Biologis/ Hayati
A.  Kecepatan pengosongan lambung

1. Kecepatan pengosongan lambung besar → penurunan proses absorpsi


obat-obat yang bersifat asam.
2. Kecepatan pengosongan lambung kecil → peningkatan proses absorpsi
obat-obat yang bersifat basa

B.  Motilitas usus

Jika terjadi motilitas usus yang besar (ex : diare), obat sulit diabsorpsi.

10
C.  pH medium

Lambung : asam → untuk obat-obat yang bersifat asam

Usus : basa → untuk obat-obat yang bersifat basa.

D.  Jumlah pembuluh darah setempat

1. Intra muskular dengan sub kutan.


2. Intra muscular absorpsinya lebih cepat, karena jumlah pembuluh darah
di otot lebih banyak dari pada di kulit.

2.  Hakiki/ Obat
1. Polaritas → koefisien partisi
2. Semakin non polar semakin mudah diabsorpsi

3.  Makanan
Paracetamol terganggu absorpsinya dengan adanya makanan dalam
lambung, maka dapat diberikan 1 jam setelah makan.

4.  Obat lain
Karbon aktif dapat menyerap obat lain.

5.  Cara pemberian
Per oral dan intra vena berbeda absorpsinya.

2.3 Faktor Fisiologi Biologi Yang Berpengaruh Pada absorpsi Gastro Intestinal
1. pH di lumen gastro intestinal
Keasaman cairan gastro intestinal yang berbea-beda di lambung (pH 1-2)
duodenum (pH 4-6)→ sifat-sifat dan kecepatan berbeda dalam absorpsi suatu
obat.

Menurut teori umum absorpsi : obat-obat golongan asam lemah organic lebih
baik di absorpsi di dalam lambung dari pada di intestinum karena fraksi non

11
ionic dari zatnya yang larut dalam lipid lebih besar dari pada kalau berada di
dalam usus yang pHnya lebih tinggi.

 Absorpsi basa-basa lemah seperti antihistamin dan anti depressant lebih berarti
atau mudah di dalam usus halus karena lebih berada dalam bentuk non ionic
daripada bentuk ionik. Sebaliknya sifat asam cairan lambung bertendensi
melambatkan atau mencegah absorpsi obat bersifat basa lemah.
 Penyakit dapat mempengaruhi pH cairan lambung.
 Lemak-lemak dan asam-asam lemak telah diketahui menghambat sekresi
lambung
 Obat-obat anti spasmodic seperti atropine, dan anti histamine H2 bloker seperti
cimetidin dan ranitidin→ pengurangan sekresi asam lambung

2. Motilitas gastro intestinal dan waktu pengosongan lambung

Lama kediaman (residence time) obat di dalam lambung juga menentukan


absorpsi obat dari lambung masuk ke dalam darah. Faktor-faktor tertentu dapat
mempengaruhi pengosongan lambung akan dapat berpengaruh terhadap lama
kediaman obat di suatu segmen absorpsi. Pengosongan lambung diperlama
oleh lemak dan asam-asam lemak dan makanan,depresi mental, penyakit-
penyakit seperti gastro enteritis, tukak lambung (gastric ulcer) dll. Pemakaian
obat-obat juga dapat mempengaruhi absorpsi obat lainnya, baik dengan cara
mengurangi motilitas (misal obat-obat yang memblokir reseptor-reeptor
muskarinik) atau dengan cara meningkatkan motilitas (misalnya
metoklopropamid, suatu obat yang mempercepat pengosongan lambung).

3. Aliran darah (blood flow) dalam intestine.

Debit darah yang masuk ke dalam jaringan usus dapat berperan


sebagai kecepatan pembatas (rate limited) dalam absorpsi obat. Dalam
absorpsi gastro intestinal atau in vivo sebagai proses yang nyata untuk proses
penetrasi zat terlarut lewat barrier itu sendiri. Maka ditentukan oleh 2 langkah
utama, Yaitu :

12
 Permeabilitas membrane GI terhadap obat, dan
 Perfusi atau kecepatan aliran darah didalam barrier GI membawa zat
terdifus ke hati
Aliran darah normal disini ± 900ml/menit

2.4 Efek- Efek Makanan Atas Absorpsi

Secara umum absorpsi obat lebih disukai atau berhasil dalam kondisi
lambung kosong.

 Kadang-kadang tak bisa diberikan dalam kondisi demikian karena obat


dapat mengiritasi lambung.
Ex : Asetosal ( dapat menyebabkan iritasi karena bersifat asam).
 Kecepatan absorpsi kebanyakan obat akan berkurang bila diberikan
bersama makanan.
Ex : Digoksin, Paracetamol, Phenobarbital (obat sukar larut)
 Pemakaian antibiotika setelah makan seringkali → penurunan
bioavailabilitasnya maka harus diberikan sebelum makan.
Ex : Tetraciklin, Penisilin, Rifampisin, Erytromycin strearat

 2.5 Pengaruh Faktor-Faktor Fisika Kimia Atas Absorpsi GI

Misal :

 Antibiotik penisilin
Penisilin oral bisa diformulasikan sebagai asam bebas yang bersifat
sukar larut, atau dalam bentuk garam yang mudah larut.

Jika penisilin dalam bentuk garam kalium diberikan, maka


obat tersebut akan mengendap sbg asam bebas setelah mencapai
lambung, dimana pH nya rendah, membentuk suatu suspensi dengan
partikel-partikel halus dan diabsorpsi dengan cepat.

13
Tetapi bila diberikan dalam bentuk asam, maka penisilin bentuk
asam ini sukar larut dalam lambung dan absorpsinya jauh lebih lambat,
sebab partikel-partikel yng terbentuk adalah besar.

 Antibiotik Tetrasiklin
Tetrasiklin mengikat ion-ion Ca dengan kuat, dan makanan yang
kaya kalsium (terutama susu) dapat mencegah absorpsi tetrasiklin

 Pemberian paraffin cair sebagai pencahar akan menghambat


absorpsi obat-obat yang bersifat lipofilik seperti vitamin K.

BAB III
PENUTUP

14
31. Kesimpulan
Suatu obat yang mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil akan sulit sekali
untuk diformulasi sebagai suatu bentuk sediaan intravena, akan menjadi lebih mudah
jika diformulasi dalamsuatu bentuk sediaan intramuskular.
Profil pH-kelarutan merupakan suatu gambaran dari kelarutan obat pada
berbagai pH fisiologis - fisiologis. Informasi ini digunakan dalam rancangan formulasi
karena sifat pH lingkungan dari saluran cerna berbeda, dari bersifat asam (di dalam
lambung) sampai sedikit bersifat basa (dalam usus halus).

DAFTAR PUSTAKA

15
https://bayuapt.wordpress.com/2014/09/23/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
absorpsi-obat/

https://docplayer.info/30591227-Faktor-faktor-yang-berpengaruh-terhadap-proses-
pelepasan-pelarutan-dan-absoprsi.html

16

Anda mungkin juga menyukai