Anda di halaman 1dari 16

PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

AKIBAT KERJA PADA PERAWAT , PENYAKIT ATAU CIDERA


AKIBAT KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT, UPAYA
PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PERAWAT

OLEH:

KELOMPOK 7

1. Agus Triana Putra (18.321.2828)


2. Kadek Sri Wahyuni (18.321.2840)
3. Ni Luh Putu Sinta Dewi P.A.P (18.321.2842)
4. Ni Made Candra Dewi Sudana (18.321.2844)
5. Ni Putu Gintan Dyah Pratiwi (18.321.2854)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Maternitas
yang berjudul “Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular Akibat Kerja Pada
Perawat , Penyakit Atau Cidera Akibat Kecelakaan Kerja Pada Perawat, Upaya
Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat”

Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan kerjasama kelompok yang baik tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstuktif dari
pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Denpasar, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 penyakit menular dan penyakit tidak menular akibat kerja pada perawat . 2
2.2 Penyakit Atau Cidera Akibat Kecelakaan Kerja Pada Perawat perawat ... 5
2.3 Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat .......................... 9

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan .................................................................................................... 12
3.2 Saran ........................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan
kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja. Penyakit Akibat Kerja (PAK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai faktor
penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan
resiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah
tersedia.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang
mengalami sakit dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga, dan
lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir penyakit akibat
kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk
menangani korban yang terpapar penyakit akibat kerja dan dapat memberikan
penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja. Tujuan memahami penyakit akibat kerja ini adalah untuk
memperoleh informasi dan pengetahuan agar lebih mengerti tentang penyakit
akibat kerja dan dapat mengurangi korban yang terpapar penyakit akibat kerja
guna meningkatkan derajat kesehatan dan produktif kerjakerja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Penyakit menular dan penyakit tidak menular akibat kerja pada perawat
2. Penyakit atau cidera akibat kecelakaan kerja pada perawat
3. Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular Akibat Kerja Pada
Perawat

A. Klasifikasi Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,


alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit
akibat kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man made disease. Sejalan
dengan hal tersebut terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa Penyakit
Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani
yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang
berhubungan dengan pekerjaan ( Hebbie Ilma Adzim, 2013).

B. Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya PAK adalah sebagai berikut:

1. Golongan fisik
a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai
dengan Non-induced hearing loss
b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan kulit
c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps, atau
hyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah dapat mengakibatkan
frostbite, trenchfoot atau hypothermia.
d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata.
Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.

2. Golongan kimia
a. Debu dapat mengakibatkan pneumokoniosis
b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S
d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis
e. Insektisida dapat mengakibatkan
keracunan

3. Golongan infeksi
a. Anthrax
b. Brucell
c. HIV/AIDS

4. Golongan fisiologis
Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan yang kurang
baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat mengakibatkan kelelahan
fisik bahkan lambat laun dapat menyebabkan perubahan fisik pada tubuh
pekerja.

5. Golongan mental

Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau keadaan pekerjaan
yang monoton yang menyebabkan kebosanan.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-


01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No 22/1993 terdapat 31 jenis penyakit
akibat kerja yaitu sebagai berikut :

1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan


parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang
silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon
alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya
yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.

21. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.


22. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
23. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
24. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
25. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.
26. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
27. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
28. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
29. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
30. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

2.2 Penyakit Atau Cidera Akibat Kecelakaan Kerja Pada Perawat


A. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
menurut standar (Australian AS 1885, 1990) adalah suatu proses atau
keadaan yang mengakibatkan kejadian cidera atau penyakit akibat kerja.
Penerapan kode-kode kecelakaan kerja akan sangat membantu proses
investigasi dalam meginterpretasikan informasi-informasi yang tersebut diatas.
Ada banyak standar yang menjelaskan referensi tentang kode-kode kecelakaan
kerja, salah satunya adalah standar Australia AS 1885-1 tahun 1990.
Berdasarkan standar tersebut, kode yang digunakan untuk mekanisme terjadinya
cidera/sakit akibat kerja dibagi sebagai berikut:

1. Jatuh dari atas ketinggian


2. Jatuh dari ketinggian yang sama
3. Menabrak objek dengan bagian tubuh
4. Terpajan oleh getaran mekanik
5. Tertabrak oleh objek yang bergerak
6. Terpajan oleh suara keras tiba-tiba
7. Terpajan suara yang lama
8. Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)
9. Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah
10. Otot tegang lainnya
11. Kontak dengan listrik
12. Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas
13. Terpajan radiasi
14. Kontak tunggal dengan bahan kimia
15. Kontak jangka panjang dengan
16. Kontak lainnya dengan bahan kimia
17. Kontak dengan, atau terpajan faktor biologi
18. Terpajan faktor stress mental
19. Longsor atau runtuh
20. Kecelakaan kendaraan/Mobil
21. Lain-lain dan mekanisme cidera berganda atau banyak Mekanisme cidera
yang tidak spesifik

B. Dampak Kecelakaan Kerja


Berdasarkan model penyebab kerugian yang dikemukakan oleh Det
Norske Veritas (DNV, 1996), terlihat bahwa jenis kerugian akibat terjadinya
kecelakaan kerja meliputi manusia/pekerja, properti, proses, lingkungan, dan
kualitas.

C. Cidera Akibat Kecelakaan Kerja


Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah, retak,
cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of Labor
Statistics, U.S. Department of Labor (2008) menyatakan bahwa bagian tubuh
yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi:
1. Kepala; mata.
2. Leher.
3. Batang tubuh; bahu, punggung.
4. Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari, jari
tangan.
5. Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki
Sistem tubuh.
6. Banyak bagian

Tujuan menganalisa cidera atau sakit yang mengenai anggota bagian


tubuh yang spesifik adalah untuk membantu dalam mengembangkan program
untuk mencegah terjadinya cidera karena kecelakaan Selain itu juga bisa
digunakan untuk menganalisis penyebab alami terjadinya cidera karena
kecelakaan kerja.

D. Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja


Berikut adalah pengelompokan jenis cidera dan keparahannya:
1. Cidera fatal (fatality)
Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit akibat kerja
2. Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)
Adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen,
atau kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih.

3. Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)


Adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa
masuk kerja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi
kecelakaan. Juga termasuk hilang hari kerja karena cidera yang kambuh
dari periode sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada
saat kerja alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung
sebagai 220 kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat
kejadian tersebut terjadi.
4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty)
Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk
mengerjakan pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain
sementara atau yang sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk
perubahan lingungan kerja pola atau jadwal kerja.

5. Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)


Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi
kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat, atau orang yang
memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan.

6. Cidera ringan (first aid injury)


Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani
menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat,
contoh luka lecet, mata kemasukan debu, dan lain-lain.

7. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)


Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran,
peledakan dan bahaya pembuangan limbah.

E. Definisi Rate
1. Incident rate
Adalah jumlah kejadian/kecelakaan cidera atau sakit akibat kerja setiap
seratus orang karyawan yang dipekerjakan.

2. Frekwensi rate
Adalah jumlah kejadian cidera atau sakit akibat kerja setiap satu juta
jam kerja.

3. Loss Time Injury Frekwensi Rate


Jumlah cidera atau sakit akibat kecelakaan kerja dibagi satu juta jam
kerja.
4. Severity Rate
Waktu (hari) yang hilang dan waktu pada (hari) pekerjaan alternatif yang
hilang dibagi satu juta jam kerja

5. Total Recordable Injury Frekwensi Rate


Jumlah total cidera akibat kerja yang harus dicatat (MTI, LTI & Cidera
yang tidak mampu bekerja) dibagi satu juta jam kerja

F. Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja


Faktor yang merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya
dapat diakibatkan oleh 4 faktor penyebab utama (Husni:2003) yaitu :

a. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan


sikap.
b. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau
keselamatan pekerja.
c. Faktor sumber bahaya yaitu:
Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena metode kerja yang
salah, keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagainya;
Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari keberadaan
mesin atau peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan

d. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan


mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna

2.3 Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat


A. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Berikut ini beberapa tips dalam mencegah penyakit kerja, diantaranya:
Memakai alat pelindung diri secara benar dan teratur

1. Mengenali resiko pekerjaan dan cegah supayah tidak terjadi lebih lanjut
2. Segara akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan.
Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh seperti
berikut ini:

a. Pencegahan Pimer – Healt Promotio


1. Perilaku kesehatan
2. Faktor bahaya di tempat kerja
3. Perilaku kerja yang baik
4. Olahraga
5. Gizi

b. Pencegahan Skunder – Specifict Protectio


1. Pengendalian melalui perundang-undangan
2. Pengendalian administratif/organisasi: rotasi/pembatas jam kerja
3. Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, alat pelindung diri (APD)
4. Pengendalian jalur kesehatan imunisasi

c. Pencegahan Tersier
1. Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
2. Pemeriksaan kesehatan berkala
3. Pemeriksaan lingkungan secara berkala
4. Surveilans
5. Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
6. Pengendalian segera ditempat kerja

Dalam pengendalian penyakit akibat kerja, salah satu upaya yang wajib
dilakukan adalah deteksi dini, sehingga pengobatan bisa dilakukan secepat
mungkin. Ada dua faktor yang membuat penyakit mudah dicegah.

1. Bahan penyebab penyakit mudah diidentifikasi, diukur, dan dikontrol.


2. Populasi yang berisiko biasanya mudah didatangi dan dapat diawasi secara
teratur serta dilakukan pengobatan.
ada tiga hal menurut WHO yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
deteksi dini yaitu:

1. Perubahan biokimiawi dan morfologis yang dapat di ukur melalui analisis


laboraturium. Misalnya hambatan aktifitas kolinesterase pada paparan
terhadap pestisida organofosfat, penurunan kadar hemoglobin (HB), sitologi
sputum yang abnormal, dan sebagainya.
2. Perubahan kondisi fisik dan sistem tubuh yang dapat dinilai melalui
pemeriksaan fisik laboraturium. Misalnya elektrokardiogram, uji kapasitas
kerja fisik, uji saraf, dan sebagainya.
3. Perubahan kesehatan umum yang dapat dinilai dari riwayat medis. Misalnya
rasa kantuk dan iritasi mukosa setelah paparan terhadap pelarutpelarut
organik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Penyakit Akibat Kerja (PAK) di kalangan petugas kesehatan dan non


kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan
resiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah
tersedia.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya.


Dalam bekerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang
sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit dalam
bekerja akan berdampak pada diri, keluarga, dan lingkungannya.

3.2 saran
Diharapkan oleh penulis adalah penulis lebih memahami tentang
keselamatan kecelakaan kerja. Selain itu diharapkan dengan adanya maklah ini
dapat membantu teman – teman dalam mengenal dan memahami keselamatan
kesehatan kerja keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Kesehatan Kerja. (2008). Pedoman Tata Laksana Penyakit


Akibat Kerja bagi Petugas Kesehatan. Departemen Kesehatan.

Endroyo, B. dan Tugino (2007). Analisa Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan


Kerja Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan.

Grahanintyas, D., Wignjosoebroto, S. dan Latiffanti, E. Analisa Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3) dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja (Studi
Kasus: Pabrik Teh Wonosari PTPN XII). Jurnal Teknik Pomits. 2012.

Husni, Lalu. (2003). Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta:


Raja Grafindo Perkasa.
Suaeb A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Universitas Gunadarma; 2013

Week, J. Gregory R. Wagner, Kathleen M. Rest, Barry S. Levy. (2005). A public


Health Approach to Preventing Occupational Disesase and Injuries in
Preventing Occupational Disease and Injuries. Edisi ke-2, APHA,
Washington

Anda mungkin juga menyukai