Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No.

2 September 2019

Trauma Psikologis Perawat Instalasi Gawat Darurat


dalam Menghadapi Kekerasan Verbal di Tempat
Kerja: Penelitian Kualitatif
Anja Hesnia Kholis1, Nurul Hidayah2, Ratna Puji Priyanti3, Asri4
1,2,3,4
STIKES Pemkab Jombang
Corresponding Author: ns.ratnapuji@gmail.com

Abstrak
Kejadian kekerasan verbal ditempat kerja dalam industry kesehatan adalah 3,8 kali lebih tinggi
dari semua industry swasta Kekerasan verbal adalah salahsatu kekerasan yang paling sering
dialami oleh perawat khususnya perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD). Kekerasan verbal oleh
pasien dan keluarga pasien dapat memberikan trauma psikologis yang dapat juga merusak
prestasi kerja. Tujuan penelitian ini untuk memahami trauma psikologis yang dialami oleh
perawat IGD dalam menghadapi kekerasan verbal di tempat kerja. Jenis penelitian kualitataif
dengan pendekatan fenomenologi. Populasi yang digunakan adalah perawat Instalasi gawat
darurat (IGD) di Rumah Sakit di Jombang, Jawa timur. Partisipan menggunakan 10 perawat
yang bekerja di IGD minimal 6 bulan, tidak sedang cuti melahirkan, sedangkan sebagai
triangulasi adalah manajer perawat/kepala ruangan.Teknik pengumpulan data menggunakan
in-depth interview. Keabsahan data menggunakan triangulasi dan member check. Analisis data
menggunakan metode analisis Collaizi (1978) dengan 8 langkah analisa data. Tema yang
ditemukan dalam penelitian ini adalah: tema pertama adalah pengetahuan dengan sub-tema:
jenis kekerasan verbal, bentuk kekerasan verbal. Tema kedua adalah sumber kekerasan verbal
dengan sub-tema pelaku dan penyebab kekerasan verbal. Tema ketiga adalah pengaruh
kekerasan verbal dengan sub-tema respon saat mengalami kekerasan verbal, efek kekerasan
verbal dan koping dalam menghadapi kekerasan verbal. Kekerasan verbal ditempat kerja
memberikan dampak pada psikologis dan kinerja perawat. Dengan memahami trauma
psikologis perawat, maka diharapkan timbul upaya dalam melindungi perawat untuk
melakukan pemberian asuhan keperawatan secara profesional dan meningkatkan mutu
pelayanan.
Kata Kunci: Kekerasan ditempat Kerja, Kekerasan Verbal, Perawat Gawat Darurat

Abstract
The incidence of verbal violence in the workplace in the health industry is 3.8 times higher
than that of all private industries Verbal violence is one of the most common violence
experienced by nurses, especially nurses in the Emergency Department (IGD). Verbal violence
by the patient and the patient's family can provide psychological trauma which can also
damage work performance.The purpose of the study was to understand the psychological
trauma experienced by emergency nurses in the face of verbal violence at work. Methods: The
research method was a qualitative study with a phenomenological approached. The population
is the emergency department nurse (EDN) at the Hospital in Jombang, East Java. Participant
was10 nurses, who worked in the emergency department for at least 6 months, were not on
maternity leave, while the triangulation was the nurse manager / head of the room. Data
collection techniques used in-depth interviews. Data validity uses triangulation and member
check. Data analysis using the analysis method Collaizi (1978) with 8 steps of data analysis
Results: The themes found in this study are: the first theme is knowledge with sub-themes: types
of verbal violence, forms of verbal violence. The second theme is the source of verbal violence

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 78


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

with the sub-theme of the perpetrators and the causes of verbal violence. The third theme is the
influence of verbal violence with the sub-theme response when experiencing verbal violence,
the effects of verbal violence and coping in dealing with verbal violence. Conclusion: Verbal
violence at work has an impact on the psychological and performance of nurses. By
understanding nurses' psychological trauma, efforts are expected to arise in protecting nurses
to provide professional nursing care and improve service quality.
Keywords: Violence in the Workplace, Verbal Violence, Emergency Nurses

Naskah diterima : Agustus 2019 Naskah Revisi : Agustus 2019 Naskah diterbitkan :
September 2019

Pendahuluan Ketidakmampuan perawat dalam


Permasalahan akan kekerasan di tempat menerapkan komunikasi terapeutik kepada
kerja merupakan hal yang telah lama terjadi. pasien dan keluarga pasien akan bardampak
Permasalahan ini dapat terjadi diberbagai pada proses perawatan pasien. Hal itu
lahan pekerjaan, khususnya sektor kesehatan. menjadi salah satu penyebab terjasinya
Kekerasan di tempat kerja pada sektor kekerasan verbal yang dilakukan pasien dan
kesehatan telah menjadi permasalahan di keluarga kepada perawat (Noorana Zahra &
berbagai rumah sakit (Ryan & Maguire, Feng, 2018). Dengan kejadian kekerasan
2006), bahkan telah menjadi permasalahan verbal yang dialami perawat akan berdapak
global (Kamchuchat, Chongsuvivatwong, pada psikologi perawat(Talas et al., 2011).
Oncheunjit, Yip, & Sangthong, 2008). Kekrasan ditempat kerja juga dapat berakibat
Kekerasan yang dialami oleh petugas terjadinya burnout, keinginan untuk
kesehatan dapat berupa kekerasan fisik meninggalkan profesi keperawatan, dan
maupun verbal. Menurut organisasi keinginan untuk meninggalkan institusi
kesehatan dunia kekerasan verbal adalah (Estryn-Behar et al., 2008). Selian itu, dapat
salah satu kekerasan yang paling sering menurunkan kinerja perawat (D. M. Gates,
dialami perawat (Li et al., 2006). Kejadian Gillespie, & Succop, 2011), mental distress,
kekerasan verbal ditempat kerja dalam kehilangan kepercayaan diri (Adib et al.,
industry kesehatan adalah 3,8 kali lebih 2002), dan memberikan dampak pada
tinggi dari semua industry swasta, dengan efektifitas pelayanan kesehatan (Li et al.,
IGD (Instalasi Gawat Darurat) menjadi 2006). Secara sederhana hal ini kinerja
daerah yang sangat rentan (Esmaeilpour, perawat, tergantung seberapa besar trauma
Salsali, & Ahmadi, 2011). psikologis, sehingga dengan menurunnya
Angka kejadian kekerasan verbal yang prestasi kerja dan pelaksanaan pekerjaan hal
dialami perawat IGD di dunia cukup besar. tersebut akan berdampak pada kepuasan
Di hongkong angka prosentase kekerasan pasien (Inoue, Tsukano, Muraoka, Kaneko,
verbal yang dialami perawat IGD 73% (Li et & Okamura, 2006)
al., 2006),di turki prosentasenya 79,6% Demi meningkatkan kualitas askep dan
(Talas, Kocaöz, & Akgüç, 2011), di Kuwait pelayanan kesehatan di IGD, trauma
prosentasenya 48% (Adib, Al-Shatti, Kamal, psikologis akbat kekerasan verbal yang di
El-Gerges, & Al-Raqem, 2002), dan alami oleh perawat perlu di lakukan evaluasi.
prosentase di amerika 42,5% (Papa & Demikian juga dengan langkah-langkah yang
Venella, 2013), dan Indonesia 54,6% diambil perawat dalam mengatasi trauma
(Noorana Zahra & Feng, 2018). Kekerasan tersebut. Di Indonesia belum pernah di
verbal oleh pasien dan keluarga pasien di lakukan penelitian mengenai trauma
buktikan dapat mempengaruhi tingkat stress psikologis akibat kekerasan verbal pada
pada perawat (Mulyani & Ulfah, 2017) perawat IGD. Berdasarkan uraian di atas,
tujuan penelitian adalah ingin mengetahui

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 79


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

tetang trauma psikologis perawat IGD dalam (4) Mengecilkan arti; (5) Melecehkan
menghadapi kekerasan verbal di tempat kerja kemampuan (Hendrata, n.d.).
Dampak Kekerasan Verbal
KAJIAN LITERATUR Menurut studi fenomenologis pengalaman
Kekerasan merupakan tindakan yang kekerasan verbal yaitu perasaan kecewa.
disengaja yang mengakibatkan cidera fisik Hampir semua informan menyatakan bahwa
atau tekanan mental (Putri & Santoso, 2012). dampak dari kekerasan kata-kata (verbal
Perilaku kekerasan adalah perilaku abuse) adalah perasaan kecewa.
membahayakan orang, diri sendiri sera fisik, Menurut Kuspartianingsih (2012)
emosional, seksualitas (ENA, 2008). dampak kekerasan verbal
Verbal abuse atau lebih di kenal dengan yaitu:Gangguan emosi; Konsep diri
kekerasan verbal merupakan “kekerasan rendah; Agresif; Hubungan sosial;
terhadap perasaan”, mengatakan kata – kata Bunuh diri; Akibat lain
kasar tanpa menyentuh fisik, kata-kata yang (Kuspartianingsih, 2012)
memfitnah, kata-kata yang mengancam,
menakutkan, menghina atau membesar- Pelaku Tindakan Kekerasan Di Pelayanan
besarkan kesalahan orang lain merupakan Kesehatan.
kekerasan verbal (Putri & Santoso, 2012) Pelaku tindakan kekerasan di pelayanan
Karakteristik Kekerasan Verbal kesehatan menurut Christlevica et al.,
Menurut Anderson 2011 membagi 2016, yaitu: Pasien; Keluarga pasien;
karakteristik dari kekerasan verbal atau Pengunjung rumah sakit; Karyawan rumah
verbal abuse menjadi tujuh, yaitu: Verbal sakit seperti perawat,dokter,atasan; Siswa
abuse sangat menyakitkan dan selalu kesehatan (Christlevica, Joan, & Ricky,
mencela sifat dan kemampuan; Verbal abuse 2016).
dapat bersifat terbuka seperti luapan
kemarahan atau memanggil nama dengan METODE PENELITIAN
sebutan tidak baik dan tertutup seperti Desain penelitian ini akan menggunakan
ungkapan atau komentar tajam yang metode penelitian kualitatif dengan
menyakiti hati korban; Verbal abuse mengunakan pendekatan fenomenologi.
merupakan manipulasi dan mengontrol yang Populasi penelitian adalah seluruh perawat
merendahkan mungkin terdengar sangat jujur UGD di Rumah Sakit di Jombang. Teknik
dan mengenai sasaran, tetapi bertujuan untuk sampling penelitian ini menggunakan teknik
memanipulasi dan mengontrol; Verbal abuse purposive sampling. Semua partisipan harus
merupakan perlakuan jahat secara diam-diam memiliki pengalaman tentang fenomena yang
, dan menyusutkan rasa percaya diri diteliti, dan dapat menjelaskan seperti apa
seseorang; Verbal abuse tidak dapat yang mereka alami (Polit & Beck, 2008).
diprediksikan; Verbal abuse Untuk itu partisipan yang memenuhi kriteria
mengekspresikan pesan ganda, antara tujuan sebagai berikut: terlibat secara aktif dalam
dari ucapan kasar dan bagaimana proses tindakan keperawatan, bekerja di IGD
perasaannya; Verbal abuse selalu meningkat sekurang-kurang nya 6 bulan, tidak sedang
sedikit demi sedikit, meningkat dalam cuti melahirkan, dengan menggunakan
intensitasnya, frekuensi, dan jenisnya, manajer perawat / kepala ruangan perawat
dimulai dengan merendahkan dengan sebagai trianggulasi. Teknik wawancara
tersembunyi seperti bercanda (Anderson & menggunakan indepth interview dan focus
West, 2011). group discussion (FGD).
Bentuk-bentuk Kekerasan Verbal
Terdapat berbagai bentuk kekerasan Peneliti melakukan perekaman saat
verbal, yaitu: (1) Membentak; (2) Memaki; wawancara berlangsung dengan recorder.
(3) Memberikan julukan negative/melabel; Peneliti membuat catatan lapangan (field

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 80


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

note) yang berisikan deskripsi tentang sampai merendahkan seseorang,


tanggal, waktu, dan informasi dasar tentang dibuktikan dengan
susunan tempat, posisi partisipan dengan
peneliti saat wawancara, gambaran partisipan “ Yah ngomongnya yang kasar” (P8)
saat wawancara, suasana tempat wawancara, “ Yah kata-katanya yang membentak “
interaksi sosial dan aktifitas yang (P8)
berlangsung saat wawancara dilakukan. Kekerasan di tempat kerja merupakan
Catatan lapangan dibuat selama proses bukan hal yang baru dalam dunia
wawancara. Analisis data pada pendekatan keperawatan , melainkan suatu keadaan
fenomenologi menurut Polit dan Beck (2012) yang sudah terjadi pada beberapa generasi
menggunakan metode analisis Collaizi (Mitchell & Szabo, 2014). Kekerasan di
(1973) (Colaizzi, 1973; Polit & Beck, 2008; tempat kerja dapat berupa serangan fisik,
Polkinghorne, 1989). emosional atau pelecehan verbal atau
Untuk melindungi hak-hak dari responden, mengancam, melecehkan atau perilaku
maka penelitian telah melaui uji etik memaksa.(ENA, 2008). Ruang UGD
penelitian di Rumah Sakit Daerah Jombang. sendiri memiliki kecenderungan
Proses keabsahan penelitian merupakan meningkatkan insiden kekerasan di tempat
validitas dan reliabilitas dalam penelitian kerja (Taylor & Rew, 2011)
kualitatif, meliputi: credibility,
dependability, confirmability, transferability Bentuk Kekerasan Verbal
(Afiyanti & Rachmawati, 2014). Dalam hal Banyak partisipan yang pernah
ini, peneliti melakukan triangulasi dan mengalami kekerasan verbal, mulai dari di
Member check teknik atau metode untuk bentak, di rendahkan, dan berbicara,
menguji keabsahan data yang dilakukan dibuktikan dengan
dengan menggunakan lebih dari satu teknik “Wong sama aku kan megangin bantu “lho
pengumpulan data yang meliputi wawancara, mbak, ojo sampean, ojo smpean” dia
obsevasi, dan dokumentasi (Gunawan, 2014). nggak mau, soalnya kenapa, dia kan udah 2
kali nggak ketemu venanya, udah dua kali
PEMBAHASAN “wes ojo sampean” sama yang lainnya
Hasil penelitian ini didapatkan 3 tema juga sama soalnya kan susah nyari vena
dengan beberapa sub tema, yaitu: bayi”(P5)
1. Pengetahuan
Jenis Kekerasan Terjemahan :
Saya kan bantu memegangi, lo mbak,
Jenis kekerasan yang partisipan
jangan anda, jangan anda, dia tidak mau,
ketahui ada dua macam yaitu kekerasan
soalnya kenapa, dia sudah dua kali tidak
verbal dan juga kekerasan Fisik,
ketemu venanya, sudah dua kali, udah
dibuktikan dengan
jangan anda, sama lainnya juga sama
“ Kekerasan di tempat kerja itu..banyak soalnya kan susah nyari venanya bayi.
se, bisa secara lisan bisa secara tindakan
Bahkan ada beberapa yang
seperti itulah” (P6)
memberikan ancaman seperti melaporkan
“Ya kekerasan verbal sama fisik, hehe”
ke atasan, dibuktikan dengan
(P8)
Kekerasan verbal sendiri “Pernah kayak gitu, sampai dilaporkan ke
didefinisikan sebagai bentuk kekerasan pak Direktur” (P3)
dalam cara berbicara, seperti bicara .
kasar, marah-marah atau mungkin Salah satu kekerasan yang
dideskripsikan sebagai fenomena global

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 81


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

yaitu kekerasan verbal yang mana paling Iya, iya jadi tidak enak sama in, ini lo
sering dilaporkan oleh perawat (Farrel, C, kak, misalnya kok menghilang terus, gitu,
& P, 2006). Penilitian Crilly et al (2004) iya sebentar di tunggu saja tidak apa-apa,
mengindikasikan bentuk kekerasan kalau bertengkar cekcok gitu ya tidak,
psikologikal yang diidentifikasi dalam paling ya tengkar, tapi ya tidak besar-besar
bentuk kekerasan verbal yang paling keras ya, tidak ada cekcok hehe, terus sebentar
yaitu pelontaran kata-kata kotor (J, W, & D, gitu sudah bercanda
20104).
Pengetahuan perawat tentang “Kalau sama dokter mungkin kita nggak
kekerasan di tempat kerja hanya terbatas cocoknya mungkin ya nggak cocoknya
pada kekerasan verbal dan fisik. Terutama sama kerjaannya kita doktere nggak bilang
yang paling banyak adalah kekerasan verbal kalau nambah, kita itu salah komunikasi,
yang dapat berupa bentakan, pelontara kata- terus perawate yang kenak marah padahal
kata kotor, ancaman dan paksaan. Hal perawate nggak tau padahal pasiene pas
tersebut dikarenakan dua kekerasan banyak”(P5)
tersebut yang pernah terjadi di tempat kerja
mereka. Terjemahan :
Kalau sama dokter mungkin kita nggak
2. Sumber Kekerasan Verbal cocoknya mungkin ya nggak cocoknya
Pelaku kekerasan Verbal sama kerjaannya kita dokternya nggak
Kekerasan verbal yang terjadi di rumah bilang kalau nambah, kita itu salah
sakit, salah satunya dilakukan oleh keluarga komunikasi, terus perawatnya yang kenak
pasien dan pasien itu sendiri, dibuktikan marah padahal perawatnya tidak tau
dengan padahal pasiene pas banyak

“ Ya kan yang 1 1 1 gak isok sambat,tapi Dalam hal kekerasan verbal, pernah
prioritas utama, saya tangani dulu, itu, juga dilakukan oleh perujuk dari faskes lain,
saya dipisuhi ambek keluargane (sambil dibuktingan
tersenyum)”(P10)
“perujuk juga ada, he’em faskes lain,
Terjemahan : ditanya jawabane nggak enak, ngunu-
Ya kan yang 1 1 1 tidak bisa mengeluh, ngunu juga ada, kadang kita
tapi tetap prioritas utama, saya tangani dulu, juga..jenenge..kadang pas iku yo..melok
saya dilontari kata-kata kotor sama nyolok ngunu lho mbak hehe”(P3)
keluarganya (sambil tersenyum) Terjemahan :
Selain keluarga dan juga pasien perujuk juga ada, iya faskes lain,
kekerasan verbal yang terjadi juga ditanya jawabanya nggak enak, gitu-gitu
dilakukan oleh rekan sesama profesi dan juga ada, kadang kita
juga antar profesi yang lain, dibuktikan juga..namanya.kadang pas itu ya..ikut
dengan emosi gitu lo mbak hehe

“ Iya, jadi iki gak enak ambek iki “iki lho Keluarga pasien tidak diperbolehkan
kak” misale “kok ngilang ae” gitu “yo sek menemani pasien di dalam UGD kecuali
di enteni ae gapopo” , nek bertengkar beberapa alasan seperti pasien butuh
cekcok gitu ya ndak, paling ya tengkar, tapi bantuan keluarga untuk penjelasan prosedur
ya ndak besar-besar ya, ndak ada cekcok atau menyediakan inform consent.
hehe terus bentar gitu udah guyon“(P3) Konsekuensinya penyedia layanan
kesehatan khususnya perawat harus
Terjemahan : melakukan perawatan pada banyak pasien.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 82


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

Situasi ini menjadi kesalahpahaman di masukno” sedangkan kita kan sesuai


dikarenakan komunikasi tidak efektif, prosedur”(P5)
informasi yang tidak jelas dan salah
persepsi. Komunikasi tidak efektif dan Terjemahan :
informasi yang tidak jelas menjadi Misalnya kita ke pelayanan ya, terima
kontribusi utama (Noorana Zahra & Feng, pasien, peraturannya BPJS kayak di triage
2018). itu kan di TTV dulu pasiennya, ayo mbak,
cepetandiperiksa terus dimasukkan,
Penyebab Kekerasan verbal sedangkan kitakan sesuai prosedur.
Ada beberapa hal yang menyebabkan
terjadinya kekerasan verbal, yang pertama “Mau infus bayi, kan nyarinya kan sulit
yaitu disebabkan karena adanya pasien nyari vena, kebetulan keluarganya kayak
khusus, dibuktikan dengan mbahnya ikut, nah dicublas-cubles kan
marah-marah mbak kok diginikan padahal
“Pasien khusus, pasien-pasien titipan, itukan bayi, ibuknya ngerti tapi keluarga
kerabatnya siapa, dewan atau apa itu yang lainnya nggak tau, akhirnya marah-
sering, kita tetep berdasarkan prioritas” marah gitu” (P5)

Kekerasan verbal juga dapat terjadi Terjemahan :


karena beberapa pasien ingin dahulukan, Mau infus bayi, kan nyarinya kan sulit
pindah ruangan atau juga karena ingin nyari vena, kebetulan keluarganya kayak
segara di periksa, dibuktikan dengan mbahnya ikut, nah ditusuk bolak balik kan
marah-marah mbak kok diginikan padahal
“Pak ini kok lama nggak ditangani itukan bayi, ibuknya ngerti tapi keluarga
padahal kita sudah nginfus sudah itu yang lainnya nggak tau, akhirnya marah-
tinggal mungkin tinggal observasi sudah marah gitu
kita jelaskan myngkin kadang keluarganya
baru datang yang baru datang itu kok Isu budaya yaitu status ekonomi juga
nggak dimasuk-masukkan ruangan kok turut sebagai penyebab kekerasan terjadi
lama kadang ngeh sampek keluar apa kata- (Lyneham, 2000). Waktu tunggu yang lama
kata kotor” (P6) terutama pada pasien yang dikategorikan
pada triase 3 dan 4 dimana mereka
“Yo kuwi ngunukuloh dek minta menunggu pelayanan> 1 jam yang akan
didahulukan, terus kok lama gitu” (P8) mengakibatkan munculnya kekerasan
verbal (J et al., 20104).
Terjemahan : Pelaku kekerasan verbal paling banyak
Ya itu kayak gitu lah dek, minta yaitu keluarga pasien dan pasien itu sendiri.
didahulukan, kok lama gitu Selain itu kekerasan juga berasal dai
Selain hal diatas kekerasan verbal yang pimpinan, staff rumahsakit, perujuk dari
terjadi juga sering sebabkan karena rumahsakit laindan masyarakat umum.
ketidaktahuan keluarga mengenai alur pada Penyebab sering terjadinya kekerasan
saat berada di IGD dan juga kurangnya keluarga yang sering terjadi yaitu karena
pengetahuan pasien, dibuktikan dengan kurangnya pengetahuan dari pasien maupun
keluarga mengenai alur pada saat awal
“ Misalnya kita ke pelayanan ya, terima masuk rumah sakit selain itu dikarenakan
pasien, peraturannya BPJS kayak di triage karena pasien menunggu terlalu lama juga
itukan di TTV dulu pasiennya “ayo mbak, merupakan penyebab kekerasan verbal
cepetan, cepetan ndang di periksa ndang terjadi.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 83


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

3. Pengaruh kekerasan verbal Efek Kekerasan verbal


Tema ketiga dalam penelitian ini yaitu Sub tema yang kedua yaitu tentang efek
pengaruh kekerasan verbal terhadap dari kekerasan verbal. Beberapa partisipa
perawat. Sub-sub temanya yaitu respon saat merasa beban, gemetar, gugup, stress, sakit
mengalami kekerasan verbal, efek dari hati, malas kerja, kesal, kerja tidak bisa
kekerasan verbal dan koping yang fokus, dan mempengaruhi mood. Berikut
dilakukan untuk mengatasi kekerasan pernyataan dari partisipan:
verbal.
“bebaan hahaha... biasanya kalo
Respon saat Mengalami Kekerasan pasiennya nggak masalah, Cuma kalau
verbal menjelaskan ke keluarganya itu sudah oga,
“hehehe gemes, gemesnya ya... kita kan bertemu sudah aras-arasen, terus kita
nolong, ikhlas mbantu dia, pinginlah sama- menghindar biasanya hahaha....” (P1)
sama nyembuhin, eh kok kelakuan “kalau terus kita dibentak atau apalah itu
keluarganya malah kayak gini, yawes wes pikirane wes kacau terus, jadi wes
didiemin”. (P5) muales kerja gitu hahaha” (P6)
“sekejap saat itu yah ikut emosi hihi” (P7)
“Awal kerjo yo, satu yo marah, Cuma Kekerasan yang dialami perawat
dalam hal marahnya saya bales dengan memiliki implikasi yang signifikan
kata-kata yoh ndak, mungkin berupa terhadap kualitas perawatan yang diberikan
tindakan, malah gak tak parani hehehe.. ya yang disebabkan karena semangat kerja
saya tangani, tapi kalau ada temen saya ya yang menurun(Arnetz, Arnetz, &
tak lempar ke teman saya, ijol pasien Soderman, 1998). Penelitian wolf
hahaha” (P10) menunjukkan bahwa kekerasan
menyebabkan perubahan dalam tanggung
Terjemahan bahasa Indonesia jawab pekerjaan, waktu ataupun tempat
“Awal kerja ya, satu ya marah, Cuma seperti pindah ke departemen lain atau
dalam hal marahnya saya bales dengan rumahsakit lain(Wolf, Mph, & Mph, 2014).
kata-kata ya tidak, mungkin berupa Kekerasan yang terjadi di UGD baik secara
tindakan, malah tidak saya hampiri hehehe.. fisik maupun psikologis diketahui
ya saya tangani, tapi kalau ada temen saya menyebabkan perawat meninggalkan
ya tak lempar ke teman saya, tukar pasien profesinya (Catllete, 2005). Perawat
hahaha”. (P10) mengaku bahwa setidaknya jika mereka
mengalami luka fisik, merea akan langsung
Kekerasan di tempat pelayanan kembali bekerja setelah diserang oleh
kesehatan mempengaruhi pegawai, pasien atau pengunjung.
pimpinan dan pasien (Findorff, McGovern, Sudah diketahui secara luas bahwa
Wall, & Gerberich, 2004). Pegawai kekerasan yang dialami perawa tidak
mengalami reaksi emosional jang pendek terlapor (Lyneham, 2000). Hal tersebut
dan jangka panjang seperti marah, sedih, dikarenakan perawat merasa tidak
frustasi, cemas, apatis dan menyalahkan diri mendapat dukungan dari manajemen
sendiri (D. Gates, Fitzwater, & Succop, (Jackson, Clare, & Mannix, 2002). Mereka
n.d.). Gejala ini memberikan dampak pada percaya bahwa melaporkan kejadian tidak
kemampuan perawat untuk berkomunikasi ada perbedaan yang diharapkan dan
dengan pasien dan pengunjung dalam kejadian tersebut menunjukkan
menyediakan dukungan emosional ketika ketidakmampuan perawat (ENA, 2008)..
mereka juga sedang membutuhkan
(Wilson, 2004).

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 84


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

Koping dalam Menghadapi Kekerasan lama bekerja menganggap bahwa itu hal
Verbal yang biasa. Lamanya bekerja juga
Sub tema yang ketiga yaitu koping yang mempengaruhi terhadap dampak kekerasan
dilakukan setelah mendapatkan kekerasan verbal. Perawat yang baru bekerja dampak
verbal. Berikut adalah pernyataan dari yang ditimbulkan yaitu malas bekerja.
masing-masing partisipan : Namun, lamanya tidak mempengaruhi
terhadap koping yang dilakukan. Tindakan
“saya biasanya tarik napas terus biasanya koping yang dilakukan tergantung dari
saya minum air putih, masih 20% ada setiap tim. Tindakan koping itu sendiri
diditu saya cuci muka hahaha” (P2) terdiri dari koping adaptif dan maladaptif.
“yaudah diem aja, ngerjakan yang lain,
curhat ke temen-temen”. (P3) PENUTUP
“minum, makan hehehe, soalnya kenapa? Kekerasan verbal ditempat kerja
Kan kita energi sama emosi yang terkuras” menimbulkan trauma psikologis pagi
(P5). perawat IGD. Dari hasil penelitian secara
“yah tak buat bercanda sama temen-temen tidak langsung trauma yang ditimbulkan
aja” (P7) dapat mempengaruhi kinerja perawat.
“kalau misalkan kita repot masih ngomel- Perawat IGD melakukan berbagai upaya
ngomel dipanggilkan katim biar katim yang sebagai strategi koping dalam menghadapi
menangani terus kita kerja lagi ke pasien kekerasan verbal ditempat kerja.
lain” (P8)
“tinggal ngopi, hahaha betul, tak tinggal Ucapan terima Kasih
ngopi keluar” (P10). Direktorat Jendral Riset dan Pengembangan,
Direktur Riset dan Pengabdian Masyaarakat,
Rendahnya follow up dari institusi Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan
terhadap pasien yang memiliki risiko Tinggi Republik Indonesia
kekerasan verbal menempatkan perawat
dalam posisi rentan tanpa adanya bantuan DAFTAR PUSTAKA
(Wolf et al., 2014). Dukungan manajemen, Adib, S. M., Al-Shatti, A. K., Kamal, S., El-
kebijakan tertulis, prosedur melaporkan Gerges, N., & Al-Raqem, M. (2002).
kekerasan diharapkan bermanfaat dalam Violence against nurses in healthcare
menangani dan mencegah kekerasan pada facilities in Kuwait. International
perawat (Noorana Zahra & Feng, 2018). Journal of Nursing Studies, 39(4), 469–
Namun, hasil survey di Norway 478.
melaporkan bahwa beberapa UGD sudah Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014).
mengaplikasikan banyak cara pengukuran Metodologi penelitian kualitatif dalam
terhadap pencegahan berdasarkan riset keperawatan. Jakarta: PT. Raja
keamanan di tempat kerja tetapi tidak Grafindo Persada.
semua angka kejadian kekerasan Anderson, A., & West, S. G. (2011).
terlaporkan (Morken & Johansen, 2013). Violence against mental health
Pawlin (2008), menambahkan pengetahuan professionals: when the treater becomes
baru dalam menyediakan dukungan untuk the victim. Innovations in Clinical
menggunakan “incident reporting tools” Neuroscience, 8(3), 34.
atau alat pelapor kejadian (Pawlin, 2008). Arnetz, J. ., Arnetz, B. ., & Soderman, E.
Sebagian besar perawat yang baru kerja (1998). Violence toward health care
menunjukkan respon seperti ikut emosi, workers:Prevalance and incidence at a
gemas, dan kaget yang mana sebagian besar large, regional hospital in Sweden.
dialami oleh perawat perempuan. American Association of Occupational
Sebaguiannya lagi bagi perawat yang sudah Health Nurses Journal, 46(3), 107–114.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 85


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

Catllete, M. (2005). A descriptive study of Kualitatif : Teori dan Praktik (1st ed.;
the perceptions of workplace volence Suryani, ed.). Jakarta: Bumi Aksara.
and safety strategies of nurses working Hendrata, D. (n.d.). Kekerasan verbal.
in level I trauma centers. Emergency Inoue, M., Tsukano, K., Muraoka, M.,
Nurs, 31, 519–525. Kaneko, F., & Okamura, H. (2006).
Christlevica, M., Joan, G. A., & Ricky, D. Psychological impact of verbal abuse
(2016). Pengalaman Kekerasan Pada and violence by patients on nurses
Perawat Instalasi Gawat Darurat. Jurnal working in psychiatric departments.
Skolastik Keperawatan, 2(1). Psychiatry and Clinical Neurosciences,
Colaizzi, P. F. (1973). Reflection and 60(1), 29–36.
research in psychology. https://doi.org/10.1111/j.1440-
ENA. (2008). Violence in the emergency 1819.2006.01457.x
department: findingsfrom ENA’s study J, C., W, C., & D, C. (20104). Violence
of workplace violence against towards ED nurses by patients. Accid.
registered nurses. Emergency Nurse Emerg. Nurs, 12, 67–73.
Association. Retrieved from Jackson, D., Clare, J., & Mannix, J. (2002).
http://ena.org/conference/annual/2008/ Who would want to be a nurse?
handouts/339-C.pdf (accesed 4 Agustus Violence in the workplace- a factor in
2019) recruitment and retention. Nurs. Man,
Esmaeilpour, M., Salsali, M., & Ahmadi, F. 10, 13–20.
(2011). Workplace violence against Kamchuchat, C., Chongsuvivatwong, V.,
Iranian nurses working in emergency Oncheunjit, S., Yip, T. W., &
departments. International Nursing Sangthong, R. (2008). Workplace
Review, 58(1), 130–137. violence directed at nursing staff at a
Estryn-Behar, M., Van Der Heijden, B., general hospital in southern Thailand.
Camerino, D., Fry, C., Le Nezet, O., Journal of Occupational Health, 50(2),
Conway, P. M., & Hasselhorn, H.-M. 201–207.
(2008). Violence risks in nursing— Kuspartianingsih, S. (2012). Hubungan
results from the European antara Verbal Abuse Orang Tua
“NEXT”Study. Occupational dengan Perilaku Agresif pada Remaja
Medicine, 58(2), 107–114. Agresif di Sekolah Menengah Pertama
Farrel, G., C, B., & P, B. (2006). Scoping Negeri 129 Jakarta Tahun 2012.
workplace aggresion in nursing: Li, K. E., Ng, Y., Cheung, M., Fung, V.,
findings from an Australian study. J. Kwok, K., Tong, J., & Leung, W.
Adv. Nurs, 55, 778–787. (2006). Prevalence of workplace
Findorff, M. ., McGovern, P. ., Wall, M., & violence against nurses in Hong Kong.
Gerberich, S. . (2004). Risk factors for Hong Kong Med J, 12(1), 6–9.
work related violence in a healthcare Lyneham, J. (2000). Violence in New South
organization. Injury Pervention, 10, Wales. Aust. Adv. Nurs, 18, 8–17.
296–302. Mitchell, A., & Szabo. (2014). Workplace
Gates, D., Fitzwater, E., & Succop, P. (n.d.). Violence Amoung Nurses, Why Are
Relationship of stressor, strain, and We Still Discussing this? Literatur
anger to caregiver assaults. Mental Review. Journal of Nursing Education
Health Nursing, 24(8), 775–793. and Pratice, 4, No. 4.
Gates, D. M., Gillespie, G. L., & Succop, P. https://doi.org/10.5430/jnep.v4n4p147.
(2011). Violence against nurses and its Morken, T., & Johansen, I. H. (2013). Safety
impact on stress and productivity. Nurs measures to prevent workplace violence
Econ, 29(2), 59–66. in emergency primary care centres a
Gunawan, I. (2014). Metode Penelitian crssectional study. BMC Health Service

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 86


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 7 No. 2 September 2019

Research, 13, 384. 2702.2010.03342.x


https://doi.org/10.1186/1472-6963-13- Wilson, J. . (2004). PTSD and complex
384 PTSD, symptoms syndromes, and
Mulyani, Y., & Ulfah, L. (2017). Hubungan diagnoses. New York.
mekanisme koping dengan stres kerja Wolf, L. A. W., Mph, A. M. D., & Mph, C.
perawat IGD dan ICU di RSUD Ulin P. (2014). Nothing Changes, Nobody
banjarmasin. AL-ULUM: Jurnal Ilmu Cares: Understanding the Experience of
Sosial Dan Humaniora, 3(2). Emergency Nurses Physically or
Noorana Zahra, A., & Feng, J. Y. (2018). Verbally Assaulted While Providing
Workplace violence against nurses in Care. YMEN, (January).
Indonesian emergency departments. https://doi.org/10.1016/j.jen.2013.11.0
Enfermeria Clinica, 28, 184–190. 06
https://doi.org/10.1016/S1130-
8621(18)30064-0 Biodata Penulis
Papa, A., & Venella, J. (2013). Workplace Anja Hesnia Kholis, S.Kep., Ns., M.Kep.,
violence in healthcare: strategies for Sp.KepMB: Dosen STIKES Pemkab
advocacy. OJIN: The Online Journal of Jombang sejak tahun 2013. Lulus magister
Issues in Nursing, 18(1). keperawatan dan keperawatan spesialis di
Pawlin, S. (2008). Reporting Violence. Universitas Indonesia pada tahun 2016. Saat
Emergency Nurse, 16, 16–21. ini mengajar di departemen keperawatan
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2008). Nursing medikal bedah, kritis, dan keperawatan
research: Generating and assessing bencana.
evidence for nursing practice. Nurul Hidayah, S.Kep., Ns., M.Kep:
Lippincott Williams & Wilkins. Merupakan asisten dosen dan tenaga
Polkinghorne, D. E. (1989). kependidikan di STIKES Pemkab Jombang
Phenomenological research methods. In yang barusaja menyelesaikan magister
Existential-phenomenological keperawatan di Universitas Airlangga dengan
perspectives in psychology (pp. 41–60). peminatan keperawatan medical bedah.
Springer. Ratna Puji Priyanti, S.Kep., Ns., M.S:
Putri, A. M., & Santoso, A. (2012). Persepsi Dosen STIKES Pemkab Jombang dnegan
orang tua tentang kekerasan verbal pada keahlian keperawatan gawat darurat,
anak. Jurnal Keperawatan Diponegoro, keperawatan kritis, keperawatan bencana.
1(1), 22–29. Beliau menyelesaikan master of science di
Ryan, D., & Maguire, J. (2006). Aggression National Cheng Kung University, Taiwan.
and violence–a problem in Irish Beliau menjabat sebagai Ketua LPPM
Accident and Emergency departments? STIKES Pemkab Jombang tahun 2017-2019.
Journal of Nursing Management, 14(2), Asri, S.Kep., Ns., MNS: Dosen Fakultas
106–115. Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Talas, M. S., Kocaöz, S., & Akgüç, S. (2011). Surabaya menyelesaikan master of Nursing
A survey of violence against staff Science di Khon Kaen University dan aktif
working in the emergency department melakukan penelitian kualitatif.
in Ankara, Turkey. Asian Nursing
Research, 5(4), 197–203.
Taylor, J. L., & Rew, L. (2011). A systematic
review of the literature: Workplace
violence in the emergency department.
Journal of Clinical Nursing, 20(7–8),
1072–1085.
https://doi.org/10.1111/j.1365-

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 87


http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan

Anda mungkin juga menyukai