Diajukan oleh :
Fakultas Psikologi
SURABAYA
2011
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Dalam kehidupan setiap hari manusia tidak pernah terlepas dari permasalahan.
dari berbagai aspek dalam kehidupan manusia seperti masalah dalam keluarga,
masalah tidak dapat berfokus sepenuhnya pada apa yang dikerjakan, namun juga
yang dihadapi maka dapat menimbulkan stress. Stress yang dialami sebenarnya dapat
berakibat baik jika hal tersebut menjadi hal yang memotivasi individu untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Namun stess dapat berakibat buruk ketika hal
tersebut malah membuat individu semakin terpuruk dalam masalahnya. Strees yang
berakibat buruk dapat membuat individu tidak dapat berfungsi secara maksimal
dalam melaksanakan tugas dan juga kewajibannya. Hal ini dapat berakibat buruk,
tidak hanya bagi individu itu sendiri namun juga bagi orang-orang yang berada
disekitarnya.
satu aspek kehidupan manusia yang dapat menjadi sumber timbulnya suatu
permasalahan. Tuntutan kerja yang tinggi serta tidak adanya penggargaan yang
3
memiliki resiko terhadap stress yang lebih bersar dibandingkan dengan pekerjaan
lainnya. Salah satu pekerjaan tersebut adalah para pekerja kesehatan. Contoh nyata
dari pekerja kesehatan adalah orang-orang yang bekerja di rumah sakit sebagai
sangat penting dan berhadapan langsung dengan masyarakat luas. Rumah sakit
merupakan penyedia jasa dimana jasa yang diberikan adalah pelayanan kesehatan.
Perlunya tenaga yang terampil pada berbagai bidang yang ada pada sebuah rumah
sakit sudah merupakan suatu tuntutan global yang tidak dapat ditunda (Amelia,
2009). Rumah sakit juga selalu berkaitan dengan beban kerja dan juga permasalahan
yang berat dimana harapan hidup individu digantungkan. Hal ini tentunya menuntut
adanya kinerja yang prima dari komponen-komponen yang ada di dalamnya. Salah
satu komponen penting dari dari pelayanan di rumah sakit adalah perawat.
dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan yang baik pada suatu rumah sakit
(Amelia, 2009). Dapat dikatakan bahwa perawat-lah yang selama 24 jam memberikan
dengan setiap masalah yang dialami oleh pasien yang ada di rumah sakit. Saga-Wea
ciri khusus yang membedakan profesi ini dengan bidang lain yaitu sebagian besar
4
waktu dari pekerja di bidang ini digunakan untuk melakukan kontak dengan orang-
orang yang membutuhkan pertolongan. Profesi ini merupakan salah satu profesi
layanan sosial yang menuntut adanya tanggung jawab secara langsung pada
kesejahteraan orang lain. Tuntutan tanggung jawab yang tinggi terhadap para
pasiennya dapat menjadi suatu tekanan tersendiri bagi para perawat. Para perawat
harus dapat menjaga kesehatan fisik maupun mentalnya sendiri agar dapat
dengan negara lainnya. Hal ini terlihat dari tingginya beban dan juga tuntutan waktu
kerja yang tinggi dan juga mendapatkan gaji yang rendah serta tanpa adanya insentif
yang memadai. Hasil surey yang dilakukan oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia pada tahun 2009 menunjukan bahwa 51% perawat mengalami stress kerja.
Para perawat sering mengalami pusing, lelah dan juga tidak dapat beristirahat dengan
Fenomena ini juga dapat dilihat pada para perawat yang berada di Rumah
Sakit Jiwa Menur (RSJ Menur) Surabaya. Saga-Wea (2008) melaporkan bahwa
jumlah perawat yang ada di RSJ Menur adalah sebanyak 73 orang perawat dari total
364 orang sumber daya pekerja yang ada. Jumlah ini sangat jauh berbeda dengan
banyanknya pasien yang harus ditangani. Data tingkat pemanfaatan rumah sakit
menunjukan bahwa rata-rata pasien rawat jalan per hari adalah sebanyak 102 orang,
5
pasien rawat inap adalah sebanyak 2.038 per tahun, sedangkan jumlah pasien
kunjungan (kunjungan rawat jalan, spesialis, dan instalasi Gawat Darurat) adalah
sering merasakan emosi-emosi negatif seperti perasaan jengkel atau marah. Hal ini
biasanya terjadi ketika para pasien tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh
perawat. Hal ini dapat dipahami karena pada dasarnya para perawar yang ada di RSJ
Menur setiap harinya berhadapan dengan para pasien yang tidak sehat secara mental.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Ratnasari (2009) yang
melaporkan bahwa 82% perawat yang bekerja di instalasi rawat innap RSJ Menur
Stress yang dialami oleh para perawat RSJ Menur pada dasarnya disebabkan
dkk, 2009). Hal yang dianggap sebagi stress oleh individu A belum tentu menjadi
suatu penyebab stress bagi individu B. Suatu peristiwa dapat menimbulkan stress atu
peristiwa tersebut. Cara pandang individu terhadap suatu periswa ini sebenarnya
terhadap kehidupannya yang mana penilaian ini bersifat kognitif dan afektif (Diener,
6
dalam Wati 2010). Cenceicao dan Bandura (n.d) mengungkapkan bahwa evaluasi
yang bersifat kognitif melihat pada apakah individu merasa puas dengan
kehidupannya saat ini; sedangkan evaluasi yang bersifat efektif melihat apakah
individu merasa senang/bahagia dengan kehiduapnnya saat ini. Lebih lanjut Diener
dkk (1997, dalam Cotter & Fouad 2011) menjelaskan bahwa individu yang memiliki
subjective well-being yang tinggi akan menunjukan kepuasan hidup yang lebih baik,
perasaan senang yang lebih sering, serta jarang merasakan emosi-emosi yang tidak
hidup, jarangnya perasaan bahagia, serta lebih sering merasakan emosi yang tidak
menyenangkan.
Subjective well being seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
internal maupun eksternal dari individu. Salah satu hal yang mempengaruhi
subjective well being adalah selera humor seseorang (Herzog dan Sterevey, dalam
SWB dan Sense of humor). Tidak hanya dengan subjective well being, namun humor
telah lama dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan baik
secara fisik maupun mental (Taylor dkk, 2009). Akan tetapi penelitian-penelitian
selanjutnya menunjukan adanya ketidakkonsistenan dari hal ini (Veselka dkk, 2010).
signifikan antara selera humor dengan subjective well being dan juga kesehatan
Melihat pada hal ini kemudian Rodd Martin mengungkapkan tentang adanya
cara yang berbeda-beda pada setiap individu dalam menggunakan humor. Setiap
penggunaan humor ini kemudian dikenal dengan istilah gaya humor (Veselka dkk,
2010). Terdapat 4 gaya humor yang dikemukakan oleh Martin yaitu Affiliative
& Martin, 2007). Keempat gaya humor ini dibagi dalam dua bagian besar yaitu
dimensi positif yang terdiri dari Affiliative Humor dan Self-enhancing Humor; dan
dimensi negatif yang terdiri dari Aggresive Humor dan Self-defeating Humor.
Dimensi positif dari gaya humor mengarah pada penggunaan humor dengan
cara dan tujuan yang baik. Affiliative Humor merupakan kecenderungan untuk
mengatakan hal-hal lucu, lelucon, senda gurau yang spontan yang bertujuan untuk
orang lain tertawa dengan keganjilan dalam kehidupan sehari-hari; dimana individu
dapat melihat humor (hal lucu) ketika menghadapi situasi yang menekan atau stress;
serta penggunaan humor sebagaik mekanisme regulasi emosi (untuk mengatur emosi)
Bertolak belakang dengan dimensi humor yang positif, dimensi humor yang
negatif mengarah pada cara dan juga fungsi yang buruk dalam menggunakan humor.
penggunaan humor untuk mengambil hati orang lain; berusaha membuat orang lain
tertawa dengan melakukan atau menceritakan sesuatu yang lucu yang mengorbankan
hubungan dengan kualitas positif maupun negatif dalam kehidupan individu. Gaya
Humor yang positif dihubungkan dengan tingkat kesehatan mental dan juga strategi
coping yang baik (Chen dan Martin, 2003), lebih mudah berempati dan jarang
mengalami stress (Hampes, 2010), dan juga memiliki sikap yang optimis serta
perasaan yang lebih bahagia (Cann dkk, 2010). Hal sebaliknya terjadi pada dimensi
Melihat pada hal ini, terdapat kemungkinan dimana subjective well being
pada setiap individu jika dilihat dari kecenderungan gaya humor yang digunakan.
Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tentang perbedaan
subjective well-being pada perawat Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang ditinjau
1. 2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah terdapat perbedaan subjective
well-being perawat Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya di tinjau dari gaya humor?”
9
1. 3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan subjective well-
being perawat Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang di tinjau dari gaya humor.
1. 4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
humor apa yang dapat memberikan pengaruh yang positif maupun negatif bagi
2. Manfaat Praktis
bahan pertimbangan bagi pihak Rumah Sakit Jiwa dalam meninjau kebijakan
Daftar Pustaka
Cann, A., Stilwell, K., Taku, K. (2010). Humor style, positive personality, and health.
Europe's Journal of Psychology, 3, 213-235. diunduh tanggal 11 Maret 2011
dari www.ejop.org
Chen, G.-H., & Martin, R. (2007). A comparasion of humor styles, coping humor,
and mental health between Chinese and Canadian University Student. Humor,
20 (3), 215-234. diunduh tanggal 18 Februari 2011 dari
http://web.ebscohost.com
Cotter. E. W., & Fouad. N. A. (2011). The relationship between subjective well-being
and vocational personality type. Journal of Career Assessment, 19 (1), 51 –
60. diunduh tanggal 24 Februari 2011 dari
http://jca.sagepub.com/content/19/1/51
Hampes, W. P. (2010). The relation between humor style and empathy. Europe's
Journal of Psychology, 3, 34-45. diunduh tanggal 11 Maret 2011 dari
www.ejop.org
11
Ratnasari, W. R. (2009). Stress pada perawat di instalasi awat inap Rumah Sakit
Menur Surabaya. diunduh pada tanggal 28 Februari 2011 dari
http://www.lib.unair.ac.id
Taylor, S., Peplau, L., Sears, D. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Kencana
Veselka, L., Schermer, J. A., Martin, R. A., Cherkas, L. F., Spector, T. D., Vernon, P.
A. (2010). A behavioral genetic study of relationships between humor styles
and the six HEXACO personality factors. Europe's Journal of Psychology, 2,
9-33. diunduh tanggal 11 Maret 2011 dari www.ejop.org\