Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The Global burden of

disease”. Hal ini akan menjadi tantangan tenaga kesehatan dimana

standar pengukuran untuk standar kesehatan secara tradisional adalah

kematian akibat penyakit fisik (Yosep, 2010 dalam Erawati, dkk, 2016).

Tingginya angka gangguan jiwa di dunia tersebut dikarenakan

karena adanya faktor tuntutan sosial, ekonomi maupun politik yang terus

saja berkembang pesat. Individu yang tidak mampu beradaptasi akan

mengalami gangguan jiwa yang nantinya akan berdampak pada

kehidupan selanjutnya. Ganggguan jiwa mental akan menghantui

masyarakat baik itu di dunia maupun indonesia ini. Jumlah penderita sakit

jiwa tiap tahun semakin bertambah karena adanya krisis ekonomi maupun

krisis sosial yang terjadi. Jenis macam gangguan mental adalah beragam

(Erawati, dkk, 2016).

Menurut Nasional institute of mental health gangguan jiwa mencapai

13% dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang

menjadi 25% di tahun 2030. Kejadian tersebut akan memberikan andil

meningkatnya prevalensi gangguan jiwa dari tahun ke tahun di berbagai

negara. Berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2004,


diperkirakan 26,2% penduduk yang berusia 18-30 tahun atau lebih

mengalami gangguan jiwa (NIMH, 2011 dalam Raharja, 2013).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, menunjukkan

prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai 5,6% dari jumlah

penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang

penduduk terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa

(Hidayati, 2012 dalam Raharja, 2013).

Prevalensi psikosis tertinggi di DI Yogyakarta dan Aceh (masing-

masing 2,7%). Sedangkan yang terendah di Kalimantan Barat (0,7%).

Prevalensi gangguan jiwa berat nasional sebesar 1,7 per mil (Riskesdas,

2013).

Berdasarkan data yang diperoleh dari RS Jiwa Daerah Surakarta

pada bulan Januari pasien yang didiagnosa perilaku kekerasan ada 2.871

klien, Februari 1.970 klien, April 2.357 klien, Mei 1.973 klien, Juni 1.726

klien, Juli 1.666 klien, Agustus 1.835 pasien rawat inap (Rekam Medik,

2015 dalam Awaluddin, 2016). Salah satu masalah gangguan jiwa yang

sering terjadi berupa resiko perilaku kekerasan.

Perilaku kekerasan yang terbanyak dilakukan klien dalam satu tahun

terakhir adalah kekerasan fisik pada diri sendiri yang menyebabkan

cedera ringan (84%), kemudian diikuti oleh ancaman fisik (79%),

penghinaan (77%) dan kekerasan verbal (70%). Sejumlah kecil perawat

(20%) mengalami kekerasan fisik yang menyebabkan cedera serius (Elita

dkk, 2012 dalam Kirana, dkk, 2014).


Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor yang

dihadapi oleh seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual

melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain, maupun

lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk melukai

orang lain secara fisik maupun psikologis (Yosep, 2011 dalam Awaluddin,

2016).

Berdasarkan dampak di atas pasien skizofrenia yang mengalami

perilaku kekerasan selain diberikan pengobatan medis, pemberian terapi

non farmakologis yang diperlukan dalam mengarahkan perilaku kekerasan

pada pasien skizofrenia yang perlu diterapkan yaitu terapi senam aerobic

low impact yang menurut fungsinya dapat mengalihkan perhatian

seseorang serta frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan

depresi (Gilang, 2007 dalam Sholikah, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Akhmad, Handoyo, dan Setiono

(2011) yang berjudul pengaruh senam aerobik low impact terhadap skor

agression self-control pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan di

ruang Sakura RSUD Banyumas didapatkan hasil bahwa terdapat

pengaruh terapi senam aerobik-low impact terhadap skor agression self-

control pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan di Ruang Sakura

RSUD Banyumas (Akhmad, dkk, 2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Kirana (2014) yang berjudul

efektifitas senam aerobic low impact terhadap aggression self control

pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan terdapat peningkatan skor


aggression self control yang cukup signifikan pada responden eksperimen

dimana terjadi peningkatan kemampuan pasien dalam mengendalikan diri

terhadap adanya perilaku kekerasan yang meliputi tindakan untuk

melakukan penyerangan, perlawanan, dan perusakan secara fisik (Kirana,

dkk, 2014).

Selain penelitian Kirana, terdapat juga penelitian Sholikah yang

berjudul pengaruh terapi senam aerobic low impact terhadap penurunan

respon perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Dr.Radjiman Wediodinigrat Lawang Malang, didapatkan hasil bahwa

terdapat pengaruh terapi senam aerobic low impact terhadap penurunan

respon perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia di RSJ Dr.Radjiman

Widiodiningrat Lawang (Sholikah, 2014).

Berdasarkan data di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Penerapan Terapi Senam Aerobic Low Impact pada

Pasien Resiko Perilaku Kekerasan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah asuhan keperawatan

dengan penerapan terapi senam aerobic low impact pada pasien resiko

perilaku kekerasan?
C. Tujuan Penulisan

Menggambarkan asuhan keperawatan dengan penerapan terapi

senam aerobic low impact pada pasien resiko perilaku kekerasan.

D. Manfaat Penulisan

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan penerapan

senam aerobic low impact pada pasien resiko perilaku kekerasan.

2. Bagi pengembangan Ilmu dan Teknologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang

keperawatan dengan penerapan terapi senam aerobic low impact

pada pasien resiko perilaku kekerasan.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan penerapan

terapi senam aerobic low impact pada pasien resiko perilaku

kekerasan.

4. Institusi Akper Kesdam IM Banda Aceh

Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan

kualitas pendidikan keperawatan, sehingga dapat menumuhkan dan

menciptakan perawat bagi generasi masa depan yang professional,

mandiri, terampil dan prima.


DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, I. H. dkk. (2011). Jurnal: Pengaruh terapi senam aerobic low


impect terhadap aggression self control pada pasien dengan resiko
perilaku kekerasan di ruang Sakura RSUD Banyumas. Poltekkes
Kemenkes Semarang, Vol. 7, No. 3, Oktober 2011.
(http://donwload.portalgaruda.org/article.thp?article=65772&=4792&ti
tle=engaruh&%20terapi1%20%20senam%20%20AEROBIC%20%20
LOW%20IMPACT%20TERHADAP%20%20SCORE%20AGGRESSI
ON%20SELFCONTOL20%20%20%20%20PADA%20%20%20%20
%20%20%20%20%PASIEN%20%20%20%20DENGAN%20%20%2
0%20RISIKO%20%20%20%20PERILAKU%20KEKERASAN%20DI
%20RUANG%20SAKURA%20%20RSUD%20BANYUMAS, diakses
20 Oktober 2017)

Awaluddin, I. N. (2016). Upaya peningkatan kemampuan mengontrol


emosi dengan cara fisik pada klien resiko perilaku kekerasan di RSJ
dr.Arif Zainudin Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(http://eprints.ums.ac.id/45460/13/fix%20perpus.pdf, diakses 24
Oktober 2017)

Damaiyanti & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:


Refika Aditama.

Erawati, E, dkk. (2016). Jurnal: Pendidikan kesehatan jiwa pada


masyarakat melalui implementasi CMHN. Poltekkes kemenkes
Semarang. (http://ejornal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link/articl
e/viewFile/997/455, diakses 20 Oktober 2017)

Nihayati, E. H, dkk. (2015). Buku ajar kesehatan keperawatan jiwa.


Salemba Medika: Jakarta Selatan.

indriati, G, dkk. (2014). Jurnal: Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap


keluarga tentang perawatan pasien resiko perilaku kekerasan di
rumah. Universitas Riau, Vol. 1, No. 1, (2014).
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=186762&val=64
47, diakses 4 November 2017)

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset kesehatan RI. Jakarta.


(http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Risk
esdas%202013.pdf , diakses 21 Oktober 2017)

Kirana, N. dkk. (2014). Jurnal: Efektifitas senam aerobic low impect


terhadap aggression self control pada pasien dengan resiko perilaku
kekerasan. Universitas Riau, Vol. 1, No. 2, Oktober 2014.
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=186698&val=64
47&title=Efektifitas%20senam%20aerobic%20low%20impact%20ter
hadap%20%20Aggression%20self%20control%20pada%20pasien%
20dengan%20%20Resiko%20perilaku%20kekerasan, diakses 20
Oktober 2017)

Nuraenah. (2012). Tesis: Hubungan dukungan keluarga dan beban


keluarga dalam merawat anggota dengan riwayat perilaku kekerasan
di RS. Jiwa islam Klender Jakarta Timur. Universitas Indonesia.
(http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20307686-T30755Hubungan%20
dukungan.pdf, diakses 4 November 2017)

Raharja, M . T. (2013). Asuhan keperawatan jiwa pada Ny. J dengan


perilaku kekerasan di Ruang Sumbadra Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. (http://eprints.ums.
ac.id/25847/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf, diakses 21 Oktober 2017)

Rochmawati, H. D & Nofiansyah. (2014). Jurnal: Hubungan antara


golongan darah dengan perilaku kekerasan pada pasien gangguan
jiwa di rumah sakit jiwa daerah Dr. Amino Gondohutumo Semarang.
Keperawatan FIK Unissula. (http://ppnijateng.org/wp-content/upload
s/2014/11/29-Hubungan-antara-golongan-darah-dengan-perilaku-k
ekerasan-pada-pasien-gangguan-jiwa-di-rumah-sakit-jiwa-daerah-d
r-Amino-gondohutomo-semarang.pdf, diakses 4 November 2017)

Sumpeno & Santoso.D.J.B. (2010). Pendidikan jasmani olahraga dan


kesehatan. Jakarta: Pusat perbukuan, Kementerian Pendidikan
Nasional.

Sholikah, S. (2014). Pengaruh terapi senam aerobic low impact terhadap


penurunan respon perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodinigrat Lawang Malang.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Vol 18, No 3 (2014).
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=425236&val=76
71, diakses 25 Oktober 2017)

Anda mungkin juga menyukai