Anda di halaman 1dari 9

DEWAN PENGURUS PUSAT

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA


TAHUN 2020
Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008 Kec. Jagakarsa Jakarta
Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id; dppppni@gmail.com;
Badan Hukum: AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08
Tahun 2015 tentang Perubahan Pengawas dan Pengurus

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Kegiatan Belajar III

SISTEM PENCERNAAN

DE SK RIPSI
Modul ini berisi materi pemenuhan kebutuhan pasien dewasa yang mengalami
gangguan sistem pencernaan. Modul ini menguraikan beberapa penyakit dan respons
pasien akibat gangguan sistem pencernaan serta asuhan keperawatan yang dapat
diberikan kepada pasien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan
mengintegrasikan ilmu-ilmu dasar seperti kebutuhan dasar manusia, ilmu biomedik,
farmakologi, ilmu gizi, ilmu penyakit dalam dan ilmu bedah dengan memperhatikan
aspek profesionalitas, etis dan legal. Modul ini fokus pada kasus gastroenteritis,
apendisitis, dan tipoid.

Kompetensi/Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini, apabila lulusan diberikan kasus pasien yang mengalami
gangguan sistem pencernaan, lulusan mampu:

a. Menganalisis hasil pengkajian keperawatan secara holistik pada kasus


b. Menegakkan diagnosis keperawatan dengan tepat berdasarkan hasil pengkajian pada
kasus
c. Memutuskan rencana asuhan keperawatan dengan tepat berdasarkan diagnosis
keperawatan yang ditegakkan pada kasus
d. Menyusun evaluasi keperawatan yang tepat terhadap efektifitas intervensi keperawatan
pada kasus
e. Melakukan prosedur pemasangan selang nasogastrik (NGT) dan pemberian makan
enteral dengan tepat dan aman
UR AI AN MATE RI
A. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dewasa dengan Gastroenteritis
1. Pengertian
Gastroenteritis adalah infeksi pada mokusa lambung dan saluran pencernaan yang
ditandai dengan muntah dan/atau diare yang dapat diakibatkan oleh virus, bakteri,
atau parasit. Pada umumnya penyakit ini dapat sembuh sendiri dan
penyebarannya dapat melalui makanan atau air yang terkontaminasi.
2. Pengkajian Keperawatan
a. Data subjektif: nyeri abdomen, mual, muntah, nafsu makan menurun
b. Data objektif: BAB lebih dari tiga kali dalam 24 jam, feses cair, frekuensi
peristaltik meningkat, bising usus hiperaktif.
3. Masalah Keperawatan
a. Diare
b. Hipovolemia
4. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Diare
- Monitor frekuensi BAB dan konsistensi feses
- Monitor bising usus
- Berikan asupan cairan oral (misal gula garam, oralit, pedialyte)
- Pasang akses intravena
- Anjurkan makan porsi kecil dan sering
- Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas dan pedas
- Kolabarasi pemberian obat atimotilitas dan pengeras tinjauan
b. Manajemen Hipovolemia
- Monitor tanda dan gejala hipovolemia (frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, TD menurun, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urine menurun, haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Kolaborasi pemberian cairan intravena
5. Evaluasi Keperawatan
a. Eliminasi fekal membaik dengan kriteria hasil: konsistensi feses membaik,
frekuensi BAB membaik, bising usus normal (5-20x/menit)
b. Status cairan membaik, dengan kriteria hasil: frekuensi nadi 60-100x/menit,
nadi teraba kuat, TD dalam batas normal, turgor kulit membaik, membran
mukosa lembab, volume urine cukup (0,5cc/kgBB), haus menurun.
B. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dewasa dengan Apendisitis
1. Pengertian
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks, yaitu sebuah kantung berdiameter
sempit yang merupakan bagian dari usus besar sekum. Umumnya disebabkan oleh
sumbatan fekalit (feses keras) pada apendiks.
2. Pengkajian Keperawatan
a. Data Subjektif:
- Nyeri perut yang bermula di sekitar pusar lalu berpindah ke perut kanan
bawah (Titik McBurney). Titik ini terletak pada 1/3 jarak dari spina
iliaca anterior superior (SIAS) ke umbilikus.
- Nyeri perut kanan bawah yang terasa semakin buruk saat batuk, berjalan,
atau bergerak
- Mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, konstipasi atau diare,
kembung
b. Data Objektif:
Tampak meringis, demam, kekakuan abdomen, bising usus menurun/hilang
3. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
b. Defisit nutrisi ditandai dengan kurangnya asupan makanan, ketidakmampuan
mencerna dan mengabsorbsi makanan
4. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Nyeri
- Monitor skor nyeri
- Berikan teknik nonfaramakologis (seperti teknik relaksasi)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Hindari kompres hangat untuk menghindari ruptur apendiks
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk menurunkan rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesik
- Kolaborasi pembedahan apendektomi
b. Manajemen Nutrisi
- Monitor asupan makanan
- Monitor pola BAB (warna, jumlah, konsistensi, frekuensi)
- Monitor bising usus
- Berikan makanan cair atau lunak, sesuai indikasi
- Ajarkan diet yang diprogramkan
- Kolaborasi pemberian antiemetik
- Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang diberikan

5. Evaluasi Keperawatan
a. Tingkat nyeri menurun, dengan kriteria hasil: keluhan nyeri menurun,
meringis menurun, gelisah menurun
b. Status nutrisi membaik, dengan kriteria hasil: nafsu makan meningkat,
porsi makanan yang dihabiskan meningkat, diare/konstipasi menurun, bising
usus normal (5-20 kali/menit)

C. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dewasa dengan Tipoid


1. Pengertian
Tipoid atau disebut juga dengan demam tipoid atau tipod abdominalis merupakan
penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typii. Umumnya
diakibatkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.

2. Pengkajian Keperawatan
a. Data Subjektif:
- Sakit kepala (pusing), nyeri perut, nyeri otot, pegal-pegal, nafsu makan
turun, mual dan muntah, insomnia
b. Data Objektif:
- Demam Intermitten (yaitu suhu tubuh turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari)
- Konstipasi/diare
- Penurunan kesadaran (somnolen atau koma), jika semakin memberat
- Pembesaran hati (hepatomegali) dan/atau pembesaran limpa
(splenomegali)
- Hasil tes Widal positif (titer 1/320) atau Uji Tubex positif (skor >4)
3. Diagnosis Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
b. Hipovolemia ditandai dengan evaporasi dan kekurangan intake cairan
c. Defisit nutrisi ditanda dengan kurangnya asupan makanan, ketidakmampuan
mencerna dan mengabsorbsi makanan
4. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Demam
- Monitor tanda-tanda vital
- Tutupi badan dengan selimut/pakaian yang tepat (selimut/pakaian tebal
saat merasa dingin dan tipis saat merasa panas)
- Berikan kompres hangat
- Anjurkan pasien tirah baring
- Kolaborasi pemberian antipiretik
- Kolaborasi pemberian antibiotik (Kloramfenikol, Tiamfenikol,
kotrimoksazol, ampisilin, atau seftriakson)
b. Manajemen Hipovolemia
- Monitor tanda dan gejala hipovolemia (frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, TD menurun, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urine menurun, haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Kolaborasi pemberian cairan intravena
c. Manajemen Nutrisi
- Monitor asupan makanan
- Monitor bising usus
- Lakukan oral hygien sebelum makan
- Berikan makanan cair, lunak atau tim
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan makanan rendah serat untuk mencegah perdarahan dan perforasi
- Ajarkan diet yang diprogramkan
- Kolaborasi pemberian antiemetik
- Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang diberikan

5. Evaluasi Keperawatan
a. Termoregulasi membaik, dengan kriteria hasil: suhu tubuh normal,
menggigil menurun
b. Status cairan membaik, dengan kriteria hasil: frekuensi nadi 60-
100x/menit, nadi teraba kuat, TD dalam batas normal, turgor kulit membaik,
membran mukosa lembab, volume urine cukup (0,5cc/kgBB), haus menurun
c. Status nutrisi membaik, dengan kriteria hasil: nafsu makan meningkat,
porsi makanan yang dihabiskan meningkat, diare/konstipasi menurun, bising
usus normal (5-20x/menit)

D. Prosedur Pemasangan Selang Nasogastrik (NGT) dan Pemberian Makan


Enteral
1. Pengertian
a. Pemasangan selang nasogastrik (NGT) dalah mempersiapkan dan memasang
selang yang dimasukkan melalui hidung, melewati kerongkongan sampai ke
dalam lambung
b. Pemberian makan enteral adalah Mempersiapkan dan memberikan nutrisi
melalui selang nasogastrik (NGT).

2. Diagnosis Keperawatan
a. Defisit nutrisi
b. Risiko aspirasi
c. Gangguan menelan

3. Langkah-langkah Pemasangan Selang Nasogastrik


a. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
b. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
c. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:
d. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
e. Pasang sarung tangan bersih
f. Posisikan semi-Fowler
g. Letakkan perlak di dada pasien
h. Tentukan panjang selang nasogastrik dengan mengukur dari ujung hidung ke
telinga lalu ke prosesus xiphoideus
i. Tandai panjang selang yang telah diukur
j. Periksa kepatenan lubang hidung
k. Lumasi ujung selang nasogastrik sekitar 10 cm dengan jeli
l. Masukkan selang perlahan tapi tegas melalui lubang hidung sampai batas
yang telah diukur
m. Anjurkan menelan saat selang nasogastrik dimasukkan
n. Anjurkan menundukkan kepala saat selang nasogastrik mencapai nasofaring
o. Periksa posisi ujung selang dengan cara:
- Memasukkan sekitar 10 mL udara ke dalam selang dan auskultasi bunyi
udara pada lambung
- Aspirasi cairan lambung
- Cek keasaman cairan lambung dengan kertas pH
- Permeriksaan radiologi x-ray, jika perlu
p. Fiksasi selang nasogastrik pada hidung dengan plester
q. Rapikan pasien dan alat-alat yang telah digunakan
r. Lepaskan sarung tangan
s. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
t. Dokumentasikan ukuran NGT, panjang NGT yang dimasukkan, lubang
hidung yang digunakan, pengecekan posisi NGT yang dilakukan dan respons
pasien selama prosedur

4. Langkah-langkah Pemberian Makan Enteral


a. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
b. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
c. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:
d. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
e. Pakai sarung tangan bersih
f. Posisikan semi-fowler
g. Letakkan perlak di dada pasien
h. Periksa posisi dan kepatenan NGT serta residu lambung
i. Tunda pemberian makanan jika residu lebih dari 50 cc
j. Klem selang dan tinggikan 45 cm dari dada pasien
k. Buka penutup ujung NGT dan sambungkan dengan catheter tip atau spuit
l. Alirkan makanan perlahan tanpa mendorong
m. Bilas selang dengan air minum jika makan selesai
n. Tutup kembali ujung selang
o. Pertahankan posisi semi-Fowler selama 30 menit setelah makan
p. Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
q. Lepaskan sarung tangan
r. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
s. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansyoer (1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media
Acsulapius. FKUI. Jakarta.
Suhendro, dkk. (2006) Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua.
Penerbit FKUI. Jakarta
Hudack & Gallo (1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.
Doenges, EM (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.
Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai