77
78
T x −T xb T y −T yb
=
T xa−T xb T ya −T yb
Keterangan:
T xa= titik tetap atas termometer X
T xb= titik tetap bawah termometer X
T x = skala yang ditunjukkan termometer X
T ya= titik tetap atas termometer Y
79
B. Kalor
1. Pengertian Kalor
Kalor adalah energi yang ditransfer dari satu benda ke benda lain
karena adanya perbedaan temperatur (Giancolli, 2001: 490). Sedangkan
menurut pendapat Ishaq (2007: 236), “kalor merupakan bentuk energi
yang berpindah dari satu zat ke zat lain akibat perbedaan temperatur”.
Dalam hal ini, kalor ditransfer dari benda bertemperatur tinggi ke benda
bertemperatur lebih rendah.
2. Kuantitas Kalor, Kalor Jenis, dan Kapasitas Kalor
Sebuah benda yang dipanaskan (diberi kalor), maka benda
tersebut akan mengalami kenaikan suhu. Jumlah kalor yang berpindah
dalam waktu tertentu disebut kuantitas kalor (Q). Kalor yang diperlukan
agar suhunya berubah dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut ini.
T2
Q=m∫ cdT (1)
T1
Q=mc ∆ T (2)
Keterangan:
Q=¿ kalor yang diperlukan atau dibuang (Joule)
m=¿ massa benda (kg)
c=¿ kalor jenis benda (J/kg oC)
∆ T =¿ perubahan suhu benda (oC)
Kalor jenis benda yaitu jumlah kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 oC atau 1 K (Nurhayati, 2009: 210).
Secara matematis, kalor jenis dapat didefinisikan dalam bentuk
persamaan berikut ini.
dQ
c= (3)
m . dT
Kalor jenis setiap benda berbeda-beda bergantung pada
kemampuan masing-masing benda menyerap kalor, sehingga besarnya
kenaikan suhu yang dialami benda juga berbeda-beda bergantung pada
jenis benda dan jumlah kalor yang diterima atau diserap oleh benda.
Kapasitas kalor (C) yaitu banyaknya kalor yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 oC atau 1 K (Nurhayati, 2009:
210). Kapasitas kalor (C) memiliki satuan unit energi per derajat atau
energi per Kelvin (Halliday, dkk, 2010: 522) atau dapat ditulis dalam
persamaan berikut.
Q
C= (4)
∆T
Sehingga, dari persamaan (2) dan (4) diperoleh hubungan antara kalor
jenis zat dan kapasitas kalor sebagai berikut.
C=mc (5)
atau
C
c= (6)
m
Keterangan:
C=¿ kapasitas kalor suatu zat (J/ oC)
81
Tabel 2. Kalor Jenis Beberapa Zat pada Suhu 20 ℃ dan Tekanan 1 Atm
Nama Zat Kalor Jenis (J/kg K)
Alumunium 900
Tembaga 385
Emas 130
Baja/besi 450
Timah 130
Raksa 140
Air 4190
b. Pemuaian Luas
Sebuah zat padat berbentuk pelat atau kepingan ketika
dipanaskan akan mengalami pemuaian ke arah panjang dan lebarnya,
dapat dikatakan bahwa zat padat tersebut mengalami pemuaian luas.
83
V =V 0+ (1+ γ ∆ T ) (9)
dengan:
V = volume benda saat dipanaskan (m 2)
V 0 = volume benda mula-mula (m2)
maka pada saat tertentu (ketika mencaai titik beku) akan membeku dan
berubah wujud menjadi padat atau menjadi es batu. Apabila es batu
dipanaskan maka akan kembali menjadi air (mencair). Berikut ini gambar
siklus perubahan wujud air.
GAS
1 3
2 4
5
PADAT CAIR
6
Kalor yang diperlukan oleh suatu zat untuk berubah wujud disebut
dengan kalor laten. Besarnya kalor laten berbeda-beda bergantung pada jenis
zat. Persamaan hubungan kalor dengan kalor laten yaitu:
Q=mL (12)
Keterangan:
Q=¿ kalor yang diperlukan atau dibuang (Joule)
m=¿ massa benda (kg)
L=¿ kalor laten (J/kg oC)
Nilai kalor laten zat tergantung dari proses perubahan wujud yang
terjadi. Saat benda melebur (berubah wujud dari padat menjadi cair atau
sebaliknya), maka kalor laten yang digunakan adalah kalor lebur atau kalor
beku. Sedangkan saat menguap (berubah wujud dari cair menjadi gas atau
sebaliknya), maka kalor laten yang digunakan adalah kalor didih atau kalor
uap.
E. Asas Black
Mekanisme penyerapan atau pelepasan kalor berlaku hukum
kekekalan energi yang menyatakan bahwa “Pada pencampuran dua zat,
banyaknya kalor yang dilepaskan (Q¿¿ lepas)¿ zat yang suhunya lebih tinggi
sama dengan banyaknya kalor yang diserap (Q¿¿ terima)¿ zat yang suhunya
lebih rendah”. Pernyataan tersebut dinyatakan oleh Joseph Black dan dikenal
dengan Asas Black. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
Q lepas =Q terima (13)
m1 c1 ∆ T 1=m2 c 2 ∆ T 2
m 1 c1 ( T −T 1) =m 2 c2 ( T 2−T )
Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Apabila dua benda yang memiliki suhu berbeda dicampurkan, maka benda
yang lebih tinggi suhunya memberikan kalor kepada benda yang lebih
rendah suhunya, sehingga diperoleh suhu akhir sama.
2) Jumlah kalor yang dilepas oleh benda panas sama dengan jumlah kalor
yang diterima oleh benda dingin.
87
3) Benda yang dipanaskan menyerap kalor yang sama dengan kalor yang
dilepas oleh benda yang didinginkan.
F. Perpindahan Kalor
Kalor berpindah dari satu tempat ke tempat lain melalui tiga cara,
yaitu:
1. Konveksi
Konveksi merupakan proses perpindahan panas melalui suatu zat
disertai oleh perpindahan zat tersebut. Kalor ditransfer melalui pergerakan
molekul dari satu tempat ke tempat lain. konveksi melibatkan pergerakan
molekul dalam jarak yang besar (Giancolli, 2001: 504). Perpindahan kalor
secara konveksi hanya terjadi pada zat cair dan gas (fluida). Contoh
peristiwa konveksi yaitu proses memanaskan air dalam panci
menggunakan kompor. Air di permukaan bawah panci akan akan memuai
saat dipanaskan dan kerapatannya akan menurun. Sehingga, secara
otomatis air tersebut akan naik dan air di bagian atas turun. Hal ini
berlangsung terus-menerus selama proses pemanasan sehingga panas
menyebar secara menyeluruh. Persamaan laju perpindahan kalor secara
konveksi yaitu:
2. Konduksi
Konduksi merupakan proses perpindahan panas melalui suatu
perantara zat tanpa disertai perpindahan bagian-bagian dari zat itu.
Transfer energi (kalor) terjadi karena tumbukan antar molekul di
sepanjang benda yang dipanaskan. Konduksi kalor dapat terjadi jika ada
perbedaan temperatur. Kecepatan aliran kalor melalui benda sebanding
dengan perbedaan temperatur antara ujung-ujungnya dan juga bergantung
pada ukuran serta bentuk benda (Giancolli, 2001: 501). Contoh peristiwa
konduksi yaitu saat memanaskan salah satu ujung suatu batang besi maka
secara perlahan panas akan terasa pula pada ujung besi yang lain karena
adanya perpindahan kalor.
3. Radiasi
88
Keterangan:
H = laju perpindahan kalor (J/s)
Q = kalor (J)
t = waktu (s)
A = luas permukaan benda (m2)
l = panjang benda (m)
T = suhu benda (℃ atau K)
k = konduktivitas termal benda (W/mK)
h = koefisien konveksi (J/s m2K)
σ = tetapan Stefan Boltzmann (5,67 x 10-8 W/m2K4)
e = emisivitas benda
∆ T = perubahan suhu (℃ atau K)