Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MAKALAH KONSEP DIRI PADA KOMUNIKASI RETORIKA

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Supriyadi, M.Pd

Disusun Oleh :

LIA ALFIAH
196210648

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhânahû wa Ta`âlâ yang telah memberikan


karunia dan rahmat-Nya kepada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah dengan judul "KONSEP DIRI DAN EMOSI". Penulis
menyadari, bahwa makalah ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak
yang memberikan kontribusi dan dukungan dalam penulisan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak. Tak ada yang sempurna di dunia ini.
Demikian pula dengan penulisan makalah ini. Kritik dan saran sangatlah penulis
harapkan dan dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga makalah ini menjadi tambahan pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa
pun yang membacanya.

Duri, 27 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Pembatasan Masalah........................................................................... 1
C. Rumusan Masalah............................................................................... 1
D. Tujuan Penulisan................................................................................ 2
E. Metode Penulisan............................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3


A. Pengertian Konsep Diri...................................................................... 3
1. Pengertian Konsep Diri...................................................................... 3
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri.............................. 3
B. Pembagian Konsep Diri...................................................................... 5
1. Pola Gamabaran Diri.......................................................................... 5
2. Ideal Diri............................................................................................. 6
3. Harga Diri........................................................................................... 6
4. Identitas .............................................................................................. 7
5. Peran  (Role Performance)................................................................. 7
C. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif .................................... 8
1. Konsep Diri Positif............................................................................. 8
2. Konsep Diri Negatif............................................................................ 9
D. Mengembangkan Perkembangan Konsep Diri................................... 10
E. Pengaruh Konsep Diri terhadap Prestasi............................................ 11
1. Pengertian Prestasi ............................................................................. 11
2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar...................................... 12
3. Hubungan Konsep Diri terhadap Prestasi Belajar.............................. 12
BAB III PENUTUP........................................................................................ 14
A. Kesimpulan......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya setiap peserta didik ingin meraih keberhasilan dan kesuksesan
dimasa yang akan datang setelah mereka tamat dari bangku sekolah. Untuk
meraih keberhasilan itu maka dibutuhkan konsep diri yang baik, sebab tanpa
adanya tujuan dan pembentukan konsep diri yang tepat maka siswa akan
mengalami kesulitan dalam memilih bakat dan minat yang ada sesuai dengan
kemampuannya.
Masalah-masalah rumit yang dialami oleh peserta didik, seringkali dan
bahkan hampir semua sebenarnya berasal dari dalam diri. Mereka tanpa sadar
menciptakan mata rantai masalah yang berakar dari problem konsep diri.
Dengan kemampuan berpikir dan menilai, peserta didik suka menilai yang
macam-macam terhadap diri sendiri maupun sesuatu atau orang lain dan bahkan
meyakini persepsinya yang belum tentu obyektif. Dari situlah muncul problem
seperti inferioritas, kurang percaya diri, dan hobi mengkritik diri sendiri.

B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membatasi masalah
yaitu dengan membahas:
1. Pengertian konsep diri.
2. Pembagian konsep diri.
3. Mengembangkan perkembangan konsep diri.
4. Pengaruh konsep diri terhadap prestasi.

C. Rumusan Masalah
Dari penulisan latar belakang makalah ini, penulis ingin mengetahui beberapa
permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini,
antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan konsep diri?
2. Apa saja pembagian konsep diri?
3. Apa saja upaya mengembangkan perkembangan konsep diri?
4. Bagaimanakah pengaruh konsep diri terhadap presatasi?  
2

D. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian konsep diri.
2. Untuk mengetahui pembagian konsep diri.
3. Untuk mengetahui upaya mengembangkan perkembanagan konsep diri. 
4. Untuk mengetahui pengaruh konsep diri terhadap presatasi.

E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data yaitu denagn
mengunakan metode kepustakaan. Dimana pengumpulan data dilakukan dengan
cara mengkaji dan menelaah data dari buku dan internet.

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Konsep diri
1. Pengertian Konsep diri
Menurut Baron dan Byrne mengatakan konsep diri merupakan sekumpulan
fungsi yang kompleks yang berbeda yang dipegang oleh seseorang tentang
dirinya[1]. Menurut William D. Broks mendefinisikan konsep diri adalah
pandangan dan perasaan tentang kita, yang bersifat psikologi, sosial, dan fisis[2].
Menurut Sulaeman, konsep diri adalah kesluruhan ide-ide dan sikap-sikap
seseorang sebagai apa dan siapa dia[3]. Suryabrata menyatakan konsep diri
mempunyai empat aspek, yaitu bagaimana orang mengamati dirinya sendiri,
bagaimana orang berpikir tentang dirinya sendiri, bagaimana orang menilai
dirinya sendiri, bagaimana berusaha dengan berbagai cara untuk menyampaikan
dan mempertahankan diri[4]. Calhoun dan Acocela (1990) menyatakan konsep
diri adalah gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuannya  tentang
diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian terhadap diri sendiri[5].
Konsep diri di dalam Islam, Allah SWT berfirman dalam Q.S. At-Taghabun ayat
16 yang artinya :
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan
dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan
barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-
orang yang beruntung.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pengertian konsep diri adalah cara
individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional, intelektual,
sosial, dan spiritual terhadap masyarakat, lingkungan maupun terhadap Tuhan
Yang Maha Esa .

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri  


Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri. Faktor-faktor tersebut terdiri dari teori
perkembangan Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat )
dan Self Perception (persepsi diri sendiri)[6].

3
4

a. Teori Perkembangan
Konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal
dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki
batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan
eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama
panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada
area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri
dengan merealisasi potensi yang nyata.
b. Significant Other (Orang Terpenting atau Terdekat)
Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,
belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri
merupakan interpretasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat
dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat
dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup,
pengaruh budaya dan sosialisasi.
c. Self Perception (Persepsi Diri Sendiri)
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat
dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep
merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan
konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih
efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual
dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu dan sosial yang terganggu. Menurut Stuart dan Sundeen
penilaian tentang konsep diri dapat dilihat berdasarkan rentang-rentang respon
konsep diri, yaitu
d. Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman yang nyata yang sukses dan diterima.
e. Konsep Diri Positif
Konsep diri positif apabila individu memiliki pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
5

f.  Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan
respon konsep diri maladaptif.
g. Kerancuan Identitas
Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek –
aspek identitas masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
h. Depersonalisasi
Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.

B. Pembagian Konsep Diri


Untuk Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian konsep diri
tersebut dikemukakan oleh Stuart dan Sundeen (1991), yang terdiri dari[7] :
1. Pola Gambaran Diri (Body Image)
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk,
dan fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart
and Sundeen, 1991)[8]. Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,
menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan
mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan  (Keliat, 1992)[9]. Gambaran diri
berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai
dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Individu yang stabil, konsisten
dan realistis terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang
mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Menurut
Potter dan Perry (2005), Body image berkembang secara bertahap selama
beberapa tahun dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi,
kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah
dalam beberapa jam, hari, minggu atau pun bulan tergantung pada stimuli eksterna
dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi[10].
6

2. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan
tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang
diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan
norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan
penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu
individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang
membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan
dan  keseimbangan mental. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak
dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau
tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu
menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri.
Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang
tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang
merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung
jawab[11]. Menurut Anna Keliat (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
ideal diri, yaitu[12] :
a. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang
realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasaan cemas
dan rendah diri.
d. Kebutuhan yang realistis.
e. Keinginan untuk menghidari kegagalan.
f. Perasaan cemas dan rendah diri.
Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi
dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai.
3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, yaitu dicintai, dihormati dan
7

dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil
dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negatif,
relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak
diterima di lingkungannya[13]. Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya
penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan
meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas, karena
pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang
harus dibuat menyangkut dirinya sendiri. Harga diri tinggi terkait dengan ansietas
yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain. Harga diri
rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk, resiko terjadi depresi,
dan skizofrenia. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri.
4. Identitas
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu.
Mempunyai konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan seterusnya berlangsung
sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja[14]. Pada
masa anak- anak , untuk membentuk identitas dirinya, anak harus mampu
membawa semua perilaku yang di pelajari kedalam keutuhan yang koheren ,
konsisten dan unik. Rasa identitas ini secara kontiniu timbul dan di pengaruhi oleh
situasi sepanjang hidup. Pada masa remaja , banyak terjadi perubahan fisik,
emosional, kognitif dan social. Dimana dalam masa ini apabila tidak dapt
memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan social yang membantu
mendefinisikan tentang diri maka remaja ini dapat mengalami kebingungan
identitas. Seseorang dengan rasa identitas yang kuat akan merasa terintegrasi
bukan terbelah.
5. Peran (Role Performance)
Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran
yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran
yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu[15]. Peran
8

adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari
peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di
masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang
menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin
dilaksanakan[16].

C. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif  


Menurut Calhoun dan Acocela (1990),[17] dalam perkembangannya konsep
diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
1. Konsep Diri Positif  
Konsep diri positif kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu kebanggaan
yang besar tentang diri. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi.
Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul tentang
dirinya.
Individu dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat
bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri
menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain.
Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan
yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk
dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap
bahwa hidup adalah suatu proses penemuan. Singkatnya, individu yang memiliki
konsep diri positif adalah individu yang tahu betulsiapa dirinya sehingga dirinya
menerima segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi
lebih positif dan mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas.
Seseorang yang memiliki konsep diri positif memiliki karakterikstik seperti
berikut:
a. Merasa sanggup menyelesaikan masalah yang terjadi. Pemahaman diri
terhadap kemampuan subyektif dalam menyelesaikan masalah-masalah
obyektif yang dihadapi.
b. Merasa sepadan dengan orang lain. Seseorang yang memiliki konsep diri
positif memiliki pemikiran bahwa saat dilahirkan manusia tidak
membawa kekayaan dan pengetahuan. Kekayakan dan pengetahuan bisa
9

dimiliki dari bekerja dan proses belajar selama hidup. Hal inilah yang
mendasari sikap seseorang yang tidak merasa kurang ataupun lebih dari
orang lain.
c. Tidak malu saat dipuji. Konsep diri positif membangun pribadi yang
memiliki pemahaman bahwa pujian atau penghargaan layak diterima
seseorang berdasarkan hasil yang telah dicapainya.
d. Merasa mampu memperbaiki diri. Dengan memiliki konsep diri positif
seseorang akan merasa mampu untuk memperbaiki sikap yang dirasa
kurang.
2. Konsep Diri Negatif
Calhoun dan Acocela membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu :
Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak
memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar
tidak tahu siapa dirinya, kelebihan dan kelemahannya atau cara hidup yang tepat.
Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri negatif terdiri dari 2 tipe, tipe
pertama yaitu individu yang tidak tahu siapa dirinya dan tidak mengetahui
kekurangan dan kelebihannya, sedangkan tipe kedua adalah individu yang
memandang dirinya dengan sangat teratur dan stabil. Seseorang dengan konsep
diri negatif akan menunjukkan karakteristik seperti berikut ini:
a. Sensitif terhadap kritik. Pemilik konsep diri negatif biasanya kurang bisa
menerima kritik dari orang lain sebagai upaya refleksi diri.
b. Senang dengan pujian. Sikap berlebihan terhadap tindakan yang
dilakukan sehingga merasa perlu mendapat penghargaan terhadap segala
tindakannya.
c. Merasa tidak disukai orang lain. Selalu muncul anggapan bahwa orang
lain disekitarnya akan memandang negatif terhadap dirinya.
d. Suka mengkritik orang lain. Meski tidak suka dikritik namun pribadi ini
senang sekali menghujani kritikan negatif kepada orang lain.
e. Bermasalah dengan lingkungan sosialnya. Pribadi yang memiliki konsep
diri negatif merasa kurang mampu berinteraksi dengan orang lain.
10

D. Mengembangkan Perkembangan Konsep Diri


Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan
seseorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan dan pengalaman orang
tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang
terbentuk. Sikap orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi
anak untuk tumbuh menilai siapa dirinya. Lingkungan yang kurang mendukung
akan membentuk konsep diri yang negatif. Jika lingkungan dan orang tua
mendukung dan memberikan sifat baik akan membentuk konsep diri siswa yang
positif.
Menurut Charles Horton Cooley konsep diri dapat dimunculkan dengan
melakukan pembayangan diri sendiri sebagai orang lain, yang disebutnya
sebagai looking-glass self (diri-cermin) seakan-akan kita menaruh
cermin dihadapan kita sendiri. Prosesnya dimulai dengan
membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain, kita melihat sekilas diri
kita seperti dalam cermin. Misalnya, kita merasa wajah kita menarik atau
tidak menarik. Proses kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain
menilai penampilan kita. Apakah orang lain menjadi kita menarik, cerdas
atau tidak menarik. Proses ketiga, kita kemudian mengalami perasaan bangga atau
kecewa atas percampuran penilaian diri kita sendiri dan penilaian orang lain. Jika
penilaian kita terhadap diri sendiri positif, dan orang lain pun menilai kita positif,
maka kita kemudian mengembangkan konsep diri yang positif. Begitu sebaliknya,
penilaian orang lain terhadap diri kita negatif, dan kita pun menilai diri kita
negatif, maka kemudian kita mengembangkan konsep diri yang negatif.
Menurut Verderber, upaya mengembangkan perkembangan konsip diri
indovidu dapat dilakukan dengan cara:
1. Self-appraisal
Istilah ini menunjukkan suatu pandangan yang menjadikan diri
sendiri sebagai objek dalam komunikasi atau dengan kata lain adanya kesan kita
terhadap diri kita sendiri.
2. Reaction and Response of Others
Konsep diri itu tidak saja berkembang melalui pandangan kita terhadap diri
sendiri, namun berkembang dalam rangka interaksi kita dengan masyarakat.
11

Dengan demikian apa yang ada pada diri kita dievaluasi oleh orang lain melalui
interaksi kita dengan orang tersebut, dan pada gilirannya evaluasi masing-masing
individu mempengaruhi perkembangan konsep diri kita.
3. Roles You Play-Role Taking
Peran memiliki pengaruh terhadap konsep diri, adanya aspek peran yang kita
mainkan sedikit banyak akan mempengaruhi konsep diri individu. Peran yang
individu mainkan itu adalah hasil dari sistem nilai individu. Individu dapat
memotret diri sebagai individu yang bermain sesuai persepsi yang didasarkan
pada pengalaman diri sendiri, yang di dalamnya terdapat unsur selektivitas dari
keinginan individu untuk memainkan peran.
4. Reference Groups
Konsep diri individu juga terbentuk dari adanya kelompok yang bercirikan
individu itu terkumpul dalam suatu kelompok atau komunitas yang diiinginkan.
Setiap kelompok tersebut mempunyai ikatan enosional yang pada akhirnya dapat
berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri individu. Dalam kelompok
tersebut individu akan mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya
sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik kelompoknya itu. Artinya jika kelompok
ini kita anggap penting dalam arti mereka dapat menilai dan bereaksi pada kita,
hal ini akan menjadi kekuatan untuk menentukan konsep diri. Jadi cara kita
menilai diri kita merupakan bagian dari fungsi kita dievaluasi oleh kelompok
rujukan.
5. Berpikir positif
Segala sesuatu tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu baik
terhadap persoalan maupun terhadap seseorang, artinya kendalikan pikiran jika
pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga.
6. Jangan memusuhi diri sendiri
Sikap menyalahkan diri sendiri yang berlebihan merupakan pertanda bahwa
ada permusuhan dengan kenyataan diri akan menimbulkan konsep diri yang
negatif.

E. Pengaruh Konsep Diri Terhadap Prestasi


1. Pengertian Prestasi  
12

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan
perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Webster’s New
International Dictionary mengungkapkan bahwa prestasi adalah : “Achievement
test a standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one
more lines of work a sudy”.[18] Prestasi adalah tes standar untuk mengukur
kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang dalam satu atau lebih garis-garis
pekerjaan atau belajar. Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan
hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri
(faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.
Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan,
penghargaan) dan dapat secara intrinsik (kegairahan untuk menyelidiki,
mengartikan situasi). Prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang
menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai. Siswa harus memiliki prestasi
belajar yang baik demi terciptanya manusia yang berkualitas dan berprestasi
tinggi. Prestasi belajar merupakan tolak ukur maksimal yang telah dicapai siswa
setelah melakukan proses belajar selama waktu yang ditentukan. Prestasi belajar
siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dalam dirinya
(internal) maupun dari luar dirinya (eksternal).
2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang dikhusukan ke konsep
diri, adalah adanya konsep diri yang tinggi. Konsep diri yang tinggi akan
memudahkan siswa belajar secara teratur dan terarah. Sedangkan konsep diri
rendah akan menjadikan seseorang memiliki perasaan tidak mampu memahami
diri sendiri, rendah diri, sehingga siswa tersebut menjadi minder
bergaul dan mengurangi interaksi di sekolah. Selain itu konsep diri yang tinggi
menjadikan seeorang menjadi percaya diri atas apa yang dimilikinya sehingga
menjadikan seseorang agar selalu berpikir positif terhadap dirinya sendiri.
3. Hubungan Konsep Diri terhadap Prestasi Belajar
Konsep diri menjadikan seseorang melakukan suatu perbuatan tertentu
sehingga konsep diri sangat dibutuhkan dalam membentuk kepribadian
seseorang. Prestasi belajar dapat ditentukan oleh berbagai aspek salah satunya
adalah konsep diri. Ketika seorang individu mempunyai konsep diri yang baik
13

sehingga dapat melahirkan suatu pola berpikir yang positif, maka hal itu akan
memudahkan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang terarah. Hubungan
konsep diri dengan prestasi diantaranya:
a. Meningkatkan Motivasi
Motivasi yang tumbuh dari dalam diri seseorang (internal) maupun dari luar
diri seseorang (eksternal) dapat mempengaruhi konsep diri yang akan dibentuk
dan dibangun sehingga hal itu menjadi salah satu pemicu pembentukan
kepribadian. Jika seseorang mempunyai konsep diri yang positif, maka hal itu
dapat meningkatakan motivasi seseorang dan mendorongnya untuk melakukan
suatu dalam meningkatkan prestasi belajar.  
b. Meningkatkan rasa percaya diri
Ketika seseorang sudah memiliki konsep diri yang positif, maka akan
melahirkan rasa percaya diri di dalam diriya. Sehingga memudahkan seseorang
untuk berinteraksi dan melakukan berbagai macam kegiatan yang dapat
menunjang prestasi belajar seseorang.  
c. Menjadikan seseorang memahami dirinya, baik kelebihan dan
kekurangannya
Konsep diri yang positif menjadikan seseorang lebih memahami siapa
dirinya, kemampuannya dan kekurangannya. Jika seseorang telah mengetahui
kelebihan dan kekuranagnnya, maka ia akan mengetahui hal-hal apa saja yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu seperti hal nya prestasi belajar.
d. Menjadikan seseorang untuk berpikir positif  
Pikiran positif yang ada pada diri seseorang berasal dari pengkonsepan
seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal itu terbentuk dari faktor internal maupun
eksternal. Ketika seseorang dapat berpikir positif mengenai berbagai hal termasuk
mengenal diri sendiri maka itu akan memudahkannya untuk mencapai prestasi
belajar yang baik. 
e. Memudahkan seseorang dalam belajar  
Konsep diri yang positif akan melahirkan berbagai hal yang positif seperti
berpikir positif, motivasi, pemahaman terhadap diri sendiri, meningkatkan rasa
percaya diri, dan lain sebagainya. Dengan adanya pengkonsepan diri yang positif,
maka akan memudahkan seseorang dalam mencapai tujuannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah cara pandang menyeluruh tentang dirinya yang merupakan
penilaian tentang diri, bagaimana individu memandang dan menilai diri dalam
bersikap dan berperilaku sehingga akan mempengaruhi tindakan dan pandangan
yang berdasarkan pada penilaian tentang diri siswa baik kondisi fisik maupun
lingkungan terdekatnya. Konsep diri merupakan gambaran seorang individu
tentang dirinya secara fisk, sosial, dan psikologis yang diperoleh melalui interaksi
dengan orang lain.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan
perubahan belajar. Prestasi belajar seseorang juga ditentukan oleh konsep diri
yang bentuk oleh diri seseorang. Sehingga, konsep diri yang positif akan
menumbuhkan prestasi belajar yang baik.
   

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad, Muhammad Asrori. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi


Aksara.
Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama.
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Panuju, Panut, Ida Umami. (1999). Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Setyoningtyas, Emila. (2009). Kamus Trendy Bahasa Indonesia. Surabaya:
Apollo.
Yuliarti, Nurheti. (2008). Menjadi Penulis Profesional Kiat Jitu Menembus Media
Massa dan Penerbitan. Yogyakarta: Media Pressindo.
Yustimah, Ahmad  Iskak. (2010). BAHASA INDONESIA TATARAN MADIA
untuk SMK dan MAK Kelas IX. Jakarta: Erlangga.
Wiranto, Asul. (2010). PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA untuk
SMA & MA KELAS X. Jakarta: Grasindo.
[1] Avin Fadilla Helmi, Gaya Kelekatan dan Konsep Diri, Jurnal Psikologi
1999 UGM hal. 9.
[2] Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Penerbit Rosda
Karya, hal. 99-100.
[3] Rina Oktaviana, Hubungan Antara Penerimaan Diri terhadap Cara-Cara
Perkembangan Sekunder dengan Konsep Diri pada Remaja Puteri SLTPN
10 Yogyakarta hal. 3-4.
[4] Ibid hal. 4.
[5] Lita H Wulandari & Pasti Rola, Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi
Remaja Penghuni Panti Asuhan, Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei
2004, Volume 3, Nomor 2 hal. 81-82.
[6] Nina Mutmainah, Psikologi Komunikasi, Universitas Terbuka, 1999 hal.
101.
[7] Salbiah, Konsep Diri, Program Studi Ilmu Keperawatan, 2006, USU
Repository.
[8] Ibid hal. 6.
[9] Ibid hal. 6.
[10] [Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Jakarta.
[11] Stuart & Sundeen, 2005, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta.
[12] Anna Keliat, 2005, Proses Keperawatan Kesehatan, Jiwa Edisi 2, Jakarta.
[13] Anna Keliat, 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2, Jakarta.
[14] Stuart & Sundeen, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta.
[15] Ibid.
[16] Anna Keliat, 1995, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi I, Jakarta.

15
16

[17] Lita H Wulandari & Pasti Rola, 2004, Konsep Diri dan Motivasi
Berprestasi Remaja Penghuni Panti Asuhan, Jurnal Pemberdayaan
Komunitas Volume 3, Nomor 2, hal. 83.
[18] Haji Djaali. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai