Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Penyusun: Kelompok 5

1. ALDA REIZA YONI


2. MELA OKTAVIANA
3. NOVI ZARAH FADILAH
4. RAZITA FAKHIRA SIREGAR

Dosen Pengajar :

Ns. ANDRA SAFERI S.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA..........................................................................1


KATA PENGANTAR................................................................................................................................. 7
BAB I........................................................................................................................................................... 9
PENDAHULUAN........................................................................................................................................ 9
LATAR BELAKANG...............................................................................................................................................9
BAB II....................................................................................................................................................... 11
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................. 11
A. DEMAM BERDARAH..............................................................................................................................11
2.1 DEFINISI DHF............................................................................................................................................11
2.2 ETIOLOGI DHF....................................................................................................................................11
2.3 EPIDEMIOLOGI DHF............................................................................................................................12
2.4 PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGIS DHF..........................................................................................13
2.5 FAKTOR RISIKO DHF..........................................................................................................................14
2.6 MANIFESTASI KLINIS DBD...................................................................................................... 15
2.7 Tanda-tanda DHF..................................................................................................................................14
2.8 DIAGNOSA DHF.......................................................................................................................... 14
BAB III...................................................................................................................................................... 18
PEMBAHASAN KASUS........................................................................................................................... 18
A. RIWAYAT KESEHATAN TERDAHULU : -.................................................................................................18
B. PEMERIKSAAN FISIK.............................................................................................................................18
C. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................................................................18
D. TERAPI.........................................................................................................................................................18

BAB IV...................................................................................................................................................... 19
PENUTUP........................................................................................................................................................19
Kesimpulan...................................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................. 20

2
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb

Tiada kata yang paling indah selain puji dan puja syukur kehadirat Allah swt,yang mana
dengan limpahan rahmat dan karunia Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabiyaullah Muhammad
saw beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah rela mempetaruhkan harta,jiwa dan
raganya untuk membawa umat manusia dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang
benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.

Kami sadari peyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan maka berpegang
dari itu semua saya sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif dari para
pembaca pada umumnya dan dosen bidang studi pada khususnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah referensi kita semua….

Wassalammualaikum Wr.Wb

Bengkulu,30 Januari 2021

Penyusun

3
Kasus

Ny.R datang ke klinik dengan membawa anaknya yang bernamaAn. T berumur 7 th dengan
keluhan demam tinggi yang mendadak, mimisan, BAB berlendir bercampur darah, mual,
muntah, nafsu makan berkurang, pusing, menggigil, kejang dan sakit perut dan terdapat
bintik-bintik merah pada kulit, gusi merah dan berdarah. petekie positif. suhu tubuh 39°c
,TD 90/60,ektremitas dingin,sianosis disekitar mulut,nadi 78x/menit,RR 24x/menit. Setelah
dilakukan pemeriksaan ternyata tampak adanya jentik perdarahan. Pada pemeriksaan
lab nya terjadi penurunan trombosit yaitu 90.000/mm3.

4
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dengue Hemorragic Fever (DHF) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian
besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara, Amerika tengah, Amerika dan
Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke
dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk
yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aealbopictus 2 yang terdapat hampir
di seluruh pelosok Indonesia.

Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3 sampai 14
hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat sampai hari
ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-
10 hari.Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue (DD) dan
DHF, ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari; pendarahan diatesis
seperti uji tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 109/L dan
kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh. Tiga tahap presentasi klinis
diklasifikasikan sebagai demam, beracun dan pemulihan. Tahap beracun, yang berlangsung
24-48 jam, adalah masa paling kritis, dengan kebocoran plasma cepat yang mengarah ke
gangguan peredaran darah.

Terdapat 4 tahapan derajat keparahan DBD, yaitu derajat I dengan tanda terdapat demam
disertai gejala tidak khas dan uji torniket + (positif); derajat II yaitu derajat I ditambah ada
perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain, derajat III yang ditandai adanya kegagalan
sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi
(sistolik menurun sampai <80 mmHg), sianosis di sekitar mulut, akral dingin, kulit lembab
dan pasen tampak gelisah; serta derajat IV yang ditandai dengan syok berat (profound shock)
yaitu nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah

2.1 Definisi DHF

Dengue Hemorragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
Dengue. Virus ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus, yang hidup di wilayah tropis dan subtropis. Diperkirakan terdapat
setidaknya 50 juta kasus demam berdarah di seluruh dunia tiap tahunnya. Demam berdarah
adalah salah satu penyakit infeksi akut. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit tropis
yang banyak ditemukan di Indonesia. Menurut data yang dihimpun Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, demam berdarah telah menjadi penyakit endemik di Indonesia sejak
tahun 1968. Sejak itu, penyakit ini menjadi salah satu masalah utama di Indonesia, dengan
penyebaran dan jumlah penderita yang cenderung meningkat setiap tahun.

Sepanjang 2017, diketahui ada sekitar 59.000 kasus demam berdarah di seluruh Indonesia,
dengan lebih dari 400 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Karena jumlah
penduduknya yang juga banyak, Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, menyumbang kasus
DBD terbanyak untuk tahun 2017, yaitu lebih dari 7000 kasus di masing-masing provinsi.
Penyakit ini juga cenderung akan meningkat di musim hujan atau banjir

2.2 Etiologi DHF

Dengue Hemorragic Fever disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk. Virus
dengue ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai
genus Flavivirus, famili Flaviviride. Infeksi dari salah satu serotipemenimbulkan antibodi
terhadap virus yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk untuk serotipe lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan terhadap serotipe lain.
Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3/4 serotipe yang
berbeda selama hidupnya.

6
Biasanya demam mulai mereda pada 3-7 hari setelah onset gejala. Pada pasien juga bisa
didapatkan tanda peringatan (warning sign) yaitu sakit perut, muntah terus-menerus,
perubahan suhu (demam hipotermia), perdarahan, atau perubahan status mental (mudah
marah,bingung).

Menurut WHO kriteria DHF ialah demam yang berlangsung 2-7 hari, terdapat manifestasi
perdarahan, trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm3), dan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah.

2.3 Epidemiologi DHF

Sampai saat ini penyakit DHF masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di
Indonesia. Penyakit ini dapat mengakibatkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah
endemis yang terjadi hampir setiap tahunnya pada musim penghujan.21 Sejak tahun 1952
infeksi virus dengue menimbulkan manifestasi klinis berat yaitu DHF yang ditemukan di
Manila, Filipina. Kemudian menyebar ke Thailand, Vietnam, Malaysia bahkan Indonesia.
Tahun 1968 penyakit DHF dilaporkan pertama kali di Surabaya dan Jakarta sebanyak 58
kasus, dengan kematian yang sangat tinggi, 24 orang (case fatality rate 41,3%). Pada tahun
1993 DHF telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia.22

Demam berdarah dengue sering terjadi pada anak usia kurang dari 15 tahun. Sekitar 50%
penderita DHF berusia 10-15 tahun yang merupakan golongan usia yang tersering menderita
DHF dibandingkan dengan bayi dan orang dewasa. Nyamuk Aedes aegypti yang aktif
menggigit pada siang hari dengan dua puncak aktivitas yaitu pada pukul 08.00 – 12.00 dan
15.00 – 17.00.17, 22

World Health Organization (WHO) mencatat sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, Negara
Indonesia merupakan Negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia Tenggara.

Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor antara lain
imunitas penjamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan (virulensi)
virus dengue dan kondisi geografis setempat.

7
2.4 Patogenesis dan patofisiologis DHF

DHF terjadi pada sebagian kecil dari penderita DF. Meskipun DHF dapat terjadi pada pasien
yang baru terserang DF untuk pertama kalinya, sebagian besar kasus DHF terjadi pada pasien
dengan infeksi sekunder. Hubungan antara kejadian DHF dengan infeksi DF sekunder
melibatkan sistem imun pada patogenesisnya. Baik imunitas alamiah seperti sistem
komplemen dan sel NK, maupun imunitas adaptif termasuk humoral dan imunitas dimediasi
sel terlibat dalam proses ini. Kenaikan aktivasi imun, khususnya pada infeksi sekunder,
menyebabkan respon sitokin yang berlebihan sehingga merubah permeabilitas pembuluh
darah. Selain itu, produk dari virus seperti NS1 juga berperan dalam mengatur aktivasi
komplemen dan permeabilitas pembuluh darah.

Tanda penting dari DHF adalah meningkatnya permeabilitas vaskular sehingga terjadi
kebocoran plasma, volume intravaskular berkurang, dan syok di kasus yang parah.
Kebocoran plasma bersifat unik karena plasma yang bocor selektif, yaitu di pleura dan
rongga abdomen serta periodenya pendek (24-48 jam). Pemulihan cepat dari syok tanpa
sequele dan tidak adanya inflamasi pada pleura dan peritoneum mengindikasikan mekanisme
yang terjadi adalah perubahan fungsi integritas vaskular, bukan kerusakan struktural dari
endotel. Berbagai sitokin yang memiliki efek meningkatkan permeabilitas terlibat dalam
patogenesis DHF. Akan tetapi, hubungan penting antara sitokin dengan DHF masih belum
diketahui. Studi menunjukkan bahwa pola respon sitokin mungkin berhubungan dengan pola
pengenalan sel T spesifik dengue. Reaksi silang sel T secara fungsional tampak aktivitas
sitolitiknya berkurang tetapi mengekspresikan peningkatan produksi sitokin seperti TNF-α,
IFN-γ, dan kemokin. TNF-α telah terlibat pada beberapa manifestasi berat termasuk
perdarahan di percobaan hewan. Peningkatan permeabilitas vaskular juga dapat dimediasi
oleh aktivasi sistem komplemen. Kenaikan level fragmen komplemen terlihat pada DHF.
Beberapa fragmen komplemen seperti C3a dan C5a diketahui memiliki efek untuk
meningkatkan permeabilitas. Studi terbaru menyatakan bahwa antigen NS1 dari virus dengue
dapat mengatur aktivasi komplemen sehingga diduga berperan pada patogenesis DHF.

8
Lebih banyaknya jumlah virus pada pasien DHF dibanding pasien DF telah terbukti di
berbagai penelitian. Level protein virus, NS1, juga lebih tinggi pada pasien DHF. Derajat
banyaknya virus berkorelasi dengan ukuran keparahan penyakit seperti jumlah efusi pleura
dan trombositopenia, mengindikasikan bahwa jumlah virus merupakan kunci penentu
keparahan penyakit.

Infeksi virus dengue mengakibatkan munculnya respon imun baik humoral maupun selular,
antara lain anti netralisasi, antihemaglutinin, anti komplemen. Antibodi IgG dan IgM akan
mulai terbentuk pada infeksi primer dan akan meningkat (booster effect) pada infeksi
sekunder. Antibodi tersebut dapat ditemukan dalam darah pada demam hari ke-5, meningkat
pada minggu pertama-ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer
antibodi IgG meningkat pada demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder antibodi
IgG meningkat pada hari ke-2. Hal ini berhubungan dengan cara diagnosis melalui antibodi
yang dimiliki oleh host. Infeksi sekunder apabila terdapat dengue blot dengan hasil Ig G+ dan
Ig M- dan Ig G+ dan Ig M+.

2.5 Faktor Risiko DHF

Faktor risiko individu yang menentukan beratnya penyakit adalah infeksi sekunder, usia,
etnisitas dan penyakit kronis (asma bronkial, anemia sel sabit dan diabetes mellitus).24 Pada
anak-anak muda mungkin kurang mampu untuk mengkompensasi kebocoran kapiler daripada
orang dewasa dan akibatnya berisiko lebih besar mengalami syok dengue.

9
Pada wanita lebih berisiko mendapatkan manifestasi berat setelah terinfeksi virus dengue
karena secara teori diyakini wanita lebih cenderung dapat meningkatkan permeabilitas
kapiler dibanding dengan laki-laki.26 Selain itu, orang kulit putih infeksi virus dengue lebih
berat dibanding dengan orang kulit hitam (negro) karena virus lebih banyak berkembang-biak
pada sel mononuklear orang kulit putih.Infeksi virus dengue lebih sering terjadi pada orang
yang memiliki status gizi yang baik dibanding dengan orang malnutrisi. Pada orang yang
memiliki indeks massa tubuh tinggi, kapiler mereka secara intrinsik lebih mungkin bocor
sehingga bisa menjadi lebih buruk dalam infeksi dengue.Respon dari imun dapat
mempengaruhi jumlah trombosit dan kadar hematokrit di dalam tubuh misalnya dapat
menyebabkan fungsi agregasi trombosit menurun. Selain itu imunitas yang ada dalam
masyarakat memegang peranan penting di daerah epidemis karena lebih banyak kasus terdiri
dari anak-anak, remaja dan orang dewasa dibanding anak-anak usia rendah yang
kemungkinan diakibatkan oleh system imun yang baik yang dimiliki.

2.6 Manifestasi Klinis DBD

199 200 2011 2012


7 9
Dengue Fever Dengue tanpa warning Dengue Fever Dengue tanpa warning

Sign sign
DHF Derajat I Dengue dengan DHF Derajat I Dengue dengan
warning warning

Sign sign
DHF Derajat II DHF Derajat II
DHF Derajat III Dengue berat DHF Derajat III Dengue berat
(kebocoran plasma (kebocoran plasma
berat, perdarahan berat, perdarahan
berat, berat,
keterlibatan organ) keterlibatan organ)
DHF Derajat DHF Derajat IV
IV
*Sindrom

dengue meluas

10
Manifestasi klinik untuk DHF yaitu:

- Demam tinggi, timbul mendadak, kontinua, kadang bifasik.

- Berlangsung antara 2-7 hari.

- Muka kemerahan (facial flushing) , anoreksi, mialgia dan artralgia.

- Nyeri epigastrik, muntah, nyeri abdomen difus.

- Kadang disertai sakit tenggorok.

- Faring dan konjungtiva yang kemerahan.

- Dapat disertai kejang demam.

Tersangka infeksi dengue apabila terdapat demam <7 hari, ruam, manifestasi perdarahan
(rumple leed (+), nyeri kepala dan retroorbital, mialgia, arthralgia, leukopeni (<4000µl),
kasus DHF lingkungan (+). Adapun tanda bahaya (warning signs) yaitu pada fase afebris
klinis tidak ada perbaikan atau memburuk, tidak mau minum, muntah terus-menerus, nyeri
perut hebat, letargi dan/gelisah, perubahan perilaku, perdarahan (mimisan, muntah & BAB
hitam, menstruasi berlebih, urin berwarna hitam/hemoglobinuria atau hematuria, pening,
pucat (tangan-kaki teraba dingin), diuresis berkurang dalam 4-6 jam. Warning signs
tersebut digunakan untuk menilai syok pada penderita penyakit DHF.

Tanda atau gejala DHF yang muncul seperti bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu suhu
badan lebih dari 38oC, badan terasa lemah dan lesu, gelisah, ujung tangan dan kaki dingin
berkeringat, nyeri ulu hati, dan muntah. Dapat pula disertai

11
perdarahan seperti mimisan dan buang air besar bercampur darah serta turunnya jumlah
trombosit hingga 100.000/mm

Menurut WHO (2012) demam dengue memiliki tiga fase diantaranya fase demam, fase
kritis dan fase penyembuhan. Pada fase demam, penderita akan mengalami demam tinggi
secara mendadak selama 2-7 hari yang sering dijumpai dengan wajah kemerahan, eritema
kulit, myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital, rasa sakit di seluruh tubuh, fotofobia dan sakit
kepala serta gejala umum seperti anoreksia, mual dan muntah. Tanda bahaya (warning
sign) penyakit dengue meliputi nyeri perut, muntah berkepanjangan, letargi, pembesaran
hepar >2 cm, perdarahan mukosa, trombositopeni dan penumpukan cairan di rongga tubuh
karena terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler.

Pada waktu transisi yaitu dari fase demam menjadi tidak demam, pasien yang tidak diikuti
dengan peningkatan pemeabilitas kapiler tidak akan berlanjut menjadi fase kritis. Ketika
terjadi penurunan demam tinggi, pasien dengan peningkatan permeabilitas mungkin
menunjukan tanda bahaya yaitu yang terbanyak adalah kebocoran plasma. Pada fase kritis
terjadi penurunan suhu menjadi 37.5-38°C atau kurang pada hari ke 3-8 dari penyakit.
Progresivitas leukopenia yang diikuti oleh penurunan jumlah platelet mendahului
kebocoran plasma. Peningkatan hematokrit merupakan tanda awal terjadinya perubahan
pada tekanan darah dan denyut nadi. Terapi cairan digunakan untuk mengatasi plasma
leakage. Efusi pleura dan asites secara klinis dapat dideteksi setelah terapi cairan intravena.
Fase terakhir adalah fase penyembuhan. Setelah pasien bertahan selama 24-48 jam fase
kritis, reabsorbsi kompartemen ekstravaskuler bertahap terjadi selama 48-72 jam. Fase ini
ditandai dengan keadaan umum membaik, nafsu makan kembali normal, gejala
gastrointestinal membaik dan status hemodinamik stabil.

12
Fase terakhir adalah fase penyembuhan. Setelah pasien bertahan selama 24-48 jam fase
kritis, reabsorbsi kompartemen ekstravaskuler bertahap terjadi selama 48-72 jam. Fase
ini ditandai dengan keadaan umum membaik, nafsu makan kembali normal, gejala
gastrointestinal membaik dan status hemodinamik stabil.

2.7 Tanda-tanda DHF


Ketika muncul tanda-tanda DHF tapi tak segera dilakukan penanganan,
akibatnya bisa fatal. Ada setidaknya lima penyakit lain yang punya kemiripan
gejala dengan tanda demam berdarah, yakni

 Tifus
 Campak
 Infeksi saluran pernapasan atas
 Zika
 Chikungunya
 Demam tinggi hingga 40 derajat Celsius
 Badan lemas
 Kepala nyeri, terutama di bagian belakang mata
 Sendi nyeri
 Mual dan muntah
 Batuk-batuk
 Sulit menelan makanan karena nyeri
 Sesak napas
 Nyeri perut

2.8 Diagnosa DHF

WHO membuat kriteria diagnose DBD ditegakkan jika memenuhi 2 kriteria


klinis ditambah dengan 2 kriteria laboratorium dibawah ini:

14
Kriteria Klinik 1. Demam tinggi mendadak, terus-menerus selama 2-7 hari

2. Terdapat manifestasi perdarahan seperti


tourniquet

positif, petechiae, echimosis, purpura, perdarahan


mukosa, epistaksis, perdarahan gusi dan hematemesis
dan atau melena.

3. Pembesaran hati

4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat,

tekanan nadi turun, tekananan darah turun, kulit dingin


dan lembab terutama ujung jari dan ujung hidung,
sianosis
sekitar mulut, gel
1. Kriteria Laboratori Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)

Hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit


20% atau lebih

Derajat DHF Gejala Laboratorium

I Demam disertai 2 atau lebih tanda sakit Trombositopenia, bukti

kepala, nyeri retro orbital, myalgia, ada

14
arthralgia ditambah uji bending positif. kebocoran plasma

II Gejala diatas ditambah perdarahan Trombositopenia, bukti

spontan. ada

kebocoran plasma

III Gejala diatas ditambah kegagalan Trombositopenia, bukti

sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta ada

gelisah) Kebocoran plasma

IV Syok berat disertai dengan tekanan darah Trombositopenia, bukti

dan nadi tidak terukur. ada

Kebocoran plasma

DHF derajat III dan IV juga bias disebut Dengue Syok Syndrome (DSS)

2.9 Pencegahan DHF

Hingga saat ini belum ada vaksin yang dapat menangkal demam berdarah. Oleh
karena itu cara terbaik untuk mencegah DHF adalah dengan menghindari terkena
gigitan nyamuk yang membawa virusnya. Berikut ini adalah cara-cara agar kita bisa
terhindar dari gigitan nyamuk Aedes aegypti:
• Mensterilkan rumah atau lingkungan di sekitar rumah Anda, misalnya dengan
penyemprotan pembasmi nyamuk (fogging).
• Membersihkan bak mandi dan menaburkan serbuk abate agar jentik-jentik nyamuk
mati.
• Menutup, membalik, atau jika perlu menyingkirkan media-media kecil penampung
air lainnya yang ada di rumah Anda.
• Memasang kawat anti nyamuk di seluruh ventilasi rumah Anda.
• Memasang kelambu di ranjang tidur Anda.
• Memakai losion anti nyamuk, terutama yang mengandung N-diethylmetatoluamide
14
(DEET) yang terbukti efektif. Namun jangan gunakan produk ini pada bayi yang
masih berusia di bawah dua tahun

14
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

a. Riwayat kesehatan terdahulu : -

b. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : nafsu makan berkurang

Pusing

Sakit perut

Kesadaran : sadar penuh

Ttv : TD : 90/60 mmHg RR : 24x/mnt

Nadi : 78x/mnt Suhu : 39 C

2. Kepala dan leher :

Mulut : sianosis disekitar mulut,perdarahan gusi

3. Thorak & dada : nyeri tekan epigastrik,nafas cepat

c. Hasil pemeriksaan penunjang

Rumpel leed : positif

Pemeriksaan trombosit : 90.000/mm3

d. Terapi

Antipiretik

Antikonvulsan

14
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Di Indonesia DHF bukanlah penyakit yang asing, dari tahun ke tahun penyakit ini selalu
menghantui bangsa Indonesia, dengan bertambahnya informasi yang diberikan pada
masyarakat lewat berbagai media dan bertambahnya kegiatan pemberantasan yang semakin
banyak dan dengan cara yang bervariasi, akan menurunkan jumlah korban demam
berdarah di waktu yang akan datang.

Demam berdarah atau DHF adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis,
dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Demam berdarah disebarkan
kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya
demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan ruam. Karena
seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup
tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam Berdarah
dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat
sewaktu- waktu dapat mengalami syok / kematian.

14
DAFTAR PUSTAKA
1. Kurane I. Dengue Hemorrhagic Fever with Spesial Emphasis on Immunopathogenesis.
Comparative Immunology, Microbiology & Infectious Disease. 2007; Vol 30:329-40.

2. WHO. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam


Berdarah Dengue. Jakarta: WHO & Depar- temen Kesehatan RI; 2003.

3. Lestari K. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Indo-


nesia. Farmaka. Desember 2007; Vol. 5 No. 3: hal . 12-29.

4. Chuansumrit A, Tangnararatchakit K. Path- ophysiology and Management of Dengue


Hemorrhagic Fever. Bangkok: Department of Pediatrics, Faculty of Medicine, Ra-
mathibodi Hospital, Mahidol University; 2006.

5. Hadinegoro, Rezeki S, Soegianto S, Soeroso T, Waryadi S. Tata Laksana Demam


Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Ditjen PPM&PL Depkes&Kesos R.I; 2001.

6. Harikushartono, Hidayah N, Dar- mowandowo W, Soegijanto S. Demam Berdarah


Dengue: Ilmu Penyakit Anak, Di- agnosa dan Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba
Medika; 2002.

7. Soegijanto S. Patogenesa dan Perubahan Patofisiologi Infeksi Virus


Dengue. www.pediatrikcom/buletin/20060220- 8ma2gi-buletindoc; 2002 [cited
2010]; Available from: www.pediatrikcom/ buletin/20060220-8ma2gi-
buletindoc.

8. Novriani H. Respon Imun dan Derajat Kesakitan Demam Berdarah Dengue dan
Dengue Syndrome Pada Anak. Cermin Dunia Kedokteran. 2002;Vol 134:46-9.

9. WHO. Dengue: Guidlines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. New
Edition. Geneva: World Health Organiza- tion; 2009.

10. Supartha I, editor. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue,
Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopic- tus (Skuse) (Diptera:Culicidae). Pertemuan
Ilmiah Dalam Rangka Dies Natalis 2008 Universitas Udayana; 3-6 September 2008;
Denpasar: Universitas Udayana Denpasar.

11. Knowlton K, Solomon G, Rotkin-Ellman M, Pitch F. Mosquito-Borne Dengue Fever


Threat Spreading in the Americas. New York: Natural Resources Defense Council
Issue Paper; 2009.
12. Weissenbock H, Hubalek Z, Bakonyi T, Noowotny K. Zoonotic Mosquito-borne
Flaviviruses: Worldwide Presence of Agent with Proven Pathogenesis and Po- tential
candidates of Future Emerging Dis- eases. Vet Microbiol. 2010;Vol 140:271- 80.

13. Malavinge G, Fernando S, Senevirante S. Dengue Viral Infection. Postgraduate


Medical Journal. 2004;Vol 80:p. 588-601.

14. Kusriastuti R. Kebijaksanaan Penanggu- langan Demam Berdarah Dengue Di Indo-


nesia. Jakarta: Depkes R.I; 2005.

15. Kusriastuti R. Data Kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia tahun 2009 dan
Tahun 2008. Jakarta: Ditjen PP & PL Depkes RI; 2010.

16. Josi V, Sharma R. Impact of Vertically- transmitted Dengue Virus on Viability of Eggs
of Virus-Inoculated Aedes aegypti. Dengue Bulletin. 2001;Vol 25:103-6.

17. Rohani A, Zamree I, Lee HL, I M. Detec- tion of Transovarian Dengue for Field
Caught Aedes aegypti and Aedes albopic- tus Mosquitoes Using C6/36 Cool Line
Culture and RT-PCR. Institue for Medical Research press. Kuala Lumpur; 2005.

18. Tambyah PA, Koay ESC, Poon MLM, Lin RVTP, Ong BKC. Dengue Hemorrhagic
Fever Transmitted by Blood Transfusion. The England Journal of Medicine. 2008;
Vol. 359

Anda mungkin juga menyukai