Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI

Oleh :

Christiani Dayanastasia B Simanjuntak

(462017018)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2021
I. PENGERTIAN

Aulia, Yulastri, & Sasmita (2019) menjelaskan bahwa bunuh diri merupakan
upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mengakhiri kehidupan secara sadar
berupaya untuk mati. Adapun pengertian resiko bunuh diri menurut PPNI (2017) yaitu
seseorang yang beresiko melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk mengakhiri
kehidupan.

II. KLASIFIKASI
Menurut Litaqia & Permana (2019), pembagian atau klasifikasi perilaku bunuh
diri dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
a. Percobaan Bunuh Diri (Suicide Attempt)
Pada kategori ini, individu sengaja melakukan kegiatan menuju bunuh diri,
dan bila kegiatan tersebut dilakukan sampai tuntas, maka akan menyebabkan
kematian. Kondisi ini telah terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Individu yang hanya berniat melakukan percobaan bunuh diri dan tidak
benar-benar ingin mati
b. Isyarat Bunuh Diri (Suicide Gesture)
Kategori ini merupakan bunuh diri yang direncanakan untuk usaha
mempengaruhi perilaku orang lain. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian
dengan status emosional pasien yang terganggu tetapi tidak seserius pada
percobaan bunuh diri, meskipun dapat mengakibatkan bunuh diri secara disengaja
atau tidak disengaja. Contoh isyarat bunuh diri termasuk cutting, dimana tidak
diiris cukup dalam untuk menyebabkan kehilangan darah yang signifikan, atau
mengkonsumsi obat non-berbahaya dengan dosis yang berlebihan.
c. Ancaman Bunuh Diri (Suicide Threat)
Kategori ini merupakan suatu peringatan baik secara langsung maupun tidak
langsung, verbal maupun non-verbal, bahwa seseorang sedang mengupayakan
bunuh diri. Individu tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak
akan ada di kehidupannya lagi atau mengungkapkan secara non-verbal seperti
pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang-
orang yang ada disekitarnya dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
III. RENTANG RESPON

Adaptif Maladaptif

Peningkatan Beresiko Destruktif diri Pencederaan diri Bunuh diri


bunuh diri destruktif tidak langsung

IV. ETIOLOGI
a. Faktor predisposisi
1. Diagnosis Psikiatrik
Terdapat lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
cara bunuh diri mempunyairiwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang
dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2. Sifat kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang
terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons
seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.
Selain itu, menurut Rosy, Keliat, & Putri (2020) ada beberapa faktor yang
dapat meningkatkan risiko bunuh diri seperti: gangguan psikologisi, gangguan
bipolar, penggunaan alkohol dan narkoba, perasaan tertekan, mudah tersinggung
atau agitasi; perasaan putus asa dan tidak berharga sering menyertai depresi
(remaja yang berulang kali mengalami kegagalan disekolah, mengalami tindakan
kekerasan dirumah, atau merasa tidak punya teman/ terisolasi), ada riwayat usaha
bunuh diri sebelumnya; ada riwayat depresi dalam keluarga atau melakukan
bunuh diri, mengalami pelecehan sexual, masalah homosexual, lingkungan
keluarga yang tidak mendukung dan lingkungan sekolah yang bermusuhan.
V. MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan gejala risiko bunuh diri dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan keinginan atau pikiran untuk mengakhiri hidup dan didukung dengan
data hasil wawancara dan observasi. Data subjektif yaitu klien merasa hidupnya tak
berguna lagi, ingin mati, pernah mencoba bunuh diri, mengancam bunuh diri, merasa
bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak berdaya. Data objektif yaitu ekspresi
murung, tak bergairah, banyak diam, ada bekas percobaan bunuh diri, menderita
penyakit kronis, mengalami goncangan hidup yang bermakna (Rosy, Keliat, & Putri,
2020).

VI. AKIBAT

Rosy, Keliat, & Putri (2020) mengatakan bahwa klien dengan perilaku bunuh diri
akan berakibat melukai atau mencederai dirinya sendiri. Selain itu juga dapat
menyebabkan orang terdekat dan sekitarnya terluka baik secara fisik maupun psikis.

VII. POHON MASALAH

Resiko menciderai diri sendiri,


orang lain, dan lingkungan sekitar

Resiko bunuh diri

Isolasi diri
Gangguan konsep diri :
Harga diri rendah

VIII. PROSES KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian :
1. Riwayat masa lalu : Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri, riwayat
keluarga terhadap bunuh diri, riwayat gangguan mood, penyalahgunaan
NAPZA dan skizofrenia, riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik,
klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline, paranoid,
antisosial, klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka.
2. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami.
3. Riwayat pengobatan.
4. Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
5. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional, dan perilaku dari
individu dengan gangguan mood.
6. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri : Tujuan
klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit, rencana
bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur dan cara-cara
melaksanakan rencana tersebut, keadaan jiwa klien (misalnya adanya
gangguan pikiran, tingkat gelisah, keparahan gangguan mood), stressor saat ini
yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrikmaupun
medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat penyalahgunaan zat, kaji
sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga klien tentang
gejala, meditasi dan rekomendasi pengobatan gangguan mood, tanda-tanda
kekambuhan dan tindakan perawatan diri.
7. Symptom yang menyertainya :
a. Apakah klien mengalami ide bunuh diri, ancaman bunuh diri, percobaan
bunuh diri, sindrom mencederai diri sendiri yang sengaja.
b. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan
anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko
bunuh diri. Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk
membunuh diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam
lagi diantaranya : cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan,
menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau
perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan rencananya,
menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien
untukmerencanakan dan mengagas akan suicide, menentukan bagaiamana
metoda yang mematikan itu mampu diakses oleh klien.
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang
riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri :
a. Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik.
b. Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien.
c. Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan
mendorong komunikasi terbuka.
d. Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata-kata yang
dimengerti klien.
e. Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya.
f. Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi.
g. Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan.
h. Peroleh riwayat penyakit fisik klien.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri (D.0135).

C. RENCANA INTERVENSI

Rencana keperawatan
Tujuan dan Tindakan Rasional
Tgl/Jam Diagnosis
Kriteria Evaluasi
16/03/202 Resiko bunuh Setelah dilakukan Pencegahan Bunuh
1 diri (D.0135). tindakan Diri (I.14538)
keperawatan O: O:
selama ..x24 jam, a. Identifikasi a. Untuk
diharapkan klien gejala resiko mengetahu
dapat mengontrol bunuh diri gejala resiko
dirinya dengan (missal bunuh diri
Kriteria Hasil : gangguan pada klien.
Kontrol Diri mood,
(L.09076) : halusinasi,
 Verbalisasi delusi, panik,
ancaman penyalahgunaan
kepada orang zaat, kesedihan,
lain menurun gangguan
 Perilaku kepribadian). b. Untuk
melukai diri b. Identifikasi mencegah
sendiri/orang keinginan dan bunuh diri
lain menurun pikiran rencana pada klien.
 Perilaku bunuh diri. c. Menghindari
merusak c. Monitor klien dari alat-
lingkungan lingkungan alat yang
sekitar bebas bahaya mendukung
menurun secara rutin untuk

 Perilaku (mis. Barang melakukan

agresif/amuk pribadi, pisau bunuh diri.

menurun cukur, jendela). d. Mengetahui

 Klien tidak d. Monitor adanya adanya

bersuara perubahan perubahan

keras mood/perilaku. mood/perilaku.

 Tidak ada N: N:

verbalisasi a. Libatkan dalam a. Agar klien

keinginan perencanaan terlibat dalam

bunuh diri perawatan melakukan


mandiri. perawatan diri.
b. Libatkan b. Agar keluarga
keluarga dalam mengetahui
perencanaan dan dapat
keperawatan. membantu
mencegah
klien
melakukan
aksi bunuh
diri.
c. Lakukan
pendekatan c. Agar klien
langsung dan merasa
tidak nyaman dan
menghakimi terjalin
saat membahas hubungan
bunuh diri. saling percaya.
d. Berikan
d. Agar
lingkungan
memudahkan
dengan
perawat dalam
pengamanan
memantau
ketat dan
klien.
mudah dipantau
(tempat tidur
dekat ruang
perawat).
E:
E:
a. Anjurkan
a. Untuk
menggunakan
membantu
sumber
mencegah
pendukung
klien
(layanan
melakukan
spiritual)
percobaan
b. Latih
bunuh diri.
pencegahan
b. Agar klien
resiko bunuh
dapat
diri (latihan
mengontrol
asertif, relaksasi
dirinya.
otot progresif)
C:
a. Kolaborasi
C:
pemberian obat
ansietas, atau a. Untuk
antipsikotik, membantu
sesuai indikasi mengatasi
masalah klien.
STRATEGI PELAKSANAAN

1. Kondisi Pasien
DS :

 Klien mengatakan ada yang menyuruhnya untuk bunuh diri.


 Klien mengatakan merasa dirinya sangat menyusahkan keluarga.
 Klien mengatakan sudah bosan hidup.

DO :

 Klien tampak gelisah.


 Ekspresi murung.
 Ada bekas percobaan bunuh diri.

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri (D.0135)

3. Tujuan

 Klien tidak dapat melakukan percobaan bunuh diri.

4. Intervensi

1) Bina hubungan saling percaya.


a. Memperkenalkan diri dengan klien.
b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
c. Temani klien saat keinginan untuk mencederai diri meningkat.
2) Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan klien.
3) Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
4) Mengajarkan cara mengendalikan bunuh diri.
5) Melatih cara mengendalikan bunuh diri

5. Strategi Pelaksanaan
STRATEGI PELAKSANAAN 1

a. Fase orientasi
“Selamat pagi. Perkenalkan nama saya Christiani Simanjuntak, panggil saya Itin.
Saya mahasiswa keperawatan dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang
akan praktek disini selama 1 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari pukul 07:00-
14:00. Saya yang akan merawat anda selama disini. Nama anda siapa, senangnya
dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan dan kabar Bapak hari ini? Bagaimana tidur Bapak
semalam?”
“Bagaimana Pak kalau hari ini kita berbincang-bincang tentang benda-benda apa
saja yang dapat membahayakan diri Bapak, serta bagaimana cara mengendalikan
dorongan bunuh diri? Tujuannya agar bapak tahu benda-benda apa saja yang dapat
membahayakan diri bapak, serta bapak dapat mengetahui cara mengendalikan
dorongan bunuh diri. Dimana kita akan bicara? Bagaimana kalau di taman Pak?
Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau waktu berbimcang-
bincang kita selama 15 menit? Apakah Bapak setuju?”

b. Fase kerja
“Bapak, apakah Bapak tahu benda-benda yang dapat membahayakan diri bapak?
coba sebutkan apa saja benda-benda tersebut. Bagus sekali Bapak, Bapak tahu
benda-benda yang dapat membahayakan diri Bapak. Apakah salah satu benda
tersebut ada dikamar Bapak? Kalau ada benda tersebut jangan Bapak dekati atau
pegang ya Pak. Apa bapak sering mendengar bisikan yang mendorong Bapak untuk
melakukan bunuh diri? Apa yang Bapak lakukan ketika suara-suara itu datang?
Bapak, bagaimana kalau saya ajarkan cara-cara lain untuk mengusir suara-suara
itu, apakah Bapak mau? Pak, kalau suara-suara itu ada, bapak tutup kedua telinga
rapat-rapat seperti ini Pak, dan katakan dengan keras JAUHI SAYA, PERGI
KAMU !!! KAMU PALSU. Coba Bapak lakukan seperti yang saya ajarkan tadi. Iya
Pak seperti itu, bagus sekali”

c. Fase terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah Bapak mengetahui benda-benda yang dapat
membahayakan diri Bapak, dan mengetahui cara mengusir suara-suara yang
menyuruh Bapak melakukan bunuh diri? Coba Bapak ulangi lagi apa yang saya
ajarkan tadi. Iya begitu pak, bagus”
“Bapak, selama kita tidak bertemu, bila Bapak melihat benda-benda yang dapat
membahayakan Bapak, segera jauhi, dan jika Bapak mendengar suara-suara itu
kembali, segera Bapak usir dengan cara yang sudah kita pelajari tadi ya Pak”
“Baiklah sekarang Bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi Pak?
Bagaimana kalau besok? Baiklah besok kita akan membahas tentang cara berfikir
positif tentang diri sendiri dan menghargai diri sebagai individu yang berharga.
Tempatnya mau dimana Pak? Bagaimana kalau di taman Pak? Jam berapa Pak?
Bagaimana kalau jam 09.00? Apakah Bapak setuju? Baiklah Pak selamat
beristirahat”
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Aulia, N., & Sasmita, H. (2019). ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR RISIKO BUNUH
DIRI DENGAN ARTIKEL Riwayat Artikel ABSTRAK ANALYSIS OF RISK
FACTORS FOR SUICIDE RELATIONSHIP WITH THE IDEA OF SUICIDE IN
ADOLESCENTS. Jurnal Keperawatan, 11(4), 307–314.

Litaqia, W., & Permana, I. (2019). PERAN SPIRITUALITAS DALAM MEMPENGARUHI


RESIKO PERILAKU BUNUH DIRI: A LITERATURE REVIEW. Jurnal Keperawatan
Respati Yogyakarta, 6(2), 615-624.

Rosy, A., Keliat, B. A., & Putri, D. E. (2020). Pengaruh Cognitive Behaviour Therapy dalam
Mencegah Risiko Bunuh Diri pada Siswa SMPN 2 Batu Sangkar, 11(5), 126–130.

Anda mungkin juga menyukai