Definisi ISPA
biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi ini diawali dengan
atau tanpa demam yang diserta dengan salah satu atau beberapa gejala
berikut ini, diantaranya sakit tenggorokan atau nyeri telan, pilek, dan batuk
baik kering ataupun berdahak.2 Infeksi ini bersifat akut, yang artinya
menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai
pernafasan bagian atas ataupun bagian bawah. Infeksi akut yang mengenai
1. ISPA ringan
a. Batuk.
c. Pilek.
2. ISPA sedang
ISPA ringan yang disertai salah satu atau lebih gejala gejala dibawah ini:
untuk usia dibawah 2 bulan, frekuensi nafas lebih dari 50 kali per menit
untuk usia 2 bulan hingga <12 bulan atau frekuensi nafas melebihi 40
c. Tenggorokan merah.
ISPA ringan atau sedang yang disertai salah satu atau lebih gejala gejala
dibawah ini
gelisah.
virus, bakteri dan jamur. Hampir 70% pneumonia disebabkan oleh bakteri
kematian pada orang dengan ISPA yang berat. Virus yang paling sering
Bakteri lain yang juga dapat menjadi penyebab ISPA adalah Klebsiella
ISPA atau acute respiratory infection sering terjadi pada anak anak
cepat.4
negara dengan empat musim berlangsung pada musim gugur dan musim
musim hujan. Hal ini dikarenakan etiologi ISPA seperti bakteri atau virus
3 kali dalam setahun.16 Infeksi ini menjadi salah satu penyebab utama
yaitu: 5,13
a. Pneumonia Berat
dengan chest indrawing atau adanya nafas cepat melebihi 60 kali per
menit.
b. Bukan Pneumonia
a. Pneumonia berat
b. Pneumonia
golongan usia yakni 50x atau lebih per menit pada usia 2 bulan
sampai dengan 1 tahun dan 40x atau lebih per menit pada usia 1 – 5
tahun. Dalam pemeriksaan tidak didapatkannya tarikan dinding dada
c. Bukan pneumonia
nafas sesuai dengan golongan usia yakni, kurang dari 50x per menit
untuk golongan usia 2 bulan hingga 12 bulan, kurang dari 40x per
DIAGNOSIS :
Anamnesis
Pasien dengan ISPA dapat datang dengan keluhan seperti rhinorrhea,
kongesti nasal, bersin, nyeri tenggorok, batuk, demam, dan lemas. Keluhan yang
dialami dapat terjadi selama 3-14 hari.
Keluhan common cold biasanya terjadi 2-3 hari setelah inokulasi. Keluhan
yang sering terjadi pada common cold adalah rhinorrhea, kongesti nasal, dan
bersin-bersin. Sekret nasal dapat tidak berwarna, atau berwarna keputihan sampai
kehijauan. Namun, warna dan kekentalan sekret tidak dapat membedakan patogen
penyebab virus ataupun bakteri.
Apabila bakteri patogen menyerang daerah faring, dapat ditemukan
adanya keluhan nyeri tenggorok atau keluhan nyeri saat menelan.
Pada laringitis dapat ditemukan keluhan batuk, post nasal drip, dan sulit
bernapas.
Pada tonsilitis dapat ditemukan keluhan nyeri saat menelan, sulit bernapas,
dan mendengkur saat tidur. Keluhan demam juga dapat terjadi terutama pada
anak-anak.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada ISPA tidak terlalu berbeda antara jenis satu dengan
lainnya. Secara umum, temuan pemeriksaan fisik pada ISPA dapat berupa eritema
dan edema mukosa nasal, rhinorrhea, halitosis, dan demam.
Pada faringitis viral dapat ditemukan eritema, eksudat, mukus yang
banyak dan kental, vesikel atau ulkus palatum, rhinorrhea, limfadenopati, dan
terkadang disertai konjungtivitis. Tanda lain yang juga bisa ditemukan adalah
hipertrofi tonsil, demam, dan terkadang diare.
Pada pasien dengan rhinosinusitis dapat ditemukan nyeri tekan daerah
paranasal, post nasal drip, dan dapat disertai polip nasi. Pada epiglotitis dapat
ditemukan disfonia, tripod postur, dan tanda distres napas. [2]
Menurut Pedoman IDSA (Infectious Disease Society of
America), beberapa tanda dan gejala berikut meningkatkan kemungkinan adanya
faringitis viral :
Conjunctivitis
Coryza
Batuk
Diare
Suara serak
Exanthem viral
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis umumnya bersifat suportif untuk meringankan gejala.
Antibiotik dan antiviral tidak selalu diperlukan pada pasien ISPA.
Terapi Simptomatik
Dekongestan oral atau topikal dapat membantu mengurangi keluhan pada
pasien dengan rhinorrhea. Sebaiknya dekongestan diberikan pada anak di atas 2
tahun karena efek sampingnya seperti gelisah, palpitasi, dan takikardia.
Dekongestan topikal seperti fenilepinefrin atau oxymetazoline lebih banyak
dipakai, sebaiknya digunakan 3-4 hari saja untuk menghindari efek rebound.
Antihistamin oral generasi satu dinilai memiliki efek antikolinergik
sehingga dapat digunakan untuk mengurangi rhinorrhea dan bersin. Antihistamin
yang biasanya digunakan adalah chlorpheniramine maleate
atau diphenhydramine.
Guaifenesin adalah mukolitik yang berfungsi untuk mengurangi sekresi
nasofaring. Guaifenesin dinilai dapat menurunkan sekresi dan meningkatkan
drainase pada pasien nasofaringitis atau rinosinusitis, namun bukti klinisnya
masih terbatas. Selain itu, codeine merupakan obat yang sering digunakan pada
pasien dengan keluhan batuk. Codeine berperan sebagai antitusif yang bekerja
secara sentral.
Antiviral
Pada pasien ISPA, antiviral biasanya tidak diperlukan. Antiviral bisa
dipakai pada pasien influenza yang terkonfirmasi atau jika
terjadi outbreak influenzae dimana manfaat lebih banyak dibandingkan risiko.
Antiviral diberikan pada pasien yang berisiko tinggi mengalami perburukan
gejala. Misalnya pada pasien yang sedang hamil, bayi usia < 6 bulan, pasien usia
> 65 tahun, pasien immunocompromised, dan pasien dengan morbid obesitas.
Regimen yang bisa digunakan adalah oseltamivir 2 x 75 mg hingga maksimal 10
hari.
Terapi Antibiotik
Kebanyakan kasus ISPA disebabkan oleh virus, sehingga penggunaan
antibiotik tidak efektif dan hanya boleh digunakan jika terdapat kecurigaan atau
konfirmasi adanya infeksi bakteri.
Tabel berikut menjabarkan berbagai keadaan dimana antibiotik dapat bermanfaat, serta
pilihan antibiotik yang bisa digunakan.
Tabel 1. Panduan Penggunaan Antibiotik pada ISPA
- Eritromisin 4 x 500 mg
selama 10 hari
Sinusitis S. pneumoniae, - Sinusitis yang berat - Amoxicillin 3 x 500 mg per
Bakteri H. influenzae, M. oral selama 7-10 hari hari
Akut catarrhalis - Sinusitis moderat yang tidak
membaik dalam 10 hari - Amoksisilin klavulanat 3 x
625 mg per oral selama 7-10
- Pasien anak hari hari
atau immunocompromised
- Klaritromisin : 2 x 500 mg
selama 7-10 hari hari
- Azithromycin : 500 mg
pada pemberian hari pertama,
kemudian 1 x 250 mg selama
4 hari
Epiglotitis H. influenzae Manifestasi yang berat, misalnya - Kloramfenikol 4 x 1 gram
obstruksi saluran napas secara intravena atau
intramuskular selama 5 hari
- Ceftriaxone 1 x 2 gram
secara intravena atau
intramuskular selama 5 hari
- Azithromycin 10-12
mg/kgBB sekali sehari
selama 14 hari [15,17]
KOMPLIKASI
◉ semusitis paranosal
◉ penutuban tuba eustachii
◉ Lanyingitis
◉ tracheitis
◉ bronchtis
◉ brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian karena adanya sepsis yang
meluas (Whaley and Wong, 2008 ).
PROGNOSIS
self-limited disease.
DAPUS :
◉ WHO. Model Prescribing Information – Drugs Used in Bacterial Infections.
http://apps.who.int/medicinedocs/pdf/s5406e/s5406e.pdf
◉ Wong DM, Blumberg DA, Lowe LG. Guidelines for the use of antibiotic in
acute upper respiratory tract infection. Am Fam Phys, 2006.
◉ https://emedicine.medscape.com/article/302460-overview Maneghetii A, Upper
Respiratory Infections.