Anda di halaman 1dari 11

ISPA

Definisi ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut yang lebih dikenal dengan ISPA

biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi ini diawali dengan

atau tanpa demam yang diserta dengan salah satu atau beberapa gejala

berikut ini, diantaranya sakit tenggorokan atau nyeri telan, pilek, dan batuk

baik kering ataupun berdahak.2 Infeksi ini bersifat akut, yang artinya

proses infeksi ini dapat berlangsung hingga 14 hari. 12 Infeksi ini

menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai

alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).5

Acute respiratory infection atau ISPA dapat menyerang saluran

pernafasan bagian atas ataupun bagian bawah. Infeksi akut yang mengenai

saluran pernafasan atas diantaranya rinitis, tonsillitis, faringitis,

rinosinusitis dan otitis media. Pada saluran pernafasan bawah diantaranya

epiglottis, croup, bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia.7


Tanda dan gejala ISPA

Tanda dan gejala ISPA dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:13

1. ISPA ringan

Anak dapat dinyatakan mengidap ISPA ringan apabila ditemukan satu

atau lebih dari beberapa gejala dibawah ini:

a. Batuk.

b. Serak, bersuara parau saat berbicara atau menangis.

c. Pilek.

d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 derajat.

2. ISPA sedang

Anak dapat dinyatakan mengidap ISPA sedang apabila ditemukan gejala

ISPA ringan yang disertai salah satu atau lebih gejala gejala dibawah ini:

a. Pernapasan cepat, yakni frekuensi nafas melebihi 60 kali per menit

untuk usia dibawah 2 bulan, frekuensi nafas lebih dari 50 kali per menit

untuk usia 2 bulan hingga <12 bulan atau frekuensi nafas melebihi 40

kali per menit pada usia 12 bulan - 5 tahun.

b. Suhu badan melebihi 39 derajat celsius.

c. Tenggorokan merah.

d. Timbul bercak bercak merah di kulit serupa dengan campak.

e. Telinga sakit atau keluarnya nanah dari lubang telinga.

f. Pernafasan berbunyi seperti orang mendengkur.


3. ISPA berat

Anak dapat dinyatakan mengidap ISPA berta apabila ditemukan gejala

ISPA ringan atau sedang yang disertai salah satu atau lebih gejala gejala

dibawah ini

a. Bibir atau kulit yang membiru.

b. Anak tidak sadarkan diri (terjadi penurunan kesadaran).

c. Pernafasan berbunyi seperti mendengkur serta anak tampak

gelisah.

d. Sela iga tertarik ke dalam pada saat bernafas.

e. Nadi cepat melebihi 160x per menit atau tidak teraba.

Penyebab terjadinya ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dapat disebabkan oleh

virus, bakteri dan jamur. Hampir 70% pneumonia disebabkan oleh bakteri

yang seringkali didahului oleh infeksi virus yang kemudian ditambah

dengan infeksi bakteri. Infeksi bakteri ini menjadi penyebab terkuat

kematian pada orang dengan ISPA yang berat. Virus yang paling sering

menjadi penyebab dari pneumonia adalah Respiratory Syncytial Virus

(RSV) dan Influenza. Sedangkan bakteri penyebab tersering ISPA adalah

Haemophilus influenza (20%) dan Streptococcus pneumonia (50%).

Bakteri lain yang juga dapat menjadi penyebab ISPA adalah Klebsiella

pneumonia dan Staphylococcus aureus. 38


Epidemiologi ISPA

ISPA atau acute respiratory infection sering terjadi pada anak anak

dikarenakan sistem pertahanan tubuh mereka yang belum matang

dibandingkan orang dewasa sehingga proses penyebaran penyakitnya lebih

cepat.4

Epidemik ISPA yang sering disebut penyakit musiman ini, pada

negara dengan empat musim berlangsung pada musim gugur dan musim

dingin, sekitar bulan Oktober – Maret. Pada negara tropis seperti di

Indonesia dapat berlangsung sepanjang tahun dengan puncaknya pada

musim hujan. Hal ini dikarenakan etiologi ISPA seperti bakteri atau virus

menyukai daerah dengan kelembapan dan temperatur yang rendah. Pada

pergantian musim, kejadian ISPA juga meningkat dikarenakan

menurunnya pertahanan tubuh oleh karena cuaca yang sering berubah.4

Episode batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sekitar 2-

3 kali dalam setahun.16 Infeksi ini menjadi salah satu penyebab utama

pasien ke tempat pelayanan kesehatan yakni puskesmas sebesar 40-60%

dan rumah sakit sebesar 15-30%.5


Klasifikasi ISPA

Berdasarkan anatominya, ISPA dibagi menjadi 2 kelompok, ISPA

atas dan ISPA bawah. Menurut Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran

Pernafasan Akut, derajat keparahan ISPA terbagi atas 2 kelompok usia,

yaitu: 5,13

4. Kelompok usia < 2 bulan, klasifikasinya adalah sebagai berikut:

a. Pneumonia Berat

Apabila dalam pemeriksaan didapatkan adanya penarikan kuat

dari dinding dada bagian bawah ke dalam yang sering disebut

dengan chest indrawing atau adanya nafas cepat melebihi 60 kali per

menit.

b. Bukan Pneumonia

Apabila tidak ditemukannya nafas cepat dan tarikan dinding

dada bagian bawah ke dalam.

5. Kelompok usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun, klasifikasinya

adalah sebagai berikut :

a. Pneumonia berat

Apabila didapatkan adanya penarikan kuat dari dinding dada

bagian bawah ke dalam.

b. Pneumonia

Apabila adanya nafas cepat, frekuensi nafasnya sesuai dengan

golongan usia yakni 50x atau lebih per menit pada usia 2 bulan

sampai dengan 1 tahun dan 40x atau lebih per menit pada usia 1 – 5
tahun. Dalam pemeriksaan tidak didapatkannya tarikan dinding dada

bagian bawah ke dalam.

c. Bukan pneumonia

Apabila dalam pemeriksaan tidak didapatkannya penarikan kuat

dinding dada bagian bawah ke dalam dan nafas cepat. Frekuensi

nafas sesuai dengan golongan usia yakni, kurang dari 50x per menit

untuk golongan usia 2 bulan hingga 12 bulan, kurang dari 40x per

menit untuk golongan usia 12 bulan hingga 5 tahun.

DIAGNOSIS :

Anamnesis
Pasien dengan ISPA dapat datang dengan keluhan seperti rhinorrhea,
kongesti nasal, bersin, nyeri tenggorok, batuk, demam, dan lemas. Keluhan yang
dialami dapat terjadi selama 3-14 hari.
Keluhan common cold biasanya terjadi 2-3 hari setelah inokulasi. Keluhan
yang sering terjadi pada common cold adalah rhinorrhea, kongesti nasal, dan
bersin-bersin. Sekret nasal dapat tidak berwarna, atau berwarna keputihan sampai
kehijauan. Namun, warna dan kekentalan sekret tidak dapat membedakan patogen
penyebab virus ataupun bakteri.
Apabila bakteri patogen menyerang daerah faring, dapat ditemukan
adanya keluhan nyeri tenggorok atau keluhan nyeri saat menelan.
Pada laringitis dapat ditemukan keluhan batuk, post nasal drip, dan sulit
bernapas.
Pada tonsilitis dapat ditemukan keluhan nyeri saat menelan, sulit bernapas,
dan mendengkur saat tidur. Keluhan demam juga dapat terjadi terutama pada
anak-anak.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada ISPA tidak terlalu berbeda antara jenis satu dengan
lainnya. Secara umum, temuan pemeriksaan fisik pada ISPA dapat berupa eritema
dan edema mukosa nasal, rhinorrhea, halitosis, dan demam.
Pada faringitis viral dapat ditemukan eritema, eksudat, mukus yang
banyak dan kental, vesikel atau ulkus palatum, rhinorrhea, limfadenopati, dan
terkadang disertai konjungtivitis. Tanda lain yang juga bisa ditemukan adalah
hipertrofi tonsil, demam, dan terkadang diare.
Pada pasien dengan rhinosinusitis dapat ditemukan nyeri tekan daerah
paranasal, post nasal drip, dan dapat disertai polip nasi. Pada epiglotitis dapat
ditemukan disfonia, tripod postur, dan tanda distres napas.  [2]
Menurut Pedoman IDSA (Infectious Disease Society of
America), beberapa tanda dan gejala berikut meningkatkan kemungkinan adanya
faringitis viral :
 Conjunctivitis
 Coryza
 Batuk

 Diare

 Suara serak

 Stomatitis ulseratif diskret

 Exanthem viral

Sedangkan tanda dan gejala berikut meningkatkan kemungkinan adanya


infeksi Streptococcus grup A :
 Nyeri tenggorokan mendadak
 Usia 5 – 15 tahun
 Demam
 Nyeri kepala
 Mual, muntah, atau nyeri perut
 Inflamasi tonsilofaringeal
 Patchy tonsillopharyngeal exudate
 Petechiae palatum
 Adenitis servikal anterior
 Riwayat paparan terhadap faringitis Streptococcal
 Ruam scarlatiniform
TATALAKSANA :
Penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dapat berupa
kompres hangat, perbanyak minum air putih, irigasi nasal, dan terapi
medikamentosa.
Terapi Non-farmakologis
Penyebab ISPA umumnya adalah virus, sehingga terapi biasanya hanya
bersifat suportif saja.
Memperbanyak Minum
Memperbanyak minum sebanyak 8 gelas atau lebih dapat menurunkan
sekresi mukosa dan menggantikan kehilangan cairan. Selain itu, minum air putih
serta jus dilaporkan dapat meningkatkan sistem imun.
Kompres Hangat
Lakukan kompres hangat pada daerah wajah untuk membuat pernapasan
lebih nyaman, mengurangi kongesti, dan membuat drainase lebih baik pada
rhinosinusitis. Gunakan lap hangat atau botol berisi air hangat yang diletakkan di
atas wajah dan pipi selama 5-10 menit sebanyak 3-4 kali dalam sehari jika
diperlukan.
Irigasi Nasal
Irigasi nasal dengan salin dapat meningkatkan kemampuan mukosa nasal
untuk melawan agen infeksius, dan berbagai iritan. Irigasi nasal dapat
meningkatkan fungsi mukosiliar dengan meningkatkan frekuensi gerakan siliar.
Irigasi nasal dapat dilakukan dengan menggunakan larutan salin isotonik (NaCl
0,9%) via spuit ataupun spray dengan frekuensi  2 kali dalam sehari.

Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis umumnya bersifat suportif untuk meringankan gejala.
Antibiotik dan antiviral tidak selalu diperlukan pada pasien ISPA.
Terapi Simptomatik
Dekongestan oral atau topikal dapat membantu mengurangi keluhan pada
pasien dengan rhinorrhea. Sebaiknya dekongestan diberikan pada anak di atas 2
tahun karena efek sampingnya seperti gelisah, palpitasi, dan takikardia.
Dekongestan topikal seperti fenilepinefrin atau oxymetazoline lebih banyak
dipakai, sebaiknya digunakan 3-4 hari saja untuk menghindari efek rebound.
Antihistamin oral generasi satu dinilai memiliki efek antikolinergik
sehingga dapat digunakan untuk mengurangi rhinorrhea dan bersin. Antihistamin
yang biasanya digunakan adalah chlorpheniramine maleate
atau diphenhydramine.
Guaifenesin adalah mukolitik yang berfungsi untuk mengurangi sekresi
nasofaring. Guaifenesin dinilai dapat menurunkan sekresi dan meningkatkan
drainase pada pasien nasofaringitis atau rinosinusitis, namun bukti klinisnya
masih terbatas. Selain itu, codeine merupakan obat yang sering digunakan pada
pasien dengan keluhan batuk. Codeine berperan sebagai antitusif yang bekerja
secara sentral.
Antiviral
Pada pasien ISPA, antiviral biasanya tidak diperlukan. Antiviral bisa
dipakai pada pasien influenza yang terkonfirmasi atau jika
terjadi outbreak influenzae dimana manfaat lebih banyak dibandingkan risiko.
Antiviral diberikan pada pasien yang berisiko tinggi mengalami perburukan
gejala. Misalnya pada pasien yang sedang hamil, bayi usia < 6 bulan, pasien usia
> 65 tahun, pasien immunocompromised, dan pasien dengan morbid obesitas.
Regimen yang bisa digunakan adalah oseltamivir 2 x 75 mg hingga maksimal 10
hari.
Terapi Antibiotik
Kebanyakan kasus ISPA disebabkan oleh virus, sehingga penggunaan
antibiotik tidak efektif dan hanya boleh digunakan jika terdapat kecurigaan atau
konfirmasi adanya infeksi bakteri.

Tabel berikut menjabarkan berbagai keadaan dimana antibiotik dapat bermanfaat, serta
pilihan antibiotik yang bisa digunakan.
Tabel 1. Panduan Penggunaan Antibiotik pada ISPA

Nama Bakteri Patogen Indikasi Antibiotik Pilihan Antibiotik


Penyakit Penyebab
Tersering
Faringitis S. pyogenes - Terdapat tiga tanda mayor : - Benzathine benzylpenicillin
Streptococcus demam > 38oC, nyeri tenggorokan 1,2 juta IU intramuskular
serogroup lain yang berat, dan tidak ada batuk- dosis tunggal
pilek
- Phenoxymethyl penicillin 4
- Diagnosis terkonfirmasi dari x 500 mg selama 10 hari
kultur atau tes antigen cepat
- Amoxicillin 3 x 500 mg per
oral selama 10 hari

- Eritromisin 4 x 500 mg
selama 10 hari
Sinusitis S. pneumoniae, - Sinusitis yang berat - Amoxicillin 3 x 500 mg per
Bakteri H. influenzae, M. oral selama 7-10 hari hari
Akut catarrhalis - Sinusitis moderat yang tidak
membaik dalam 10 hari - Amoksisilin klavulanat 3 x
625 mg per oral  selama 7-10
- Pasien anak hari hari
atau immunocompromised
- Klaritromisin :  2 x 500 mg
selama 7-10 hari hari

- Azithromycin : 500 mg
pada pemberian hari pertama,
kemudian 1 x 250 mg selama
4 hari
Epiglotitis H. influenzae Manifestasi yang berat, misalnya - Kloramfenikol 4 x 1 gram
obstruksi saluran napas secara intravena atau
intramuskular selama 5 hari

- Ceftriaxone 1 x 2 gram
secara intravena atau
intramuskular selama 5 hari

- Pada neonatus : cefotaxime


50 mg/kgBB setiap 8 jam
secara intravena atau
intramuskular selama 5 hari
Difteria C. diphteriae Harus diberikan antibiotik dan - Eritromisin 40-50
antitoksin segera mg/kg/hari per oral atau
intravena setiap 6 dengan
dosis maksimal 2 g/hari
selama 14 hari.

- Azithromycin 10-12
mg/kgBB sekali sehari
selama 14 hari [15,17]
KOMPLIKASI
◉ semusitis paranosal
◉ penutuban tuba eustachii
◉ Lanyingitis
◉ tracheitis
◉ bronchtis
◉ brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian karena adanya sepsis yang
meluas (Whaley and Wong, 2008 ).
PROGNOSIS
self-limited disease.

DAPUS :
◉ WHO. Model Prescribing Information – Drugs Used in Bacterial Infections.
http://apps.who.int/medicinedocs/pdf/s5406e/s5406e.pdf
◉ Wong DM, Blumberg DA, Lowe LG. Guidelines for the use of antibiotic in
acute upper respiratory tract infection. Am Fam Phys, 2006.
◉ https://emedicine.medscape.com/article/302460-overview Maneghetii A, Upper
Respiratory Infections.

Anda mungkin juga menyukai