OLEH :
ANNISA LEVIANI (176711124)
DARA RUSMIDA (176710116)
IRMA DAYANTI (176710040)
ISNAINI NURILAHI (176710026)
MAISARAH (176710665)
RIZKI NADI PRATAMA (176710493)
VIVI MAYARTI (176710092)
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................3
BAB IV PENUTUP......................................................................................13
4.1 Kesimpulan..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Konsep Persepsi
Persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin
“perceptio”, dari “perciper” yang artinya menerima atau mengambil (Sobur,
2003: 445). Menurut istilah, para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-
beda mengenai persepsi. Leavitt dalam Sobur (2003: 445) mendefinisikan
persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Desiderato
dalam Rahmat (2007: 51), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Jadi persepsi adalah memberikan makna stimuli inderawi.
Yusuf (1991: 108) menyebut persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan.
Pareek dalam Sobur (2003: 446) memberikan definisi lebih luas terhadap
persepsi, yaitu proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan,
menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indra atau data.
Menurut Walgito (2010: 99), persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus
oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses
itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses
selanjutnya merupakan proses persepsi. Oleh karenanya proses persepsi tidak bisa
lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses
pendahulu dari proses persepsi. Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat,
pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera, yaitu melalui mata
sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung sebagai alat
pembauan, lidah sebagai alat pengecapan, dan kulit pada telapak tangan sebagai
alat perabaan, kesemuanya itu merupakan alat indera yang digunakan untuk
menerima stimulus dari luar individu. Stimulus yang diindera itu kemudian
diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti
tentang apa yang diindera itu, dan proses ini disebut persepsi.
5
Dari berbagai pengertian persepsi di atas, dapat disimpulkan bahwa
persepsi adalah cara individu dalam memandang, mengartikan, memaknai,
menyimpukan dan memberikan reaksi kepada suatu objek yang diperoleh melalui
proses penginderaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian objek.
Menurut Sobur (2003: 452), ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari kebutuhan
psikologis individu, latar belakang, pengalaman masa lalu, kepribadian, sikap dan
kepercayaan umum, serta penerimaan diri, sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi persepsi adalah intensitas rangsangan, ukuran, kekontrasan
rangsangan, gerakan, ulangan, keakraban, serta sesuatu yang baru.
7
interpersonal dan kemampuan dalam komunikasi harus tetap dilatih dalam
kehidupan bermasyarakat.
4. Berkolaborasi : memahami dan memakai pembelajaran interaksi dan
kolaborasi. Mahasiswa harus mampu berinteraksi antar mahasiswa lainnya
ataupun dengan dosen pada sebuah forum yang telah disediakan, karena
dalam pembelajaran daring yang melaksanakan adalah mahasiswa itu
sendiri. Interaksi tersebut diperlukan terutama ketika mahasiswa
mengalami kesulitan dalam memahami materi. Mahasiswa juga akan
dilatih supaya mampu berkolaborasi baik dengan lingkungan sekitar atau
dengan bermacam sistem yang mendukung pembelajaran daring.
5. Keterampilan untuk belajar mandiri: salah satu karakteristik pembelajaran
daring adalah kemampuan dalam belajar mandiri. Belajar yang dilakukan
secara mandiri sangat diperlukan dalam pembelajaran daring. Karena
ketika proses pembelajaran, mahasiswa akan mencari, menemukan sampai
dengan menyimpulkan sendiri yang telah ia pelajari. Ketika belajar secara
mandiri, dibutuhkan motivasi sebagai penunjang keberhasilan proses
pembelajaran secara daring.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Pembelajaran daring menjadi alternatif perguruan tinggi untuk keluar dari
krisis pandemi COVID19 yang berkepanjangan. Penggunaan virtual learning
dalam proses pembelajaran jarak jauh diyakini memberikan kemudahan belajar,
menjadikan sarana untuk dapat berkomunikasi secara langsung via dunia maya,
dan menghindari kontak fisik agar mencegah penularan COVID-19. Interaksi
langsung antara dosen dan mahasiswa, yang dapat merangsang pikiran, perasaan
dan kemauan peserta didik. Melalui interaksi langsung, dosen mampu
mewujudkan suasana belajar dan proses belajar pembelajaran sesuai dengan
karakter dan kebutuhan mahasiswa serta pencapaian tujuan pendidikan. Demi
mengurangi persebaran virus COVID-19, pemerintah telah membuat kebijakan
yakni physical distancing yang diantaranya berupa kebijakan khusus para peserta
didik dimulai dari TK, SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi belajar dari
rumah. Pendidik/guru, dosen, siswa, mahasiswa serta orang tua, berinteraksi
melalui teknologi. Mendikbud dengan tegas menyatakan bahwa ruang aktivitas
belajar dipindahkan dari sekolah ke rumah sehingga proses pembelajaran tetap
berjalan seperti biasa. Salah satu cara dalam pembelajaran jarak jauh yang
dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran daring atau online.
Pemanfaatan tekhnologi di era globalisasi dapat dimaksimalkan dalam situasi
seperti ini. Beberapa hal yang menjadi kendala dalam penerapan pembelajaran
online diantaranya kuota internet yang terbatas dan masih belum familiarnya
tenaga pendidik beserta peserta didik dalam mengaplikasikannya.
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran “dalam jaringan” sebagai
terjemahan dari istilah online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan
komputer pembelajaran daring (online) sebagai strategi pembelajaran yang
menyenangkan bagi pembelajar (mahasiswa) karena dapat menyimaknya dengan
melalui smartphone, laptop, maupun komputer bukan hanya sekedar menyimak
buku. Pembelajaran daring memiliki beberapa manfaat, di antaranya dapat (1)
meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara mahasiswa dengan dosen, (2)
memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dimana dan kapan saja, (3)
9
menjangkau mahasiswa dalam cakupan yang luas, dan (4) mempermudah
penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran. Aktivitas belajar
mahasiswa dengan pembelajaran daring (online) dapat membuat mahasiswa tidak
merasa bosan, semakin tertarik, dan aktif dalam mengikuti pembelajaran, (5)
Kebermaknaan belajar, kemudahan mengakses, dan peningkatan hasil belajar.
Penerapan pembelajaran daring menimbulkan persepsi yang berbeda dari
masing-masing individu. Beragam persepsi muncul baik persepsi positif maupun
persepsi negatif tergantung dari individu itu sendiri. Hal ini juga terjadi pada
pembelajaran daring bagi mahasiswa Sendratasik UIR pada mata kuliah seni tari
yang menimbulkan berbagai persepsi yang didapat dari hasil wawancara.
Pertanyaan wawancara terkait dengan bagaimana persepsi mahasiswa tentang
pembelajaran daring pada mata kuliah tari. Berikut beberapa hasil wawancara
yang dilakukan dengan mahasiswa Sendratasik UIR :
Wawancara dengan mahasiswa 1 :
“Mata kuliah praktek tari secara daring ini susah untuk di mengerti atau
dipraktekkan. Karena keterbatasan ruang dengan dosen. Kalau biasanya
dosen langsung yang mengajarkan. Namun sekarang harus latihan
melalui video yang dibagikan dosen pada kelas online.”
Wawancara dengan mahasiswa 2 :
“Tidak efektifnya pembelajaran daring di mata kuliah tari. Karena kami
masuk lewat ZOOM metting dan mempraktekkan gerakan tari itu banyak
kendalanya. Seperti kendala jaringan yang membuat delay gerakan dan
musik kadang tidak sinkron.”
Wawancara dengan mahasiswa 3 :
“Menurut saya hal yang paling utama menjadi kendala kuliah online ini
adalah jaringan internet dan kuota, karena tidak semua yang mendapat
kuota belajar gratis. Ditambah dengan tugas yang begitu banyak dan
menumpuk. ”
Wawancara dengan mahasiswa 4 :
“Memang ada beberapa kendala dalam kuliah daring untuk praktek tari,
namun belajar melalui daring ini membuat kita menjadi mandiri dan
10
mampu memecahkan masalah sendiri. Selain itu kita menjadi lebih kreatif
dan terampil.”
Wawancara dengan mahasiswa 5 :
“Kuliah online ini kita dituntut untuk belajar sendiri dengan bantuan
video atau tutorial gerakan dari dosen. Ini sangat sulit dilakukan karena
tidak diajarkan secara langsung. Kadang terkendala diproses pengiriman
kalau durasi videonya panjang akan terpotong.”
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pembelajaran daring menjadi alternatif perguruan tinggi untuk keluar dari
krisis pandemi COVID19 yang berkepanjangan. Pembelajaran daring merupakan
pembelajaran “dalam jaringan” sebagai terjemahan dari istilah online yang
bermakna tersambung ke dalam jaringan komputer pembelajaran daring (online)
sebagai strategi pembelajaran yang menyenangkan bagi pembelajar (mahasiswa)
karena dapat menyimaknya dengan melalui smartphone, laptop, maupun
komputer bukan hanya sekedar menyimak buku. Penerapan pembelajaran daring
menimbulkan persepsi yang berbeda dari masing-masing individu. Beragam
persepsi muncul baik persepsi positif maupun persepsi negatif tergantung dari
individu itu sendiri. Hal ini juga terjadi pada pembelajaran daring bagi mahasiswa
Sendratasik UIR pada mata kuliah seni tari yang menimbulkan berbagai persepsi
yang didapat dari hasil wawancara. Beberapa point yang didapat dari hasil
wawancara yaitu : sulitnya praktek seni tari melalui pembelajaran daring, kendala
jaringan dan kuota internet, sulitnya mengirim tugas video praktek tari untuk
diserahkan ke dosen, dan mahasiswa menjadi mandiri.
13
DAFTAR PUSTAKA
14