Anda di halaman 1dari 41

FISIOTERAPI DADA

Resti Y Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB


Nina D Lestari, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Kom

Tujuan Praktikum:

Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan intervensi penatalaksanaan jalan nafas menggunakan


fisioterapi dada

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

• Menjelaskan rasional pelaksanaan fisioterapi dada


• Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi pelaksanaan fisioterapi dada
• Menjelaskan efek samping pelaksanaan fisioterapi dada
• Mendemonstrasikan pelaksanaan fisioterapi dada dari persiapan hingga
terminasi
• Menjelaskan hal yang dievaluasi pada pasien yang mendapatkan fisioterapi dada
• Menjelaskan hal yang didokumentasikan pada pasein yang mendapatkan
fisioterapi dada

Skenario Seorang perempuan usia 65 tahun dirawat di ruang rawat


inap. Berdasarkan pemeriksaan fisik, terdapat banyak
sekret di dalam saluran pernapasannya. Klien
mengatakan, sulit mengeluarkan dahaknya.

Masalah
1. Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada kasus tersebut?
2. Pemeriksaan fisik apa yang dilakukan sebelum fisioterapi dada dilakukan?
3. Pemeriksaan diagnostic apa yang perlu dilakukan?
4. Bagaimana cara melakukan fisioterapi dada
5. Bagaimana cara mengetahui efektifitas fisioterapi dada?
Materi View
FISIOTERAPI DADA (FTD)
Definisi
FTD merupakan salah satu program perawatan pada sistem respirasi
dengan membersihkan paru-paru dari akumulasi secret. FTD menggunakan
gravitasi dan terapi fisik untuk membantu secret keluar dari paru dan untuk
menstimulasi batuk. FTD dilakukan melalui kombinasi beberapa cara, yaitu:
postural drainase, perkusi menggunakan telapak tangan/ face mask, vibrasi dada,
latihan pernapasan dan batuk.

Tujuan
Tujuan utama fisioterapi dada adalah untuk membantu mengeluarkan secret
trakheobronkial.
Selain itu tujuan lainnya adalah
1. Menurunkan resistensi jalan nafas
2. Menghilangkan obstruksi di jalan nafas
3. Meningkatkan pertukaran gas
4. Menurunkan kerja pernapasan
5. Merangsang batuk
6. Meningkatkan ekspansi dada

Indikasi
FTD dilakukan pada pasien yang:
1. Berbaring lama
2. Batuk tidak efektif
3. Atelektasis
4. Ronchi (+)
Beberapa pasien yang memerlukan fisioterapi adalah pasien dengan diagnosa
medis :
1. Cystic Fibrosis
FTD bertujuan untuk menghilangkan sekresi yang exesif, sehingga dapat
meningkatkan ventilasi dalam waktu yang singkat.
2. Pneumonia
3. Bronchiolitis
4. Asthma
5. Menghirup benda asing
6. Atelektasis akut
7. Postextubasi
8. Penyakit paru kronis

Sedangkan kontra indikasi perkusi dan fibrasi adalah pada pasien yang:
1. Fraktur tulang iga
2. Edema paru
3. Mengalami perdarahan paru
4. Terpasang WSD
5. Operasi pada daerah dada
6. Trombocytopeni

Postural Drainase (Drainase Bronkial Segmental)

Definisi dan Tujuan


Postural drainase merupakan salah satu tindakan fisioterapi dada dengan
menggunakan posisi spesifik yang memungkinkan gaya gravitasi untuk membantu
dalam membuang sekresi bronkial. Sekresi mengalir dari bronkiolus yang terkena
ke dalam bronki dan trakea dan membuangnya dengan membatukkan atau
pengisapan. Postural drainase digunakan untuk menghilangkan atau mencegah
obstruksi bronkial yang disebabkan oleh akumulasi secret.

Metode
Latihan postural drainase dapat diarahkan pada semua segmen paru. Bronkus
lobus yang lebih rendah dan lobus tengah mengalir lebih efektif jika kepala
rendah; bronkus lobus yang atas mengalir lebih efektif bila kepala tegak. Seringnya
pasien dibaringkan dalam lima posisi, satu posisi untuk mendrainase setiap lobus.
Kepala lebih rendah, pronasi, lateral kanan dan kiri, dan duduk tegak. Pasien
diinstruksikan untuk tenang dalam setiap posisi selama 10-15 menit dan untuk
menghirup udara dengan lambat melalui hidung kemudian menghembuskan
napas dengan perlahan melalui bibir yang dirapatkan untuk membantu
mempertahankan jalan napas tetap terbuka sehingga sekresi dapat dialirkan
dalam berbagai posisi.

Waktu
Postural drainase biasanya dilakukan dua sampai empat kali sehari yaitu sebelum
makan (untuk mencegah mual, muntah, dan aspirasi) dan saat waktu menjelang
tidur. Jika diresepkan bronkodilator, water steril, NaCl dapat dinebulisasikan dan
dihirup sebelum postural drainase dilakukan untuk mendilatasi bronkiolus,
mengurangi bronkospasme, menurunkan kekentalan lendir dan sputum, dan
mengatasi edema dinding bronkial. Sebelum melakukan postural drainase lakukan
auskultasi paru untuk mengidentifikasi area yang membutuhkan drainase.
Perkusi dan Vibrasi dada
Tujuan
Perkusi dan vibrasi dada bertujuan untuk mengeluarkan atau melepaskan sekresi
kental yang sulit untuk dibatukkan. Proses ini membantu melepaskan mucus yang
melekat pada bronkiolus dan bronkus.

Prosedur
Perkusi
Perkusi dilakukan dengan membentuk mangkuk pada telapak tangan dan dengan
ringan ditepukkan pada dinding dada dalam gerakan berirama di atas segmen paru
yang dialirkan. Pergelangan tangan secara bergantian fleksi dan ekstensi sehingga
dada dipukul dan ditepuk dalam cara yang tidak menimbulkan nyeri. Pakaian halus
atau handuk dapat diletakkan di atas segmen dada yang ditepuk untuk mencegah
iritasi kulit dan kemerahan akibat kontak langsung. Perkusi bergantian dengan
vibrasi, dilakukan selama 3 sampai 5 menit untuk setiap posisi. Pasien
menggunakan pernapasan diafragmatik selama prosedur untuk meningkatkan
relaksasi.

Vibrasi
Vibrasi adalah teknik memberikan kompresi dan getaran manual pada dinding
dada selama fase ekshalasi pernapasan. Maneuver ini membantu untuk
meningkatkan velositas udara yang diekspirasi dari jalan napas yang kecil, dengan
demikian membebaskan mucus. Setelah tiga atau empat kali vibrasi pasien
didorong untuk batuk, dengan menggunakan otot-otot abdomen.
Mengkontraksikan otot-otot abdomen meingkatkan keefektifan batuk.
Intervensi Keperawatan
Ketika melakukan fisioterapi dada, pastikan pasien sudah dalam posisi nyaman,
pasien tidak mengenakan pakaian ketat, dan pasien tidak baru saja makan. Area
yang paling atas dari paru ditangani pertama kali. Posisi beragam, tetapi focus
ditekankan pada area yang termaksud. Tindakan dihentikan jika terdapat gejala-
gejala sebagai berikut: nyeri meningkat, napas pendek meningkat, kelemahan,
kepala pening, atau hemoptisisi. Terapi diindikasikan sampai pasien mempunyai
pernapasan normal, dapat memobilisasi secret, dan mempunyai bunyi napas
normal, dan bila gambaran rontgen dada normal.

Permatasari, Y., Romdzati., Arianti. 2015. Buku Panduan Blok Respirasi. Yogyakarta: PSIK
FKIK UMY
Smeltzer, SC & Bare, BG. (2005). Brunner & Suddarth’s Textbook of medical nursing.
Philadelphia: Lippincott
CEKLIST FISIOTERAPI DADA

Raw Score C D Score

Tahapan Prosedur 0,1,2,3,4,5 1,2,3 1,2,3 Actual Max


score
RxCxD
1 Baca catatan keperawatan atau catatan medis 0 1 2 1 2
2 Tentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan 0 1 2 1 2
3 Cuci tangan 6 langkah sebelum menyiapkan alat 0 1 3 1 3
Persiapan alat:
- Bantal
Pra Interaksi - Bengkok
4 - Tissue 0 1 3 1 3
- Sarung Tangan (bila perlu)
- Stetoskop
- Kain penutup
- Gelas berisi air minum
5 Cuci tangan 6 langkah sebelum ke pasien 0 1 3 1 3
1 Ucapkan salam dan perkenalkan diri 0 1 2 1 1 2
Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan umur pasien atau
nama dan alamat pasien, serta cek gelang identitas pasien

Contoh : “Berdasarkan prosedur keselamatan pasien di rumah


2 0 1 2 3 2 1 6
sakit/puskesmas, bapak/ibu bisa menyebutkan nama dan umur atau
nama dan alamat. Baik bapak/ibu, saya cek gelang identitasnya. Benar
Orientasi sekali ya bapak, identitasnya sudah sesuai dengan tindakan yang
direncanakan (sebutkan tindakannya)
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada
3 0 1 2 2 1 4
pasien/keluarga
Berikan/Sampaikan tindakan pengurangan nyeri (non
4 0 1 2 1 2
farmakologis/farmakologis) pada saat tindakan invasif dilakukan *
5 Kontrak waktu 0 1 1 1 1
6 Beri kesempatan pasien untuk bertanya 0 1 1 1 1
Raw Score C D Score

Tahapan Prosedur 0,1,2,3,4,5 1,2,3 1,2,3 Actual Max


score
RxCxD
7 Minta persetujuan pasien/keluarga 0 1 2 1 2
8 Dekatkan alat di dekat pasien 0 1 1 1 1
9 Jaga privasi, keamanan, dan kenyamanan pasien 0 1 2 1 2
1 Baca basmalah sebelum melakukan tindakan 0 1 2 1 2
2 Cuci tangan 6 langkah sebelum tindakan 0 1 3 1 3
3 Gunakan sarung tangan bersih 0 1 3 1 3
4 Atur posisi pasien 0 1 3 1 3
5 Hitung frekuensi pernapasan 0 1 3 1 3
6 Kaji pengembangan paru 0 1 3 2 6
7 Auskultasi suara paru pasien pada semua lobus paru 0 1 3 2 6
8 Minta pasien untuk bernapas dalam dan batuk 0 1 2 3 2 12
Dengarkan kembali suara paru pada semua lobus untuk menentukan
9 0 1 3 3 9
besar lokasi bendungan dan sumbatan
Kerja POSTURAL DRAINASE: TINDAKAN LOBUS ATAS
Minta pasien untuk mengatur 4 posisi berikut dengan posisi tempat tidur datar (kepala tidak menggunakan bantal):
10 Minta pasien untuk berbaring (bila tidak mampu, dibantu) 0 1 3 3 9
11 Posisikan pasien miring kanan (sudut 45o) selama 15 menit 0 1 3 3 9
12 Posisikan pasien terlentang (sudut 30 o - 45 o) selama 15 menit 0 1 3 3 9
13 Posisikan pasien tengkurap (sudut 30 o - 45 o) selama 15 menit 0 1 3 3 9
POSTURAL DRAINASE: TINDAKAN LOBUS BAWAH
Minta pasien untuk mengatur 6 posisi berikut, masing – masing selama 15 menit sambil meminta pasien untuk menghirup napas dengan
lambat melalui hidung dan kemudian menhembuskan napas dengan perlahan dengan bibir.
Tempatkan pasien dengan posisi miring menggunakan bantal atau
14 tempat tidur dinaikkan dengan posisi kaki lebih tinggi daripada 0 1 3 3 9
kepala (30o – 45o)
Raw Score C D Score

Tahapan Prosedur 0,1,2,3,4,5 1,2,3 1,2,3 Actual Max


score
RxCxD
Posisikan pasien miring kiri dengan lengan kanan dibawah kepala,
15 0 1 3 3 9
tangan yang satu sejajar dengan badan (45 o)
Posisikan pasien miring kiri dengan lengan kanan dibawah kepala,
16 0 1 2 3 3 18
tangan yang satu didepan badan (45 o)
17 Posisikan pasien tengkurap 0 1 3 3 9
Posisikan pasien miring kanan dengan lengan kiri dibawah kepala,
18 0 1 2 3 3 18
tangan yang satu sejajar dengan badan (90o)
Posisikan pasien miring kanan dengan lengan kiri dibawah kepala,
19 0 1 2 3 3 18
tangan yang satu didepan badan (90O)
20 Posisikan pasien terlentang dengan kedua tangan disamping 0 1 2 3 2 12
PERKUSI
21 Tentukan area thorax (dada) yang akan diperkusi 0 1 3 2 6
Tutupi pasien dengan kain pada area yang akan diperkusi (untuk
22 mencegah iritasi yang disebabkan oleh tepukan tangan ke dinding 0 1 3 1 3
dada)
Ajarkan pasien bernapas dengan pernapasan diafragma (pernapasan
perut)
Teknik Pernapasan Diafragma:
- Letakkan tangan kiri pasien diatas perut pasien
- Letakkan tangan kanan pasien diatas dada pasien
23 - Instruksikan menghirup napas sekuat mungkin melalui 0 1 2 3 4 3 3 36
hidung (2 detik) dan hembuskan melalui mulut secara
perlahan (4 detik).
- Selama pernapasan tersebut, tangan kiri pasien ikut bergerak
ke atas selama inspirasi dan tangan kanan pasien tetap
ditempatnya.
Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diafragma selama
24 0 1 3 3 9
tindakan perkusi berlangsung
Lakukan tepukan pada setiap lokasi yang seudah ditentukan
25 menggunakan telapak tangan yang dicekungkan atau masker selama 0 1 3 3 9
2 – 3 menit
Raw Score C D Score

Tahapan Prosedur 0,1,2,3,4,5 1,2,3 1,2,3 Actual Max


score
RxCxD
VIBRASI
Letakkan telapak tangan pertama diatas rongga dada pasien sesuai
26 lokasi yang akan dilakukan vibrasi dan telapak tangan yang lain diatas 0 1 2 3 3 18
punggung tangan pertama
Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik pernapasan
27 0 1 3 2 6
diafragma selama tindakan vibrasi
Berikan getaran pada saat pasien ekspirasi. Lakukan prosedur ini
28 0 1 3 3 9
selama 2 – 3 menit.
LATIHAN NAPAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF
29 Atur posisi pasien : Fowler / Semi Fowler/ Supinasi 0 1 3 2 6
Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diafragma
30 0 1 3 3 9
sebanyak 3 kali pengulangan
Dekatkan bengkok kearah mulut pasien sebagai penampung mucus /
31 0 1 3 1 3
sekret
Instruksikan pasien untuk tarik nafas kemudian tahan napas selama
32 0 1 2 3 2 12
2 – 3detik
Minta pasien untuk menghembuskan napas dengan membuka mulut
33 0 1 2 3 2 12
sambil membatukkan
34 Ulangi 3 kali batuk efektif atau sampai sekret (mukus) keluar 0 1 3 2 6
35 Minta pasien untuk berkumur 0 1 3 2 6
36 Kaji ulang frekuensi napas 0 1 3 2 6
37 Auskultasi suara paru di semua lobus paru 0 1 3 2 6
38 Posisikan pasien seperti semula 0 1 3 1 3
39 Bereskan alat 0 1 3 1 3
40 Lepas sarung tangan 0 1 3 1 3
41 Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 2 1 2
42 Cuci tangan 6 langkah setelah tindakan 0 1 3 1 3
Raw Score C D Score

Tahapan Prosedur 0,1,2,3,4,5 1,2,3 1,2,3 Actual Max


score
RxCxD
1 Simpulkan hasil kegiatan 0 1 2 1 2
Edukasi pasien minum air hangat untuk membantu memudahkan
2 0 1 3 2 6
pengeluaran sekret
3 Evaluasi respon pasien 0 1 2 1 2
4 Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien 0 1 1 1 1
Terminasi
Doakan kesembuhan pasien :
5 Allahuma Robbanas, adzi-hibil ba’sa-isyfi antasy-syafi, laa syifa’a- 0 1 2 2 4
syifa’uka, syifa’an laa-yughadiru saqoman
6 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 0 1 1 1 1
7 Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam 0 1 1 1 1
1 Tanggal dan jam pelaksanaan 0 1 2 2 1 4
Data (DS / DO sebelum tindakan) 0 1 2 2 1 4
Dokumentasi 2 Action / Tindakan Keperawatan yang dilakukan 0 1 2 1 2
Respon (DS / DO sesudah tindakan) 0 1 2 2 1 4
3 Nama dan tanda tangan ners 0 1 2 1 1 2
1 Empati 0 1 2 1 2
2 Teliti 0 1 2 1 2
Soft Skills 3 Hati-hati 0 1 2 1 2
4 Menunjukkan perilaku professional 0 1 2 1 2
5 Pakaian rapi dan tertib sesuai tata tertib 0 1 2 1 2
RANGE OF MOTION
(ROM)

Disusun Oleh: Nurvita Risdiana, S.Kep., Ns., M. Sc.

Tujuan Instruksional Umum:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian ROM


2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukan ROM
3. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam ROM

Skenario

Seorang pasien berumur 70 tahun, terbaring sakit selama 14


hari. Pasien mengeluh badannya terasa lemah dan kaku. Ners
melakukan ROM pada pasien tersebut.

Pertanyaan Minimal:

1. Mengapa perlu dilakukan ROM?

Masalah Keperawatan:

1. Impaired Physical Mobility


2. Activity intolerance
3. Fatigue
4. Pain
5. Deficient knowledge regarding ROM exercise techniques

ROM
Range of Motion (ROM) disebut juga rentang pergerakan sendi. ROM bermanfaat
untuk meningkatkan rentang gerak, kekuatan otot, stabilitas sendi dan kardiovaskuler.
ROM dapat dilakukan secara aktif atau pasif. ROM yang dilakukan secara aktif maupun pasif
akan meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan pada otot ataupun sendi. Tipe ROM dilakukan
berdasarkan tingkat keparahan luka, diagnosis pasien dan tipe prosedur operasi. ROM
dilakukan kurang lebih 10 kali gerakan untuk mempertahankan stabilitas rentang gerak.
Tipe ROM

1. ROM Pasif
ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan dengan menggunakan
tenaga dari luar tanpa kontraksi otot secara aktif. ROM pasif dapat dilakukan oleh
terapis atau orang lain selain klien. Tujuan dilakukan ROM pasif adalah untuk
mencegah kontraktur sendi, mempertahankan rentang pergerakan sendi dan
suatu metode yang aman digunakan pada kelemahan otot dan paralisis. ROM pasif
akan menstimulasi proses penyembuhan.
2. ROM aktif
a. Aktif asistif
Pada metode ini otot digerakkan secara aktif dengan bantuan tenaga dari
luar seperti terapis atau dilakukan sendiri oleh klien dengan bantuan bagian
ekstremitas yang lain. ROM dengan aktif asistif dapat meningkaykan
fleksibilitas, kekuatan otot dan meningkatkan koordinasi otot. Pada saat
latihan ROM dengan aktif asistif, klien harus dibantu dalam melakukan
rentang geraknya, karena berlebihnya tekanan otot yang digunakan pada saat
latihan dapat menyebabkan nyeri. ROM dengan aktif asistif diindikasikan pada
pasien dengan program untuk menguatkan otot.
b. Aktif
ROM aktif adalah latihan rentang gerak dengan melibatkan kontraksi otot
dengan cara melawan gaya gravitasi. ROM aktif dilakukan pada pasien yang
secara progresif terjadi peningkatan kekuatan otot.
c. Aktif resistif
ROM aktif resistif adalah kontraksi otot secara aktif melawan tahanan.
Tahanan terhadap otot dapat berupa beban berat, manual resistance, atau
weight bearing. Aktif resistif digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan
stabilitas otot.
Tabel 1. ROM and ADL (Activity Daily Living)
Joint exercised Activity of Daily Living Movement

Neck Nodding head yes Flexion

Shaking head no Rotation

Moving right ear to right shoulder Lateral flexion

Moving left ear to left shoulder Lateral flexion

Shoulder Reaching to turn on overhead light Flexion, extension

Reaching to bedside stand for book Hyperextension

Rotating shoulders toward chest Abduction

Rotating shoulders towards back Adduction

Elbow Eating, bathing, shaving, grooming Flexion, extension

Wrist Eating, bathing, shaving, grooming Flexion, extension,


hyperextension, abduction,
adduction

Fingers and thumb All activities requiring fine motor Flexion, extension,
coordination (e.g writing, eating, abduction, adduction,
painting) opposition

Hip Walking Flexion, extension,


hyperextension
Moving to side-lying position Flexion, extension,
abduction
Moving from side-lying position Extension, adduction
Rolling feet inward Internal rotation
Rolling feet outward External rotation
Knee Walking Flexion, extension

Moving to and from side-lying Flexion, extension


position
Ankle Walking Dorsoflexion, plantar
flexion

Moving toe toward head of bed Dorsoflexion


Moving toe toward foot to bed Plantarflexion

Toes Walking Extension, hiperextension

Wiggling toes Abduction, adduction


CEKLIST ROM

Raw Score C D Score

Tahapan Prosedur 0,1,2,3,4,5 1,2,3 1,2,3 Actual


Max
RxCx score
D
1 Baca catatan keperawatan atau catatan medis 0 1 2 1 2
2 Tentukan kebutuhan pasien untuk prosedur ROM 0 1 2 1 2
3 Cuci tangan 6 langkah sebelum menyiapkan alat 0 1 3 1 3
Pra Interaksi Persiapan alat:
4 0 1 3 1 3
- Hand rub
5 Cuci tangan 6 langkah sebelum ke pasien 0 1 3 1 3
1 Ucapkan salam dan perkenalkan diri 0 1 2 1 1 2
Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan umur
pasien atau nama dan alamat pasien, serta cek gelang
identitas pasien

2 Contoh : “Berdasarkan prosedur keselamatan pasien di rumah 0 1 2 3 2 1 6


sakit/puskesmas, bapak/ibu bisa menyebutkan nama dan umur
Orientasi atau nama dan alamat. Baik bapak/ibu, saya cek gelang
identitasnya. Benar sekali ya bapak, identitasnya sudah sesuai
dengan tindakan yang direncanakan (sebutkan tindakannya)
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
3 0 1 2 2 1 4
kepada pasien/keluarga
4 Kontrak waktu 0 1 1 1 1
5 Beri kesempatan pasien untuk bertanya 0 1 1 1 1
6 Minta persetujuan pasien/keluarga 0 1 2 1 2
Raw Score C D Score

Tahapan Prosedur 0,1,2,3,4,5 1,2,3 1,2,3 Actual


Max
RxCx score
D
7 Dekatkan alat di dekat pasien 0 1 1 1 1
8 Jaga privasi, keamanan, dan kenyamanan pasien 0 1 2 1 2
1 Baca basmalah sebelum melakukan tindakan 0 1 2 1 2
2 Cuci tangan 6 langkah sebelum tindakan 0 1 3 1 3
3 Menanyakan keluhan utama 0 1 2 1 2
Menanyakan riwayat kesehatan klien : Riwayat kesehatan 0 1 2 1 2
4
dahulu
Menanyakan riwayat kesehatan klien : Riwayat kesehatan 0 1 2 1 2
5
sekarang
Menempatkan posisi klien sesuai dengan kenyaman klien 0 1 2 1 2
6 dengan mempertimbangkan kemudahan pemeriksaan
ROM AKTIF
Kerja
Leher (fleksi, ekstensi, hiperekstensi, rotasi, lateral fleksi 0 1 2 3 4 5 3 3 45
7 kanan dan kiri, lateral rotasi kanan dan kiri)
Bahu (fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, aduksi, rotasi 0 1 2 3 4 5 3 3 45
8
internal, rotasi eksternal, sirkumduksi)
9 Siku (fleksi, ekstensi) 0 1 2 3 3 18
Panggul (fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, aduksi, 0 1 2 3 4 5 3 3 45
10
rotasi internal, rotasi eksternal, sirkumduksi)
11 Pergelangan kaki (dorsofleksi, plantar fleksi) 0 1 2 3 3 18
12 Telapak kaki (inversi, eversi) 0 1 2 3 3 18
ROM PASIF
Raw Score C D Score

Tahapan Prosedur 0,1,2,3,4,5 1,2,3 1,2,3 Actual


Max
RxCx score
D
Leher (fleksi, ekstensi, hiperekstensi, rotasi, lateral fleksi 0 1 2 3 4 5 3 3 45
13
kanan dan kiri, lateral rotasi kanan dan kiri)
Bahu (fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, aduksi, rotasi 0 1 2 3 4 5 3 3 45
14
internal, rotasi eksternal, sirkumduksi)
15 Siku (fleksi, ekstensi) 0 1 2 3 3 18
Panggul (fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, aduksi, 0 1 2 3 4 5 3 3 45
16
rotasi internal, rotasi eksternal, sirkumduksi)
17 Pergelangan kaki (dorsofleksi, plantar fleksi) 0 1 2 3 3 18
Leher (fleksi, ekstensi, hiperekstensi, rotasi, lateral fleksi 0 1 2 3 3 18
18
kanan dan kiri, lateral rotasi kanan dan kiri)
19 Rapikan pasien dan alat 0 1 2 1 1 2
20 Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 2 1 2
21 Cuci tangan 6 langkah setelah tindakan 0 1 3 1 3
1 Simpulkan hasil kegiatan 0 1 2 1 2
Edukasi pasien/keluarga untuk melakukan gerakan ROM
2 0 1 2 2 4
sesuai anjuran petugas kesehatan
3 Evaluasi respon pasien 0 1 2 1 2
Terminasi 4 Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien 0 1 1 1 1
5 Doakan kesembuhan pasien 0 1 2 2 4
6 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 0 1 1 1 1
7 Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam 0 1 1 1 1
Dokumentasi 1 Tanggal dan jam pelaksanaan 0 1 2 2 1 4
Raw Score C D Score

Tahapan Prosedur 0,1,2,3,4,5 1,2,3 1,2,3 Actual


Max
RxCx score
D
Data (DS / DO sebelum tindakan) 0 1 2 2 1 4
2 Action / Tindakan Keperawatan yang dilakukan 0 1 2 1 2
Respon (DS / DO sesudah tindakan) 0 1 2 2 1 4
3 Nama dan tanda tangan ners 0 1 2 1 1 2
1 Empati 0 1 2 1 2
2 Teliti 0 1 2 1 2
Soft Skills 3 Hati-hati 0 1 2 1 2
4 Menunjukkan perilaku professional 0 1 2 1 2
5 Pakaian rapi dan tertib sesuai tata tertib 0 1 2 1 2
TERAPI OKSIGEN

Learning Objective:
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat :
1. Menentukan jenis terapi oksigen yang dibutuhkan
2. Melakukan terapi oksigen dengan benar

Scenario

Seorang perempuan, 26 tahun, mengeluh sesak napas. Setelah dilakukan pemeriksaan AGD dan
dinilai kebutuhan oksigen, perawat akan melakukan kolaborasi dalam pemberian oksigen dengan
NRM 10 lpm

Pertanyaan mInimal:
1. Bagaimanakah pemberian terapi oksigen pada pasien tersebut ?

Masalah keperawatan:
1. Gangguan pertukaran gas
TERAPI OKSIGEN
Yanuar Primanda, MNS
Erfin Firmawati, S.Kep., Ns., MNS
Romdzati, S.Kep., Ns., MNS

Definisi
Terapi oksigen merupakan tindakan yang dilakukan dengan cara memberikan oksigen (O 2) sebagai
upaya koreksi kondisi hipoksia atau hipoksemia (O’Driscoll, et.al., 2015). Terapi oksigen diberikan
untuk mencapai angka normal atau mendekati angka normal saturasi oksigen. Pemberian oksigen
termasuk tindakan pengobatan sehingga perlu ada instruksi dari dokter (Hilton, 2008).

Protokol Terapi Oksigen (British Thoracic Society, 2008)


Pedoman umum Terapi Oksigen
➢ Oksigen adalah obat, sehingga membutuhkan resp dokter untuk pemberian terapi oksigen di
kecuali dalam keadaan emergency.
➢ Pada keadaan emergency, resep dokter untuk pemberian oksigen tidak diperlukan. Oksigen
wajib diberikan secepatnya tanpa resep resmi tetapi wajib didokumentasikan pada catatan
medis pasien.
➢ Oksigen adalah terapi yang digunakan untuk keadaan hipoksemia, bukan semata-mata
keadaan kesulitan bernafas (oksigen tidak memberikan pengaruh pada pasien yang
mengalami kesulitan bernafas yang bukan disebabkan karena hipoksemia).
➢ Oksigen diberikan untuk mencapai saturasi oksigen 94 – 98% pada pasien dengan kondisi
akut dan 88 - 92% pada pasien dengan resiko gagal nafas hipercapnic.
➢ Terapi oksigen ditingkatkan jika saturasi oksigen berada di bawah target yang diinginkan dan
diturunkan jika melebihi saturasi oksigen yang ditargetkan (dan secara bertahap diturunkan
dan dihentikan seiiring dengan kondisi pasien yang membaik).
➢ Jika memungkinkan, pasien yang membutuhkan terapi oksigen harus didampingi oleh
perawat terlatih data dilakukan pemindahan atau transfer dari satu tempat ke tempat lainnya.
Jika tidak memungkinkan, maka personel yang mendampingi proses transfer pasien harus
diberikan instruksi dan penjelasan dan data tentang terapi oksigen wajib disertakan.
➢ Jika terapi nebulizer diberikan pada pasien yang beresiko mengalami gagal nafas hipercapnic,
harus diberikan dengan udara bertekanan. Jika perlu, sesuai dengan keputusan dokter,
pemberian oksigen harus menggunakan nasal prong 1-4 l/min untuk menjaga kadar saturasi
oksigen sebesar 88 – 92% atau target saturasi oksigen lain sesuai yang dicatat dalam catatan
medis pasien.
➢ Pada pasien dengan penyakit kritis, pasien harus segera mendapatkan oksigen dengan
konsentrasi tinggi dan dimonitor dengan rutin serta didokumentasikan dalam catatan medis
pasien.
➢ Pemeriksaan oksigen saturasi harus dilakukan dengan menggunakan pulse oxymetry pada
setiap pasien yang mengalami kondisi kesulitan bernafas dan pasien dengan penyakit akut
(dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan analisa gas darah untuk menunjukkan kondisi
pasien yang sesungguhnya). Konsentrasi oksigen inspirasi harus didokumentasikan pada
catatan medis dan lembar observasi, termasuk catatan tentang tekanan darah, nadi, respirasi,
dan suhu.
➢ Pulse oxymetry harus tersedia di seluruh ruangan dimana ada fasilitas oksigenasi.

Dasar Pemberian Terapi Oksigen


➢ Saturasi oksigen harus diperiksa pada semua pasien yang mengalami kesulitan bernafas
➢ Terapi oksigen wajib diberikan pada pasien yang mengalami hipoksemia.
➢ Terapi oksigen wajib diberikan untuk mencapai target saturasi oksigen sebesar 94 – 98 %
pada kebanyakan kondisi penyakit akut atau antara 88 – 92% untuk pasien yang beresiko
mengalami gagal nafas hipercapnea.
➢ Pasien tidak membutuhkan terapi oksigen jika saturasi oksigen adalah ≥ 94% kecuali pada
kasus keracunan carbon monoksida dan pneumothorax.
➢ Pada pasien berusia > 70 th, saturasi oksigen dapat mencapai dibawah 94% dan kondisi ini
tidak membutuhkan terapi oksigen jika kondisi pasien stabil.
➢ Pada pasien yang sedang mendapatkan terapi oksigen, jika saturasi oksigen > 98% maka
terapi oksigen dapat dihentikan atau dosis/konsentrasi oksigen yang diberikan dapat
diturunkan.
➢ Seluruh pasien yang mengalami shock, trauma mayor, sepsis, atau penyakit kritis lainnya
harus segera diberikan oksigen konsentrasi tinggi dengan menggunakan masker reservoir.
Dosis oksigen yang diberikan harus disesuaikan kemudian setelah hasil pemeriksaan gas
darah telah diketahui dan atau kondisi pasien stabil.
➢ Target saturasi oksigen pasien harus terdokumentasi dalam catatan medis pasien.
➢ Pemeriksaan analisa gas darah wajib dilakukan pada pasien dengan kondisi:
▪ Penyakit kritis.
▪ Mengalami hipoksemia (saturasi oksigen < 95% pada ruangan dan oksigen kamar) atau
pada semua pasien yang membutuhkan oksigen untuk mencapai saturasi oksigen yang di
targetkan.
▪ Penurunan saturasi oksigen atau peningkatan sesak nafas pada sebelumnya mengalami
hipoksemia tetapi dalam kondisi stabil seperti pada pasien dengan COP.
▪ Semua pasien yang beresiko mengalami gagal nafas yang mengalami tanda-tanda retensi
karbon dioksida seperti kesulitan bernafas tiba-tiba, penurunan saturasi oksigen,
penurunan kesadaran, dll.
▪ Semua pasien yang mengalami kesulitan bernafas yang diketahui beresiko untuk
mengalami gangguan metabolic seperti ketoasidosis metabolic atau metabolic asidosis
dikarenakan gagal ginjal.
▪ Pasien yang mengalami sesak nafas tiba-tiba dengan sirkulasi perifer yang buruk dimana
hasil pengukuran saturasi oksigen tidak dapat diketahui.
▪ Seluruh pasien yang secara kondisi medis akan mendapatkan manfaat dari pemeriksaan
analisa gas darah.

Indikasi
➢ Pemberian terapi oksigen adalah untuk pencegahan hipoksia seluler karena hipoksemia
(PaO2 rendah) sehingga dapat mencegah kemungkinan kerusakan ireversibel pada organ
vital akibat hipoksemia. (PaO2 < 60 mmHg, SaO2 < 92 %
➢ Terapi oksigen diberikan pada kasus seperti:
▪ Hipoksemia akut : pneumonia, shock, asthma, heart failure, emboli pulmonal
▪ Ischemia : myocardial infarction, tetapi hanya jika berhubungan dengan hipoksemia
▪ Ketidaknormalan kualitas hemoglobin : kehilangan darah akut dari saluran pencernaan
atau keracunan karbon monoksida.
▪ Pneumothorax
▪ Kondisi post operatif (anastesi general dapat menurunkan kapasitas residual pada
paru-paru, terutama pada post operasi dada dan abdomen yang berakibat hipoksemia.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya penurunan insiden infeksi pada luka post
operasi dengan terapi oksigen jangka pendek setelah operasi usus.
➢ Cardiac and respiratory arrest
➢ Low cardiac output and metabolic acidosis (HCO3 > 18 mmol/L)

Kontra indikasi
➢ Tidak ada kontraindikasi pasti pada terapi oksigen. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
mencapai oksigenasi jaringan yang adekuat dengan menggunakan FiO2 serendah mungkin.
➢ Pemberian suplementasi oksigen harus dilakukan dengan hati-hati pada pasien yang
mengalami keracunan dan dengan inhalasi zat asam atau riwayat cedera pari akibat
bleomycin.

Saturasi Oksigen
Saturasi Oksigen dapat diukur menggunakan alat pulse oximetry. Alat ini seharusnya tersedia
di semua pelayanan kesehatan yang mengelola pemberian terapi oksigen (Beasley, et.al., 2015).
Target saturasi oksigen dapat bervariasi nilainya. Pada sebagian besar pasien, target saturasi
berada pada rentang 94-98%, sedangkan pada pasien yang berisiko mengalami hiperkapnea,
target saturasi berada pada rentang 88-92%. Hasil pengukuran saturasi oksigen pada sebagian
lanjut usia di atas 70 tahun bisa menunjukkan angka kurang dari 94%, padahal dalam keadaan
normal sehingga tidak membutuhkan terapi oksigen. Terapi oksigenasi dapat dihentikan jika
target saturasi telah tercapai (O’Driscoll, 2015).
Guideline Pemberian Terapi Oksigen
Menentukan Dosis Oksigen

Pemberian Terapi Oksigen


Pemberian terapi oksigenasi dibagi menjadi dua macam: sistem aliran rendah dan
sistem aliran tinggi.
a. Sistem aliran rendah (low flow system)
1. Low flow low concentration
a) Kateter nasal
b) Kanul nasal
2. Low flow high concentration
a) Sungkup muka sederhana
b) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
c) Sungkup muka dengan kantong non-rebreathing
b. Sistem aliran tinggi (high flow system)
1. High flow low consentration
▪ Sungkup venturi
2. High flow high consentration
▪ Head box
▪ Sungkup CPAP

Berikut ini penjelasan lengkap dari pemberian terapi oksigen tersebut.


a. Sistem aliran rendah (low flow system)
1) Kateter nasal
Kateter nasal dapat memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran 1-3 l/menit
dengan konsentrasi 24 – 32 %.
Kedalaman kateter dari hidung sampai pharing diukur dengan cara mengukur jarak dari
telinga ke hidung.
Keuntungan:
▪ Pemberian oksigen stabil
▪ Pasien bebas bergerak, berbicara, makan atau minum
▪ Alat murah
Kerugian:
▪ Tidak dapat memberikan oksigen lebih dari 3 liter/menit
▪ Dapat terjadi iritasi selaput lendir nasopharing
▪ Kateter mudah tersumbat dengan sekret atau tertekuk
▪ Tekhnik memasukkan kateter agak sulit
▪ Pada aliran tingg terdengar suara dari aliran oksigen pada nasopharing

2) Kanul nasal (nasal cannula)

www.healtheappointments.com

Sumber: Fundamental of Nursing


Memberikan konsentrasi oksigen antara 24 – 44 % dengan aliran 1 - 6 liter/menit.
Konsentrasi oksigen akan naik 4% pada tiap kenaikan aliran 1 liter/ menit. Nasal kanul
dengan aliran oksigen 1 – 4 l/min akan mempunyai konsentrasi yang sama dengan 24 –
40% oksigen dengan menggunakan sungkup muka venture. Kanul nasal sesuai
digunakanjika pasien membutuhkan dosis oksigen rendah hingga sedang. Kebanyakan
pasien mengeluhkan ketidaknyamaan seperti rasa kering di hidung jika aliran oksigen
diatas 4 l/min, terutama jika oksigen diberikan dalam waktu yang lama.
Keuntungan:
▪ Pemberian oksigen stabil dengan tidal volume dan laju nafas teratur
▪ Baik diberikan dalam jangka waktu lama
▪ Pasien dapat bergerak bebas, makan, minum dan berbicara
▪ Efisiens dan nyaman untuk pasien
Kerugian:
▪ Dapat menyebabkan iritasi pada hidung, bagian belakang telinga tempat tali
binasal
Konsentrasi oksigen akan berkurang jika pasien bernafas dengan mulut
Low flow high concentration

3) Simple face mask(Sungkup Muka Sederhana)


▪ Merupakan sistem aliran rendah dengan hidung, nasopharing dan oropharing
sebagai penyimpan anatomik.
▪ Aliran yang diberikan 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 – 60 %
▪ Konsentrasi oksigen tergantung pada aliran oksigen dan pola nafas pasien
▪ Aliran oksigen lebih rendah dari 5 l/min dapat meningkatkan tahanan nafas sehingga
memungkinkan terperangkapnya karbondioksida diantara rongga masker sehingga
carbon dioksida dapat terhirup kembali ke dalam tubuh
▪ Masker ini sesuai untuk pasien yang mengalami gagal nafas hipoksemic (hypoxemic
respiratory failure) tetapi tidak sesuai untuk pasien yang mengalami gagal nafas
hipercapnic (hypercapnic respiratory failure)
▪ Sungkup muka ini menghantarkan oksigen dengan konsentrasi tinggi (>50%) dan
olehkarena itu, tidak dianjurkan untuk pasien yang memerlukan terapi oksigen dosis
rendah karena dapat mengakibatkan retensi karbon dioksida

www.allthingsphysicianassistant.com/tag www.aam.ucsf.edu/article/simple-
/respiratorytherapy/ facemask-hudson-mask
Sumber: Fundamental of Nursing
Masalah yang ditimbulkan terkait penggunaan alat ini:
a) Masker perlu dibuka saat makan dan minum
b) Dapat timbul iritasi akibat perlekatan yang erat
c) Rasa cemas terutama pada anak
d) Dapat timbul claustrophobia (rasa takut pada ruangan sempit dan tertutup)
4) Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing
▪ Aliran yang diberikan 8 – 12 liter/menit dengan konsentrasi 60 – 80 %
▪ Udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi 1/3 bagian volume
ekhalasi masuk ke kantong, 2/3 bagin volume ekhalasi melewati lubang pada bagian
samping

www.allthingsphysicianassistant.files. www.utswim.wordpress.com
wordpress.com

5) Sungkup Muka dengan Kantong Non-Rebreathing Mask


▪ Aliran yang diberikan 8 – 12 liter/menit dengan konsentrasi 80 – 100 %
▪ Udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
▪ Tidak dipengaruhi oleh udara luar
▪ Konsentrasi tidak tetap dan tergantung pada berapa banyak aliran oksigen yang
diberikan dan pola nafas
▪ Sungkup muka ini paling sesuai untuk kondisi trauma dan kegawatdaruratan terkait
dengan retensi karbon dioksida

www.utswim.wordpress.com

Sumber: www.klikparu.com

b. Sistem aliran tinggi (high flow system)


High flow low consentration
1) Ventury mask
Venturi mask merupakan metode pemberian oksigen yang paling akurat dengan
konsentrasi oksigen yang tepat melalui cara non invasif.
Sumber: medical-dictionary.thefreedictionary.com
▪ Ventury mask digunakan untuk mengalirkan oksigen 3-8 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen 24%, 28%, 35%, 40%, dan 60 %
▪ Indikasi: severe COPD, svere bronchiectasis, severe neuromuscular/chest wall
disorder.
Keuntungan:
▪ Sungkup venture memberikan konsentrasi oksigen yang tetap tanpa memperhatikan
jumlah aliran oksigen yang diberikan dengan dosis aliran oksigen minimal
menyesuaikan dengan alat yang diberikan
▪ Sungkup venture sesuai untuk pasien yang membutuhkan konsentrasi oksigen yang
diketahui, tetapi sungkup venture dengan konsentrasi 24% dan 28% dikhususkan
pada pasien dengan resiko tinggi terjadinya retensi karbon dioksida (pasien dengan
COPD)
▪ Aliran oksigen yang diberikan biasanya melampaui aliran oksigen inspirasi pasien
▪ Suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol
▪ Tidak terjadi penumpukan CO2
Kerugian:
▪ Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah
▪ Jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2
▪ Kantong oksigen dapat terlipat
Hal-hal yang harus diperhatikan:
▪ Perhatikan adanya tanda-tanda iritasi pada kulit area pemasangan
▪ Perhatikan masker terpasang tepat sehingga tidak terjadi kebocoran udara
▪ Observasi tanda-tanda muntah karena dapat menyebabkan aspirasi
Penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan respiration rate > 30 kali/min kebanyakan
memiliki aliran lebih tinggi dari aliran oksigen minimal yang dibutuhkan untuk alat
tersebut, sehingga aliran oksigen sebaiknya ditingkatkan diatas aliran oksigen yang
dituliskan di alat sungkup muka venturi
High flow high consentration
1. Head box
Pemberian oksigen melalui headbox dibutuhkan karena bisa mentoleransi kebutuhan
klien. Pemberian oksigen melalui headbox membutuhkan aliran yang tinggi untuk bisa
mencapai konsentrasi oksigen yang cukup dan mencegah penimbunan O2. Alat ini lebih
cocok dipakai pada bayi karena digunakan dengan cara menutupkannya pada kepala.
Keuntungan;
▪ Flow rate 5-7 liter/menit
▪ Dapat memenuhi kebutuhan O2 dengan tepat sesuai kebutuhan pasien
Kerugian:
▪ Jika konsentrasi flow rate >7 liter/menit, maka konsentrasi O2 akan meningkat, sehingga
bisa emnyebabkan bayi muntah
▪ Diperlukan flow rate yang tinggi
Hal yang harus diperhatikan
▪ Perawat harus memperhatikan humidifier
▪ Perawat harus memperhatikan posisi headbox dan posisi headbox pada kepala bayi
haurs tepaat
▪ Perawat harus memasang pulse oxymetry pada bayi selama pemberian oksigen
Sumber: www.medicalexpo.com

2. Sungkup CPAP
Continuous Positive Airway Pressure merupakan mode ventilator mekanik yang sering
digunakan untuk menengani masalah sleep apneu, pada pasien kritis dengan gagal nafas.
Indikasi: pasien gagal jantung, COPD
Keuntungan:
▪ Dapat memberikan aliran udara yang tinggi dengan konsentrasi yang tinggi dan bersifat
stabil
Kerugian:
▪ Dapat menyebabkan gangguan ortodentik dan menggeser gigi pada tulang rahang
▪ Dapat menyebabkan efek samping pusing, infeksi sinus, bronchitis
▪ Tidak nayaman bagi pasien
Hal-hal yang harus diperhatikan:
▪ Sebelum pemasangan, perawat harus memastikan kulit pasien benar-benar bersih
▪ Perawat harus memperhatikan kelembapan kulit pasien sebelum pemasangan CPAP

Perangkat Terapi Oksigen


(sumber: www.fairview.org)

Monitoring Pemberian Terapi Oksigen


➢ Pasien harus dimonitor kadar oksigen saturasinya minimal 5 menit setelah pemberian terapi
oksigen
➢ Terapi oksigen harus dinaikkan jika saturasi oksigen berada di bawah level yang diharapkan
dan diturunkan jika saturasi oksigen diatas level yang diharapkan
➢ Penurunan saturasi oksigen secara tiba-tiba harus segera dilaporkan kepada dokter dan
dilakukan pemeriksaan lengkap pada pasien meliputi pemeriksaan analisa gas darah
➢ Pasien harus dimonitor secara akurat untuk mengetahu kemungkinan peningkatan atau
penurunan kondisinya. Perawat harus memonitor adanya perubahan warna kulit, adanya
sianosis perifer, dan frekuensi pernafasan. Saturasioksigen dibawah 90% dengan oksigen
tambahan atau dengan oksigen ruangan (kecuali merupakan target saturasi oksigen pada
pasien tersebut), terjadi perubahan suara nafas dan usaha untuk bernafas, frekuensi
pernafasan kurang dari 8 atau lebih dari 25 harus segera dilaporkan kepada tim medis

Perhatian
➢ Pada pasien yang mengalami retensi karbon dioksida, pemberian oksigen dapat
menyebabkan peningkatan karbon dioksi dan asidosis respirasi lebih lanjut. Kondisi ini dapat
terjadi pada pasien dengan COPD, gangguan neuromuscular, morbid obesity, atau gangguan
musculoskeletal.
➢ Pemberian terapi oksigenasi tidak boleh berlebihan karena dapat menimbulkan bahaya bagi
pasien terutama pada pasien dengan penyakit paru kronis dan bayi. Pada pasien dengan
penyakit paru kronis, CO2 banyak yang tertahan di dalam tubuh, sedangkan pada bayi, terapi
yang berlebihan dapat berisiko terjadi retinopati (Hilton, 2008).
➢ Komplikasi yang mungkin terjadi pada terapi oksigen:
▪ Mukosa kering pada area hidung dan pharyngeal
▪ Keracunan oksigen (oxygen toxicity)
▪ Absorption atelectasis
▪ Iritasi kulit
▪ Kemungkinan kabakaran
▪ Kemungkinan inadekuat aliran oksigen yang mengakibatkan FiO2 lebih rendah akibat
peningkatan kebutuhan inspirasi atau alat- alat yang tidak sesuai atau kerusakan alat
Penyapihan atau Penghentian Terapi Oksigen
➢ Sebagian besar pasien yang stabil dan sadar akan secara bertahap diturunkan menjadi 2 l/min
via nasal cannule sebelum benar-benar dilepas dari terapi oksigen. Pasien yang beresiko
mengalami kegagalan respirasi hipercapnic dapat diturunkan secara bertahap hingga 1 l/min
via nasal cannule atau 24% Venturi mask 2 l/min sebelum dilepas dari terapi oksigen.
➢ Terapi oksigen harus dihentikan saat pasien sudah stabil kondisi klinisnya dengan oksigen
dosis rendah dan saturasi oksigen berada dalam rentang yang diharapkan pada 2 x observasi
berturut-turut. Pemberian oksigen juga harus dihentikan jika pasien telah memenuhi waktu
pemberian oksigen sesuai protocol yang berlaku.
➢ Saturasi oksigen dengan menggunakan oksigen ruangan harus di monitor untuk 5 menit
pertama setelah terapi oksigen dihentikan. Jika kondisi tetap stabil, pemeriksaan saturasi
oksigen harus dilakukan 1 jam kemudian.
➢ Jika saturasi oksigen menurun setelah penghentian terapi oksigen, berikan oksigen dengan
dosis terendah yang dapat menjaga kadar saturasi oksigen yang ditargetkan dan monitor
selama 5 menit. Jika saturasi oksigen membaik dan mencapai target saturasi oksigen yang
diharapkan, maka lanjutkan terapi oksigen dengan dosis tersebut dan lakukan usaha
penyapihan dari terapi oksigen pada hari berikutnya saat kondisi pasien stabil.
➢ Jika pasien membutuhkan terapi oksigen kembali dengan dosisi yang lebih tinggi daripada
dosis sebelum dilakukan penyapihan untuk menjaga kadar saturasi oksigen tetap dalam
rentang normal, maka pasien harus mendapatkan pemeriksaan lengkap untuk
mengidentifikasi kemungkinan penyebab keadaan ini.
➢ Jika terapi oksigen telah dihentikan, maka terapi oksigen harus dihapus dari chart obat pasien
di rekam medis dan didokumentasi dengan baik.

Referensi:
Anonym. (n.d.). Infant Oxygen Hood. Medical Expo. Diakses dari
http://www.medicalexpo.com/prod/ginevri/product-68599-432357.html pada 7 Desember
2016
Beasley, R. et.al. (2015). Thoracic Society of Australia and New Zealand Oxygen Guidelines for Acute
Oxygen Use in Adults: “Swimming between the Flags”: Respirology.
British Thoracic Society & Emergency Oxygen Guideline Group. (2008). Guideline for Emergency
Oxygen Use in Adult Patients. Thorax An International Journal of Respiratory Medicine:
October 2008 Vol 63 Supplement VI. Diakses dari thorax.bmj.com
DeLaune, SC., Ladner, PK. (2005). Fundamental of Nursing: Standards and Practice. 2 nd edition.
Hillton, Penelope Ann.(Ed.) (2005). Fundamental Nursing Skills. Whurr Publishers: London.
Permatasari, Y., Romdzati., Arianti. 2015. Buku Panduan Blok Respirasi. Yogyakarta: PSIK FKIK UMY
CHECK LIST TERAPI OKSIGEN

Raw Score C D Score


Tahapan Prosedur 0,1,2,3,4,5 1,2,3 1,2,3 Actual Max
score
RxCxD
1 Baca catatan keperawatan atau catatan medis 0 1 2 1 2
2 Sebutkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan 0 1 2 1 2
3 Cuci tangan (handrub) 6 langkah sebelum menyiapkan alat 0 1 3 1 3
Persiapkan alat:
- Nasal kanul
Pra Interaksi - Selang oksigen
4 - Humidifier 0 1 2 3 1 3
- Steril water
- Tabung oksigen dengan flowmeter
- Oksimetri
5 Cuci tangan (handrub) 6 langkah sebelum ke pasien 0 1 3 1 3
1 Ucapkan Assalammu’alaikum Wr Wb dan perkenalkan diri 0 1 2 1 1 2
Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan umur pasien atau nama
2 0 1 2 2 1 6
dan alamat pasien, serta cek gelang identitas pasien
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada
3 0 1 2 2 1 4
pasien dan / keluarga
Orientasi 4 Kontrak waktu 0 1 1 1 1
5 Beri kesempatan pasien dan / untuk bertanya 0 1 1 1 1
6 Minta persetujuan pasien dan / keluarga 0 1 2 1 2
7 Dekatkan alat di dekat pasien 0 1 1 1 1
Jaga privasi (tutup tirai), keamanan (pasang/lepas side rail), dan
8 0 1 2 1 2
kenyamanan pasien (posisi dan lingkungan)
1 Baca Bismillahirrohmanirrohim sebelum melakukan tindakan 0 1 2 1 2
2 Cuci tangan (handrub) 6 langkah sebelum tindakan 0 1 3 1 3
Kerja
3 Posisikan pasien sesuai dengan kondisi pasien 0 1 2 1 2
4 Cek kepatenan jalan napas ada tidaknya obstruksi di hidung: 0 1 2 3 4 3 1 12
Raw Score C D Score
Tahapan Prosedur 0,1,2,3,4,5 1,2,3 1,2,3 Actual Max
score
RxCxD
a. Tutup hidung secara bergantian
b. Merasakan ada hembusan napas
c. Pasang oksimetri di jari tangan
d. Monitor saturasi oksigen
5 Isi gelas humidifier dengan sterile water setinggi batas yang tertera 0 1 2 1 2
6 Hubungkan flow meter dengan tabung oksigen/sentral oksigen 0 1 3 1 3
Cek fungsi flow meter dan humidifier:
7 a. Putar pengatur konsentrasi O2 0 1 2 3 1 6
b. Amati ada tidaknya gelembung udara dalam gelas flow meter
8 Hubungkan kateter nasal/kanul nasal dengan flow meter 0 1 3 1 3
9 Alirkan Oksigen ke kateter nasal kanul 0 1 2 1 3
Cek aliran kateter nasal/kanul nasal
a. Gunakan punggung tangan untuk mengetahui ada tidaknya
10 0 1 2 3 1 6
aliran oksigen
b. Kemudian matikan aliran oksigen
Pasang nasal kanul di hidung pasien
a. Letakkan ujung kanul ke lubang hidung
11 0 1 2 3 3 2 18
b. Pastikan posisi ujung kanul tidak terbalik
c. Fixasi selang oksigen
12 Alirkan oksigen sesuai kebutuhan 0 1 3 1 3
13 Monitor saturasi oksigen pada oskimetri, 0 1 2 1 2
14 Lepas oksimetri 0 1 2 1 2
15 Rapikan pasien dan alat 0 1 2 1 1 2
16 Baca Alhamdulillahirobbil’alamin setelah kegiatan selesai 0 1 2 1 2
17 Cuci tangan (handwash) 6 langkah setelah tindakan 0 1 3 1 3
1 Simpulkan hasil kegiatan 0 1 2 1 2
Terminasi
2 Evaluasi respon pasien 0 1 2 1 2
Raw Score C D Score
Tahapan Prosedur 0,1,2,3,4,5 1,2,3 1,2,3 Actual Max
score
RxCxD
3 Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien 0 1 1 1 1
Doakan kesembuhan pasien

4 0 1 2 2 4

5 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 0 1 1 1 1


6 Akhiri kegiatan dengan mengucapkan Wassalamu’alaikum Wr Wb 0 1 1 1 1
Pakai sarung tangan bersih*
Rapikan alat dan bahan yang sudah tidak terpakai*
8 (Buang sampah/bahan yang sudah tidak terpakai pada tempat yang 0 1 3 1 3
sesuai – safety box/tempat sampah)*
9 Cuci tangan (handwash) 6 langkah 0 1 3 1 3
1 Tanggal dan jam pelaksanaan 0 1 2 2 1 4
Data (DS / DO sebelum tindakan) 0 1 2 2 1 4
Dokumentasi 2 Action / Tindakan Keperawatan yang dilakukan 0 1 2 1 2
Respon (DS / DO sesudah tindakan) 0 1 2 2 1 4
3 Nama dan tanda tangan ners 0 1 2 1 1 2
1 Empati 0 1 2 1 2
2 Teliti 0 1 2 1 2
Soft Skills
3 Hati-hati 0 1 2 1 2
4 Komunikasi verbal dan non verbal O 1 2 1 2
Raw Score C D Score
Tahapan Prosedur 0,1,2,3,4,5 1,2,3 1,2,3 Actual Max
score
RxCxD
5 Menjaga Adab Interaksi Secara Islami 0 1 2 1 2
6 Pakaian rapi dan tertib sesuai tata tertib 0 1 2 1 2
7 Efisiensi bahan dan alat 0 1 2 1 2

Anda mungkin juga menyukai