Appraisal BKI
Appraisal BKI
KONSELING
Oleh:
Lutfiatur Rosidah (B93216117) , Yeny Nur Hidayatur Rohmah (B) dan Erwin Habib Qurtubi (B)
Mata Kuliah Appraisal Konseling (B1) Semester 5
Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikas, UIN Sunan Ampel Surabaya
PENGERTIAN APPRAISAL
Sebelum membahas secara khusus mengenai appraisal dalam bimbingan dan konseling,
pembahasan secara umum mengenai makna “appraisal” akan dijabarkan terlebih dahulu.
Penjelasan secara umum mengenai makna appraisal yang dilihat dari penggunaan katanya dalam
bidang kajian umum akan lebih memudahkan mengambil pemahaman mengenai pengertian
appraisal dalam bimbingan dan konseling.
Dalam Collins English Dictionary menguraikan beberapa arti kata appraisal yang secara
umum dipakai dalam berbagai bidang seperti dalam bidang ekonomi dan perbankan,
diantaranya, appraisal adalah:
1. The classification of someone or something with respect to its worth.
Yakni klasifikasi atau pengelompokan terhadap seseorang atau sesuatu dengan
mempertimbangkan nilainya.
2. A document appraising the value of something (as for insurance or taxation).
Yakni sebuah dokumen penaksiran atas nilai sesuatu (seperti untuk kepentingan asuransi atau
pajak).
3. An expert estimation of the quality, quantity, and other characteristics of someone or
something.
Yakni estimasi atau perkiraan seorang ahli tentang kualitas, kuantitas, dan karakteristik lainnya
dari seseorang atau sesuatu.
4. The valuation of an object by someone well-qualified or authorized to make such an
assessment.
Yakni penilaian atas sebuah objek oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi yang baik atau
punya otoritas untuk melakukan pengukuran.
Untuk memudahkan pemahaman, penjelasan lebih luas tentang appraisal bisa
dicontohkan sebagai berikut: “seorang guru melakukan appraisal terhadap nilai rapor siswa-
siswinya untuk mengelompokkan mereka masuk ke kelas unggulan atau kelas biasa”. Kegiatan
menaksir oleh investor tersebut merupakan sebuah appraisal.
Kegiatan appraisal berupaya menggambarkan dan menunjukkan nilai sebuah obyek pada
situasi saat itu. Gambaran atau nilai pada suatu obyek tidak selalu sama dengan nilai/harga pada
umumnya di tempat lain dan belum tentu sama pada waktu yang lain. Hasil penaksiran atau
appraisal akan membantu seseorang dalam mengambil keputusan selanjutnya.
Kalau menggunakan makna-makna tersebut, maka appraisal dalam bimbingan dan
konseling secara sederhana dapat diartikan sebagi kegiatan penilaian dan penaksiran oleh
seorang konselor (yang sudah ahli) terhadap konseli yang meliputi berbagai kondisi pribadi,
keluarga dan lingkungan sekitarnya dalam rangka membantu pelaksanaan layanan-layanan
bimbingan dan konseling.
APPRAISAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Dalam uraiannya W. S. Winkel mengungkapkan bahwa appraisal merupakan salah satu
bentuk dari berbagai layanan bimbingan dan konseling di institusi pendidikan.[1] Layanan-
layanan tersebut merupakan saluran-saluran formal dalam memberikan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada konseli di sekolah dan di luar sekolah.
Appraisal merupakan layanan pengumpulan data yakni suatu usaha yang dilakukan oleh
konselor untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dan selengkap mungkin tentang diri
individu dan lingkungan yang relevan dengan keperluan pengembangan individu.[2] Kegiatan
layanan pengumpulan data ini merupakan tahapan awal yang perlu dilakukan dalam mendukung
suksesnya kegiatan bimbingan dan konseling. Layanan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan
berbagai data yang berkaitan dengan segala aspek kepribadian dan kehidupan individu serta
keluarga yang dilanjutkan dengan kegiatan menganalisis dan menafsirkannya.
Bentuk-bentuk layanan bimbingan dan konseling bagi individu di lembaga pendidikan
antara lain berupa: 1) Layanan pengmpulan data (appraisal); 2) Layanan pemberian informasi
termasuk orientasi; 3) Layanan bantuan penempatan; 4) Layanan konseling; 5) Layanan
pengiriman (referral); 6) Evaluasi program serta tindak lanjut.[3] Layanan-layanan ini tidak
hanya berhubungan dengan atau diberikan kepada konseli di sekolah saja, namun orang tua atau
anggota keluarga serta lingkungan sekitar juga dapat menjadi sasaran serta memanfaatkan
layanan bimbingan dan konseling.
Jadi, appraisal dalam bimbingan dan konseling adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh
konselor untuk memperoleh data dan informasi tentang individu/konseli, kemudian menganalisis
dan menafsirkan data serta menyimpan data itu. Tujuan pengumpulan data tersebut adalah untuk
mendapatka pemahaman yang lebih luas, lebih lengkap dan lebih mendalam tentang
individu/konseli guna membantunya mendapatkan pemahaman akan dirinya sendiri.
Istilah pengukuran dalam dunia pendidikan dan konseling dikenal juga beberapa istilah
antara lain evaluasi, measurement, assessmen dan appraisal. Penggunaan istilah assessmen dan
appraisal lebih sering digunakan dalam bimbingan dan konseling. Kedua kata ini kadang
dipergunakan secara bergantian untuk menunjukkan pada maksud yang sama, meskipun ada juga
beberapa ahli yang kadang membedakan arti dan penggunaan kedua istilah ini.
Prayitno[4] bahkan menggunakan istilah yang lain lagi untuk kegiatan pengukuran dalam
bimbingan dan konseling, yakni menggunakan istilah instrumensi. Penggunaan istilah
instrumensi lebih dipilih bagi istilah kegiatan pengukuran dalam bimbingan dan konseling
karena biasanya konselor menggunakan berbagai instrumen pengumpulan data baik pada teknik
tes seperti soal-soal tes maupun pada teknik non-tes seperti instrumen pertayaan pada metode
wawancara dan angket dan instrumen pada sosiometri.
TUJUAN APPRAISAL
Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam kegiatan bimbingan dan konseling di
lembaga pendidikan. Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah kebutuhan konseli dan mengukur
serta menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku mereka. Data yang terkumpul akan ssangat
menentukan jenis masalah yang dihadapi individu, setelah itu akan dapat ditentukan jenis
layanan serta teknik bimbingan ddan konseling yang dapat diberikan berdasarkan masalah yang
ada.[5]
Selanjutnya Winkel menjelaskan tujuan dari pengumpulan data ialah mendapatkan
pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang konseli, serta membantu
konseli memperoleh pemahaman tentang dirinya.[6] Hasil dari pengumpulan data akan
membantu pelayanan bimbingan dan konseling menjadi lebih ilmiah dan bersifat obyektif
dibandingkan dengan kesan-kesan subyektif dan spekulatif oleh konselor yang tanpa disertai
pengumpulan data.
Hood & Johnson seperti dikutip dalam tulisan Ratna Widiastuti menjelaskan bahwa
appraisal dalam bimbingan dan konseling memiliki beberapa tujuan,[7] yaitu:
1. Orientasi masalah
Yakni pengumpulan data untuk membuat individu atau konseli mampu mengenali dan
menerima permasalahan yang dihadapinya, tidak malah mengingkari bahwa ia bermasalah. Tes
biasanya digunakan untuk meningkatkan sensitivitas terhadap hal yang berpotensi menimbulkan
masalah pada konseli. Dengan peningkatan kesadaran mengenai kondisi dan permasalahan pada
dirinya, konseli dapat tergugah untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan model pemecahan
masalah konseli diharapkan dapat menerima masalah sebagian dari hidupnya, dan konselor
memberikan dukungan dan cara pandang terhadap masalah.
2. Identifikasi masalah
Yakni membantu konselor dan konseli dalam mengetahui masalah yang dihadapi konseli
secara mendetail. Tes dapat membantu menjelaskan masalah yang dimiliki konseling secara
lebih mendetail. Misalnya ceklis pada alat ukur masalah akan dapat mengukur tipe dan
kedalaman masalah konseli, buku harian akan mengidentifikasi situasi hati konseli dan kondisi
yang menyebabkan masalah, atau inventori kepribadian membantu konseli dan konselor
memahami dinamika kepribadian yang mendasari situasi yang memicu permasalahan.
Identifikasi masalah ini akan membantu konselor dalam meningkatkan komunikasi dengan
konseli.
3. Memilih alternatif solusi
Tes sebagai salah satu bentuk teknik appraisal dapat membantu konseli mengidentifikasi
beberapa alternatif solusi untuk memecahkan masalahnya. Misalnya hasil tes inventori minat
akan dapat memberikan informasi kepada individu tentang alternatif pilihan karir konseli yang
lebih tepat sesuai dengan minatnya di masa datang. Kesesuaian pekerjaan dengan minat individu
akan meningkatkan perkembangan dan kinerjanya.
4. Pembuatan keputusan alternatif
Pelaksanaan appraisal dapat juga dilakukan untuk mencari pemecahan masalah yang
paling tepat dan menguntungkan dengan mempertimbangkan konsekuensi yang paling rendah.
Tes misalnya, dapat membantu konseli melihat kebaikan dan keburukan alternatif solusi.
Misalnya melihat data yang menunjukkan hubungan antara hasil tes tertentu dengan
keberhasilan di tempat kerja, atau kertas kerja yang menunjukkan perbandingan mengenai
alternatif keberhasilan solusi berdasarkan hasil tes.
5. Verifikasi
Yakni untuk menilai apakah layanan bimbingan dan konseling telah dilakukan sudah
berjalan efektif dan telah mengurangi beban masalah konseli atau belum. Misalnya, hasil suatu
tes dapat memperlihatkan apakah program atau perlakuan yang diberikan kepada konseli berhasil
mengatasi masalahnya atau tidak. Hal ini dapat diukur dengan memberikan pre-test kepada
individu pada awal perlakuan dan post-test di akhir perlakuan. Melalui hasil tes yang objektif,
konseli dan konselor dapat melihat dengan jelas seberapa besar keberhasilan atau kegagalan
perlakuan (treatment) yang selama ini telah dijalani oleh konseli.
MANFAAT APPRAISAL
Secara umum himpunan data sangat bermanfaat dalam pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling serta dapat juga dijadikan sebagai dasar untuk menentukan tindak lanjut penilaian
maupun pelayanan selanjutnya. Bimo walgito menyatakan bahwa pengumpulan data merupakan
suatu hal yang penting dalam bimbingan dan konseling. kegiatan bimbingan dan konseling baru
dapat diberikan secara baik dan tepat kalau data/keterangan individu yang akan diberikan
layanan telah diketahui secara lengkap.[8]
Laporan atau data yang telah dihimpun dalam proses pengumpulan data akan sangat
membantu dalam upaya pemberian bantuan yang paling tepat dan paling memungkinkan kepada
individu dengan syarat laporan tersebut dapat berfungsi dengan baik. Laporan atau data yang
dihimpun memuat informasi atau gambaran sistematik tentang pertumbuhan dan perkembangan
individu atau konseling dalam rentang waktu tertentu. ada tiga fungsi dari himpunan data:
1) laporan menyeluruh tentang keadaan individu atau konseling termasuk masalah yang
dialaminya; 2) kemungkinan pemberian pengajaran secara efisien; dan 3) bimbingan yang dapat
diberikan kepada konseli.[9]
Himpunan data harus tersusun secara sistematis, komprehensif, terpadu dan terjaga
keamanannya. hasil dari himpunan data ini akan membantu guru BK atau konselor dalam
memberikan bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir.[10]
Data yang perlu dihimpun oleh konselor dalam upaya memberikan bimbingan pribadi
kepada konseli antara lain: 1) sikap dan wawasan konseli pada masalah keagamaan; 2) kekuatan
dan kelemahan diri; 3) bakat dan minat konseli.
Dalam rangka memberikan bimbingan sosial, maka data perlu dihimpun dari konseli
adalah: 1) kemampuan berkomunikasi, menerima dan menyampaikan ide dan pendapat secara
logis, efektif dan produktif; 2) kemampuan berperilaku sesuai dengan tata krama dan nilai-nilai
agama; 3) hubungan dengan teman sebaya; 4) penyesuaian hidup berkeluarga dengan kondisi
dan peraturan sekolah.
Data yang perlu dihimpun dalam rangka memberikan bimbingan belajar, antara lain: 1)
tujuan dan minat terhadap belajar; 2) sikap dan kebiasaan belajar; 4) penguasaan materi
pelajaran dan keterampilan.
Dalam rangka memberikan bimbingan karir maka data yang perlu dihimpun adalah: 1)
pilihan dan latihan keterampilan; 2) orientasi dan informasi pekerjaan yang diinginkan oleh
konseli; 3) orientasi dan informasi lapangan kerja sesuai dengan pengembangan karir.
PRINSIP-PRINSIP DALAM APPRAISAL
Pengumpulan data (appraisal) yang bermutu perlu diselenggarakan secara berkelanjutan,
sistematik, komprehensif, terpadu, bersifat tertutup dan bermanfaat.[11]
1. Berkelanjutan atau kontinyu
Pengumpulan data harus dilaksanakan menurut suatu pola perencanaan dalam rangka
keseluruhan program bimbingan dan konseling dari jenjang tertentu sampai jenjang berikutnya.
Dengan demikian, individualitas seorang konseling menjadi tampak utuh bersama dengan
perkembangannya.
2. Sistematik
Berarti proses pengumpulan data terdiri atas beberapa bagian yang saling terkait untuk mencapai
satu tujuan. Dalam pengumpulan data, konselor menggunakan berbagai macam alat pengumpul
data sesuai dengan karakter data yang ingin dihimpun. Berbagai macam alat pengumpul data
tersebut saling terkait satu dengan yang lain dan menjadi satu kesatuan dalam menangani
permasalahan individu.
3. Komprehensif dan terpadu
Berarti bahwa seharusnya pengumpulan data terhadap konseli tidak hanya mengandalkan satu
alat saja, tetapi sebaiknya menggunakan alat tes dan non-tes secara terpadu dan saling
melengkapi karena ada data yang hanya dapat diambil dengan teknik tes dan ada data yang
hanya dapat diambil Melalui teknik non-tes.
4. Bersifat tertutup
Artinya bahwa hasil pengumpulan data harus dijaga kerahasiaannya dan dipergunakan hanya
atas kesediaan dan izin dari konseli serta tidak dipergunakan untuk membuka aib konseli. Data
konseli yang sampai bocor atau terdengar ke pihak lain yang tidak berwenang lalu kemudian
membuat konseli malu akan dapat menyebabkan konseling trauma (kapok) dalam mengikuti
proses bimbingan dan konseling.
5. Bermanfaat
Artinya bahwa pengumpulan data harus dapat memberi keuntungan kepada konseli dan mampu
mendukung kepentingannya. Data yang dikumpulkan, disimpan dan ditafsirkan sejauh yang
dibutuhkan demi peningkatan diri individu. Pengumpulan data seharusnya dilakukan bukan
karena alasan administratif atau menghabiskan program sehingga data yang menumpuk di lemari
ruang konseling yang tidak memberikan perubahan signifikan bagi konseli.[12]
Shertzer mengemukakan prinsip-prinsip appraisal (termasuk tes)[13] sebagai berikut:
1. Penilaian haruslah dilakukan bagi kepentingan individual.
2. Penilaian tidak dicapai pada jumlah dan derajat kebutuhan yang sama pada tiap-tiap konseli pada
waktu yang sama pula.
3. Tidak ada metode atau pemilihan tes tunggal dan prosedur yang sama pada tiap-tiap situasi.
4. Praktek penilaian mencakup antara pelajar individu dan lingkungan mereka.
5. Penilaian membantu individu secara bersama-sama, tidak terpisah-pisah pada tahap-tahapnya.
6. Mengakui keterbatasan pengukuran penilaian.
7. Tujuan dasar penilaian untuk meningkatkan pemahaman diri dan pengambilan keputusan.
8. Data penilaian harus dijaga di administrasikan dan diamankan dengan baik.
DATA YANG DIKUMPULKAN DALAM APPRAISAL
Kegiatan pengumpulan data dalam appraisal dimaksudkan untuk menghimpun berbagai
informasi dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan konseli dalam berbagai
aspeknya. Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam
kegiatan layanan sesuai dengan kebutuhannya.
Data yang dihimpun ketika appraisal dalam bimbingan dan konseling di sekolah antara
lain: data pribadi konseli, keluarga, sosial, budaya, agama, status ekonomi, prestasi, kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, ketahanan terhadap masalah, ketekunan,
dan sebagainya.[14]
Informasi dan data yang lengkap tentang konseli akan membantu guru BK atau konselor
dalam proses bimbingan dan konseling. Data yang dihimpun dapat berupa data pribadi individu
dan data lain yang terkait dengan konseli. Secara umum data yang diperlukan oleh guru BK atau
konselor pada kegiatan appraisal dalam bimbingan dan konseling[15] antara lain:
c. Katersediaan lnstrumen
Dalam kegiatan pengumpulan data, tidak semua lnstrumen mudah didapatkan, misalnya
lnstrumen tes. Tidak banyak lembaga yang mempunyai instrumen tes dan kalaupun ada lembaga
yang punya, untuk mendapatkannya diperlukan syarat tertentu. Oleh karena itu, perencanaan
appraisal juga perlu mempertimbangkan instrumen yang paling relevan dengan aspek yang
digali dan mudah didapat/ tersedia dengan mudah.
d. Ketcrsediaan waktu
Jika misalnya konselor mempuyai waktu yang sempit, maka penggunaan angket Iebih cepat dart
pada wawancara terhadap konseli. Pemilihan instrumen dengan mempertimbangkan waktu akan
dapat memudahkan pengumpulan data.
e. Ketersediaan dana
Beberapa instrumen memerlukan dana yang besar dan instrumen lain hanya membutuhkan dana
yang kecil. Konselor perlu mempersiapkan dana yang sesuai dengan kebutuhan appraisal agar
menggunakan lnstrumen yang sesuai sehingga mendapat informasi yang relevan. Jangan
sampai hanya karena tidak mampu mengadakan lnstrumen yang mahal, lalu konselor
memakai instrumen seadanya yang tidak relevan dengan tujuan pengumpulan data.
3. Penetapan waktu
Kapan appraisal dilakukan juga harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Penetapan
waktu appraisal erat sekali kaitannya dengan keberhasilan pelaksanaan appraisal. Dengan adanya
penetapan waktu, maka akan membantu dalam mempersiapkan Instrumen, tempat, waktu
pengadministrasian, dan analisis serta Interpretasi data.
Penetapan waktu menjadi sesuatu yang panting, karena konselor tidak seIalu bekerja
sendirian yang bisa menggunakan waktu sesukanya, apalagi jika konselor harus bekerjasama
orang lain, misalnya psikolog yang mempunyai kewenangan dalam tes psikologi, inteligensi,
inventori kepribadian dan tes minat.
PELAKSANAAN
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan appraisal yaitu bahwa
pelaksanaannya harus sesuai dengan manual/aturan seharusnya pada masing-masing instrumen.
Pelaksanaan yang asal-asalan dan tidak mengikuti prosedur bisa saja memungkinkan data yang
terkumpul tidak valid.
Manual instrumen dalam pelaksanaan appraisal dalam bimbingan dan konseling biasanya
memuat beberapa hal, yaitu antara lain:
1. Tata cara mengerjakan instrumen
Pada teknik tes, tata cara mengerjakan instrumen disertakan untuk memandu penyelenggara
maupun individu yang dites. Pada teknik non-tes, tata cara mengerjakan instrumen bisa berisi
tahapan-tahapan yang harus dijalani oleh konselor dalam proses pengumpulan data;
2. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan atau yang diperlukan dalam appraisal;
Beberapa tes psikologi mengharuskan testee (orang yang dites) untuk mengerjakan tes dalam
batasan waktu tertentu, karena ketika tes dikerjakan dalam waktu terbatas (terlalu sempit) dan
kondisi santai (atau terlalu lama) bisa memunculkan hasil yang interpretasinya berbeda dengan
penuunaan waktu yang ditentukan.
Teknik non-tes juga perlu memperhatikan waktu. Wawancara misalnya, data yang diperoleh
pada saat jam-jam sibuk tentu barbeda dengan saat santai. Observasi misalnya, perlu memilih
waktu yang tepat agar konselor mendapatkan data dari individu yang menarik guna membantu
bimbingan dan konselinz lebih tepat.
3. Kunci Jawaban;
Pada teknlk tes, kunci Jawaban dan pedoman penskoran harus tersedia agar hasil tes tidak
disalahartikan, apalagi jika yang melaksanakan tes bukan ahlinya. Pada teknik non-tes tidak
diperlukan kunci Jawaban. Namun juga diperlukan pedoman penilaian yang berisi ukuran atau
tingkatan nilai, misalnya pada lembar observasi
4. Cara menganalisis;
Cara menganalisis berarti cara mengelola data yang telah dihasilkan dari pengumpulan data
5. Interpretasi;
Yaitu cara menafsirkan data yang telah diperoleh untuk kemudian dapat dijadikan dasar tindakan
selanjutnya.
ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan dengan mengikuti petunjuk yang ada dalam manual masing-
masing instrumen pengumpul data. Metode analisis data appraisal dalam bimbingan dan
konseling bergantung pada data yang diperoleh, apakah termasuk data kualitatif atau kuantitatif.
Data kualitatif dianalisis dengan analisis kualitatif misalnya deskriptif naratif, misalnya
data yang diperoleh dengan teknik wawancara, observasi, kunjungan rumah dan lain-lain.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan konselor/guru BK dalam analisis data kualitatif,
antara Iain:
1. yakinkan semua data telah tersedia;
2. buatlah salinan data untuk mengantisipasi jika data hilang;
3. aturlah data dalam judul dan masukkan dalam file;
4. gunakan sistem-sistem kartu dalam map; periksa kebenaran hasil pengumpulan data.
Data kuantitatif dapat dianalisis dengan menggunakan statistik. Dalam bimbingan
konseling, statistik biasanya digunakan untuk analisis data hasil tes psikologi, misalnya tes
inteligensi, tes bakat dan minat. Dewasa ini, program statistik dapat dengan mudah dilakukan
dengan bantuan komputer, seperti program excel, USREL, SPSS, dan sebagainya.
INTERPRETASI DATA
Interpretasi adalah upaya mengatur dan menilai fakta, menafsirkan pandangan, dan
merumuskan kesimpulan yang mendukung. Penafsiran harus dirumuskan dengan hati-hati, jujur
dan terbuka. Penafsiran/interprestasi bisa juga diartikan sebagai kesan yang berikan oleh
konselor berdasarkan apa yang dilihat dan didengar ketika mengumpulkan data.
Beberapa hal yang harus ada dan mendapatkan perhatian dalam interpretasi data, yaitu:
1. Kompanen untuk menafsirkan/interpretasl hasil analisis data.
lnterpretasi berarti menilai objek appraisal dan menentukan dampak dari appraisal tersebut.
2. Petunjuk untuk menafsirkan analisis data
Kegiatan interprestasi data harus melewati beberapa tahapan yang akan membantu dalam
menyimpulkan arti dari semua data. Tahapannya meliputi:
a. Refleksi perasaan; konselor tidak jauh dari apa yang dikatakan konseli.
b. Klarifikasi; menjelaskan apa yang tersirat dalam perkataan konseli.
c. Refleksi; penilaian konselor terhadap apa yang dlungkapkan konseli.
d. Konfrontasi; konselor membawa kepada perhatian dan perasaan konseli tanpa disadari.
e. lnterprestasi; konselor memperkenalkan konsep-konsep hubungan yang berakar dari
pengalaman.
TINDAK LANJUT
Yang dimaksud dengan tahapan tindak lanjut dalam rangkaian tahapan appraisal
konseling adalah rupaya yang dilakukan oleh konselor dalam menindak lanjuti hasil interpretasi
data.
Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan dalam tahap tindak lanjut adalah apakan
konseli perlu mendapatkan perlakuan (treatment) tertentu, apakah konseli perlu melakukan
konseling lanjutan dengan memfokuskan aspek yang berbeda, atau bahkan bisa jadi konseli perlu
mendapat rujukan kepada pihak ketiga.
Rujukan pihak ketiga diperlukan jika konselor yang bersangkutan tidak mempunyai
kewenangan atau tidak mempunyai kemampuan untuk menangani masalah konseli.
[1] W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 1991), hal. 225.
[2] Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),
hal. 77.
[3] Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan (Bandung: Reflika
Aditama, 2006), hal. 19.
[4] Prayitno dan Eman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Bandung: Rineka Cipta, 1999), hal.
315-317.
[5] Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2004), hal. 14.
[6]W.S. Winkel S.J., Bimbingan..., hal.225.
[7] Ratna Widiastuti, Asesmen dan Instrumen untuk Melakukan Asesmen dalam Bimbingan dan Konseling,
(http://blog.unila.ac.id/ratnawidiastuti/2010/11/12/asesmen-instrumen, diakses
[8] Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir) (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), hal.61.
[9] Tarmizi, Peranan Himpunan Data dalam Pelayanan Konseling Kelompok di SMA Negeri 2
Medan (http://wacanaislam.blogspot.com/2008/05/peranan-himpunan-data-dalam-pelayanan.html diakse
s 9 September 2018).
[10] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), hal. 233-234.
[11] Tarmizi, Peranan Himpunan Data ...
[12] W.S. WinkelS.J., Bimbingan..., hal. 226.
[13] Bruce Shertzer dan and Shelley C. Stone, Fundamentals of Guidance, 4th ed. (Boston: Houghton Mifflin
Company, 1981), hal. 264-265.
[14] Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling..., hal. 19.
[15] Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),
hal. 77-80.
[16] Lewis R. Aiken dan Gary Groth-Marnat, Pengentasan dan Pemeriksaan Psikologi, ter. Hartati
Widiastuti (Jakarta: Indeks, 2008), hal. 26.
[17] Sugiyatno, “Testing dalam Bimbingan dan Konseling”, Paradigma, 01 (Januari, 2006), hal. 97.