Anda di halaman 1dari 14

MODUL 1

PERENCANAAN PROSES

1.1 Tujuan Praktikum


Dengan praktikum ini diharapkan praktikan mampu:
1. Memahami proses perakitan sebuah produk
2. Memahami dan menyusun struktur dari suatu produk dengan membuat Bill of
Material (BOM) dari produk yang telah ditetapkan
3. Memahami konsep urutan aliran komponen perakitan suatu produk dan
menyusunnya ke dalam bentuk Assembly Chart (AC)
4. Mampu merancang urutan operasi kerja dengan menyusun Operation Process Chart
(OPC) dari sebuah produk

1.2 Teori Singkat


Perencanaan proses merupakan tahapan untuk menentukan bagaimana suatu produk itu
diproduksi. Tahapan tersebut mendefinisikan secara detail proses produksi dan perakitan,
termasuk waktu produksi dari setiap komponen dan perakitannya, material serta peralata yang
dibutuhkan. Sehingga hasil perencanaan proses ini dapat langsung digunakan untuk produksi.
Definisi dari Process Planning menurut ANSI Standar Z94.10 1972 adalah: “a procedure for
determining the operations or actions necessary to transform material from one state to another”.
Sedangkan Bedworth pada bukunya yang berjudul Computer – Integrated Design and
Manufacturing lebih tajam lagi mengatakan Process Planning adalah: “The preparation of a set of
instructions that describe how to fabricate a komponen or build an assembly which will satisfy
engineering design specifications”. Perancangan proses merupakan suatu aktivitas yang
memrlukan serangkaian langkah/kegiatan yang berurutan di mulai dengan penetapan tahapan
proses produksi sampai dengan evaluasi atau pemilihan alternatif proses produksi dari masing-
masing tahapan sesuai dengan produk yang dibuat.
I. Bill of Material (BOM)
Bill of Material (BOM) adalah daftar dari semua material, part, subassembly, dan kuantitas
yang dibutuhkan untuk merakit, mencampur atau memproduksi produk akhir atau parent
assembly. Menurut Scott (1994), BOM merupakan sebuah kunci dalam menghubungkan
struktur produk dansistem perencanaan material (material planning systems). Sangat baik
apabila produk yang akan dibuat atau dirakit dipresentasikan oleh BOM produk tersebut
karena di dalam BOM digambarkan komponen-komponen atau part-part produk dalam
sebuah hubungan orang tua (parent) dan anak (child). Penggambaran komponen dengan
level yang lebih rendah juga dengan mudah ditunjukkan pada BOM. Jadi, BOM
merupakan gambaran hierarki, dimana terdapat banyak level untuk subassemblies dari
produk. BOM terdiri dari berbagai bentuk dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
BOM dibuat sebagai bagian dari proses desain dan digunakan oleh manufacturing engineer
untuk menentukan item yang harus dibeli atau diproduksi. Perencanaan pengendalian
produksi dan persediaan menggunakan BOM yang dihubungkan dengan Master
Production Schedule (MPS) untuk menentukan release item yang dibeli atau diproduksi.
➢ Single Level Bill of Material
Single level Bill of Material terdiri dari daftar seluruh komponen yang dibutuhkan untuk
membuat end item, termasuk untuk setiap komponen (1) nomor komponen, (2)
keterangan singkat , (3) Jumlah yang dibutuhkan untuk setiap single end item dan (4)
unit ukuran komponen. Contoh single level BOM ditunjukkan pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Single BOM


➢ Multiple Bill of Material
Multiple bill of material tidak cukup untuk menggambarkan produk yang memiliki
subassembly. Produk dengan subassembly, menggunakan multilevel tree dan
multilevel bill of material. Multilevel tree berupa “pohon” dengan beberapa level yang
menggambarkan struktur parents dan child dari produk. Produk akhir yang merupakan
parent dari subassembly berada pada level 0 (nol). Begitu pula dengan subassembly
yang merupakan parent dari parts yang berada pada level 1(satu). Nomor level
bertambah untuk tiap child dari parent-nya. Contoh multilevel bill of material
ditunjukkan pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Multilevel Bill of Material

II. Peta Perakitan (Assembly Chart / AC)


Assembly Chart merupakan gambaran grafis yang mendeskripsikan urutan aliran
komponen dansubassembly yang akan dirakit menjadi sebuah produk. Assembly Chart
bermanfaat untuk menunjukkan komponen penyusun suatu produk dan menjelaskan
bagaimana aliran perakitan komponen-komponen tersebut. Pada pembuatan assembly
chart, biasanya sering terjadi berbagaikesalahan, seperti kesalahan penulisan fastener
dan subassembly.
Langkah-langkah membuat peta perakitan :
1. Dengan menggunakan komponen atau dokumen barang dan lintasan produksi bagi
proses perakitan, tentukan operasi terakhir dalam produksi atau dalam rakitan-
rakitan suatu produk. Gambarkan operasi terakhir ini dengan lingkaran berdiameter
12 mm pada sudut kanan bawah selembar kertas, dan tuliskan operasi itu dengan
jelas di sebelah kanan lingkaran tadi.

2. Gambarkan garis mendatar dari lingkaran ke arah kiri, tempatkan lingkaran


berdiameter 6 mm pada ujungnya, dan tunjukkan setiap komponen (nama, nomor
komponen, jumlah dsb.) yang dirakit pada operasi tersebut. Komponen sebaiknya
disusun berdasarkan urutan pemasanganya, komponen terakhir di pasng di bawah.

3. Jika yang dihadapi adalah rakitan-bagian (bukan komponen), buat garis tadi
sebagian dan akhiri dengan lingkaran berdiameter 9 mm untuk menggambarkan
operasi rakitan-bagian tadi. Kemudian lanjutkan ke kiri rakitan-bagian tersebut,
diuraikan ke dalam kmponen-komponennya. Setelah penggambaran peta rakitan
selesai, rakitan dapat diberi nomor. Garis yang menunjukan komponen mandiri
harus di tarik ke sebelah kiri dan diakhiri dengan lingkaran berdiameter dengan
lingkaran berdiameter 6 mm yang nomor komponenya dapat dimasukan.

4. Jika operasi rakitan terakhir dan komponen-komponen selesai dicatat, gambarkan


garis tegak pendek dari lingkaran 8 mm ke atas, masuki lingkaran 12 mm yang
menunjukan operasi rakitan sebelum operasi rakitan yang telah di gambarkan pada
langkah 2 dan 3. Ulangi langkah 2 dan 3. Teruskan sampai seluruh produk selesai
di uraikan dan semua komponen telah dicatat di sebelah kiri dari atas ke bawah.

5. Periksa kembali peta ini terhadap dokumen barang untuk meyakinkan bahwa
seluruh komponen telah tercantum. Lingkaran yang menunjukan rakitan atau
rakitan bagian tidak selalu harus menunjukan lintasan stasiun kerja atau lintasan
rakitan atau bahkan orang, tetapi benar-benar hanya menunjukan urutan operasi
yang harus dikerjakan. Waktu yang diperlukan oleh tiap operasi akan menentukan
apa yang harus dikerjakan oleh tiap operator.

Gambar 1.5 Format Assembly Chart


Gambar 1.6 Contoh Assembly Chart

III. Operation Process Chart (OPC)


Operation Process Chart (OPC) adalah peta kerja yang menggambarkan urutan kerja
dengan membagi pekerjaan-pekerjaan tersebut ke dalam elemen-elemen operasi secara
rinci. OPC menjelaskan langkah-langkah proses pengerjaan material, mulai dari bahan
baku (material) hingga menjadi komponen atau produk jadi. OPC memuat informasi -
informasi yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut, yaitu lama waktu setiap operasi,
material yang digunakan, komponen yang dirakit, dan alat atau mesin yang dipakai untuk
memproses material. Jadi, dalam suatu OPC dicatat kegiatan-kegiatan operasi dan
pemeriksaan, terkadang pada akhir operasi dicantumkan kegiatan penyimpanan atau
inspeksi.
Adapun manfaat OPC adalah sebagai berikut:
✓ Untuk mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya,
✓ Untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku dan waktu operasi,
✓ Salah satu alat untuk menentukan tata letak pabrik,
✓ Salah satu alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang berlaku,
✓ Sebagai alat untuk latihan kerja.
Prinsip – prinsip penyusunan OPC juga terdapat beberapa prinsip, diantaranya:
• Pada baris paling atas terdapat kepala peta “Operation Process Chart”, dan
identifikasi lain:nama objek yang dipetakan, nama pembuat peta, tanggal
dipetakan, cara lama atau cara sekarang, nomor peta, dan nomor gambar.
• Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horizontal untuk me-
nunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.
• Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan terjadi-
nya perubahan proses.
• Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan, sesuai
dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut, atau
sesuai denganproses yang terjadi.
• Penomoran terhadap suatu kegiatan inspeksi diberikan secara tersendiri dan
prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.
• Pada bagian bawah OPC dibuat ringkasan yang memuat informasi: jumlah operasi,
jumlah inspeksi, serta jumlah waktu yang diperlukan
Pada Operation Process Chart terdapat symbol – symbol yang digunakan, diantaranya adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Simbol-simbol peta proses operasi
Simbol Kegiatan Definisi
Kegiatan operasi yang terjadi bilamana sebuah
objek (benda, kerja/bahan baku) mengalami
Operasi perubahan bentuk baik secara fisik maupun
kimiaawi, perakitan dengan objeknya lainnya atau
diurai rakit dan lain-lain.
Kegiatan inspeksi terjadi jika sebuah objek
Inspeksi mengalami pengujian ataupun pengecekan ditinjau
dari segi kuantitas ataupun kualitas.
Kegiatan transportasi terjadi bilamana sebuah
objek dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain.
Jika perpindahan tersebut merupakan bagian dari
Transportasi
operasi atau inspeksi, seperti loading/unloading
material maka hal tersebut bukan termasuk
kegiatan transportasi
Proses menunggu terjadi bila material, benda kerja,
Menunggu operator atau fasilitas kerja dalam keadaan berhenti
atau tidak mengalami kegiatan apapun.
Proses penyimpanan terjadi jika objek disimpan
dalam jangka waktu yang cukup lama. Disini objek
Menyimpan akan disimpan secara permanen dan dilindungi
terhadap pengeluaran atau pemindahan tanpa ijin
khusus
Jika dikehendaki untuk menunjukkan kegiatan-
kegiatan yang secara bersama dilakukan oleh
Aktivitas ganda operator pada stasiun kerja yang sama pula, seperti
kegiatan operasi yang harus dilakukan bersama
dengan kegiatan inspeksi
Adapun untuk contoh OPC dapat dilihat pada Gambar 1.4 dibawah ini.

Gambar 1.4 Contoh Operation Proses Chart

1.3 Kegiatan Praktikum


Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam praktikum perencanaan proses adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan disassembly (pembongkaran) pada Tamiya yang telah dipilih
2. Membuat Bill of Material atau struktur produk dari Tamiya yang disediakan
3. Membuat peta perakitan (assembly chart) dari Tamiya
4. Membuat peta proses operasi (operation process chart) dari Tamiya
1.4 Prosedur Praktikum
Adapun urutan langkah – langkah yang dilakukan selama praktikum adalah sebagai
berikut:
SESI PERTAMA
1. Praktikan berkumpul sesuai dengan kelompoknya di meja masing – masing.
2. Praktikan membagi job desk selama praktikum, dengan:
➢ 1 orang sebagai operator,
➢ 1 orang sebagai pembantu operator,
➢ 1 orang bertugas mengambil gambar tamiya pada setiap partnya dan di sesi
kedua mengukur waktu pengerjaan dengan stopwatch,
➢ 1 orang bertugas memasukkan data pada worksheet praktikum,
➢ 1 orang bertugas mengarahkan dan membantu selama praktikum
3. Praktikan mencoba melakukan reassembly (membongkar) mobil tamiya yang telah
disediakan
4. Praktikan memulai praktikum dengan mengamati part-part tamiya dan mengisi
worksheep BOM berdasarkan urutan part yang paling utama hingga part yang
paling kecil (detail)
5. Praktikan merakit (memasang kembali) semua part tamiya sehingga menjadi
tamiya yang utuh
6. Praktikan menganalisa proses perakitan tamiya dan merancang assembly chart dan
operation process chart yang ada di lembar kerja mahasiswa.

SESI KEDUA
1. Praktikan berkumpul sesuai dengan kelompoknya di meja masing – masing.
2. Praktikan membagi job desk selama praktikum, dengan:
➢ 1 orang sebagai operator,
➢ 1 orang sebagai pembantu operator,
➢ 1 orang bertugas mengukur waktu pengerjaan dengan stopwatch,
➢ 1 orang bertugas memasukkan data pada worksheet praktikum,
➢ 1 orang bertugas merekam video perakitan di setiap tahapan pengerjaannya
3. Praktikan mencoba melakukan reassembly (membongkar) mobil tamiya yang telah
disediakan
4. Praktikan merakit (memasang kembali) semua part tamiya sehingga menjadi
tamiya yang utuh
5. Praktikan merekam setiap tahap perakitan dan mengukur waktu pengerjaannya
dengan menggunakan stopwatch
6. Waktu pengamatan setiap langkah perakitan dicatat dengan mengisi worksheet
yang ada di lembar kerja praktikum.
7. Ulangi proses perakitan ini hingga semua praktikan dalam kelompok menjadi
operator (terdapat 5 data perakitan seperti pada worksheet yang disediakan).
8. Selanjutnya praktikan menggabungkan semua data perakitan dari semua kelompok
(kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3) sehingga terdapat data perakitan
sebanyak 15 data.
9. Praktikan mengisi worksheet terakhir dengan data-data yang telah dikumpulkan
dan menghitung waktu-waktu kerja pada worksheet tersebut.
10. Selesai
LEMBAR KERJA MAHASISWA

1. Bill of Material (BOM)


Jumlah
No Kode Part Nama Komponen Gambar Komponen
Komponen
1 001X Rangka depan 1

Dst..

2. Assembly Chart dari Produk Tamiya

3. Operation Process Chart dari Produk Tamiya


4. Pengukuran Waktu Perakitan

Operator 1
Nama :

No. Langkah Kerja Waktu yang diperlukan


(menit)
1
Dst..

Operator 2
Nama :

No. Langkah Kerja Waktu yang diperlukan


(menit)
1
Dst..

Operator 3
Nama :

No. Langkah Kerja Waktu yang diperlukan


(menit)
1
Dst..
Operator 4
Nama :

No. Langkah Kerja Waktu yang diperlukan


(menit)
1
Dst..

Operator 5
Nama :

No. Langkah Kerja Waktu yang diperlukan


(menit)
1
Dst..
5. Data Waktu Kerja

No. Langkah Kerja Op 1 Op 2 Op 3 Op 4 Op 5 Op 6 Op 7 Op 8 Op 9 Op 10 Op 11 Op 12 Op 13 Op 14 Op 15 Ws Wn Wb


1
dst

Anda mungkin juga menyukai