Anda di halaman 1dari 3

Sabina Nuri Ayu

XI TKJ 2/ 30

Kisah Nabi Syuaib


 

Kisah Nabi Syu’aib ‘Alaihissalam


Nabi Syu’aib ‘alaihissalam tinggal di kota Madyan yang letaknya di Yordania
sekarang. Ketika itu, masyarakatnya kafir kepada Allah dan melakukan
berbagai kemaksiatan, seperti membajak dan merampas harta manusia yang
melintasi mereka. Mereka juga menyembah pohon lebat yang disebut Aikah.

Mereka bermuamalah buruk dengan manusia, menipu dalam melakukan jual


beli dan mengurangi takaran dan timbangan. Maka Allah mengutus kepada
mereka seorang rasul dari kalangan mereka bernama Nabi
Syu’aib ‘alaihissalam. Beliau mengajak mereka beribadah kepada Allah dan
tidak berbuat syirik, melarang mereka mengurangi takaran dan timbangan
serta melarang melakukan pembajakan, dan melarang berbuat buruk lainnya.
Nabi Syu’ab ‘alaihissalam berkata kepada mereka, “Wahai kaumku!
Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu
selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari
Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah
kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah Allah
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu betul-betul
orang-orang yang beriman.— Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan
dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari
jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok…dst.”(QS.
Al A’raaf: 85)

Demikianlah, Nabi Syu’aib ‘alaihissalamterus berdakwah kepada kaumnya


dan menerangkan kebenaran kepada mereka, tetapi yang beriman hanya
sedikit saja, sedangkan sebagian besar mereka kafir. Meskipun begitu, beliau
tidak berputus asa terhadap penolakan mereka, bahkan tetap sabar
mendakwahi mereka dan mengingatkan mereka nikmat-nikmat Allah yang
tidak terhingga. Akan tetapi kaumnya tetap tidak menerima nasihat dan
dakwahnya, bahkan mereka berkata kepada Nabi Syu’ab sambil mengolok-
olok, “Wahai Syu’aib! Apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami
meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang
kami berbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya
kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal.” (QS. Huud: 87)
Kemudian Nabi Syu’aib membantah mereka dengan kalimat yang halus
sambil mengajak mereka kepada yang haq, “Wahai kaumku! Bagaimana
pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan
dianugerahi-Nya aku dari-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi
perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan
mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali
(mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan tidak ada taufik
bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku
bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Huud: 88)
Seperti itulah Nabi Syu’aib ‘alaihissalam, Beliau berdakwah dengan
argumentasi yang kuat, sehingga Beliau disebut Khathibul Anbiya’ (Ahli Pidato
dari kalangan para nabi).

Selanjutnya, Beliau berkata kepada mereka menakut-nakuti mereka dengan


adzab Allah dan mengajak mereka kembali kepada Allah, “Wahai kaumku,
janganlah pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu
menjadi jahat hingga kamu ditimpa adzab seperti yang menimpa kaum Nuh
atau kaum Hud atau kaum Saleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (zaman
dan tempatnya) dari kamu.—Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu
kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Penyayang lagi Maha Pengasih.” (QS. Huud: 89-90)
Maka mereka mengancam akan menghukum Beliau, mereka berkata, “Wahai
Syu’aib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan
sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara
kami; kalau tidak karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu,
sedang kamu pun bukanlah seorang yang kuat di sisi kami.” (QS. Huud: 91)
Syu’aib menjawab, “Wahai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat
menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan di
belakang (tidak dipedulikan)? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku
meliputi apa yang kamu kerjakan.” (QS. Huud: 91)

Selanjutnya, Nabi Syu’aib menakut-nakuti mereka dengan adzab Allah jika


mereka tetap di atas kesesatan dan kemaksiatan mereka, tetapi kaumnya
malah menjawab ancaman itu dengan mengancam Beliau dan memberikan
pilihan, “Mengikuti agama mereka atau pergi meninggalkan kota mereka
bersama orang-orang yang beriman yang mengikutinya.” Namun Nabi Syu’aib
dan orang-orang yang beriman bersamanya tetap teguh di atas keimanan
mereka dan menyerahkan urusan mereka kepada Allah. Maka kaumnya
menuduh Beliau sebagai pesihir dan pendusta (QS. Asy Syu’araa: 185-186)
dan mengolok-olok adzab yang beliau ancamkan, bahkan meminta
disegerakan adzab. Para pemuka mereka juga berkata kepada yang lain,
“Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu’aib, tentu kamu menjadi orang-
orang yang merugi.” (QS. Al A’raaf: 90)
Hingga akhirnya Nabi Syu’aib ‘alaihissalamberdoa kepada Tuhannya, “Ya
Tuhan Kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan haq (adil)
dan Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.” (QS. Al A’raaf: 89)
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh Nabi syu’aib ‘alaihissalam agar
keluar dari kota itu bersama orang-orang yang beriman karena adzab akan
turun menimpa kaumnya, selanjutnya Allah mengirimkan kepada mereka
cuaca yang begitu panas yang membuat tanaman kering, sumur kering, dan
susu hewan habis, maka orang-orang pun keluar mencari kesejukan, lalu
mereka menemukan awan hitam yang sebelumnya mereka kira sebagai hujan
dan rahmat, sehingga mereka berkumpul di bawahnya, kemudian ditimpakan
kepada mereka bunga api yang membakar dan api yang bergejolak sehingga
membakar mereka semua, bumi pun berguncang dan mereka ditimpa suara
yang mengguntur yang mencabut nyawa mereka sehingga mereka menjadi
jasad-jasad yang mati bergelimpangan. Setelah kejadian itu, NabiSyu’aib
meninggalkan mereka sambil berkata, “Wahai kaumku! Sesungguhnya aku
telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah
memberi nasihat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati
terhadap orang-orang yang kafir?”

Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta’alamengirimkan kepada mereka


berbagai bentuk adzab dan musibah karena sifat dan perbuatan mereka yang
buruk. Allah timpakan kepada mereka gempa bumi sebagai balasan karena
mereka mengancam akan mengusir Nabi Syu’aib dan para pengikutnya (QS.
Al A’raaf: 91). Dia juga menimpakan suara yang mengguntur sebagai balasan
atas olok-olokkan mereka kepada Nabi mereka (QS. Huud: 87). Dan Dia juga
menimpakan kepada mereka naungan awan yang daripadanya keluar bunga
api sebagai jawaban atas permintaan mereka untuk ditimpakan adzab berupa
gumpalan dari langit (QS. Asy Syu’aaraa’: 187-188).

Allah menyelamatkan Nabi Syu’aib ‘alaihissalam dan orang-orang yang


beriman bersamanya, Dia berfirman, “Dan ketika datang adzab Kami, Kami
selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan
rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara
yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.–
Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah,
kebinasaanlah bagi penduduk Mad-yan sebagaimana kaum Tsamud telah
binasa.” (QS. Huud: 94-95).
Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa shallallahu ‘alaa
nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Anda mungkin juga menyukai