Anda di halaman 1dari 14

Generasi Biologi

Explorans vivo, a meleculo ad universum

 HOME

 ARTIKEL

 PETA SITUS

 ABOUT US

 KONTAK KAMI

 HOME

 MIKROBIOLOGI

 BOTANI

 ZOOLOGI

 BIOLOGI MOLEKULAR

 EKOLOGI

 
 BIOLOGI SMA

 PETA SITUS

You are here: Home / Endokrin / Hormon dan Homeostatis

Hormon dan Homeostatis


APRIL 19, 2016 BY MH BADRUT TAMAM LEAVE A COMMENT

Advertisements

Konsep homeostasis dikembangkan oleh Claude Bernard yang menyatakan


bahwa organime hidup dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan internal.
Komponen internal penting dipenuhi oleh cairan tubuh yang diproduksi dan
dikontrol oleh organisme sehingga organisme tersebut menjadi lebih
independen dari segala perubahan lingkungan luar dengan cara memelihara
lingkungan interior secara konstan. Kebutuhan pemeliharaan keseimbangan
‘internal milieu’ diperoleh dari suplai makanan yang terus menerus.

Tubuh memelihara diri secara presisi terhadap perubahan komponen-


komponen cairan tubuh seperti ion-ion Ca2+, Na+, K+, oleh karena itu sel-sel
sensoris dan endokrin berfungsi sebagai pengatur untuk memonitor
konsentrasi senyawa-senyawa atau ion-ion. Jika konsentrasi metabolit tubuh
berkurang / mengalami penurunan (seperti kehilangan cairan tubuh yang
disebabkan oleh pengeluaran urin atau proses penguapan). 
Proses monitoring berlangsung saat sel-sel sensoris/endokrin mengeluarkan
senyawa (hormon) yang selanjutnya akan mempengaruhi sel-sel tubuh
lainnya untuk melepaskan metabolit yang disimpannya untuk mencegah
kehilangan cairan tubuh yang lebih banyak. Stimulasi hormon yang mampu
mempengaruhi peningkatan ion-ion atau glukosa pada suatu titik tertentu (set
point) merupakan suatu contoh dari sistem umpan balik negatif (negative
feedback systems) terhadap stimulus (Gambar 1). 

Gambar 1. Sistem umpan balik negatif

Adapun sistem umpan balik positif (positive feedback systems) muncul saat
terjadi peningkatan suatu hormon (Contoh: Hormon I) yang akan
mempengaruhi kelenjar untuk melepaskan hormon lain (contoh: Hormon II)
yang  kemudian justru dapat menstimulasi peningkatan produksi hormon I.
Sistim umpan balik positif memiliki beberapa mekanisme pemberhentian
pelepasan hormon I atau bila tidak sistem akan berkerja terus tanpa henti
(Gambar 2).

Gambar 2. Sistem umpan balik positif


Sebagai contoh siklus ovarium hewan primata. Sekresi hormon estradiol
(estrogen) oleh kelenjar gonad betina akan mempengaruhi sekresi hormon
hipofise yang kemudian akan menstimulasi kembali ovarium untuk
mensekresi  sehingga kadar hormon estrogen dan gonadotropin meningkat.
Saat folikel-folikel ovarium ‘mengecil’ menyebabkan penurunan kadar
estrogen dan gonadotropin. 
Sistem umpan balik dua hormon (two hormone feedback systems) pada
beberapa sistem umpan balik dapat muncul  saat terjadi peningkatan kadar
plasma suatu hormon (contoh:. hormon I) yang mungkin menstimulasi pula
pelepasan suatu metabolit (contoh: glukosa) dari suatu jaringan/organ target
A. Peningkatan kadar metabolit tersebut selanjutnya akan menstimulasi
pelepasan hormon II dari jaringan/organ target B yang akan menurunkan
kadar metabolit (glukosa). Penurunan metabolit tersebut akan mampu
menstimulasi kembali jaringan/organ target A untuk melepaskan hormon I
(Gambar 3).

Gambar 3. Sistem umpan balik dua hormone


Daftar Isi
 Homeostasis Glukosa
 Homeostasis Kalsium
 Homeostasis Sodium
 Jantung sebagai Kelenjar Endokrin
 Integrasi Neuroendokrin dalam Homeostasis
o Pencarian Terkait:

Baca juga :  Sistem Peredaran Darah Pada Katak / Kodok (Amfibi) Dilengkapi
Gambar

Homeostasis Glukosa
Glukosa darah manusia dijaga pada konsentrasi yang tepat. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kadar glukosa darah adalah asupan makanan,
kecepatan proses pencernaan, proses metabolisme, ekskresi, latihan fisik,
status fisiologis dan status reproduksi. 
Semua faktor tersebut mempengaruhi proses faal secara terus menerus dan
kadar glukosa plasma darah. Pada saat-saat tertentu kadar glukosa akan
menurun sesuai dengan aktivitas otot terutama saat terjadi penurunan asupan
makanan. Berkurangnya glukosa darah akan terdeteksi oleh sel-sel
α pankreas (sel-sel pulo-pulo Langerhans). Sel-sel α akan mensekresi
hormon glukagon yaitu hormon yang akan mempengaruhi sel-sel hati
(hepatocyte) untuk mensekresi glukosa sehingga yang akan menaikkan kadar
glukosa dalam darah. 
Sebaliknya, saat kadar glukosa darah meningkat, terutama sesudah ada
asupan makanan, akan terdeteksi oleh sel-sel β pankreas untuk melepaskan
hormon insulin. Insulin tersebut akan menginduksi pengambilan glukosa dari
darah menuju hati dan sel-sel lainnya sehingga kadar glukosa darah akan
menurun hingga mencapai konsentrasi yang normal dalam darah.
Kekurangan hormon insulin mengakibatkan ketidakmampuan penurunan
kadar glukosa darah yang menyebabkan diabetes mellitus (Gambar 4).
Gambar. 4. Homeostasis Glukosa

Homeostasis Kalsium
Dalam tubuh ion Ca2+ dibutuhkan untuk proses pembekuan darah, sekresi
proses seluler dan kontraksi otot. Pada mamalia konsentrasi Ca 2+ dijaga
dalam jumlah terbatas, namun perubahan sedikit saja dari titik tertentu (set
point) akan mempengaruhi mekanisme homeostasis untuk membawa kembali
konsentrasi Ca2+ ke kondisi nilai semula. Jika terjadi penurunan konsentrasi
Ca2+ maka sel-sel kelenjar paratiroid akan mendeteksi kondisi tersebut
sehingga mensekresi parathormon yang selanjutnya akan:
(1) beraksi untuk mempengaruhi aktivitas tulang melepaskan simpanan
kalsium
(2) menstimulasi absorpsi  Ca2+ dari usus dan
(3) meningkatkan resorpsi/pencegahan hilangnya Ca2+ dari urin oleh ginjal
  Semua proses tersebut di atas cenderung mengembalikan konsentrasi Ca2+
kembali ke kadar normal. 
Sebaliknya, kekurangan parathormon menyebabkan penurunan kadar
Ca2+ yang dapat menyebabkan konvulsi tetanik (kejang-kejang) dan kematian.
Jika konsentrasi Ca2+ meningkat (terutama setelah ada asupan makanan),
akan mempengaruhi hormon lain yakni Calcitonin yang mampu menurunkan
kadar sirkulasi Ca2+. 
Pada mamalia, hormon calcitonin dilepaskan oleh sel-sel parafollikular dalam
kelenjar tiroid yang mampu mendeteksi terjadinya peningkatan konsentrasi
Ca2+. Fungsi hormon Calcitonin antara lain menyebabkan terjadinya proses
deposisi/penyimpanan Ca2+ ke dalam tulang, serta mencegah pengambilan
dan resorpsi Ca2+ di usus dan ginjal (Gambar 5).

9OPOWPQ
Fungsi hormone calcitonin antara lain menyebabkan terjadinya proses
deposisi atau penyimpangan ca2+ kedalam tulang serta mencegah
pengambilan dan resorpsi ca2+ di usus dan ginjal
Gambar 5. Homeostasis  kalsium

Homeostasis Sodium
Ion-ion Na+ merupakan elektrolit utama cairan tubuh yang secara kontinyu
hilang dari tubuh melalui urin dan keringat. Pada dinding pembuluh darah
ginjal terdapat beberapa sel yang bertindak sebagai osmoreseptor yang
mampu memonitor konsentrasi Na+ dalam darah. 
Jika diketahui terjadi penurunan osmolaritas, sel-sel tersebut akan
melepaskan senyawa renin yang berfungsi sebagai enzim dan mampu
memisahkan protein plasma darah menjadi senyawa peptida yang lebih kecil
yang selanjutnya akan mempengaruhi enzim lain untuk melepaskan hormon
peptide lainnya yakni Angiotensin II. Angiotensin II akan menstimulasi sel-sel
adrenal bagian korteks untuk mensekresi aldosteron. Aldosteron kemudian
akan mempengaruhi beberapa kumpulan sel-sel tubulus ginjal menyerap Na+
dari urin. 
Jantung sebagai Kelenjar Endokrin
Saat darah masuk ke dalam jantung maka akan terjadi pembesaran atrium
yang menjadi stimulus bagi diuresis air dan garam ginjal. Diketahui bahwa
ekstrak ANF (atrial natriuretic factor) atrium (disebut hormon atriopeptin) yang
disuntikkan pada tikus mampu menimbulkan peningkatan garam-garaman di
urin (natriuresis) dan ekskresi air (diuresis). 
Integrasi Neuroendokrin dalam Homeostasis
Perubahan faktor-faktor extrinsic dan intrinsic (seperti konsentrasi elekrolit,
senyawa metabolit) dimonitor dan dideteksi oleh berbagai macam reseptor
(seperti mekanoreseptor, kemoreseptor, osmoreseptor, termoreseptor,
baroreseptor). Elemen-elemen sensoris dapat berupa komponen-komponen
seluler kelenjar yang merespons berbagai stimuli dengan melepaskan hormon
ke dalam sirkulasi darah atau memancarkan impuls saraf ke sel saraf atau
elemen-elemen seluler lainnya yang selanjutnya juga akan me menginduksi
pelepasan satu atau lebih senyawa kimia (chemical messenger/hormon). 
Salah satu contoh dari integrasi neuroendokrin dalam homeostasis adalah
kontrol keseimbangan air. Jika tubuh mengalami kekurangan air yang tidak
diperbaiki maka akan mengakibatkan dehidrasi. Perubahan elektrolit Na+
dalam darah akan dimonitor oleh osmoreseptor (sel sensoris yang
mendeteksi kondisi ‘hyperosmolality’) dan baroreseptor (sel sensoris yang
mendeteksi kondisi ‘hypovolemia’). 
Kedua informasi akan disampaikan ke- dan diintegrasi oleh hipotalamus yang
akan mensekresikan hormon ADH (Antidiuretic Hormone/ADH atau Arginine
Vasopressin/AVP disebut vasopressin) ke dalam darah yang selanjutnya akan
mempengaruhi sel-sel tubulus ginjal yang mampu mereabsorpsi air. 
Vasopressin juga menyebabkan kontraksi otot pembuluh darah yang mampu
memperbaiki sebagian tekanan darah. Selain itu, neuron sensoris dalam otak
juga memonitor osmolalitas cairan tubuh yang pada keadaan dehidrasi akan
mensekresi neurohormon yang mampu menstimulasi perilaku minum
(dipsogenik). 
Pencarian Terkait:
 homeostasis dan hormon
 mekanisme keseimbangan gula darah
Mh Badrut Tamam
Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation

Baca juga :  Sistem Tulang (Rangka) Pada Manusia, Penjelasan TERLENGKAP

Share this:

 Facebook

 LinkedIn

 Twitter

 Telegram

 WhatsApp


Like this:

Reader Interactions
Leave a Reply
Primary Sidebar
Search
Search this website
SUBSCRIBE TO BLOG VIA EMAIL

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of
new posts by email.
Join 2 other subscribers

Email Address

SUBSCRIBE
POSTING TERBARU

 Ini yang Terjadi pada Perilaku Hewan Ketika Terjadi Gerhana Matahari
 Perbedaan Ular King Kobra dengan Kobra
 Adaptasi Ular Laut Ketika Bernafas di Air Kini Terungkap
 Human Papillomavirus (HPV): Patologi dan Biologi Molekuler
 Peran Protein G Sebagai Saklar Molekuler
ARSIP

Arsip                                                                                                                   

KATEGORI ARTIKEL

Kategori Artikel                                                                                                   

COPYRIGHT ©   2020 ·   GENESIS FRAMEWORK   ·   WORDPRESS   ·   LOG IN

Anda mungkin juga menyukai