Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Iman

Secara etimologis berarti ‘percaya’. Perkataan iman (‫ )إيمان‬diambil dari kata


kerja ‘aamana’ (‫ – )أمن‬yukminu’ (‫ )ي&&&&ؤمن‬yang berarti ‘percaya’ atau
‘membenarkan’.
Menurut hadits, iman merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan
merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan
perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang – orang beriman adalah
mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama,
maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang
memiliki prinsip. Atau juga pandangan dan sikap hidup.
Menurut para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman:
a. Imam Ali bin Abi Talib: “Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan
yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota.”
b. Aisyah r.a.: “Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan
membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota.”
c. Imam Al-Ghazali: “Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan
pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun
(anggota-anggota).”
Berdasarkan hadits Ibnu MajjahTabhrani:
ِ ‫اَاْل ِ ْي َمانُ َع ْق ٌدبِ ْالقَ ْلبِ َواِ ْق َرا ٌربِالِّ َسانِ َو َع َملٌبِااْل َرْ َك‬.
‫ان‬
Artinya: ”Iman adalah tambatan hati, ucapan lisan dan laku perbuatan.”

Dengan demikian, pengertian Iman kepada Allah adalah membenarkan


dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta
dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang
mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan
lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang.
Allah memerintahkan agar umat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana
firman Allah yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya,
serta kitab yang diturunkan sebelumnya.

Hakikat Iman
Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh
keyakinan tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Iman terdapat didalam hati, oleh
sebab itu seorang mukmin bukan saja bersyahadatain dan mengamalkan semua
rukun Islam, tapi hatinya ikut melaksanakannya. Dengan demikian maka tingkat
mukmin lebih tinggi dari muslim. Semua peraturan ilmu dalam al-qur’an pada
umumnya di turunkan atas mukmin dan bukan muslim. Sedangkan keimanan
dalam Islam itu sendiri adalah percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan

1|Pendidikan Agama Islam


buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan
serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena
kemaksiatan.
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih
umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba
tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu
mewujudkan keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi
pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan
tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin
adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin.
Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang
mayoritas ulama memandang keimanan beriringan dengan amal sholeh, sehingga
mereka menganggap keimanan akan bertambah dengan bertambahnya amal
sholeh. Akan tetapi ada sebagian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut
pandang bahwa ia merupakan aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi).
Maka seseorang hanya memiliki dua kemungkinan saja yaitu mukmin atau kafir,
tidak ada kedudukan lain diantara keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman
tidak bertambah dan tidak berkurang.
Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui
kriteria bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:
1) Diyakini dalam hati
2) Diucapkan dengan lisan
3) Diamalkan dengan anggota tubuh
Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas
dari adanya rukun Iman yang enam, yaitu:
1) Iman kepada Allah
Sudah kita ketahui, Allah SWT adalah Esa/Tunggal.
Seperti dalam Q.S Al-Ikhlas: 1-4,
Artinya:“Katakanlah: Dia-Lah Allah Yang Maha Esa. Hanya Allah-lah
tempat bergantung. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Tidak ada
satupun yang menyamai-Nya.”
Dalam surat tersebut telah jelas dijelaskan bahwa Allah-lah tempat bergantung,
bergantung diatas ialah ketika umat muslim menyembah dan meminta hanya
kepada Allah.
Di antara sifat-sifat Allah yang banyak disebut dalam Al-Qur’an adalah “Rabb”:
Maha Memiliki, Mendidik, dan Memelihara. “Rahmaan” dan “Rahiim”: Maha
Pemurah dan Maha Penyayang,. “Ghafuur”: Maha Pengampun. “Malik”: Maha
Menguasai, Maha Memiliki.

2) Iman kepada Malaikat-Nya


Beriman kepada Malaikat, didasarkan pada:
 Q.S Al-Baqarah: 177
Artinya “Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu
kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah,
hari kiamat, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Nabi-Nabi....................”.
 Q.S Al-Baqarah: 285

2|Pendidikan Agama Islam


Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya demikian pula orang-orang yang beriman, semuanya beriman kepada
Allah, Malaikat-MalaikatNya, Kitab-KitabNya, Rasul-RasulNya......................”.
Malaikat adalah makhluk halus yang tidak nampak dan mempunyai fungsi-fungsi
yang tertentu. Sebagai konsekuensi beriman kepada Allah, maka umat Islam harus
beriman kepada Malaikat. Malaikat, menurut Hadits yang diwayatkan oleh Aisyah
R.A, diciptakan dari nur (cahaya), sedangkan jin diciptakan dari nar (api).

3) Iman kepada kitab-Nya


Iman kepada kitab Allah berarti tidak hanya percaya kepada Al-Qur’an,
tetapi percaya kepada kitab yang diturunkan dalam semua masa, serta yang
diturunkan kepada tiap-tiap umat.

4) Iman kepada Hari Akhir


Iman kepada hari kiamat berarti mempercayai dan meyakini adanya hari
dimana seluruh amal dan perbuatan manusia dipertanggungjawabkan.

5) Iman kepada Qodho’ dan Qodar


Menurut bahasa, Qadha memiiki beberapa pengertian yaitu: Hukum,
ketetapan, pemerintah, kehendak, pemberitahuan,penciptaaan. Menurut Islam
yang dimaksud dengan Qadha adalah ketetapan allah sejak jaman Azali sesuai
dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk.
Sedangkan menurut bahasa, Qadhar adalah: Kepastian,peraturan,ukuran.
Menurut Islam Qadar perwujudan atau atau kenyataan ketetapan Allah terhadap
semua makhluk dalam kadar dan bentuk sesuai dengan iradah-Nya.
Iman kepada Qada dan Qadar berarti mempercayai dan meyakini akan ketentuan-
ketentuan atau takdir yang telah Allah berikan kepada masing-masing umat Islam.

3|Pendidikan Agama Islam


4|Pendidikan Agama Islam
5|Pendidikan Agama Islam

Anda mungkin juga menyukai