Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal Psychology of Science and Profession) Vol. 3, No.

3, Desember 2019: 143-150


ISSN: 2598-3075 e-ISSN: 2614-2279

. GAMBARAN REINJURY ANXIETY PADA ATLET MAHASISWA UNPAD: STUDI KUALITATIF

Nabilla Fazahra Gunawan, Putu Satwika Arya Govinda, Sukmayanti, Retno Hanggarani Ninin
Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21 Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363
Email: nabilla16004@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK. Cedera menjadi suatu konsekuensi negatif yang pasti dihadapi setiap atlet. Cedera dapat menimbulkan berbagai reaksi
diantaranya reaksi kognitif, reaksi somatis, dan reaksi emosi. Reinjury anxiety menjadi salah satu aspek psikologis yang dapat
muncul akibat terjadinya cedera. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran reinjury anxiety yang terjadi pada
atlet mahasiswa. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pemilihan partisipan dilakukan dengan purposive sam-
pling, dimana partisipan yang diambil adalah partisipan memiliki kriteria: (1) Atlet mahasiswa, (2) Pernah mengalami cedera, (3)
Melakukan tahapan medis, dan (4) Setelah melakukan tahapan medis diperbolehkan kembali untuk melakukan olahraga yang sama.
Partisipan dalam penelitian ini adalah 6 atlet mahasiswa yang terdiri atas 3 atlet mahasiswa yang berasal dari cabang olahraga futsal
dan 3 atlet mahasiswa yang berasal dari cabang olahraga voli. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif melalui wawancara.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa gejala reinjury anxiety muncul pada para partisipan penelitian baik dalam bentuk gejala
somatis, kognitif, maupun emosi dimana gejala kognitif menjadi gejala yang paling sering dirasakan oleh partisipan.

Keywords: Reinjury anxiety, cedera, olahraga

DESCRIPTION OF REINJURY ANXIETY IN UNPAD’S STUDENT ATHLETES: A QUALITATIVE STUDY

ABSTRACT. Injury becomes one of negative consequences of sports that every athletes faced. We cannot deny that there are many
psychological aspects that are involved when injury occur. Reinjury anxiety is one of psychological aspects that arises due to the
injury. This study aims to determine the description of reinjury anxiety that occurs in student athletes. The approach that used in
this study is a qualitative approach. The selection of participants was done by purposive sampling, where participants were taken
as participants who had the criteria: (1) Student athletes, (2) Have experienced injuries, (3) Perform medical stages, and (4) After
doing medical stages are allowed to do the same sports. The participants were 6 student athletes consisting of 3 student athletes
from futsal and 3 student athletes from volleyball. Data are taken by interviewing the participants. The results of this study indicate
that reinjury anxiety symptoms appear in all participants both in the form of somatic, cognitive, and emotional symptoms, where the
cognitive symptoms are the most common symptom that felt by the participants.

Keywords: Reinjury anxiety, Sports, Injury

PENDAHULUAN siswa juga dapat terkena cedera sebagai konsekuensi


keikutsertaannya pada kegiatan olahraga. Cedera pada
Olahraga sebagai aktivitas yang menggunakan atlet mahasiswa dapat menjadi masalah serius. Hal ini
fisik dan melibatkan gerakan-gerakan tertentu memun- dikarenakan atlet mahasiswa harus menyeimbangkan
gkinkan terjadinya masalah pada bagian tubuh tertentu. performa akademik dan performa di lapangan sehingga
Dengan kata lain, olahraga memiliki risiko terjadinya terjadinya cedera dapat menjadi stressor tambahan (Et-
cedera yang akan bervariasi jenis dan keparahannya an- zel, 2006).
tara satu olahraga dengan olahraga lainnya. Terjadinya Menurut Putukian (2016), ditemukan respon yang
cedera dapat menghentikan seseorang untuk melakukan berbeda-beda terhadap kejadian cedera. Respon-respon
olahraga tersebut selama beberapa waktu. tersebut berentang dari respon yang normal hingga re-
Masalah belum tentu selesai dengan penyembuhan spon-respon problematik. Respon-respon normal di-
secara fisik. Seringkali performa seorang atlet antara se- antaranya adalah perasaan sedih, perasaan terisoloasi,
belum dan sesudah cedera dapat berbeda. Tak jarang mudah tersinggung, berkurangnya motivasi, kemarahan,
performanya menjadi menurun setelah cedera. Trauma, frustasi, hingga perubahan nafsu makan, dan gangguan
kepercayaan diri yang menurun, hingga ketakutan akan tidur. Adapun respon-respon normal tersebut apabila ti-
terjadinya lagi cedera dapat berpengaruh terhadap per- dak ditangani dengan baik dapat menjadi respon prob-
formanya bahkan setelah cedera itu sembuh. Tidak me- lematik, misalnya emosi sedih dapat menjadi gejala de-
nutup kemungkinan, cedera ini dapat mengakhiri karir presi atau penurunan motivasi dapat mengarah kepada
seorang atlet. timbulnya respon apati. Oleh karena itu penting bagi
Sebagaimana atlet pada umumnya, atlet maha- pelatih maupun pembina atlet mahasiswa untuk men-
Nabilla Fazahra Gunawan, Putu Satwika Arya Govinda, Sukmayanti, Retno Hanggarani Ninin 144
genali reaksi-reaksi yang muncul ketika terjadinya ced- dan pembatasan aktivitas yang dikenakan oleh cedera
era untuk mencegah atau menanggulangi kemunculan (Smith, Scott, & Wiese, 1990; dalam (Walker, Thatcher,
respon problematik pada atlet yang bersangkutan. Lavallee, & Golby, 2004). Rotella & Heyman, (1993)
Berbagai faktor telah diungkap oleh penelitian se- juga mencatat respon emosional lain seperti perasaan
belumnya, tentang faktor-faktor psikologis yang timbul terisolasi atau kesepian, kemarahan atau kebencian, de-
pada seorang atlet selepas cedera. Salah satu fenomena presi, dan kecemasan. Dalam penelitian Putukian (2015)
psikologis yang timbul pada seseorang adalah adan- ditemukan respon emosional terhadap cedera yang di-
ya kecemasan untuk mengalami cedera itu kembali, hadapi atlet mahasiswa diantaranya adalah kesedihan,
atau yang disebut sebagai reinjury anxiety. (Walker perasaan terisolasi, irritation, berkurangnya motivasi,
& Tratcher, 2011 dalam Wadey at al, 2014). Reinjury rasa marah, frustasi, perubahan nafsu makan, dan tidur
anxiety secara spesifik mencakup adanya respon emosi yang terganggu.
negatif yang disertai dengan gejala-gejala kognitif dan Dampak tidak menyenangkan tersebut memungk-
somatis. Gejala-gejala tersebut meningkat ketika adan- inkan terjadinya kecemasan atlet terkait dengan cedera.
ya kemungkinan untuk cedera terjadi lagi setelah cedera Walaupun semua atlet mencoba menghindari cedera,
yang sama dan pada bagian tubuh yang sama (Walker & hampir semua atlet dapat mengalami cedera sementara
Tratcher, 2011 dalam Wadey at al, 2014). ataupun secara permanen yang nantinya akan berpen-
Penelitian lain yang dilakukan oleh Walker et al garuh pada partisipasinya dalam olahraga kembali (Tay-
(2002) mencoba untuk melihat bagaimana atlet mengan- lor & Taylor, 1997 dalam Arvinen-Barrow, 2014)
tisipasi adanya kemungkinan untuk cedera kembali dan Kecemasan atau anxiety adalah emosi yang diciri-
membayangkan kejadian itu kembali. Mereka juga dil- kan dengan ketakutan dan gejala ketegangan somatik
aporkan mengalami bayangan-bayangan akan terjadinya di mana individu mengantisipasi bahaya, malapetaka,
cedera itu kembali dalam berbagai situasi. atau ketidak beruntungan (APA, 2015). Ford, Ildefonso,
Ditinjau dari keterlibatan salah satu aspek psi- Jones, & Arvinen-Barrow (2017) mengungkapkan anx-
kologis yang muncul setelah cedera yang mana adalah iety adalah keadaan psikologis yang tidak menyenang-
reinjury anxiety, menarik bagi peneliti untuk mengeta- kan sebagai reaksi terhadap stres yang dipersepsikan
hui gambaran mengenai reinjury anxiety yang ada pada terkait dengan pengerjaan tugas di bawah tekanan.
populasi atlet mahasiswa. Salah satu kecemasan yang umum terjadi pada atlet
Menurut Council of Europe (2001, dalam Arvin- atau orang yang berolahraga adalah sport injury anxiety
en-Barrow & Walker, 2013), olahraga adalah semua atau kecenderungan untuk merespon situasi olahraga di
bentuk dari aktivitas fisik dengan partisipasi sederhana mana situasi tersebut memungkinkan terjadinya cedera
ataupun terorganisir yang bertujuan untuk mengek- dengan kecemasan secara kognitif atau somatik (Klein-
spresikan atau meningkatkan kesehatan fisik dan mental ert, 2002). Kecemasan ini dapat terjadi baik pada orang
well-being, membentuk relasi sosial atau mendapatkan yang pernah maupun belum pernah mengalami cedera.
suatu hasil dalam kompetisi. Lebih spesifik lagi, pada atlet yang pernah men-
Keikutsertaan individu pada olahraga seringkali galami cedera adalah reinjury anxiety yang tak jarang
menempatkan individu dibawah tekanan fisik dan psi- menghambat kembalinya atlet untuk melakukan olahra-
kologis yang besar serta stress yang memungkinkan ga bahkan setelah cedera tersebut sembuh secara fisik.
akan adanya hasil negatif seperti cedera (Arvinen-Bar- Menurut Hagglund, Walden, Bahr, & Ekstrand (2005),
row, 2014). Cedera adalah salah satu konsekuensi nega- reinjury adalah istilah yang merujuk pada cedera se-
tif yang mungkin terjadi ketika melakukan suatu aktivi- jenis yang terjadi di lokasi yang sama dengan cedera
tas olahraga. yang pernah terjadi. Sementara reinjury anxiety adalah
Selain menimbulkan rasa sakit fisik, cedera juga respon emosi negatif, dengan gejala kognitif (seperti
dapat memicu reaksi kognitif dan emosional. Respon pikiran negatif & images) dan gejala somatis (seperti
kognitif yang jamak ditemui pada atlet yang mengala- merasakan mual dan ketegangan), yang muncul ketika
mi cedera antara lain menurunnya self-esteem, menco- adanya kemungkinan untuk kembali terjadinya cedera
ba membuat atribusi terkait penyebab cederanya (entah sejenis di lokasi tubuh yang sama (Walker & Thatch-
internal seperti kurangnya pemanasan atau eksternal er, 2012). Temuan empiris lainnya mendapati anteseden
seperti kondisi lapangan), dan memikirkan penggunaan dari reinjury anxiety adalah waktu operasi setelah cede-
strategi coping. Tanggapan emosional yang dilaporkan ra, kurangnya percaya diri dari bagian tubuh yang ced-
secara umum ketika terjadi cedera atletik antara lain era, melakukan keterampilan yang sama dalam situasi
ketidakpercayaan, ketakutan, kemarahan, dan ketidak- yang sama, dan adanya kekhawatiran adanya penurunan
mampuan untuk mengatasi rehabilitasi cedera yang lama potensial (e.g.,Ardem, Taylor, Feller, & Webster, 2012;
145 Gambaran Reinjury Anxiety pada Atlet Mahasiswa UNPAD: Studi Kualitatif

Bianco, Malo, & Orlick, 1999; Christakou, Zervas, takut. Kekhawatiran akan terjadinya kembali cedera
Stavrou, & Psychountaki, 2011; Podlog & Eklund, 2006 disebut-sebut mirip dengan ketakutan untuk bergerak/
dalam Wadey et al., 2014). reinjury atau disebut kinesiophobia dimana atlet yang
Studi korelasi dan laporan kualitatif sebelumnya melaporkan ketakutan akan reinjury juga menunjukkan
mengungkapkan bahwa reinjury anxiety menjadi salah peningkatan kinesiophobia (Hsu, Meierbachtol, George,
satu alasan yang paling sering dikutip untuk mengurangi & Chmielewski, 2017).
atau berhenti berpartisipasi dalam olahraga (e.g., Ardem Kebanyakan atlet mengalami kecemasan ini keti-
et al., 2012, 2011; Heijne, Axelsson, Werner, & Biguet, ka menjalani rehabilitasi ketimbang saat kembali terjun
2008; Kvist, Ek, Sporrstedt, & Good, 2005; Tripp et al., berolahraga selepas cedera. Hal ini mendukung temuan
2007 dalam (Wadey et al., 2014). Untuk atlet yang kem- Taylor & Taylor (dalam Walker et al., 2004) yang men-
bali pada kompetisi, reinjury anxiety dapat dimanifestasi yatakan bahwa ketakutan akan kembali cedera terjadi
melalui beberapa cara seperti perasaan ragu, menahan selama persiapan untuk kembali ke olahraga dan karena
diri dan pemberian usaha yang lebih sedikit dibanding- adanya rehabilitasi yang tidak lengkap atau tidak efektif.
kan dengan usaha maksimalnya yang mana semua ini Temuan empiris dari Walker et al. (2004) juga menemu-
dapat berdampak negatif terhadap performa dari olah- kan bahwa ketakutan akan kembali cedera adalah stress-
raga itu sendiri. (e.g., Ardem et al., 2012; Evans, Hardy, or utama bagi 57.1% anggota tim ski Amerika Serikat
& Fleming 2000; Gould, Udry, Bridges, & Beck, 1997; yang pernah cedera selama masa rehabilitasi mereka.
Johnston & Carroll, 1998 dalam Wadey et al., 2014). Cupal & Brewer (2001, dalam Wadey et al., 2014)
Mereka yang memiliki reinjury anxiety lebih besar ada- menemukan bahwa reinjury anxiety dapat memiliki
lah atlet yang baru mengalami cedera (Callen, 2015). konsekuensi negatif terhadap performa atlet yang sudah
Walker et al. (2004) mengemukakan bahwa rein- kembali berkompetisi dalam kegiatan olahraga. Reinju-
jury anxiety berbeda dari sports performance anxiety ry anxiety dapat meningkatkan kesadaran atlet terhadap
yang berhubungan dengan kegagalan untuk mencapai limitasi terhadap performa mereka ketika berolahraga
kemampuan tertentu tanpa implikasi dari cedera. men- (Wadey, Podlog, Hall, Hamson-utley, et al., 2014).
emukan bahwa atlet yang mengalami cedera akan lebih Heil (1993) berpendapat bahwa ketakutan akan
mengantisipasi kemungkinan untuk kembali menderita terjadinya cedera selalu ada pada diri setiap atlet. Hal
cedera dan membayangkan kembali saat-saat terjadin- ini dapat memberikan perubahan-perubahan fisiologis
ya cedera daripada lebih mengantisipasi resiko-resiko maupun psikologis yang dapat memengaruhi performa
lain yang mungkin akan menyebabkan cedera kembali. atlet dan meningkatkan risiko terjadinya cedera. Ada-
Mereka juga dilaporkan mengalami bayangan-bayangan pun perubahan fisiologis yang dapat terjadi misalnya
akan terjadinya cedera tersebut pada berbagai situasi ketegangan otot yang meningkat, terjadinya arousal
klinis maupun olahraga yang spesifik. yang berlebihan, meningkatnya sensasi fisik dari sumber
Dalam berbagai penelitian mengenai hal ini, ter- cedera, dan berkurangnya keseimbangan (Heil, 1993).
dapat tumpang tindih antara pemakaian istilah reinjury Sementara perubahan psikologis yang terjadi antara lain
anxiety (kecemasan akan terjadinya kembali cedera) berkurangnya keengganan untuk menggunakan bagian
dan fear of reinjury (ketakutan akan terjadinya kembali tubuh yang menjadi lokasi cedera (misalnya menurunk-
cedera). Hackfort dan Schwenkmezger dalam Walker, an frekuensi penggunaan kaki kiri untuk menendang
Thatcher, & Lavallee (2010) menyatakan bahwa keta- bola setelah cedera pergelangan kaki kiri), menurunnya
kutan (fear) adalah mekanisme biologis dasar semen- konsentrasi dan fokus, menurunnya kepercayaan diri,
tara kecemasan (anxiety) mengandung elemen-elemen dan meningkatnya kepekaan terhadap rasa sakit (Tay-
yang berbeda seperti elemen kognitif dan somatis serta lor & Taylor, 1997; Heil, 1993). Pargman dalam Walk-
diasosiasikan dengan proses belajar dan proses sosial. er, Thatcher, Lavallee, dan Golby (2004) menyatakan
Ketakutan didefinisikan berhubungan dengan stimulus bahwa kecemasan akan reinjury dapat memengaruhi
yang spesifik dan terasosiasi dengan bahaya yang jelas performa atlet sekembalinya ia berkompetisi. Persepsi
sementara kecemasan berhubungan dengan antisipasi ini memengaruh performa melalui penurunan efisiensi
dan bayang-bayang akan sesuatu yang ambigu dan be- biomekanis ketika melakukan skill tertentu, penggu-
lum jelas. Walker, Thatcher, Lavallee, & Golby (2004) naan energi yang buruk, dan penurunan atensi (Walker,
berpendapat bahwa dalam konteks reinjury, istilah re- Thatcher, Lavallee, & Golby, 2004).
injury anxiety lebih tepat ketimbang fear of reinjury. Implikasi potensial dari adanya reinjury anxiety
Anxiety atau kecemasan lebih kepada perasaan menge- itu diantaranya adalah kesiapan performa & psikologis
nai apa yang mungkin terjadi ketimbang respon terha- individu ketika sedang rehabilitasi, ketika kembali ber-
dap situasi yang jelas-jelas membangkitkan perasaan latih, dan kembali berkompetisi dan kemungkinan pen-
Nabilla Fazahra Gunawan, Putu Satwika Arya Govinda, Sukmayanti, Retno Hanggarani Ninin 146
ingkatan akan adanya cedera kembali yang sebenarnya gan persetujuan kedua belah pihak (interrater-coder
(Walker, Thatcher, & Lavallee, 2010). agreement).
METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan Dari hasil wawancara kepada keenam partisipan,
kualitatif. Pemilihan partisipan dilakukan dengan purpo- terdapat 116 data tunggal yang berhasil dikoding. Ko-
sive sampling, dimana partisipan yang diambil adalah de-kode paling banyak ditemukan pada kategori gejala
(1) atlet mahasiswa, (2) Pernah mengalami cedera, (3) kognitif sebanyak 56 data tunggal. Setelah itu, kategori
Melakukan tahapan medis, dan (4) Setelah melakukan gejala emosi sebanyak 34 data tunggal dan kategori ge-
tahapan medis diperbolehkan kembali untuk melakukan jala somatis sebanyak 26 data tunggal. Sebaran setiap
olahraga yang sama. Adapun purposive sampling yang gejala berbeda-beda pada setiap waktu (ketika cedera,
dilakukan adalah stratified purposive sampling dimana rehabilitasi, dan ketika kembali berolahraga). Ketika
partisipan yang dicari adalah partisipan dari mahasiswa cedera, gejala kognitif menjadi gejala terbanyak dengan
yang mengikuti olahraga futsal yang mewakili olahraga 12 data tunggal, diikuti gejala somatis sebanyak 9 data
yang memungkinkan kontak fisik dan mahasiswa yang tunggal dan gejala emosi sebanyak 6 data tunggal. Pada
mengikuti olahraga voli yang mewakili olahraga tanpa tahap rehabilitasi, gejala terbanyak adalah gejala emosi
kontak fisik dengan lawan. dengan 16 data tunggal, gejala kognitif 18 data tunggal,
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang dan gejala somatis sebanyak 9 data tunggal. Sedangkan
dimana 3 orang berasal dari cabang olahraga futsal, dan pada tahap ketika kembali berolahraga, gejala terbanyak
3 lainnya berasal dari cabang olahraga voli. Setiap par- adalah gejala kognitif sebanyak 26 data tunggal, geja-
tisipan mengalami cedera pada bagian tubuh yang ber- la emosi sebanyak 12 data tunggal, dan gejala somatis
beda-beda. Ketika cedera tersebut terjadi, semua parti- sebanyak 8 data tunggal. Gejala-gejala tersebut akan
sipan mendapatkan perawatan medis dan mendapatkan dibahas lebih lanjut menurut kemunculannya pada tiga
diagnosis yang berbeda-beda pula. Bahkan, partisipan periode waktu yang berbeda yaitu pada saat terjadinya
05 dan 06 melakukan operasi pada bagian tubuh yang cedera, rehabilitasi, dan ketika kembali berolahraga.
cedera akibat olahraga tersebut, sedangkan empat parti- Serupa dengan apa yang dikatakan oleh Smith,
sipan lainnya tidak sampai kepada tahap operasi. Waktu Scott, & Wiese (1990, dalam Walker et al., 2004) bahwa
yang dibutuhkan untuk kembali pulih pun berbeda-be- reaksi emosional yang dilaporkan secara umum ketika
da pada setiap partisipan, berdurasi pada rentang antara terjadi cedera atletik antara lain ketidakpercayaan, ke-
1 - 8 bulan. Setelah mendapatkan diagnosis dari dok- takutan, kemarahan, dan ketidakmampuan untuk men-
ter, kemudian menjalani rehabilitasi, keenam partisi- gatasi rehabilitasi cedera yang lama dan pembatasan
pan diperbolehkan untuk kembali melakukan olahraga aktivitas yang dikenakan oleh cedera ditemukan pada
kembali. Pengambilan data dilakukan dengan interviu partisipan. Pada Tabel 2 menunjukkan adanya gejala
semi-struktur. emosi, gejala kognitif, dan juga somatis terhadap apa
Setelah data didapatkan dilakukan analisis data yang dirasakan oleh atlet ketika cedera.
dengan metode tematik yang mengelompokkan serang- Reaksi emosi negatif ditemukan pada partisipan
kaian teks yang bermakna sama. Koding tersebut di- 02, 03, 05, dan 06 seperti reaksi sedih, kaget, dan ta-
dasarkan pada tiga gejala yang ada ketika seseorang kut. Sedangkan partisipan 01 dan 04 tidak merasakan
mengalami cedera hingga ia kembali berolahraga yaitu emosi apapun ketika cedera. Selain itu, adapun emo-
gejala emosi, gejala kognitif, dan gejala somatis. Verifi- si-emosi yang muncul dikarenakan adanya gejala kog-
kasi terhadap pengkodingan tersebut dilakukan dengan nitif. Dapat dilihat pada partisipan 02, bahwa perasaan
peer review yang dilakukan oleh tiga orang interrater. khawatir muncul karena partisipan berpikiran apakah
Interrater memberikan pandangannya dengan merujuk dirinya dapat berkontribusi lagi untuk timnya atau tidak.
pada pengkodingan berdasarkan tiga jenis gejala rein- Perasaan khawatir ini juga muncul di partisipan 01 ke-
jury anxiety menurut Wadey et al., (2014). Ketiga gejala tika partisipan berpikir apakah cedera yang di alaminya
tersebut adalah gejala emosi, gejala kognitif, dan gejala akan berpengaruh akan penurunan performanya. Keta-
somatis. Kemunculan ketiga gejala tersebut dapat dilihat kutan akan terjadinya cacat pada dirinya sendiri akibat
pada tiga periode yang berbeda, yakni ketika terjadin- cedera dirasakan oleh partisipan 05.
ya cedera, ketika rehabilitasi, dan ketika kembali bero- Gejala kognitif lainnya pun muncul pada parti-
lahraga. Setelah itu, peneliti melakukan revisi koding sipan 01, 02 dan 06 dimana partisipan berpikir apakah
dengan apa yang sudah interrater coder berikan. Setelah dirinya dapat berolahraga kembali atau tidak. Selain itu,
diskusi, maka didapatkan kesepakatan data sesuai den- adanya pemikiran bahwa cedera yang dialaminya ketika
147 Gambaran Reinjury Anxiety pada Atlet Mahasiswa UNPAD: Studi Kualitatif

itu tidak akan parah terjadi pada partisipan 01, 02 dan untuk kembali ke olahraga dan karena adanya rehabilita-
04. si yang tak lengkap atau tidak efektif. Namun berdasar-
Gejala somatis yang berupa reaksi fisik ketika ced- kan data penelitian yang didapat, bahwa bayang-bayang
era muncul di setiap partisipan. Hanya partisipan 01 yang akan cedera kembali hanya muncul pada satu partisipan
merasakan bahwa reaksi fisik yang terjadi dikarenakan yakni partisipan 01 yang terbayang akan kembali cedera
adanya kecemasan terhadap cederanya tersebut. Parti- saat membayangkan dirinya melompat ketika bermain
sipan lainnya menyatakan bahwa gejala-gejala somatis lagi. Reaksi serupa lebih banyak muncul pada saat atlet
seperti kaki yang mati rasa, tidak dapat berlari, nyeri, kaki kembali berolahraga bukan saat rehabilitasi.
sakit, dan badan seperti patah diakibatkan langsung kare- Adapun reaksi-reaksi kognitif yang dipikirkan par-
na bagian tubuh yang cederanya itu sendiri. tisipan antara lain konsentrasi untuk segera sembuh dan

Tabel 1
Rincian Cedera yang Dialami
Partisipan Waktu Cedera Diagnosis Medis Durasi rehabilitasi
01/L/Voli Agustus 2017 Urat bahu kejepit & geser Satu bulan setengah
Desember 2017 Lutut urat & sendiri bermasalah
Agustus 2018
02/P/Voli Januari 2017 Radang sendi panggul Tiga bulan
03/P/Voli Februari 2017 Pinggang sebelah kanan atas bengkok Tiga bulan
04/L/Futsal November 2017 Ligamen paha kanan putus Delapan bulan
05/L/Futsal Desember 2017 Cedera robek Meniskus lutut kanan dan Dua bulan tiga minggu
cedera MCL
06/P/Futsal November 2017 Ligament PCL hampir putus dan pera- Delapan bulan
dangan meniskus

Tabel 2
Gejala Ketika Cedera
Kategori/ Partisipan 01 Partisipan 02 Partisipan 03 Partisipan 04 Partisipan 05 Partisipan 06
Partisipan

Gejala Emosi • Tidak ada • Sedih • Kaget • Tidak ada • Takut • Takut
Gejala Kognitif • Berpikir dapat • Mengira cede- • Berpikir dapat • Mengira cede- • Takut cacat • Berpikir dapat
bermain lagi ra tidak parah bermain lagi ra tidak parah bermain lagi
atau tidak • Khawatir tidak atau tidak atau tidak
• Mengira dapat berkontri-
cederanya tidak busi lagi untuk
parah tim
• Kekhawa-
tiran akan
penurunan
performa

Gejala Somatis • Gejala so- • Gejala somatis • Gejala somatis • Gejala somatis • Gejala so- • Gejala somatis
matis muncul muncul karena muncul karena muncul karena matis muncul muncul karena
karena kece- cedera cedera cedera karena cedera cedera
masan

Selain gejala yang timbul saat cedera, terdapat juga kembali berolahraga secara normal, memikirkan efek
gejala yang timbul saat rehabilitasi. Berdasarkan temuan samping yang mungkin terjadi dari rehabilitasi, proses
pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Taylor bedah yang akan dijalani, menyayangkan dirinya tidak
& Taylor (dalam Walker et al., 2004) menyatakan bahwa bisa berkompetisi lagi, lega karena proses rehabilitasi
ketakutan akan kembali cedera terjadi selama persiapan tidak semahal yang dikira, menyesali mengapa harus di-
Nabilla Fazahra Gunawan, Putu Satwika Arya Govinda, Sukmayanti, Retno Hanggarani Ninin 148
rinya yang mengalami cedera, menjadi lebih termotivasi yang muncul adalah pada partisipan 01 yang menjadi
saat kembali berolahraga, mengkhawatirkan penurunan kurus karena stress pada cedera yang dialami.
performa, dan memikirkan bahwa dirinya harus lebih Gejala-gejala reinjury anxiety juga muncul saat
berhati-hati saat kembali bermain. atlet kembali berolahraga. Dari hasil wawancara kepada
Sementara emosi yang dirasakan ketika menjalani 6 partisipan, tanggapan emosional yang dilaporkan oleh
rehabilitasi adalah sedih, takut, sakit hati, dan merasa Smith, Scott, & Wiese dalam Walker et al., 2004) juga
tidak enak ketika digantikan orang lain di tim. Adapun muncul pada mereka ketika terjadi cedera maupun
respon lain yang muncul adalah merasa iri pada mereka ketika menjalani rehabilitasi. Respon emosi tersebut
yang bisa bermain. Gejala somatis yang dirasakan oleh antara lain ketakutan (muncul pada semua partisipan)
partisipan kebanyakan adalah respon akibat dari cedera dan pembatasan aktivitas yang dikenakan oleh cedera
yang dialami dan peningkatan kepekaan terhadap rasa (semua partisipan). Sementara kemarahan tidak mun-
sakit. Adapun respon somatis akibat reinjury anxiety cul pada partisipan penelitian ini. Adapun respon lain

Tabel 3
Gejala Ketika Rehabilitasi
Kategori/ Partisipan 01 Partisipan 02 Partisipan 03 Partisipan 04 Partisipan 05 Partisipan 06
Partisipan
Gejala Emosi • Takut • Takut • Takut • Khawatir • Khawatir • Sedih
• Sedih • Cemas
• Takut
Gejala Kognitif • Adanya • Adanya • Meren- • Takut cacat, • Mengkha- • Mengkhawa-
keinginan untuk keinginan untuk cana-kan hal-hal mengkhatir-kan watir-kan tir-kan biaya
sembuh sembuh untuk menang- biaya pengo- penurunan pengobatan
• Terbayang diri • Merepotkan gulangi cedera batan performa
akan cedera lagi orang lain

Gejala Somatis • Karena kece- • Peningkatan • Reaksi sakit • Reaksi sakit • Tidak ada • Reaksi sakit
masan (menjadi pain awareness akibat cederanya akibat ceder- akibat ceder-
kurus karena anya anya
stress)

Tabel 4
Gejala Saat Kembali Berolahraga
Kategori/ Partisipan 01 Partisipan 02 Partisipan 03 Partisipan 04 Partisipan 05 Partisipan 06
Partisipan
Gejala Emosi • Takut • Takut, kha- • Cemas • Takut, sedih • Takut • Sedih
watir
Gejala Kognitif • Merencanakan • Terbayang • Meren- • Terbayang • Terbayang • Khawa-
hal-hal untuk cedera kembali cana-kan hal-hal cedera terjadi cedera terjadi tir akan
menanggu-langi terjadi pada untuk menang- pada orang lain pada orang penurunan
cedera, terbayang diri sendiri, gu-langi cedera, lain, terbayang performa
cedera terjadi merencana-kan terbayang ced- cedera kembali • Menghindari
pada orang lain, hal-hal untuk era terjadi pada terjadi pada penggunaan
terbayang cedera menanggu-lan- orang lain diri sendiri kaki yang
kembali terjadi gi cedera, cedera untuk
pada diri sendiri, mengkhawatir- tumpuan
khawatir akan kan penuruan
penurunan per- performa
forma
Gejala Somatis • Karena kecema- • Reaksi tubuh • Tidak ada • Reaksi tubuh • Mening- • Karena kece-
san (jantung ber- akibat ceder- akibat ceder- katnya pain mas-an (tubuh
degup cepat saat anya anya awareness jadi ragu-ragu
akan olahraga) untuk bergerak)
149 Gambaran Reinjury Anxiety pada Atlet Mahasiswa UNPAD: Studi Kualitatif

yang ditemukan pada partisipan penelitian ini adalah dan berkurangnya keseimbangan sebagaimana dicetus-
emosi sedih (partisipan 02), kaget (partisipan 03), sakit kan Heil (1993, dalam Walker et al., 2004) tidak terjadi
hati (partisipan 01), iri pada mereka yang bisa bermain pada seluruh partisipan. Namun terjadinya arousal yang
(partisipan 01), khawatir (partisipan 04 dan 05), cemas berlebihan terjadi pada partisipan 01 dalam bentuk jan-
(partisipan 04), serta waswas (partisipan 04). tung yang berdegup lebih cepat saat hendak kembali
Menurut Heil (1993), ada perubahan psikologis berolahraga dan meningkatnya sensasi fisik dari sumber
yang terjadi pada atlet yang mengalami cedera yakni cedera terjadi pada partisipan 05 dalam bentuk sensa-
menurunnya konsentrasi dan fokus, menurunnya ke- si rasa sakit yang semakin mudah terasa. Partisipan 03
percayaan diri, dan meningkatnya kepekaan terhadap tidak merasakan gejala somatis apapun ketika kembali
rasa sakit. Kepekaan terhadap rasa sakit ini juga terjadi lagi untuk berolahraga karena cedera yang dialaminya
pada partisipan 05, dimana saat ia kembali berolahraga pun sudah membaik dan juga pada dasarnya partisipan
ia merasa bahwa bagian tubuh yang mengalami cedera menyukai olahraga tersebut. Adapun gejala somatis
menjadi mudah terasa sakit. Namun untuk perubahan lainnya yang dirasakan oleh partisipan 02 adalah mera-
psikologis seperti menurunnya konsentrasi dan fokus sa tubuhnya kaget, lebih cepat lelah, dan kaku karena
serta menurunnya kepercayaan diri tidak muncul pada sudah lama tidak berolahraga. Rasa lebih cepat inipun
atlet yang menjadi partisipan dalam penelitian ini. dirasakan oleh partisipan 04. Sedangkan partisipan 06
Beberapa temuan empiris menunjukkan bahwa merasakan tubuhnya menjadi ‘ragu-ragu’ ketika kemba-
dampak dari reinjury anxiety ini adalah kurangnya ke- li lagi berolahraga. Untuk atlet yang kembali berolahra-
percayaan diri untuk menggunakan bagian tubuh yang ga dan berkompetisi setelah terjadinya cedera, reinjury
cedera, khawatir ketika melakukan gerakan yang sama anxiety dapat dimanifestasikan dalam beberapa cara,
dalam situasi yang sama ketika cedera terjadi, dan salah satunya adalah dengan membatasi intensitas dalam
adanya kekhawatiran adanya penurunan potensial. Pada berolahraga. Hal ini terjadi juga pada partisipan peneli-
penelitian ini ditemukan bahwa terdapat 2 partisipan tian ini yaitu partisipan no. 01, 02, 04, dan 05. partisi-
yang menghindari penggunaan bagian tubuh yang ter- pan 01 menyatakan bahwa dirinya tidak akan memforsir
kena cedera ketika kembali berolahraga setelah sembuh. intensitas ketika berolahraga. partisipan 02 menyatakan
Mereka antara lain partisipan 04 yang tidak menggu- dirinya akan mengomunikasikan rasa sakitnya ketika
nakan kaki kanan untuk menendang maupun mengop- memang sakit tersebut terasa kembali. Pada partisipan
er lagi dan partisipan 06 yang tidak menggunakan kaki 04, pembatasan intensitas latihan dilakukan ketika rasa
kirinya untuk tumpuan. Untuk kekhawatiran melakukan sakit yang dirasakan kaki kanan sebagai kaki yang per-
gerakan yang sama terjadi pada beberapa partisipan sep- nah mengalami cedera terasa kembali. Hal serupa juga
erti partisipan 01 yang terbayang akan kembali cedera terjadi pada partisipan 05.
ketika melompat dan partisipan 05 yang menghindari
benturan karena khawatir akan kembali cedera. Hal ini SIMPULAN
dapat dimaknai pula sebagai perilaku menghindar se-
bagai antisipasi agar tidak terjadi cedera kembali (Cas- Penelitian ini menunjukkan adanya emosi-emo-
sidy, 2006). Sementara kekhawatiran akan penurunan si negatif yang disertai dengan adanya gejala-gejala
performa terjadi pada partisipan 01, 03, 05, 06. kognitif dan somatis yang muncul baik pada saat re-
Bayang-bayang cedera terdahulu yang tiba-tiba habilitasi maupun ketika kembali berolahraga pada at-
muncul, bayang-bayang akan cedera di posisi yang sama let mahasiswa. Walaupun pada setiap partisipan emosi
dan lokasi tubuh yang sama juga ditemukan pada parti- dan gejala-gejala yang muncul pun beragam, semua
sipan 01, 02, dan 05. Hal ini selaras dengan apa yang partisipan menunjukkan adanya gejala reinjury anxiety
dikatakan Hackfort dan Schwenkmezger dalam Walker, setelah cedera. Ketika diagnosa medis pun memperbo-
Thatcher, & Lavallee (2010) yang menyatakan bahwa lehkan mereka untuk kembali lagi berolahraga setelah
kecemasan berhubungan dengan antisipasi dan bayang- rentang waktu rehabilitasi yang sudah ditentukan, atlet
bayang akan sesuatu yang ambigu dan belum jelas. mahasiswa masih tetap merasakan kecemasan-kecema-
Bayang-bayang ini muncul dengan sendirinya tanpa ada san mengenai kemungkinan cedera kembali pada lokasi
sesuatu yang memicunya dan bahkan tidak ada suatu tubuh yang sama seperti cedera sebelumnya. Reinjury
stimulus pun yang menjadi resiko terjadinya cedera. Hal anxiety ini pun kemudian mempengaruhi perilaku-per-
ini mengindikasikan bahwa partisipan memiliki kece- ilaku atlet ketika kembali berolahraga, misalnya dengan
masan terhadap adanya kemungkinan reinjury. adanya pembatasan frekuensi dan intensitas olahragan-
Perubahan fisiologis yang dapat terjadi akibat re- ya itu sendiri.
injury anxiety seperti ketegangan otot yang meningkat Cedera adalah konsekuensi negatif yang pasti
Nabilla Fazahra Gunawan, Putu Satwika Arya Govinda, Sukmayanti, Retno Hanggarani Ninin 150
dimiliki oleh semua atlet. Tak dapat dipungkiri bahwa IL: Human Kinetics. Illinois: Human Kinetics.
aspek psikologis pun turut terlibat setelah terjadinya
Hsu, C.-J., Meierbachtol, A., George, S. Z., & Ch-
cedera, salah satunya adalah reinjury anxiety. Dibutuh-
mielewski, T. L. (2017). Fear of reinjury in
kan langkah lebih lanjut untuk menanggulangi reinjury
athletes: Implications for rehabilitation. Sport
anxiety ini sendiri dikarenakan adanya pengaruh dari re-
Health, 9(2), 162–167.
injury anxiety yang cukup besar terhadap performa atlet
setelah mengalami cedera. Disamping itu, diperlukan Kleinert, J. (2002). An approach to sport injury trait anx-
langkah antisipatif untuk meminimalisir kejadian cedera iety: Scale construction and structure analysis.
pada setiap atlet. European Journal of Sport Science, 2(3), 1–12.
https://doi.org/10.1080/17461390200072305
DAFTAR PUSTAKA Putukian, M. (2015). The psychological response to in-
jury in student athletes : a narrative review with a
APA. (2015). APA Dictionary of Psychology. (G. R. focus on mental health. Br J Sports Med, 0, 1–5.
VandenBos, Ed.). Washington DC: American https://doi.org/10.1136/bjsports-2015-095586
Psychological Association.
Rotella, R. J., & Heyman, S. R. (1993). Stress, Injury
Arvinen-Barrow, M. (2014). The Psychology of Sport and The Psychological Rehabilitation of Ath-
Injury and Rehabilitation. The Psychology of letes. Mayfield, Palo Alto, CA.
Sport Injury and Rehabilitation. https://doi.
org/10.4324/9780203552407 Wadey, R., Podlog, L., Hall, M., Hamson-utley, J.,
Hicks-little, C., & Hammer, C. (2014). Reinju-
Callen, M. C. (2015). Reinjury Anxiety & Return-to- ry Anxiety , Coping , and Retum-to-Sport Out-
sport Outcomes in College Students. 2. comes : A Multiple Mediation Analysis, 59(3),
Cassidy, C. M. (2006). Development of a measure of 256–266.
sport injury anxiety: The Sport Injury Appraisal Wadey, R., Podlog, L., Hall, M., Hamson-Utley, J.,
Scale. Dissertation Abstracts International Sec- Hicks-Little, C., & Hammer, C. (2014). Reinjury
tion A: Humanities and Social Sciences, 1–1267. anxiety, coping, and return-to-sport outcomes: A
Etzel, E. F. (2006). Understanding and Promoting Col- multiple mediation analysis. Rehabilitation Psy-
lege Student-Athlete Health: Essential Issues for chology, 59(3), 256–266. https://doi.org/10.1037/
Student Affairs Professionals. Naspa Journal, a0037032
43(3), 518–546. Walker, N., Thatcher, J., Lavallee, D., & Golby, D.
Ford, J., Ildefonso, K., Jones, M., & Arvinen-Barrow, M. (2004). The emotional response to athletic injury:
(2017). Sport-related anxiety: current insights. Reinjury anxiety. In Coping and emotion in sport
Open Access Journal of Sports Medicine, 8, (pp. 87–99). New York: Nova Science.
205–212. https://doi.org/10.2147/oajsm.s125845 Walker, Natalie, & Thatcher, J. (2012). The Emotional
Hagglund, M., Walden, M., Bahr, R., & Ekstrand, J. Response to Athletic Injury: Re- Injury Anxiety.
(2005). Methods for epidemiological study of In Routledge Online Studies on the Olympic and
injuries to professional football players: devel- Paralympic Games: Book Chapters (pp. 37–41).
oping the UEFA model, 340–347. https://doi. https://doi.org/10.4324/9780203852293
org/10.1136/bjsm.2005.018267 Walker, Natalie, Thatcher, J., & Lavallee, D. (2010).
Heil, J. (1993). Psychology of sport injury. Champaign, A preliminary development of the Reinjury
Anxiety Inventory (RIAI). Physical Therapy in

Anda mungkin juga menyukai